Anda di halaman 1dari 15

PERJANJIAN ANJAK PIUTANG

(FACTORING)

FAKULTAS HUKUM
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Salah satu kegiatan operasional perusahaan adalah penjualan barang dan jasa, baik
yang dilakukan secara tunai atau kredit yang sesuai dengan perjanjian. Perjanjian jual beli
lahir dan mengikat setelah ada kata sepakat mengenai harga dan barang walaupun belum
dilakukan penyerahan barang dan pembayaran harga. Jika dilakukan secara tunai maka
perusahaan tersebut akan langsung menikmati keuntungannya tetapi jika dilakukan secara
kredit maka perusahaan tersebut akan mempunyai piutang atau tagihan yang harus
menggunakan manajemen yang baik secara efektif dan efisien agar piutang tersebut dapat
ditagih sesuai dengan harapan.
Pengelolaan piutang perusahaan harus dilakukan dengan baik karena piutang
merupakan sumber pendapatan perusahaan yang tertunda karena sebagian besar dana
perusahaan dialokasikan dalam bentuk piutang dan pengelolaan yang baik.
Ketika terjadi kemacetan dalam penagihan Piutang dagang, perusahaan akan
mengalami kerugian yang besar karena terganggunya perputaran barang dan keuangan. Dan
yang harus dilakukan ketika membutuhkan uang atau perputaran modal yang cepat untuk
perputaran selanjutnya. Salah satu solusinya adalah dengan menjual piutang yang ada kepada
pihak lain. Sehingga Bank, Lembaga keuangan non Bank, dan perusahaan pembiayaan yang
berbentuk Perseroan Terbatas atau Koperasi memberikan jasa anjak piutang yang bertujuan
untuk memperlancar kegiatan penyelesaian utang-piutang dan membantu perusahaan dalam
mengelola penjualan secara kreditnya agar baik dan teratur.
Usaha jasa pembiayaan mulai diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1988 dengan
dikeluarkannya Surat Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 tanggal 20 Desember 1988
tentang Lembaga Pembiayaan atau yang lebih dikenal dengan Paket Kebijaksanaan
Desember 1988. Kegiatan Anjak Piutang merupakan salah satu kegiatan dari perusahaan
pembiayaan. Perusahaan pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan
pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana ataubarang modal dengan tidak menarik dana
secara langsung dari masyarakat dalam bentuk giro, deposito, tabungan serta surat sanggup
bayar/ Promissory Note.
Perusahaan Anjak Piutang dapat menerbitkan Surat Sanggup Bayar hanya sebagai
jaminan atas utang kepada bank yang sebagai krediturnya. Ketentuan tersebut berdasarkan
Surat Keputusan Presiden No.61 Tahun 1998. Ketentuan diatas dipertegas kembali oleh
Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor448/KMK.017/2000 tanggal 27 Oktober 2000
tentang Perusahaan Pembiayaan yang menyatakan bahwa, Perusahaan Pembiayaan dilarang
menarik dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk giro, deposito, tabungan dan
atau bentuk lain.
Maka dari itu dalam makalah ini, akan membahas seluk beluk usaha anjak piutang
sebagai salah satu bentuk usaha dari lembaga pembiayaan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dan jenis-jenis anjak piutang (factoring)?
2. Apa saja peraturan hukum mengenai anjak piutang (factoring)?
3. Apakah subjek dan objek dari perjanjian anjak piutang (factoring)?
4. Bagaimana isi dan bentuk perjanjian anjak piutang (factoring)?
5. Apa saja keunggulan dan kelemahan perjanjian anjak piutang (factoring)?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Jenis-Jenis Anjak Piutang ( Factoring)


Factoring dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi Anjak Piutang, maksudnya
piutang yang dialihkan.
Pengertian Factoring atau Anjak Piutang di Indonesia yang merupakan hasil adopsi
dari Common Law System, juga dijumpai dalam referensi formal isi kamus Bank Indonesia,
yaitu pengertian anjak piutang adalah kegiatan pembiayaan dalambentuk pembelian dan/atau
pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan atas
transaksi perdagangan dalam atau luar negeri,sedangkan perusahaan yang melakukan anjak
piutang disebut penganjak piutang(Factoring). Pengertian penganjak-piutang adalah pihak
yang kegiatannya membeli piutang pihak lain dengan menangung risiko tak terbayarnya
utang (Factor ).
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No.448/KMK.017/2000, Anjak
Piutang adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan serta
pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatuperusahaan dari transaksi perdagangan
dalam atau luar negeri. Unsur utama pengertian anjak piutang sebagai berikut:
1. Subjek anjak piutang yaitu perusahaan anjak piutang (factoring company), klien
(supplier), dan nasabah (customer );
2. Objek anjak piutang, yaitu piutang jangka pendek milik klien (supplier );
3. Peristiwa anjak piutang, yaitu kontrak pengalihan piutang jangka pendek antara pihak
klien (supplier) dengan perusahaan anjak piutang (factoring company);
4. Hubungan anjak piutang yaitu hubungan kewajiban dan hak antara klien dan perusahaan
anjak piutang.
5. Jangka waktu anjak piutang yaitu sesuai dengan piutang jangka pendek.Piutang
perdagangan jangka pendek umumnya berkisar antara 30-90 hari.Ini berarti setelah
penyerahan barang kepada pembeli (debitur), penjualharus menunggu pembayaran sampai
penjualan kredit itu jatuh tempo.
Menurut Peraturan OJK No.29/POJK.05/2014, Anjak Piutang (Factoring) adalah
kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian piutang usaha suatu perusahaan berikut
pengurusan atas piutang tersebut.
Jenis-jenis Anjak Piutang (Factoring)
a. Berdasarkan tempat kedudukan pihak-pihak.
1) Domestic Factoring : anjak piutang dimana semua pihak berdomisilidalam satu negara
(dalam negeri).
2) International Factoring/ export factoring : anjak piutang dimana pihak klien
berdomisili dalam negeri sementara nasabah berdomisili di luar negeri.
b. Berdasarkan jasa yang diberikan.
1) Full Service factoring : anjak piutang dimana perusahaan anjak piutangyang
memberikan semua jenis jasa anjak piutang baik jasa pembiayaan maupun jasa non
pembiayaan.
2) Maturity factoring : anjak piutang dimana perusahaan anjak piutanghanya terbatas
memberikan jasa-jasa non pembiayaan seperti jasa pembukuan, proteksi dan
pengontrolan kredit serta penagihannya.
3) Finance factoring : anjak piutang dimana perusahaan anjak piutanghanya
menyediakan jasa pembiayaan saja,tanpa ikut menangung risikoatas piutang yang
tidak tertagih.
c. Berdasarkan resiko/tanggung jawab klien
1) Recourse factoring : anjak piutang dimana klien akan ikut menanggungrisiko apabila
nasabah tidak memenuhi kewajibannya. Jadi, perusahaanakan mengembalikan
tanggung jawab (recourse) pembayaran piutang kepada klien atas piutang yang tidak
tertagih dari nasabah.
2) Without recourse factoring : anjak piutang dimana perusahaan anjak piutang yang
akan menanggung risiko apabila nasabah tidak memenuhi kewajibannya. Jadi, klien
tidak bertanggung jawab (without recourse) untuk melunasi atas piutang yang tidak
tertagih dari nasabah.
d. Berdasarkan pemberitahuan
1) Disclosed factoring/notification factoring : anjak piutang dimana pengalihan piutang
kepada perusahaan anjak piutang diberitahukan kepada nasabah. Dengan demikian,
pada saat piutang telah jatuh tempo, perusahaan anjak piutang memiliki hak tagih
kepada nasabah yang bersangkutan.
2) Undisclosed factoring/non-notification factoring : anjak piutang dimana pengalihan
piutang kepada perusahaan anjak piutang tanpa pemberitahuan kepada nasabah.
Dengan demikian nasabah yang bersangkutan, pada saat piutang telah jatuh tempo,
tidak berkewajiban memenuhi tagihan secara langsung kepada perusahaan.
e. Berdasarkan Instrumen pengalihan.
1) Account receivable factoring : anjak piutang dimana pengalihan piutang kepada
perusahaan anjak piutang dilakukan dengan dokumen bukti utang berupa buku
tagihan (account receivable).
2) Promissory notes factoring : anjak piutang dimana nasabah menerbitkansurat
pengakuan utang (Promissory notes) kepada klien. Terhadap surat pengakuan utang
tersebut kemudian klien mengendosir, sehingga piutang beralih kepada perusahaan
anjak piutang.

B. Peraturan-Peraturan Anjak Piutang (Factoring)


1. Segi Hukum Perdata
Ada dua sumber hukum perdata yang mendasari kegiatan Anjak Piutang, yaitu asas
kebebasan berkontrak dan perundang-undangan di bidang hukum perdata.
a. Asas Kebebasan Berkontrak
Hubungan hukum yang terjadi dalam kegiatan Anjak Piutang selalu dibuat
secara tertulis (kontrak) sebagai dokumen hukum menjadi dasar kepastian hukum
(legal certainty). Perjanjian Anjak Piutang inidibuat berdasarkan asas kebebasan
berkontrak yang memuat rumusan kehendak berupa hak dan kewajiban dari
perusahaan Anjak Piutang sebagai pihak penerima pengalihan piutang, dan Clien
sebagai pihak yang mengalihkan piutang.
Perjanjian Anjak Piutang (Factoring agreement ) merupakan dokumen hukum
umum (main legal dokumen) yang dibuat secara sah danmemenuhi syarat-syarat
sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 1320 KUHPerdata, akibat hukum perjanjian
yang dibuat secara sah, maka akan berlaku sebagai undang-undang bagi pihak-
pihak, yaitu perusahaan Anjak Piutang dan Clien (Pasal 1338 ayat (1)
KUHPerdata). Konsekuensi yuridis selanjutnya perjanjian tersebut harus
dilaksanakan dengan itikad baik dan tidak dapat dibatalkan secara sepihak.
Perjanjian Anjak Piutang berfungsi sebagai dokumen bukti yang sah bagi
perusahaan Anjak Piutang dan Client .
b. Undang-Undang di Bidang Hukum Perdata
Perjanjian Anjak Piutang merupakan salah satu bentuk perjanjian khusus yang
tunduk pada ketentuan Buku II dan Buku III KUHPerdata. Sumber hukum utama
Anjak Piutang adalah ketentuan mengenai :
a. Perjanjian jual beli yang diatur dalam Pasal 1457-1540 buku III KUHPerdata
sejauh ketentuan-ketentuan itu relevan dengan Anjak Piutang.
b. Pengalihan piutang
Dalam transaksi Anjak Piutang terjadi proses pengalihan piutang dari
Client kepada Perusahan Anjak Piutang. Cessie adalah penyerahan piutang
atas nama dari kreditur lama kepada kreditur baru, sedangkan Subrogasi
adalah pemindahan hak kreditur kepada pihak ketiga sebagai akibat
dibayarnya harga piutang oleh pihak ketiga tersebut. Jadi, dalam Cessie
menekankan pada segi pengalihan piutang sedangkan Subrogasi menekankan
pada segi pergantian kreditur. Berdasarkan ketentuan tersebut dalam transaksi
Anjak Piutang, pengalihanpiutang dari Client kepada Perusahaan Anjak
Piutang dilakukan dengan akta Cessie (Pasal 613 ayat (1) KUHPerdata).
Selanjutnya, pengalihan piutang tersebut diberitahukan (notification) kepada
atau mendapat persetujuan dari Customer (Pasal 613 ayat (2) KUHPerdata).
Pengalihan piutang dengan sepengetahuan atau persetujuan dari Customer
disebut disclosed facility, adapun jika tidak ada pemberitahuan kepada atau
persetujuan dari Customer disebut undisclosed facility, sehingga nasabah tidak
berkewajibanmembayar tagihan secara langsung kepada Perusahaan Anjak
Piutang (Factor ).
Apabila perusahaan sudah membayar piutang kepada Client, maka sesuai
dengan Pasal 1400 KUHPerdata kedudukan hak tagih Client terhadap
Customer berpindah kepada Perusahaan Anjak Piutang.
Perusahaan Anjak Piutang biasanya membayar lebih dahulu harga
pembelian piutang Client yang besarnya hingga 80 % dari harga jual piutang.
Adapun sisanya akan dibayar setelah tagihan terhadap Nasabah dibayar lunas
setelah dipotong biaya-biaya untuk perusahaan Anjak Piutang.
Pembayaran lebih dahulu (prepayment) ini bukan merupakan panjar
(down payment) atau pembayaran tanda jadi karena prepayment
merupakanbagian dari pembiayaan atas seluruh harga jual piutang. Dengan
demikianfungsi prepayment adalah sebagai fasilitas bagi pembiayaan
perusahaan Client, sehingga kontinuitas usaha terjamin, arus kas (cash flow)
tetap lancar, dan resikoakibat kredit macet dapat dicegah.
c. Subrogasi yang diatur dalam Pasal 1400-1403 buku III KUHPerdata,
penyerahan dengan cessie akan mengakibatkan adanya subrogasi, yaitu
pengantian status kreditur lama ( Client) oleh kreditor baru(perusahaan Anjak
Piutang) terhadap nasabah (debitur).
Selain dari ketentuan-ketentuan dalam buku II dan buku III KUHPerdata yang
relevan dengan Anjak Piutang terdapat juga ketentuan-ketentuan berbagai
undang-undang diluar KUHPerdata yang mengatur aspek Anjak Piutang.
c. Segi Hukum Publik
Sebagai usaha yang bergerak di bidang Jasa Pembiayaan, Anjak Piutang
banyak menyangkut kepentingan publik terutama yang bersifat administratif.
Oleh karena itu ketentuan yang bersifat publik yang relevan berlaku pula pada
Anjak Piutang.

C. Subjek dan objek dari perjanjian Anjak Piutang (Factoring)


1. Subjek Perjanjian Anjak Piutang
a. Perusahaan Anjak Piutang
Perusahaan Anjak Piutang adalah badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan
dalam bentuk pembelian dan/atau pengalihan serta pengurusan piutang atau
tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau
luar negeri. Adapun yang dimaksud dengan transaksi perdagangan adalah
transaksi jual beli barang atau jasa yang pembayarannya dilakukan secara kredit.
Yang dapat menjadi perusahaan Anjak Piutang (Factor ) adalah :
1) Perusahaan yang bergerak khusus dalam usaha anjak piutang.
2) Perusahaan multifinance, yang di samping bergerak di bidang anjak piutang
tetapi bergerak di bidang usaha finansial lainnya, seperti bidang leasing,
consumer finance, kartu kredit dan sebagainya.
3) Bank dapat juga diperkenankan beroperasi di bidang usaha anjak
piutangberdasarkan Undang-undang Perbankan (UU No. 7 Tahun 1992)
yaitusebagaimana ditentukan dalam Pasal 6 butir (1). Jo. Undang-Undang No.
10tahun 1988.
Adapun bentuk badan usaha perusahaan anjak piutang menurut pasal 3 ayat (2)
Keppres No.61 Tahun 1988 jo. Pasal 9 ayat (2) Keputusan Menteri
KeuanganNo.1251 / KMK.013 / 1088 adalah berbentuk perseroan terbatas atau
koperasi.
b. Klien
Penjual piutang (Client ) dalam hal ini adalah pihak yang mempunyai piutang,
piutang mana akan dialihkan kepada perusahaan anjak piutang. Pasal 1 huruf (m)
Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1251/KMK.031/1998 memberi arti kepada
penjual piutang (Client) sebagai suatu perusahaan yang menjual dan/atau
mengalihkan piutang atau tagihannya yang timbul dari transaksi perdagangan
kepada perusahaan anjak piutang (Factor ). Dengan demikian penjual piutang
(Client)diisyaratkan harus merupakan perusahaan, yang berarti usaha dagang
perorangan tidak dimungkinkan untuk menjual piutang nya dengan cara anjak
piutang.
c. Nasabah (Customer)
Customer merupakan pihak (debitur) yang berhutang kepada penjual piutang
(Client ), yang selanjutnya dengan kegiatan anjak piutang, piutang yang terbit
darihutang tersebut dialihkan kepada perusahaan anjak piutang (Factor) nantinya
nasabah (Customer) melunasi pembayaran hutangnya. Dengan kata lain
nasabahpihak yang membeli barang dari Client yang pembayarannya dilakukan
secarakredit. Dengan demikian kedudukan Customer adalah debitur (berutang)
dankedudukan Client sebagai kreditur (berpiutang).
Dalam transaksi Anjak Piutang, piutang Client tersebut selanjutnya
dilaihkankepada Perusahaan Anjak Piutang. Melihat hubungan di atas, terlihat
bahwa Customer mempunyai kedudukan yang penting dalam transaksi Anjak
Piutang, karena Customer -nya yang menentukan macet tidaknya serta lunasnya
piutang Client yang telah dialihkan kepada Perusahaan Anjak Piutang.
2. Objek Perjanjian Anjak Piutang
Berdasarkan batasan anjak piutang dapat diketahui bahwa obyek perjanjian anjak
piutang adalah piutang atau tagihan. Meskipun objek anjak piutang berupa piutang /
tagihan, tetapi tidak semua jenis piutang dapat dianjakpiutangkan. Dalam anjak
piutang hanya piutang yang timbul dari transaksi perdagangan yang dapat
dianjakpiutangkan. Dengan demikian, piutang yang timbul dari hibah, pinjam
meminjam uang (kredit bank) atau perjanjian kerja bukan merupakan objek dari anjak
piutang, sehingga tidak dapat dianjakpiutangkan. Pembatasan lain atas objek anjak
piutang adalah bahwa piutang yang akan dialihkan tersebut berupa piutang jangka
pendek dan belum jatuh tempo. Piutang perdagangan jangka pendek biasanya berkisar
antara 30–90 hari. Piutang perdagangan yang biasanya menjadi objek bisnis anjak
piutang adalah sebagaiberikut:
a. Piutang atas tagihan berdasarkan invoice suatu perusahaan yang belum jatuh
tempo.
b. Piutang yang timbul dari surat-surat berharga yang belum jatuh tempo.
c. Piutang yang timbul dari proses pengiriman barang, sebagai pengganti letter of
credit (LC).
d. Piutang berupa tagihan-tagihan tertentu yang belum jatuh tempo,sepertiyang terbit
dari penggunaan kartu kredit (credit card ), biro perjalanan (travel bureau).

D. Isi dan bentuk perjanjian Anjak Piutang (Factoring)


Kegiatan anjak piutang berupa pengalihan piutang jangka pendek dari klien kepada
perusahaan anjak piutang. Pengalihan piutang tersebut didasarkan pada kehendak
bersama antara perusahaan anjak piutang dan klien yang diwujudkan dalam bentuk
perjanjian. Jadi kegiatan anjak piutang adalah perjanjian antara perusahaan anjak piutang
dan klien dimana berdasarkan perjanjian tersebut perusahaan anjak piutang menyediakan
pembiayaan kepada klien dalam bentuk pembelian dan/ataupengalihan serta pengurusan
piutang atau tagihan jangka pendek yang berasal dari transaksi perdagangan. Dalam
perjanjian anjak piutang minimal memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Ketentuan Umum
a. Ketentuan mengenai penawaran penjualan piutang dari perusahaan klien kepada
perusahaan anjak piutang,termasuk cara dan persyaratan.
b. Ketentuan mengenai penawaran yang memuat hak perusahaan anjak piutanguntuk
menerima atau menolak piutang-piutang yang ditawarkan berdasarkanketentuan
yang disepakati.
c. Ketentuan mengenai harga penjualan piutang, termasuk kalkulasinya, waktu
pembayaran, uang muka (advanced payment ).
d. Ketentuan mengenai jaminan yang diberikan oleh klien atas piutang
yangditawarkan untuk dijual kepada perusahaan anjak piutang dan risiko akibat
jaminan yang tidak benar.
e. Ketentuan mengenai ruang lingkup administrasi piutang yang dilakukan oleh
perusahaan anjak piutang, kewajiban pelaporan kepada klien, dan ketentuanbiaya
administrasi yang diperhitungkan.
f. Ketentuan pembelian kembali piutang dalam hal terjadinya keadaan tertentudan
penetapan harga penjualan kembali piutang tersebut.
2. Keabsahan Piutang (Validity of Receivable)
Perusahaan anjak piutang akan meminta klien memberikan jaminan bahwa piutang
yang dijual benar-benar ada dan barang telah diserahkan ke nasabah.
3. Pengalihan Risiko Perusahaan anjak piutang perlu menetapkan apakah dalam
pengalihan resiko dilakukan dengan syarat without recourse atauwith recourse.
4. Pengalihan Piutang (Cessie)
Dalam pelaksanaan pengalihan piutang (cessie) perlu diatur ketentuan antara lain
sebagai berikut:
a. Pengalihan piutang harus dibuat dalam suatu akta di bawah tangan atauakta
otentik dengan melampirkan dokumen yang mendukung.
b. Setiap faktur yang dialihkan seyogyanya mencantumkan keterangandalamnya
yang menerangkan bahwa faktur tersebut sudah dialihkankepada perusahaan
anjak piutang.
5. Pemberitahuan atau Notifikasi
Pada dasarnya, berdasarkan karakteristik Anjak Piutang, perlu ada pemberitahuan
pengalihan piutang dari Klien kepada Factor terhadap Customer. Hal ini berkaitan
erat dengan pembayaran piutang tersebut dari Customer.
Customer tidak mempunyai kewajiban untuk melakukan pembayaran kepada Factor
selama tidak ada pemberitahuan mengenai pengalihan piutangdari Klien kepada
Factor tersebut. Walaupun begitu, ada juga perjanjian Anjak Piutang yang tidak
mensyaratkan perlunya pemberitahuan kepada Customer tentang adanya pengalihan
piutang dari Klien kepada Factor. Hal tersebut dikarenakan adanya beberapa sebab
seperti kekhawatiran berkurangnya bonafiditas Klien di depan Customernya, atau
Factor dan Klien berkeinginan untuk menjaga perjanjian mereka sebagai perjanjian
yang rahasia. Dalam perjanjian Anjak Piutang dapat dipersyaratkan kemudianbahwa
pembayaran Customer akan diteruskan Klien kepada Factor.
6. Syarat pembayaran
Klien diminta untuk menjaminkan bahwa setiap piutang yang dijual harus memiliki
persyaratan pembayaran yang sama dengan persyaratan penjualanyang disetujui oleh
perusahaan anjak piutang sebelumnya.
7. Perubahan Persyaratan
8. Tanggung Jawab Klien atas Nasabah
9. Jaminan Klien
Pihak Factor maupun klien perlu memperhatikan beberapa ketentuan mengenai
pernyataan dan jaminan yang harus dipenuhi dalam membuat perjanjian Anjak
Piutang, antara lain:
a. Klien harus menjamin bahwa klien adalah pemilik sah dari piutang-piutang yang
dialihkannya walaupun penjualan dilakukan tanpapenanggungan;
b. Klien tidak bertanggungjawab tentang kemampuan membayar dari Customer,
kecuali jika klien telah mengikatkan dirinya untuk bertanggungjawab untuk
piutang tersebut (recourse).
c. Klien harus menjamin bahwa penguasaan piutang oleh Factor adalah bebas dari
kemungkinan tuntutan pihak ketiga, termasuk Customer , dan tidak terdapat
cacat-cacat tertentu yang dapat menerbitkan alasan untuk membatalkan
pembelian piutang.
d. Klien harus menjamin akan mengganti kerugian Factor terhadap setiap tuntutan
dalam bentuk apapun termasuk ongkos-ongkos dan biaya hukumyang diajukan
terhadap Factor oleh Customer atau pihak lain yangberhubungan dengan barang-
barang yang dijual atau jasa-jasa yang dilakukanatau transaksi lain sebagaimana
dinyatakan didalam perjanjian Anjak Piutang, dengan ketentuan bahwa tuntutan
tersebut tidak timbul dikarenakan kelalaian dari Factor sendiri (berlaku untuk
perjanjian recourse dan non-recourse Factoring).
e. Klien harus menjamin untuk tidak melakukan perubahan perjanjiansehubungan
dengan transaksi antara Client dengan Customer yang memungkinkan timbulnya
kerugian dalam bentuk apapun pada Factorsehubungan dengan perjanjian Anjak
Piutang antara Factor dan Klien.
f. Klien harus menjamin bahwa nilai piutang yang dijual kepada Factor adalah
benar dan tidak berkaitan dengan hutang lain yang dimiliki klien atauanak
perusahaannya terhadap Customer. Dalam hal hutang semacam itutimbul, maka
klien menjamin untuk tidak melakukan perjumpaan antara hutangnya kepada
Customer dengan piutang Customer kepada klien yangtelah dijual kepada Factor.
Bentuk perjanjian Anjak Piutang (Factoring)
Berdasarkan syarat dan mekanismenya, dapat disimpulkan bahwa perjanjian anjak
piutang dibuat secara tertulis. Peraturan perundang-undangan tidak menentukan apakah
perjanjian yang tertulis harus dibuat dalam bentuk akta otentik atau akta notaris atau akta
dibawah tangan. Secara yuridis, akta–akta tersebut sama-sama mempunyai kekuatan hukum,
yang membedakan hanyalah pada segi hukum pembuktiannya. Menurut pasal 1870 KUH
Perdata, bukti yang paling kuat adalah bukti dalam bentuk akta otentik. Adapun akta dibawah
tangan baru mempunyai kekuatan pembuktian jika pihak-pihak yang menandatangani akta
tersebut mengakui tandatangannya dalam akta tersebut.
E. Keunggulan dan kelemahan perjanjian Anjak Piutang (Factoring)
1. Keunggulan anjak piutang (Factoring)
a. Membantu sistem administrasi penjualan dan penagihan karena perusahaan anjak
piutang memiliki sistem komputerisasi yang baik, sehingga mampu mengelola
sistem administrasi piutang dan penagihan dengan baik pula.
b. Membantu mengatasi modal kerja karena perusahaan klien memperoleh
pembiayaan secara mudah dan cepat.
c. Membantu mengatasi beban resiko kredit.
d. Membantu memperbaiki sistem penagihan. Perusahaan anjak piutang
mengharapkan pada saat jatuh tempo piutangnya akan dibayar.
e. Membantu mengembangkan usaha klien. Melalui fasilitas anjak piutang, maka
perusahaan klien mendapatkan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang
dengan menjual produk dan jasa yang lebih besar.
2. Kelemahan anjak piutang (Factoring)
a. Pemborosan biaya. Ikut terlibatnya pihak lain yaitu perusahaan anjak piutang
dalam hubungan antara klien dan nasabah sehingga bisa jadi menambah beban
biaya terhadap bisnis yang bersangkutan.
b. Menurunkan reputasi. Karena bisa menimbulkan kesan seolah-olah kondisi klien
dalam keadaan kesulitan dan tidak sanggup mengumpulkan sendiri penagihan
piutangnya.
c. Bisnis rentan risiko karena secara inheren hakikat dari lembaga anjak piutang
adalah tidak menekankan pada jaminan.
d. Kurang professional. Ada kalanya perusahaan anjak piutang tidak professional.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Menurut Peraturan OJK No.29/POJK.05/2014, Anjak Piutang (Factoring) adalah
kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian piutang usaha suatu perusahaan berikut
pengurusan atas piutang tersebut. Dalam prakteknya, anjak piutang merupakan perjanjian
antara perusahaan anjak piutang dengan seorang klien dimana perusahaan anjak piutang
menyediakan pembiayaan kepada klien dalam bentuk pembelian dan/atau pengalihan serta
pengurusan jangka pendek yang berasal dari transaksi perdagangan. Dasar hukum yang
mengatur Anjak Piutang ada didalam Perjanjian jual beli yang diatur dalam Pasal 1457-1540
buku III KUHPerdata dan asas kebebasan berkontrak. Subyek Anjak piutang ialah Klien,
perusahaan anjak piutang dan nasabah.
Objeknya disini ialah piutang. Bukti telah dilakukannya perjanjian anjak piutang
dengan klien tersebut ialah dengan akta otentik, jadi jika kita melakukan kegiatan anjak
piutang tetapi tidak ada akta otentik, maka kegiatan perjanjian anjak piutang tidak berlaku
atau dapat dikatakan tidak terjadi kegiatan anjak piutang atau pengalihan piutang. Kegiatan
anjak piutang ini lebih banyak kelebihannya daripada kelemahannya, salah satunya adalah
dapat membantu mengembangkan perusahaan klien, karna melalui fasilitas anjak piutang,
maka perusahaan klien mendapatkan kesempatan untuk tumbuh dan berkembang dengan
menjual produk dan jasa yang lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA

Sunaryo, Hukum Lembaga Pembiayaan, Jakarta: Sinar Grafika, 2009

http://kholifatulida.blogspot.com/2013/06/anjak-piutang.html. Diunduh pada Selasa, 2 Juni

2015 pukul 20.25.

http://revan-alatas.blogspot.com/2013/07/anjak-piutang.html. Diunduh pada Selasa, 2 Juni

2015 pukul 20.25.

Anda mungkin juga menyukai