Anda di halaman 1dari 11

NAMA : DIVA AZZAHRA MAHARANI

NIM : 210710101196
KELAS : HUKUM PEMBIAYAAN – B

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PERUSAHAAN ANJAK PIUTANG


DALAM KASUS WANPRESTASI

Abstrak
Salah satu kegiatan lembaga pembiayaan adalah anjak piutang. Anjak piutang
merupakan perjanjian innominat yang artinya berada diluar KUHPerdata. Saat ini
muncul sebuah inovasi baru yaitu suatu perusahaan akan lebih mudah
mendapatkan uang tunai dengan cara menjual atau mengalihkan faktur – faktur
piutang yang dimilikinya kepada lembaga pembiayaan yaitu perusahaan anjak
piutang. Menurut Pasal 1 angka 8 Keppres No. 61 Tahun menjelaskan perusahaan
anjak piutang adalah suatu badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan
dalam bentuk pembelian piutang dagang jangka pendek suatu perusahaan telah
termasuk pengurusan piutang itu. Pengaturan tentang tata caca pelaksanaan
perusahaan ini pun telah diatur oleh undang-undang dalam Keputusan Menteri
Keuangan No. 1251/KMK.013/1988 tentang ketentuan dan Tata Cara
Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan bahwa perusahaan anjak piutang adalah
badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian
dan/atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu
perusahaan dan transaksi perdagangan dalam atau luar negeri.

Kata Kunci : Anjak Piutang, Hak dan Kewajiban , Perlindungan Hukum


A. PENDAHULUAN

Pembangunan bidang ekonomi di Indonesia merupakan salah satu bentuk


pembangunan nasional. Pembangunan ini diperlukan adanya dorongan dari
berbagai aspek. Sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber
pembiayaan yang akan menunjang pertumbahan ekonomi tersebut. Seperti kita
ketahui sumber daya alam Indonesia terbentang mulai sabang hingga merauke.
Untuk sumber daya manusia memang masih memerlukan sebuah perbaikan akan
tetapi, dengan semakin berkembangnya zaman, semakin banyak pula orang-
orang yang ahli akan penjagaan sumber daya alam Indonesia yang terkenal sangat
kaya ini. Aspek yang dapat dianggap debagai aspek pendukung penting lainnya
yaitu sumber pembiayaan. Perbankan tidak selamanya dapat menjadi solusi dari
masalah yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia. Karena bank melaksanakan
kebijakan tentang pembatasan pemberian dana. Alternatif lain yang tersedia
adalah sumber pembiayaan Non-Bank. Pemerintah mengeluarkan Keppres No 61
Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan yang bertujuan untuk menghidupkan
lembaga pembiayaan sehingga dapat berkembang sama dengan Bank. Kegiatan
usaha yang dimiliki oleh lembaga pembiayaan berbeda dengan yang dimiliki oleh
perbankan. Beberapa kegiatan usaha lembaga pembiayaan meliputi anjak piutang
(Factoring) , modal ventura (Ventura Capital) , kartu kredit (Credit Card) , sewa guna
usaha (Leasing) , perdagangan surat berharga (Consumer Finance) , dan pembiayaan
konsumen (Consumer Finance).
Salah satu kegiatan lembaga pembiayaan adalah anjak piutang. Anjak
piutang merupakan perjanjian innominat yang artinya berada diluar
KUHPerdata. Akan tetapi, anjak piutang dapat diakui keberadaanya dengan
berlakunya asas kebebasan berkontrak di Indonesia. Dijelaskan dalam Pasal 1338
KUHPerdata ayat (1) dan selama tidak melanggar Pasal 1320 KUHPerdata maka,
perjanjian tersebut tetap bersifat mengikat dan harus ditaati oleh setiap pihak.
Anjak piutang (factoring) adalah kegiatan pengalihan piutang. Di dalam
dunia bisnis, penggunaan strategi untuk memajukan dan mengembangkan
usahanya akan selalu digunakan. Penggunaan segala strartegi tersebut digunakan
untuk memajukan dan meningkatkan keuntungan perusahaan. Inovasi terhadap
cara penjualan produk dilakukan dari berbagai aspek, salah satunya dengan
mempermudah cara pembayaran untuk mendapatkan suatu barang. Saat ini
muncul sebuah inovasi baru yaitu suatu perusahaan akan lebih mudah
mendapatkan uang tunai dengan cara menjual atau mengalihkan faktur – faktur
piutang yang dimilikinya kepada lembaga pembiayaan yaitu perusahaan anjak
piutang. Menurut Pasal 1 angka 8 Keppres No. 61 Tahun menjelaskan perusahaan
anjak piutang adalah suatu badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan
dalam bentuk pembelian piutang dagang jangka pendek suatu perusahaan telah
termasuk pengurusan piutang itu. Pengaturan tentang tata caca pelaksanaan
perusahaan ini pun telah diatur oleh undang-undang dalam Keputusan Menteri
Keuangan No. 1251/KMK.013/1988 tentang ketentuan dan Tata Cara
Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan bahwa perusahaan anjak piutang adalah
badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian
dan/atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu
perusahaan dan transaksi perdagangan dalam atau luar negeri. Pengambilan alih
yang dilakukan oleh perusahaan anjak piutang dapat berupa pengambilan
piutang secara langsung ataupun perusahaan tersebut mengelola administrasi
perusahaan yang mengalami kesulitan dengan menetapkan biaya untuk
pembayarannya dan disepakati oleh kedua belah pihak. Secara sederhana, apabila
suatu perusahaan melakukan pengalihan piutang kepada perusahaan anjak

2
piutang maka, para debitor atau customer akan melakukan pembayaran utang-
utangnya yang dahulu kepada suatu perusahaan, kini pembayaran tersebut
kepada perusahaan anjak piutang tersebut. Kegiatan yang dilakukan oleh
perusahaan anjak piutang meliputi : pengambilan alih tagihan suatu perusahaan
baik dengan cara dibeli atau dilakukan suatu cara lain sesuai dengan kesepakatan
kedua belah pihak dan pengelolaan penjualan kredit. Keuntungan yang di dapat
oleh perusahaan anjak piutang berasal dari jasa penagihan atau service charge
dan/atau berasal dari jasa penagihan atau discount charge.
Saat berkembangnya zaman, anjak piutang semakin memiliki panggung.
Perusahaan akan merasa diuntungkan dengan adanya proses anjak piutang atau
pengalihan tersebut. Dahulu, perusahaan anjak piutang ini tetap memiliki resiko
yang tinggi. Tidak adanya sebuah jaminan dalam perjanjian ini yang
menyebabkan muncul resiko tinggi yang dapat merugikan pihak perusahaan
anjak piutang. Akan tetapi, dengan semakin memiliki nama di dunia bisnis,
perusahaan anjak piutang semakin memperbaiki pelaksanaan pembelian atau
pengalihan piutang tersebut. Pembentukan perjanjian atau kontrak tersebut
disetujui oleh pihak – pihak yang ada di dalam transaksi anjak piutang ini. Pihak
yang terlibat dalam transaksi anjak piutang ini melainkan pihak pertama sebagai
pihak Kreditur (client), pihak kedua pihak Debitor (customer), dan pihak yang
terakhir adalah pihak perusahaan anjak piutang. Pihak-pihak tersebut saling
berhubungan dan saling berkepentingan, sehingga jika tidak ada salah satu dari
pihak di atas, transaksi anjak piutang tersebut tidak akan terealisasikan. Perjanjian
inilah yang menyebabkan hubungan di dalam transaksi ini menjadi hubungan
yang mengikat dan dapat dipertanggungjawabkan apabila terjadi hal-hal yang
dapat merugikan pihak manapun. Perjanjian yang telah dibuat tersebut, mengikat
pihak pihak yang bersangkutan. Ikatan tersebut melahirkan hak dan kewajiban
yang harus dilakukan oleh masing-masing pihak. Dan apabila hak dan kewajiban
itu tidak terlaksana, menjadikannya wanprestasi dan dapat dihukum sesuai
dengan perjanjian yang telah disampaikan pada perjanjian sebelumnya.

B. PEMBAHASAN
1. Hak dan Kewajiban yang harus dipenuhi pada perjanjian jual beli piutang
dalam pembiayaan anjak piutang

Hak dan kewajiban yang didapat dan dilakukan oleh pihak-pihak yang
terlibat dalam transaksi ini sama, meskipun banyak jenis dalam transaksi anjak
piutang. Sebelum mengetahui hak dan kewajiban para pihak, kita dapat mengenal
terlebih dahulu beberapa bentuk transaksi anjak piutang. Sebagai berikut :

• Dari segi keterlibatan klien, anjak piutang dapat dibagi menjadi 2 :

3
a. With Recourse Factoring
With recourse factoring ini adalah anjak piutang dengan jaminan yang
berasal dari penjual piutang. Penjual yang menanggung resiko tidak
tertagihnya piutang baik sebagian atau seluruhnya. Apabila tagihan-
tagihan itu tidak tertagih maka, pihak client akan tetap bertanggung jawab
dengan pembayaran pelunasannya.
b. Without Recourse Factoring
Transaksi ini merupakan transaksi tanpa jaminan dari penjual piutangnya.
Seluruh resiko dan penarikan pembayaran berada di pihak perusahaan
anjak piutang.
• Dari segi negara tempat kedudukan para pihak dibagi menjadi 2 :
a. Domestic Factoring
Bentuk pengalihan utang ini seluruh pihak yang terlibat berada di negara
yang sama.
b. International Factoring
Transaksi anjak piutang sering disebut sebagai Export Factoring. Transaksi
ini terjadi jika pihak nasabah berada di luar negeri.
• Dari segi Jasa dibagi menjadi 2 :
a. Financial Factoring
Transaksi anjak piutang ini melakukan pemberian jasa bantuan finansial.
Bantuan ini diberikan dari pihak perusahaan anjak piutang kepada klien
sebelum ditagihnya suatu piutang. Pemberian bantuan ini dilakukan
setelah pihak clien menyerahkan bukti penjualan dan setelah penanda
tanganan sebuah kontrak.
b. Nonfinancial Factoring
Dalam transaksi ini, pihak perusahaan anjak piutang melakukan
pemberian jasa nonfinansial yaitu melayani kepentingan credit management
yang berasal dari client.1

Bentuk -bentuk transaksi anjak piutang di atas, melahirkan hak dan


kewajiban bagi setiap pihaknya. Hak yang didapatkan berhubungan dengan anjak
piutang subrogasi, novasi dan cessie. Pasal 1400 KUHPerdata menjelaskan
subrogasi adalah perpindahan hak kreditur kepada pihak ketiga. Pihak ketiga
tersebutlah yang melakukan pembayaran kepada pihak kreditur. Untuk inovasi
adalah pembaharuan utang. Pembaruan ini dengan menghapus utang yang lama
dan menggantinya dengan utang baru. Dijelaskan dalam Pasal 1413 KUHPerdata

1
https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/86538/INDAH%20ATMAWATI%201.pdf?sequence=1&
isAllowed=y

4
bahwa inovasi dapat dibedakan menjadi 3 yaitu novasi objektif, novasi subjektif
pasif dan novasi subjektif aktif. Sedangkan cessei adalah penyerahan piutang.
Penyerahan ini dilakukan kreditur lama kepada kreditur baru. Dijelaskan dalam
Pasal 613 KUHPerdata bahwa atas penyerahan piutang atau barang yang tidak
bertubuh, diawali dengan pembuatan akta otentik atau akta di bawah tanah.2
Anjak piutang subrogasi akan terjadi apabila ada perpindahan kepada kreditur
lain. Apabila yang berpindah adalah piutangnya maka, yang berlaku adalah
cessei. Novasi subjektif jarang terjadi di lapangan, dikarenakan jarang ditemui
suatu transaksi anjak piutang di dalamnya terdapat syarat-syarat tentang
perjanjian tersebut diubah. Berikut hak-hak yang dimiliki setiap pihak apabila
berada dalam transaksi anjak piutang.

a. Hak Client
▪ Menerima pembayaran di muka atas harga semua faktur (invoice)
yang telah diserahkan selama perjanjian anjak piutang
berlangsung.
▪ Menerima hasil laporan hasil pemeriksaan pembukuan yang
berhubungan dengan piutang yang dialihkan.

b. Hak Perusahaan Anjak Piutang


▪ Menerima semua faktur (invoice) secara berkala selama perjanjian
anjak piutang berlangsung.
▪ Menerima jaminan bahwa piutang tersebut sah dan benar
adanya.
▪ Melakukan seleksi terhadap piutang tersebut dari client.
▪ Menerima pembayaran atas piutang tersebut dari customer pada
saat jatuh tempo dan dilakukan secara berkala atau bertahap
tanpa adanya tekanan dari pihak manapun.
▪ Melakukan peneguran kepada cutomer, apabila tidak membayar
inoice yang telah jatuh tempo.

Hal yang menjadi hak customer adalah menunggu pemberitahuan tentang


adanya pengalihan kreditur dari client kepada perusahaan anjak piutang serta
beberapa hak lainnya. Hak yang dimiliki customer seperti mendapatkan
perlakuan yang seimbang yang tertulis dalam kontrak perjanjian di awal.

2
http://eprints.undip.ac.id/18244/1/SOFYAN_HIDAYAT.pdf

5
Setelah mengetahui beberapa hak yang dimiliki oleh client, oleh customer,
maupun oleh factor atau perusahaan anjak piutang itu sendiri. Kita perlu
mengetahui kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap pihaknya.3 Kewajiban
ini merupakan suatu biaya yang diperlukan. Besarnya biaya yang dikeluarkan
oleh perusahaan anjak piutang tergantung dengan banyak hal. Resiko yang besar
harus dihadapi, salah satunya adalah besar piutang yang ditagih akan
mempengaruhi dalam masa penagihannya. Biaya-biaya yang dibebankan kepada
pihak perusahaan anjak piutang antara lain :

a. Service charge atau komisi factoring


Jumlah biaya sevice charge untuk jasa non pembiayaan anjak piutang
domestik sekitar 0,5% - 1,5% dari jumlah tagihan. Berbeda dengan anjak
piutang internasional sekitar 1% - 2,5%.
b. Initial payment charge atau biaya bunga
Biaya bunga berhubungan dengan pembyaran di awal. Perusahaan
anjak piutang menetapkan sekitar 2%-3% di atas prime rate.

Selain biaya yang ditetapkan, terdapat kewajiban-kewajiban lain yang


harus dilaksanakan setiap pihak. Berikut kewajiban – kewajiban tersebut :

a. Kewajiban Client
Menyerahkan seluruh invoice yang merupakan objek perjanjian selama
jangka waktu transaksi anjak piutang tersebut berlaku. Penyerahan
invoice disertai dengan beberapa dokumen seperti data-data atau
dokumen – dokumen yang berhubungan dengan utang customer
kepada client adalah benar dan telah lengkap, selanjutnya adalah
adanya piutang yang muncul dari transaksi yang pernah terjadi benar
dan sah, selain melengkapi dokumen-dokumen yang yang telah
disebutkan, client harus menyerahkan seluruh hak yang dia miliki
sebagai pemilik piutang yang sah kepada pihak perusahaan anjak

https://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=1423271&val=4099&title=ANALISIS%20HAK%20DA
N%20KEWAJIBAN%20PARA%20PIHAK%20PADA%20PERJANJIAN%20JUAL%20BELI%20PIUTANG%20DALAM%20PE
MBIAYAAN%20ANJAK%20PIUTANG

6
piutang. Selain hak sebagai pemilik piutang, hak tentang penagihan
harus diserahkan pula tanpa terkecuali. Kewajiban terakhir yang harus
dilakukan client adalah tidak akan melakukan perubahan atas
perjanjian jual beli antara client dan customer, dan tidak akan
memindahkan atau mengalihkan piutang kepada pihak ketiga selain
kepada perusahaan anjak piutang.4
b. Kewajiban Perusahaan Anjak Piutang
Kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pihak perusahaan adalah
pertama membayar seluruh invoice yang diterima sejak awal perjanjian
anjak piutang. Setelah membayar seluruh faktur, melaksanakan
pemeriksaan pembukuan atas utang yang telah diajuakan. Berdasarkan
hasil pemeriksaan pembukuan itu, dilakukanlah penagihan atas
piutang yang telah dialihkan kepada customer dan melaporkan segala
posisi utang dan piutang secara jelas dan rinci kepada setiap pihak.5
2. Perlindungan hukum terhadap Perusahaan Anjak Piutang yang terjadi
wanprestasi di dalam pelaksanaannya

Wanprestasi memiliki 4 klasifikasi, jika memenuhi salah satu dari syarat ini
maka dapat dikatakan sebagai wanprestasi. Keadaan wanprestasi seperti tidak
memenuhi perjanjian, melakukan suatu hal yang dilarang di dalam perjanjian,
memenuhi prestasi tetapi tidak sempurna, dan terlambat melakukan prestasi. Jika
debitur wanprestasi dimana keadaan disebabkan oleh kelalaiannya sehingga
tidak dapat memenuhi prestasinya. Wanprestasi ini dapat menjadikan salah satu
pihak merasakan kerugian. Pihak yang dirugikan dapat menuntut gugatan
seperti pemenuhan prestasi, ganti rugi, pemutusan atau pembatalan perjanjian,
pemenuhan prestasi yang dilengkapi dengan pembayaran ganti rugi, ataupun
pembatalan perjanjian dengan pembayaran ganti rugi.6

4
https://repository.uir.ac.id/1676/1/151020142.pdf

5
https://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=1423271&val=4099&title=ANALISIS%20HAK%20DA
N%20KEWAJIBAN%20PARA%20PIHAK%20PADA%20PERJANJIAN%20JUAL%20BELI%20PIUTANG%20DALAM%20PE
MBIAYAAN%20ANJAK%20PIUTANG

6
https://journal.unpar.ac.id/index.php/veritas/article/view/3173/2809

7
Client diwajibkan menyerahkan barang kepada customer sesuai dengan
perjanjian. Jika client yang melakukan wanprestasi contohnya dengan
memberikan barang yang cacat atau tidak sesuai dengan yang diperjanjikan, maka
customer dapat melakukan somasi. Akan tetapi, jika client melakukan
wanprestasi dikarenakan keadaan memaksa (overmacht) maka clien tidak dapat
digugat ganti rugi sesuai dengan Pasal 1245 KUHPerdata. Di atas merupakan
apabila terdapat wanprestasi antara debitor dan kreditor. Berbeda dengan apabila
pihak perusahaan anjak piutang yang menjadi pihak yang dirugikan.
Perlindungan hukum merupakan perlindungan dengan sarana hukum.
Perlindungan hukum dibagi menjadi 2 yaitu, perlindungan preventif dan
perlindungan yang bersifat represif.7 Bentuk perlindungan hukum bagi
perusahaan anjak piutang yang menggunakan bentuk Without Recourse Factoring.
Bentuk anjak piutang ini perusahaan anjak piutang akan bertanggungjawab
penuh atas segala resiko yang dikarenakan nasabah tidak mampu memenuhi
kewajibannya. Untuk menghindari atau menghindarkan kerugian terhadap faktor
tersebut apabila piutang usaha yang merupakan hak asasi dari faktor tersebut
tidak dapat ditagih, maka faktor tersebut perlu diberi perlindungan hukum, dan
hal ini memerlukan jaminan. Hak untuk memperoleh kembali piutang dari suatu
faktor timbul dari suatu kontrak hubungan hukum , yaitu perjanjian anjak
piutang. Baksan Mustafa menjelaskan bahwa hak mewakili kekuasaan, dan
kekuasaan dapat dipertahankan atas setiap orang, artinya setiap orang harus
mengakui, menghormati, dan mematuhi hak tersebut. Demikian pula dengan H.J.
Mack. Closkey menegaskan bahwa hak secara umum dapat diartikan sebagai
tuntutan atau kepemilikan seseorang atas sesuatu hal. Seseorang mempunyai hak
jika orang tersebut mempunyai hak untuk bertindak dengan cara tertentu, atau
jika orang lain mempunyai kewajiban terhadap orang tersebut untuk bertindak
dengan cara tertentu. Karena tingginya resiko yang ditimbulkan sangat tinggi,
beberapa perlindungan hukum yang dapat diberikan kepada pihak perusahaan
anjak piutang sebagai berikut :
1. Penggunaan Recourse Factoring
Penggunaan ini dapat memberikan jaminan penagihan utang dari
customer. Langkah ini dapat mengurangi resiko apabila customer tidak
memenuhi kewajibannya.
2. Penggunaan Personal/Corporate Guarantee
Sistem penanggungan jaminan utang melalui Personal/Corporate
Guarantee ini, pihak ketiga mengikatkan diri sebagai penanggung atau
penjamin tagihan. Personal Guarantee merupakan jaminan pribadi dan
Corporate Guarantee adalah jaminan perusahaan. Apabila customer tidak

7
Philipus M. Hadjon, 1987, Perlindungan Hukum bagi Rakyat Indonesia, PT Bina Ilmu, Surabaya, hlm.2.

8
memenuhi kebutuhannya, maka pihak penanggung inilah yang akan
menjamin utangnya. Penanggungan ini tertera dalam Pasal 1820
KUHPerdata. Penanggungan dimaksud adalah perjanjian dimana
pihak ketiga untuk kepentingan si berutang mengikatkan diri untuk
memenuhi perikatannya dengan si berpiutang. Penanggungan ini
dibuat oleh dan untuk pihak perusahaan anjak piutang itu tersebut.
Perjanjian ini dibuat saat perjanjian pokok adanya, sehingga saat
perjanjian pokok berakhir maka penanggungan ini juga akan berakhir.
Tata cara penggunaan penanggungan ini, pihak penanggung akan
membayar utang customer kepada perusahaan anjak piutang. Apabila
customer melakukan wanprestasi, maka customer akan didahulukan
membayar utangnya dengan menjual harta bendanya. Setelah harta
kekayaan yang dimiliki tidak mencukupi, perusahaan anjak piutang
akan menanggung sisanya.
3. Menerapkan Prinsip Kehati-hatian (Prudential Principle)
Penerapan prinsip ini mencegah adanya kegagalan dalam penarikan
utangnya. Perusahaan dapat melakukan cross check terhadap utang
yang akan ditangunggnya. Klien juga diharapkan memberikan jaminan
bahwa piutang yang dijualnya benar dan sudah ada. Perusahaan harus
menerapkan 5C (Character, Capacity, Capital, Condition of Economy,
Collateral).
C. PENUTUP
1. Kesimpulan
Transaksi anjak piutang adalah hak dan kewajiban yang didapat dan
dilakukan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi ini sama. Anjak
piutang dapat dibagi menjadi 2 segi keterlibatan klien: With Recourse
Factoring, Without Recourse Factoring, Domestic Factoring, International
Factoring, Financial Factoring, dan Nonfinancial Factoring. Hak yang
didapatkan berhubungan dengan anjak piutang subrogasi, novasi dan cessie.
Hak client adalah menerima pembayaran di muka atas harga semua faktur
(invoice) yang telah diserahkan selama perjanjian anjak piutang berlangsung.
Hasil laporan hasil pemeriksaan pembukuan yang berhubungan dengan
piutang yang dialihkan. Hal yang menjadi hak customer adalah menunggu
pemberitahuan tentang adanya pengalihan kreditur dari client kepada
perusahaan anjak piutang serta beberapa hak lainnya. Hal yang dimiliki oleh
client, oleh customer, maupun oleh factor atau perusahaan anjak piutang itu
sendiri. Kewajiban ini merupakan suatu biaya yang diperlukan, yang
tergantung dengan banyak biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan anjak
piutang.

9
Wanprestasi adalah 4 klasifikasi yang memenuhi salah satu syarat ini.
Wanprestasi merupakan pihak merasakan kerugian, yang dirugikan dapat
menuntut gugatan seperti pemenuhan prestasi, ganti rugi, pemutusan atau
pembatalan perjanjian, pemenuhan prestasi yang dilengkapi dengan
pembayaran ganti rugi, ataupun pembatalan perjanjian dengan pembayaran
ganti rugi. Client diwajibkan menyerahkan barang kepada customer sesuai
dengan perjanjian. Perlindungan hukum merupakan perlindungan dengan
sarana hukum. Bentuk perlindungan hukum bagi perusahaan anjak piutang
yang menggunakan bentuk Without Recourse Factoring, harus
bertanggungjawab penuh atas segala resiko yang dikarenakan nasabah tidak
mampu memenuhi kewajibannya. H.J. Mack. Closkey menegaskan bahwa hak
mewakili kekuasaan, dan kekuasaan dapat dipertahankan atas setiap orang.
Penanggungan ini dapat memberikan jaminan penagihan utang dari customer,
dan kepentingan si berutang mengikatkan diri untuk memenuhi perikatannya
dengan si berpiutang. Penanggungan ini dibuat oleh dan untuk pihak
perusahaan anjak piutang itu tersebut. Prinsip Kehati-hatian (Prudential
Principle) mencegah kegagalan dalam penarikan utangnya, dan Perusahaan
dapat melakukan cross check terhadap utang yang akan ditangunggnya.

2. Saran
Berdasarkan pembahasan terhadap permasalahan dan kesimpulan di
dalam makalah ini, maka saran yang dapat penulis berikan adalah :
a. Hak dan kewajiban yang dimiliki para pihak dalam transaksi anjak
piutang seharusnya di jelaskan secara jelas dalam perjanjian pada awal.
Kontrak perjanjian ini akan menjadi sebuah hubungan hukum yang
memiliki kepastian hukum.
b. Dengan adanya kapstian hukum, setiap pihak akan terhindar dari
sebuah perbuatan wanprestasi. Wanprestasi yang terjadi dalam anjak
piutang terjadi dimana adanya kegagalan dalam penagihan utang.
Dengan adanya perjanjian di awal perlu dilengkapi dengan
penyelesaian sengketa apabila terjadi wanprestasi pada proses anjak
piutang.

10
DAFTAR PUSTAKA

Edwin, N. (Juni 2017). Anjak Piutang Dalam Ekonomi Islam . Jurnal Ekonomi Islam Vol.8, No.1, 95-110.

Ketut Hari, D. G. (n.d.). Kedudukan Perusahaan Anjak Piutang Dalam Hal Pihak Nasabah Wanprestasi. 5.

Mayasari, I. D. (Juli 2015). PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PERUSAHAAN FACTOR DALAM


PENAGIHAN PIUTANG DAGANG PADA TRANSAKSI ANJAK PIUTANG. Jurnal Magister Hukum
Udayana Vol.4, No.2, 366 - 367.

Muh.Hendra, R. S. (n.d.). Analasis Hak dan Kewajiban Para PIhak Pada Perjanjian Jual Beli Piutang Dalam
Pembiayaan Anjak Piutang. 5-8.

Sudjana. (2019). Akibat Hukum Wanprestasi Dan Tanggungjawab Para pihak Dalam Transaksi Anjak
Piutang. Unpar Jurnal, 383 - 388.

11

Anda mungkin juga menyukai