Untuk penghitungan penghasilan kena pajak, tidak semua biaya yang dikeluarkan perusahaan
dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. Pasal 9 ayat 1 UU PPh Nomor 36 Tahun 2008
menyebutkan jenis-jenis biaya yang tidak boleh diperkurangkan dari penghasilan bruto.
Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali:
Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan
kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan
perusahaan anjak piutang;
Cadangan untuk asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh badan
penyelenggara jaminan sosial;
Cadangan penjaminan untuk lembaga penjamin simpanan;
Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
Cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri, yang
ketentuan dan syarat- syaratnya diatur dengan atau berdasarkan peraturan menteri keuangan.
Financial factoring, yaitu perusahaan anjak piutang yang hanya menyediakan fasilitas
pembiayaan saja tanpa ikut menanggung risiko atas piutang tak tertagih. Penyediaan
pembiayaan dana tunai pada saat penyerahan faktur kepada perusahaan factoring sampai sejumlah
80% dari nilai seluruh faktur sesuai dengan besarnya plafon pembiayaan (limit kredit). Klien tetap
bertanggung jawab terhadap pembukuan piutang dan penagihannya, termasuk menanggung
risiko tidak tertagihnya piutang tersebut.
2.SEWA GUNA USAHA (LEASING)
Pengertian Sewa Guna Usaha (Leasing)
Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan No.1169/KMK.01/1991 tanggal 21 Nopember
1991, sewa guna usaha (leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang
modal, baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun secara sewa guna
usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu
berdasarkan pembayaran secara berkala.
Pembayaran kepada badan usaha atas jasa consumer finance atau jasa pembiayaan menurut
Pasal 23 ayat (4) huruf h UU PPh bukan objek pemotongan PPh Pasal 23. Sedangkan menurut Pasal
4A ayat (3) huruf d UU PPN, jasa pembiayaan merupakan Non-JKP sehingga atas penyerahannya
tidak terutang PPN.
Untuk dapat dianggap atau diperlakukan sebagai finance lease dan memperoleh treatment
pajak, leasing harus memenuhi seluruh kriteria berikut:
Jumlah pembayaran leasing selama masa leasing pertama ditambah dengan nilai sisa barang
modal, harus dapat menutup harga perolehan barang modal dan keuntungan lessor
Masa leasing ditetapkan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun untuk barang modal Golongan I,
atau 3 (tiga) tahun untuk barang modal Golongan II dan III, dan 7 (tujuh) tahun untuk Golongan
bangunan. Penggolongan barang modal dalam konteks ini merujuk sepenuhnya pada Pasal 11
UU PPh yaitu penggolongan harta untuk keperluan penghitungan penyusutan yang rincian jenis
hartanya ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 96/PMK.03/2009
tanggal 15 Mei 2009
Perjanjian leasing memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee
kontrak leasing adalah apabila lessor-nya perusahaan leasing yang sudah mendapat izin dari
Menteri Keuangan dan melakukan kegiatan sewa guna usaha (leasing). Jika lessor tidak atau
belum memperoleh izin dari Menteri Keuangan, maka kontrak pembiayaan itu bukan kontrak
leasing
Jenis sewa guna usaha yang diakui menurut perpajakan hanya ada dua, yaitu:
1. Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi (Finance Lease / Capital Lease)
Financial Lease merupakan suatu bentuk sewa dimana kepemilikan barang tersebut
berpindah dari pihak pemberi sewa kepada penyewa. Bila dalam masa akhir sewa pihak
penyewa tidak dapat melunasi sewanya, barang tersebut tetap merupakan milik pemberi
sewa (perusahaan leasing). Kegiatan sewa guna usaha digolongkan sebagai sewa guna usaha
dengan hak opsi apabila memenuhi karakteristik sebagai berikut:
a. Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha pertama
ditambah dengan nilai sisa barang modal, harus dapat menutup harga perolehan
barang modal dan keuntungan lessor.
b. Masa sewa guna usaha ditetapkan sekurang-kurangnya 2 tahun untuk barang modal
golongan I, 3 tahun untuk barang modal golongan II dan III, dan 7 tahun untuk
golongan bangunan.
c. Perjanjian sewa guna usaha memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee.
2. Sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease)
Operating lease merupakan suatu proses menyewa suatu barang untuk mendapatkan hanya
manfaat barang yang disewanya, sedangkan barangnya itu sendiri tetap merupakan milik
bagi pihak pemberi sewa. Kegiatan sewa guna usaha digolongkan sebagai sewa guna usaha
tanpa hak opsi apabila memenuhi karakteristik sebagai berikut:
a. Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha pertama tidak
dapat menutupi harga perolehan barang modal yang disewagunausahakan ditambah
keuntungan lessee.
b. Perjanjian sewa guna usaha tidak memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee.
3. Perbedaan Finance Lease dan Operating Lease
a. Finance Lease
Perjanjian tidak dapat dibatalkan
Masa sewa selama umur ekonomis
Ada hak opsi
Transaksi keuangan
Tidak dikenakan PPn
Bersifat full pay out
Lessor tidak dapat menyusutkan barang
b. Operating Lease
Perjanjian dapat dibatalkan
Masa sewa relatif singkat
Tidak ada hak opsi
Transaksi sewa menyewa
Dikenakan PPn
Tidak bersifat full pay out
Lessor dapat menyusutkan barang modal.
I. BukanBangunan
Permanen 20 Tahun
Tidak Permanen 10 Tahun 5%
10%
Daniel Benyamin de Poere dan Siti Ita Rosita Program Studi Akuntansi, Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan Bogor, Indonesia
E-Mail : rositaita50@yahoo.com
Sesuai dengan keputusan pajak terbaru UU PPh nomor 36 tahun 2008 Bagi WP badan, tarif
PPh yang semula terdiri dari 3 lapisan (10%, 15% dan 30%) menjadi tarif tunggal 28%. Tarif PPh
ini digunakan untuk mengurangi laba kena pajak hasil dari koreksi fiskal terhadap biaya yang
dapat dikurangkan.
Dan untuk perhitungan penghematan pajak dapat dilakukan dengan cara:
1. menjumlahkan semua biaya yang dapat dibebankan pada aktiva tetap baik nilai penyusutan,
biaya administrasi dan biaya asuransi, maupun nilai payment lease.
2. setelah mendapakan nilai dari penghasilan kena pajak, lalu mengkalikan jumlah penghasilan
kena pajak dengan tarif pajak tunggal yang telah ditetapkan,
3. setelah didapat nilai pajak yang harus dibayarkan perusahaan, maka untuk menilai
penghematan pajak yang akan dibayarkan dapat dicari dengan menggunakan discount factor.
Rumus: FV = PV ( 1 + i )t
Dimana : FV = FutureValue
PV = present Value
i = annual interest rate
Untuk menghitung annual interest rate dengan tingkat bunga 7,5% yaitu dengan menggunakan
rumus 1 / ( 1 + i )t
Berikut ini adalah besarnya pembayaran sewa guna usaha (lease payment) yang dilakukan oleh
PT.Sarana Garment (lessee).
Perbandingan Biaya-biaya yang boleh dikurangkan dengan pembelian secara tunai, kredit bank,
dan leasing (menggunakan metode penyusutan garis lurus)
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dapat dilihat bahwa dampak atau pengaruh biaya
yang dapat dikurangkan dalam rangka menghitung penghasilan kena pajak, untuk alternatif
pembelian melalui sewa guna usaha (leasing) biaya yang dapat dikurangkan dalam pembayaran
pajak adalah pembiayaan paling besar karena semua lease payment, ditambah biaya administrasi,
serta biaya penyusutan sebesar nilai sisa (residual value) boleh dibiayakan, sedangkan untuk
alternatif pembelian melalui kredit bank hanya biaya penyusutan, biaya administrasi dan biaya
bunga atas pinjaman pada bank dan juga untuk alternatif pembelian secara tunai hanya biaya
penyusutan yang dapat dibiayakan.
Apabila menggunakan penyusutan (penyusutan yang dipercepat atau accelerated depreciation).
Hal ini akan mempengaruhi besarnya pajak penghasilan yang dapat dihemat oleh perusahaan.