Anda di halaman 1dari 4

Nama : Pani Nurahmawati

NPM : 110120220008
Factoring (Anjak Piutang)
Bahan Diskusi Senin, 26 September 2022
1. Apa yang dimaksud dengan Anjak Piutang (Factoring)? Dan bagaimana
kegiatan usaha Factoring?
Menurut Pasal 1 angka 7 POJK Nomor 35 /POJK.05/2018 tentang
Penyelenggara Perusahaan Pembiayaan, factoring yang selanjutnya disebut Anjak
Piutang adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian piutang usaha suatu
perusahaan berikut pengurusan atas piutang tersebut.Sementara menurut Penjelasan
Pasal 6 huruf l Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 dan Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 tentang Perbankan memberi arti factoring sebagai kegiatan pengurusan
piutang atau tagihan jangka pendek dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri
yang dilakukan dengan cara pengambilalihan atau pembelian piutang tersebut.
Penggunaan jasa perusahaan anjak piutang sangat membantu perusahaan
dalam kondisi antara lain sebagai berikut:
a. Perusahaan yang sedang melakukan ekspansi pemasaran. Perusahaan anjak
piutang dapat memberikan informasi mengeni keadaan pasar yang akan
dimasuki oleh perusahaan yang bersangkutan (klien).
b. Perusahaan baru yang berkembang pesat, sementara bagian kreditnya kurang
mampu mengimbangi ekspansi perusahaan. Dengan jasa factoring, pihak
klien diharapkan dapat menyusun rencana ekspansi secara lebih leluasa, dan
fungsi pengelolaan kredit diambil alih oleh perusahaan anjak piutang.
c. Perusahaan klien akan dapat beroperasi lebih efisien dengan menyerahkan
pengelolaan kreditnya kepada perusahaan anjak piutang karena tidak perlu
lagi membentuk unit organisasi yang berfungsi sebagai bagian kredit yang
tentunya akan menambah biaya operasi.
Perusahaan dapat memeproleh pembiayaan siap pakai yang disediakan oleh
perusahaan anjak piutang.
2. Bagaimana peran Perusahaan Factoring (Factor) pada suatu perusahaan
dalam memperoleh biaya tambahan bagi pengelolaan perusahaan dan ekspansi
usaha?
Perusahaan factoring memiliki peran dalam hal pengelolaan perusahaan dan
pembiayaan dalam ekspansi usaha. Perusahaan factor dapat membantu dengan

1
memberikan informasi yang detail yang mereka miliki dan terbiasa melakukannya.
Melalui anjak piutang, dimungkinkan bagi perusahaan-perusahaan untuk memperoleh
sumber pembiayaan secara mudah dan cepat sampai 80% dari nilai faktur
penjualannya secara kredit. Kemudian dengan adanya factoring, akan memberikan
manfaat berupa kelancaran modal kerja, yakni factoring memungkinkan klien untuk
mengkonversikan piutangnya yang belum jatuh tempo menjadi dana tunai dengan
prosedur yang relatif mudah dan cepat. Tersedianya dana tunai yang lebih besar dapat
dimanfaatkan oleh klien untuk mendanai setiap kegiatan operasional, seperti untuk
pembelian bahan baku, memperbanyak produksi barang, untuk pembayaran gaji dan
bahkan untuk biaya pemasaran. Selain itu, factoring juga tidak memberlakukan sistem
collateral seperti hipotik, gadai, fidusia, dan sebagainya. Maka dari itu factoring bisa
sangat bermanfaat bagi perusahaan menengah ke bawah yang tidak sanggup
menyediakan collateral seperti itu, sehingga memiliki kesempatan untuk
mengembangkan usahanya. Bagi perusahaan eksportir, jika ada kesulitan dalam
penerbitan L/C, maka factoring dapat menjadi alternatif yang baik, dan sistem
pembayaran lewat jasa factoring memberikan bayaran tunai yang lebih cepat dari L/C.
3. Apakah semua tagihan (piutang) yang dimiliki Klien dapat dijual kepada
Factor?
Unsur dari pembiayaan melalui perusahaan factoring adalah adanya piutang
(tagihan). Tetapi, tidak semua piutang milik klien dapat dialihkan atau dijual kepada
perusahaan factor, misalnya kredit bank. Termasuk juga piutang yang timbul dari
transaksi pinjam uang lainnya. Piutang yang menjadi objek factoring adalah apa yang
disebut dengan piutang dagang, yaitu tagihan-tagihan bisnis yang belum jatuh tempo
(account receivable), baik yang dikeluarkan dengan memakai surat berharga, seperti
Promissory Notes, atau hanya berupa tagihan lewat invoice dagang biasa. Factoring
bukan ditujukan terhadap piutang yang sudah macet. Berikut piutang dagang yang
menjadi objek factoring:
a. Piutang yang terdiri dari seluruh tagihan berdasarkan invoice-invoice dari
suatu perusahaan yang belum jatuh tempo;
b. Piutang yang timbul dari surat-surat berharga yang belum jatuh tempo;
c. Piutang yang timbul dari suatu proses pengiriman barang. Jadi sebagai
pengganti L/C;

2
d. Piutang yang merupakan tagihan-tagihan tertentu yang belum jatuh tempo.
Misalnya yang terbit dari penggunaan kartu kredit, biro perjalanan, dan
sebagainya.
4. Apakah penagihan piutang oleh Factor sama dengan debt collector?
Jasa yang diberikan debt collector sangat berlainan dengan factoring. Kalau
jasa debt collector hanya dalam bidang penagihan, dan tanpa harus menanggung
resiko-resiko finansial, sedangkan jasa factoring, di samping bidang penagihan,
diberikan juga jasa financing dan pengelolaan kredit. Kemudian, sampai batas-batas
tertentu, perusahaan factor ikut juga terlibat dalam transaksi bisnis dan ikut
menanggung resiko tertentu yang bersifat finansial.
5. Apa dasar pemikirannya bahwa Factor dilarang melakukan transaksi Anjak
Piutang tanpa pemberian jaminan dari Klien dengan jangka waktu piutang
usaha lebih dari 2 (dua) tahun?
Mengenai hal ini disebutkan dalam Pasal 10 ayat (2) POJK Nomor 35
/POJK.05/2018 tentang Penyelenggara Perusahaan Pembiayaan. Pembiayaan melalui
factoring digolongkan ke dalam short term financing. Karena itu, tagihan-tagihan
yang dialihkan oleh klien kepada perusahaan factor merupakan tagihan-tagihan
berjangka waktu relatif pendek. Bisa dikatakan larangan melakukan transaksi
factoring tanpa jaminan dalam jangka waktu lebih dari 2 tahun ini dikarenakan beban
tagihan beserta seluruh resikonya sepenuhnya diletakkan pada pihak perusahaan
factor. Jika misalnya terjadi kegagalan dalam hal penagihan piutang, maka itu
menjadi tanggung jawab pihak perusahaan factor, sementara pihak klien tidak lagi
bertanggung jawab. Perusahaan factor akan bertanggung jawab atas ketidakmampuan
pihak debitur atas tidak terbayarnya piutang dagang yang telah dijual oleh pihak klien
terhadap pihak perusahaan factor. Hal ini bisa menimbulkan kerugian terhadap
perusahaan factor, karena tidak ada jaminan yang bisa menggantikan pembayaran
apabila terjadi kegagalan dalam penagihan. Aturan tersebut merupakan salah satu
bentuk perlindungan terhadap perusahaan factor (tindakan preventif).
6. Bagaimana keunggulan dan kelemahan alternatif sumber pembiayaan bagi
perusahaan melalui Factoring dalam mengatasi masalah pendanaan?
Berikut merupakan keunggulan dan kelemahan pembiayaan melalui factoring,
yaitu:
a. Keunggulan/manfaat:

3
1) Dapat menurunkan biaya produksi, yakni dengan adanya pembayaran
lebih cepat, maka kegiatan usaha dapat memanfaatkan price discount,
dan quantity discount dari suatu produk;
2) Membantu meningkatkan sumber kredit, yakni dengan adanya fasilitas
advanced payment dari perusahaan factor;
3) Meningkatkan daya saing dari dunia usaha, dengan timbulnya
kemungkinan melakukan perdagangan secara open account;
4) Dengan cepatnya mendapatkan instant cash, maka factoring dapat
membantu peningkatan perolehan laba dari dunia usaha;
5) Pengambilalihan resiko kerugian dunia usaha jika ternyata tagihan tidak
bisa dicairkan;
6) Secara umum, factoring dapat membantu akselerasi proses perputaran
roda perekonomian.
b. Kelemahan:
1) Pemborosan biaya, karena terlibatnya pihak lain, yaitu pihak perusahaan
factor (domestik, atau domestik dan luar negeri) dalam hubungan antara
klien dengan nasabah, maka bisa jadi akan menambah beban biaya
terhadap bisnis yang bersangkutan.
2) Menurunkan reputasi, bagi negara-negara dimana institusi factoring
belum memasyarakat, maka ada kesan seolah-olah klien yang
menyerahkan piutangnya kepada perusahaan factor dalam keadaan
kesulitan dan tidak sanggup mengkolek sendiri penagihan piutangnya.
3) Bisnis rentan resiko, karena hakikat inherent dalam institusi factoring,
seperti absennya collateral, maka dapat timbul anggapan bahwa bisnis
dari perusahaan factor mengandung risiko tinggi terhadap keberhasilan
dalam mengkolek piutang.
4) Kurang profesional, ada juga kelemahan factoring yang sifatnya
temporer, yakni tidak adanya profesionalisme perusahaan factor. Ini
disebabkan karena bisnis factoring belum begitu populer. Banyak
kalangan masih menganggap bisnis factoring ini sebagai lender of the
last resort;
5) Tidak adanya ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur
secara khusus mengenai perusahaan factoring.

Anda mungkin juga menyukai