Anda di halaman 1dari 13

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Piutang

3.1.1 Pengertian

Piutang adalah hak atau tuntutan kepada pihak lain baik

perseorangan maupun usaha yang mengakibatkan adanya penerimaan

kas di masa yang akan datang sebagai akibat atas penjualan barang

atau jasa yang dilakukan pada waktu ini. Terdapat beberapa pengertian

piutang menurut beberapa ahli di bidangnya masing-masing, antara

lain:

Menurut Rudianto (2009:224), “Pengertian piutang menurut

Rudianto adalah klaim perusahaan atas uang, barang, atau jasa kepada

pihak lain akibat transaksi di masa lalu”

Menurut Hery, (2015:29), “Mengacu pada sejumlah tagihan

yang akan diterima oleh perusahaan (umumnya dalam bentuk kas) dari

pihak lain, baik sebagai akibat penyerahan barang dan jasa secara

kredit”

Menurut Sri Dwi Ari Ambarwati (2010:155), “Sejumlah saldo

yang akan diterima dari pelanggan.”

Berdasarkan pengertian di atas maka penulis menarik

kesimpulan bahwa piutang adalah sebuah klaim/tagihan yang muncul

13
akibat adanya sebuah transaksi secara kredit yang sewaktu-waktu

dapat ditagih oleh penjual.

3.1.2 Jenis Piutang

Piutang digolongkan ke dalam tiga jenis piutang, yaitu:

a. Piutang Usaha

Piutang usaha adalah piutang yang terjadi karena adanya

penjualan barang atau jaga secara kredit. Piutang ini biasanya akan

jatuh tempo dalam waktu 30 (tiga puluh) sampai 60 (enam puluh)

hari. Piutang usaha atau disebut juga piutang dagang adalah

bagian dari aset keuangan yang diatur dalam tiga PSAK

(Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) sebagai berikut:

1. PSAK 50 (revisi 2010) Instrumen Keuangan: Penyajian yang

merupakan konvergensi dari IAS 32 (International Accounting

Standards 32) Financial Instrument: Presentation (revised

2009)

2. PSAK 55 (revisi 2011) Instrumen Keuangan: Pengakuan dan

Pengukuran yang merupakan konvergensi dari IAS 39

(International Accounting Standards 39) Financial

Instruments; Recognition and Measurment (revised 2009)

3. PSAK 60 Instrumen Keuangan: Pengungkapan yang

merupakan konvergensi IFRS 7 ( International Financial

Reporting Standards 7) Financial Instrument: Disclosures.

14
b. Piutang Wesel

Piutang wesel merupakan sebuah penguatan dari piutang

usaha. Piutang wesel adalah sebuah janji tertulis yang tidak

mempunyai syarat untuk membayar sejumlah uang dimasa yang

akan datang karena adanya transaksi jual-beli secara kredit di

masa sekarang. Piutang wesel juga sering dikenal dengan istilah

surat promes. Piutang wesel juga dibagi menjadi dua, yaitu: wesel

berbunga dan wesel tidak berbunga.

c. Piutang Lain–Lain

Piutang lain-lain adalah piutang yang tidak termasuk dalam

kategori piutang usaha dan piutang wesel. Contohnya Piutang

terhadap karyawan.

3.1.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Besarnya Piutang

Piutang merupakan aktiva yang penting dalam perusahaan dan

dapat menjadi bagian yang besar dari likuiditas perusahaan. Besar

kecilnya piutang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Bambang Riyanto

(2010:85-87) menjelaskan bahwa besarnya piutang disebabkan oleh

faktor-faktor sebagai berikut :

1. Volume Penjualan Kredit.

Makin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan

penjualan memperbesar jumlah investasi dalam piutang. Dengan

semakin besarnya volume penjualan kredit setiap tahunnya bahwa

15
perusahaan itu harus menyediakan investasi yang lebih besar lagi

dalam piutang. Makin besarnya jumlah piutang berarti makin

besarnya risiko, tetapi bersamaan dengan itu juga memperbesar

keuntungan (profitability).

2. Syarat Pembayaran Penjualan Kredit

Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau

lunak. Apabila perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang

ketat berarti bahwa perusahaan lebih mengutamakan keselamatan

kredit daripada pertimbangan profitabilitas. Syarat yang ketat

misalnya dalam bentuk batas waktu pembayaran yang pendek,

pembebanan bunga yang berat pada pembayaran piutang yang

terlambat.

3. Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit

Dalam penjualan kredit perusahaan dapat menetapkan batas

maksimal atau plafond bagi kredit yang diberikan kepada para

langganannya. Makin tinggi plafond yang ditetapkan bagi masing-

masing langganan berarti makin besar pula dana yang

diinvestasikan dalam piutang. Sebaliknya, jika batas maksimal

plafond lebih rendah, maka jumlah piutang pun akan lebih kecil.

4. Kebijaksanaan Dalam Mengumpulkan Piutang

Perusahaan dapat menjalankan kebijaksanaan dalam

pengumpulan piutang secara aktif atau pasif. Perusahaan yang

16
menjalankan kebijaksanaan secara aktif, maka perusahaan harus

mengeluarkan uang yang lebih besar untuk membiayai aktivitas

pengumpulan piutang, tetapi dengan menggunakan cara ini, maka

piutang yang ada akan lebih cepat tertagih, sehingga akan lebih

memperkecil jumlah piutang perusahaan. Sebaliknya, jika

perusahaan menggunakan kebijaksanaan secara pasif, maka

pengumpulan piutang akan lebih lama, sehingga jumlah piutang

perusahaan akan lebih besar.

5. Kebiasaan Membayar Dari Para Langganan.

Kebiasaan para langganan untuk membayar dalam periode

cash discount akan mengakibatkan jumlah piutang lebih kecil,

sedangkan langganan membayar periode setelah cash discount

akan mengakibatkan jumlah piutang lebih besar karena jumlah

dana yang tertanam dalam piutang lebih lama untuk menjadi kas.

3.1.4 Risiko Kerugian Piutang

Setiap usaha yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan akan

mengandung resiko yang tidak dapat dihindari. Dalam hal ini risiko

hanya bisa dikendalikan agar berada dalam batas yang wajar. Risiko

yang timbul karena transaksi penjualan secara kredit disebut risiko

kerugian piutang.

S.Munawir berpendapat bahwa Semakin besar day’s receivable

suatu perusahaan semakin besar pula risiko kemungkinan tidak

17
tertagihnya piutang. Dan kalau perusahaan tidak membuat cadangan

terhadap kemungkinan kerugian yang timbul karena tidak tertagihnya

piutang (allowance for bad debt) berarti perusahaan telah

memperhitungkan labanya terlalu besar (overstated).

Resiko kerugian piutang menurut S.Munawir terdiri dari beberapa

macam yaitu :

a. Risiko tidak dibayarnya seluruh tagihan (Piutang).

Risiko ini terjadi jika jumlah piutang tidak dapat direalisasikan

sama sekali. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor,

misalnya karena seleksi yang kurang baik dalam memilih

langganan sehingga perusahaan memberikan kredit kepada

langganan yang tidak potensial dalam membayar tagihan, juga

dapat terjadi adanya stabilitas ekonomi dan kondisi negara yang

tidak menentu sehingga piutang tidak dapat dikembalikan.

b. Risiko tidak dibayarnya sebagian piutang.

Hal ini akan mengurangi pendapatan perusahaan, bahkan bisa

menimbulkan kerugian bila jumlah piutang yang diterima kurang

dari harga pokok barang yang dijual secara kredit.

c. Risiko keterlambatan pelunasan piutang.

Hal ini akan menimbulkan adanya tambahan dana atau untuk

biaya penagihan. Tambahan dana ini akan menimbulkan biaya

yang lebih besar apabila diikuti dengan pinjaman.

18
d. Risiko tidak tertanamnya modal dalam piutang

Risiko ini terjadi karena adanya tingkat perputaran piutang

yang rendah sehingga akan mengakibatkan jumlah modal kerja

yang tertanam dalam piutang semakin besar dan hal ini bisa

mengakibatkan adanya modal kerja yang tidak produktif.

3.1.5 Dokumen yang Digunakan

Dokumen pokok yang digunakan sebagai dasar pencatatan ke

dalam kartu piutang menurut Mulyadi (2016:258) adalah :

1. Faktur Penjualan

Dalam pencatatan piutang, dokumen ini digunakan sebagai

dasar pencatatan timbulnya piutang dari transaksi penjualan kredit.

Dokumen ini dilampiri dengan surat muatan (bill of lading) dan

surat order pengiriman sebagai dokumen pendukung untuk

mencatat transaksi penjualan kredit.

2. Bukti kas masuk

Dalam pencatatan piutang, dokumen ini digunakan sebagai

dasar pencatatan berkurangnya piutang dari transaksi pelunasan

piutang oleh debitur.

3. Memo kredit

Dalam pencatatan piutang, dokumen ini digunakan sebagai

dasar pencacatan retur penjualan. dokumen ini dikeluarkan oleh

bagian order penjualan, dan jika dilampiri dengan laporan

19
penerimaan barang yang dibuat oleh bagian penerimaan

merupakan dokumen sumber untuk mencatat transaksi retur

penjualan.

4. Bukti memorial

Bukti memorial adalah dokumen sumber untuk dasar

pencatatan transaksi kedalam jurnal umum. Dalam pencatatan

piutang, dokumen ini digunakan sebagai dasar pencatatan

penghapusan piutang. Dokumen ini dikeluarkan oleh fungsi kredit

yang memberikan otorisasi penghapusan piutang yang sudah tidak

dapat ditagih lagi.

3.1.6 Catatan Akuntansi yang Digunakan

Catatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat transaksi yang

menyangkut piutang menurut Mulyadi (2016:260) adalah sebagai

berikut:

1. Jurnal penjualan

Dalam prosedur pencatatan piutang, catatan akuntansi ini

digunakan untuk mencatat timbulnya piutang dari transaksi

penjualan kredit.

2. Jurnal retur penjualan

Dalam prosedur pencatatan piutang, catatan akutansi ini

digunakan untuk mencatat berkurangnya piutang dari transaksi

retur penjualan.

20
3. Jurnal umum

Dalam prosedur pencatatan piutang, catatan akuntansi ini

digunakan untuk mencatat berkurangnya piutang dari transaksi

penghapusan piutang yang tidak tertagih.

4. Jurnal penerimaan kas

Dalam prosedur pencatatan piutang, catatan akuntansi ini

digunakan untuk mencatat berkurangnya piutang dari transaksi

penerimaan kas dari debitur.

5. Kartu Piutang

Cacatan akuntansi ini digunakan untuk mencatat mutasi dan

saldo piutang kepada setiap debitur.

3.1.7 Prosedur Pencatatan

Mulyadi (2016:257) menyatakan prosedur pencatatan piutang

terdiri dari: (1) informasi yang diperlukan oleh manajemen,

(2) Dokumen, (3) Catatan akuntansi, (4) Organisasi, dan (5) Metode

pencatatan piutang.

1. Informasi yang diperlukan oleh manajemen

Informasi mengenai piutang yang dilaporkan kepada

manajemen adalah saldo piutang pada saat tertentu kepada setiap

debitur, riwayat pelunasan piutang yang dilakukan oleh setiap debitur,

umur piutang kepada setiap debitur pada saat tertentu.

21
2. Dokumen

Dokumen pokok yang digunakan sebagai dasar pencatatan ke

dalam kartu piutang adalah: faktur penjualan, bukti kas masuk, memo

kredit, dan bukti memorial.

3. Catatan akuntansi

Catatan akuntansi yang digunakan untuk mencatat transaksi

yang menyangkut piutang adalah jurnal penjualan, jurnal retur

penjualan, jurnal umum, jurnal penerimaan kas, dan kartu piutang.

4. Organisasi

Pencatatan piutang dilakukan oleh fungsi akuntansi. Tugas

fungsi akuntansi dalam hubungannya dengan pencatatan akuntansi,

adalah menyelenggarakan catatan piutang kepada debitur,

menghasilkan pernyataan piutang secara periodik dan mengirimkannya

ke setiap debitur, menyelenggarakan catatan riwayat kredit setiap

debitur untuk memudahkan menyediakan data guna memutuskan

pemberian kredit kepada pelanggan dan guna mengikuti data dari

setiap debitur.

5. Metode Pencatatan Piutang

Metode pencatatan piutang dapat dilakukan dengan salah satu

dari metode berikut ini:

1. Metode konvensional, dalam metode ini posting kedalam kartu

piutang dilakukan atas dasar data yang dicatat dalam jurnal.

22
2. Metode posting langsung,

Metode posting langsung ke dalam kartu piutang dibagi

menjadi dua golongan berikut ini:

 Metode Posting Harian

1) Posting langsung ke dalam kartu piutang dengan

tulisan tangan, dalam metode ini, faktur penjualan

yang merupakan dasar untuk pencatatan timbulnya

piutang di posting langsung setiap hari secara rinci

ke dalam kartu piutang

2) Posting langsung ke dalam kartu piutang dan

pernyataan piutang dengan kartu piutang sebagai

tembusannya atau tembusan lembar kedua berfungsi

sebagai kartu piutang.

 Metode Posting Periodik

1) Posting Ditunda

Dalam keadaan tertentu posting ke dalam kartu

piutang akan lebih praktis bila dilakukan sekaligus

setelah faktur terkumpul dalam jumlah yang

banyak. dengan demikian faktur penjualan yang

diterima dari bagian penagihan, oleh bagian piutang

disimpan sementara, menunggu beberapa hari,

23
untuk nantinya secara sekaligus di posting ke dalam

kartu piutang secara bersama-sama dalam sekali

periode posting dengan menggunakan mesin

pembukuan.

2) Metode penagihan bersiklus

Dalam metode ini, selama sebulan, media

disortasi dan diarsipkan menurut nama pelanggan.

Pada akhir bulan dilakukan kegiatan posting yang

meliputi: (1) posting media yang dikumpulkan

selama sebulan tersebut ke dalam pernyataan

piutang dan kartu piutang, (2) menghitung dan

mencatat saldo setiap kartu piutang.

3. Metode pencatatan tanpa buku pembantu (ledgerless book-

keeping), dalam metode pencatatan piutang ini tidak digunakan

buku pembantu piutang. Faktur penjualan beserta dokumen

pendukungnya yang diterima dari bagian penagihan, oleh

bagian piutang diarsipkan menurut nama arsip pelanggan

dalam arsip faktur yang belum dibayar (unpaid invoice). Arsip

faktur penjualan ini berfungsi sebagai catatan piutang. Pada

saat diterima ada dua cara ditempuh:

a) Jika pelanggan membayar penuh jumlah yang tercantum

dalam faktur penjualan. Faktur yang bersangkutan diambil

24
dari arsip faktur yang belum dibayar (unpaid invoice

file) dan dicap "lunas". Kemudian dipindahkan kedalam

arsip faktur yang telah dibayar (unpaid invoice)

b) Jika pelanggan hanya membayar sebagian jumlah dalam

faktur, jumlah kas yang diterima dan sisanya yang belum

dibayar oleh pelanggan dicatat pada faktur tersebut,

kemudian di buat softcopy faktur tersebut kemudian di

simpan dalam arsip faktur yang telah dibayar dan faktur

asli disimpan kembali dalam arsip yang belum dibayar.

4. Metode pencatatan dengan menggunakan komputer, hal ini

dilakukan dengan batch system yaitu dokumen sumber yang

mengubah piutang dan sekaligus di posting setiap hari untuk

memperbaharui catatan piutang.

25

Anda mungkin juga menyukai