Anda di halaman 1dari 10

Nama : Risti Indah Aprilia

NIM : A1A119034

Mata Kuliah : Manajemen Keuangan

MANAJEMEN PIUTANG DAN PERSEDIAAN

A. Pengertian Piutang dan Persediaan


1. Pengertian Piutang

Piutang (accounts receivable) adalah tagihan kepada pihak lain dimasa


yang akan datang karena terjadinya transaksi dimasa lalu. Walaupun pada
dasarnya semua perusahaan dagang/industri menginginkan penjualan cash,
tetapi karena adanya keterbatasan daya beli masyarakat, atau alasan lainnya
dilakukan penjualan secara kredit. Penjualan secara kredit akan dapat
meningkatkan omset penjualan, akan tetapi memiliki resiko tertundanya
penerimaan kas, sehingga membutuhkan investasi yang lebih besar. Selain itu
dapat juga mengakibatkan kerugian karena menunggak atau bahkan tidak
tertagih. Semakin lama piutang tertunggak akan semakin besar investasi yang
dibutuhkan.

Piutang, salah satu jenis transaksi akuntansi yang mengurusi penagihan


konsumen yang berhutang pada seseorang. Suatu perusahaan, atau suatu
organisasi untuk barang dan layanan yang telah diberikan pada konsumen
tersebut. Pada sebagian besar entitas bisnis, hal ini biasanya dilakukan dengan
membuat tagihan dan mengirimkan tagihan tersebut kepada konsumen yang
akan dibayar dalam suatu tenggat waktu yang disebut termin kredit atau
pembayaran.

2. Pengertian Persediaan

Persediaan atau inventory adalah salah satu elemen utama dari modal kerja
yang terus menerus mengalami perubahan. Tanpa persediaan, perusahaan
akan mengalami resiko, yaitu tidak dapat memenuhi keinginan pelanggan atas
barang produksi.
Menurut Sofyan Assauri, merumuskan definisi persediaan sebagai berikut:
Persediaan adalah sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik
perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha normal
atau persediaan barang-barang yang masih dalam pekerjaan proses produksi
ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu
proses produksi

Manajemen persediaan merupakan kegiatan menentukan tingkat dan


komposisi persediaan. Kegiatan tersebut akan membantu perusahaan dalam
melindungi kelancaran produksi dan penjualan serta kebutuhan-kebutuhan
pembelajaran perusahaan dengan efektif dan efisien. Termasuk didalamnya
pengaturan dan pengawasan atas pengadaan bahan-bahan kebutuhan yang
sesuai dengan jumlah dan waktu yang di perlukan dengan biaya minimum.

Kegiatan pengawasan persediaan meliputi perencanaan persediaan,


penjadwalan pemesanan (scheduling), pengaturan penyimpanan dan lain-lain.
Semua kegiatan tersebut menjaga tersedianya persediaan yang optimum di
dalam suatu perusahaan.

Dalam suatu pengawasan persediaan diperlukan penghitungan cara jumlah


agar tidak terjadi pemborosan dan waktu pemesanan. Sedangkan khusus
persediaan perlu ditentukan besar persediaan penyelamat (safety stock), yaitu
jumlah minumum, atau besar persediaan pada waktu pemesanan kembali
dilakukan.

B. Standar Kredit dan Persyaratan Kredit

Pada dasarnya setiap usaha di bidang jasa, dagang dan manufaktur bertujuan
yang sama ingin mendapatkan laba dan menjaga keberlangsungan hidup
perusahaan. Pada zaman ini, semakin banyak permasalahan yang timbul pada
suatu perusahaan di dalam mewujudkan usahanya dan menjalankan aktivitas
perusahaaan. Salah satu masalah yang dihadapi yaitu persaingan di dalam
memasarkan produk, untuk dapat mengatasi masalah tersebut maka perusahaaan
harus berupaya untuk merebut pasar melalui berbagai kebijakan untuk
meningkatkan penjualan.
Piutang muncul akibat terjadinya penjualan kredit. Piutang merupakan
kebiasaan bagi perusahaan untuk memberikan kelonggaran kepada para
pelanggan pada waktu melakukan penjualan. Kelonggaran-kelonggaran yang di
berikan, biasanya dalam bentuk memperbolehkan para pelanggan tersebut
membayar kemudian atas penjualan barang atau jasa yang dilakukan. Penjualan
dengan syarat demikian disebut penjualan kredit. Mengapa banyak perusahaan
yang menjual barang hasil produksi atau barang dagangan mereka secara kredit?
Alasannya ialah karena penjualan secara kredit tersebut merupakan suatu upaya
untuk meningkatkan (atau untuk mencegah penurunan) penjualan.

Dengan penjualan yang meningkat, diharapkan agar keuntungan juga


meningkat. Tetapi memiliki piutang menimbulkan berbagai biaya dalam
perusahaan. Oleh karena itu perusahaan perlu untuk melakukan analisis ekonomi
yang bertujuan untuk mengetahui apakah manfaat memiliki piutang lebih besar
atau lebih kecil dari pada biayanya.

a. Jenis-jenis piutang ada 3 macam yaitu :


1. Piutang Dagang (Account Receivables) Piutang yang timbul dari
penjualan kredit barang atau Jasa yang merupakan usaha pokok
perusahaan. Piutang dagang merupakan suatu perluasan kredit jangka
pendek kepada pelanggan. Pembayaran-pembayarannya biasanya jatuh
tempo dalam tiga puluh sampai sembilan puluh hari. Perjanjian
kreditnya merupakan persetujuan informal antara penjual dan pembeli
yang didukung oleh dokumen-dokumen perusahaan yaitu faktur dan
kontrak-kontrak penyerahan.
2. Piutang Wesel (Notes Receivables) Pengertian piutang wesel adalah
piutang atau tagihan yang timbul dari penjualan barang atau jasa secara
tertulis, disertai dengan janji tertulis. Piutang wesel mempunyai
kekuatan hukum yang lebih mengikat karena disertai janji tertulis berupa
surat wesel atau surat promes. Surat wesel dan surat promes adalah
istilah untuk perjanjian tertulis dalam jual beli barang atau jasa secara
kredit. Surat wesel adalah surat perintah yang dibuat oleh kreditur yang
ditujukan kepada debitur untuk membayar sejumlah uang tertentu pada
tanggal tertentu sebagaimana disebutkan dalam surat wesel tersebut.
3. Piutang bukan Dagang / Piutang Lain-lain (Others Receivables) Piutang
bukan dagang ini meliputi seluruh tipe piutang lainnya dan mempunyai
beberapa transaksi. Piutang bukan dagang umumnya didukung dengan
persetujuan-persetujuan formal dan secara tertulis. Piutang bukan
dagang harus diikhtisarkan dalam perkiraan-perkiraan yang berjudul
sesuai dan dilaporkan secara terpisah dalam laporan keuangan.

Piutang disusun dalam laporan keuangan dimana kondisi keuangan suatu


perusahaan sangat menentukan kelancaran kegiatan pembiayaan dari
perusahaan tersebut dan mengukur kinerja perusahaan. Untuk mengetahui
kondisi keuangan perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan perusahaan
setiap periodenya.

b. Pengelolaan Piutang

Piutang merupakan asset yang cukup material. Oleh karena itu diperlukan
manajemen pengelolaan piutang yang efektif dan efisien agar jumlah dana
yang diinvestasikan dalam piutang sesuai dengan tingkat kemampuan
perusahaan sehingga tidak mengganggu aliran kas.

Kebijakan pengelolaan piutang meliputi pengambilan keputusan-keputusan


sebagai berikut:

1. Standar kredit. Standar kredit adalah kualitas minimal kelayakan kredit


seorang pemohon kredit yang dapat diterima oleh perusahaan. Dengan
adanya standar tersebut, perusahaan dapat meningkatkan penjualannya
melalui penjualan secara kredit namun tidak menimbulkan resiko piutang
tak tertagih yang berlebihan. Perusahaan harus menentukan standar kredit
yang tepat, yang lebih besar manfaat yang akan diperoleh bagi perusahaan
daripada biaya akan dikeluarkan perusahaan dengan adanya standar
tersebut.
2. Syarat kredit Suatu syarat kredit menetapkan adanya periode di mana
kredit diberikan dan potongan tunai (bila ada) untuk pembayaran yang
lebih awal. Faktor yang mempengaruhi syarat kredit adalah:
• Sifat ekonomik produk,
• Kondisi penjual,
• Kondisi pembeli,
• Periode kredit,
• Potongan tunai dan
• Tingkat bunga bebas risiko (tingkat bunga bank).
C. Kebijakan Kredit Dan Pengumpulan Piutang

Kebijakan kredit merupakan kebijakan internal yang bisa dikendalikan oleh


manajer keuangan. Kebijakan pemberian kredit merupakan trade-off antara
tambahan keuntungan penjualan dan tambhan biaya. Tambahan biaya berasal
dari jangka waktu kredit, potongan kas yang ditawarkan, dan kualitas langganan
yang akan terlihat dari piutang yang tidak dibayar.

a. Analisis Kuantitatif Manfaat dan Biaya. Marjin kontribusi dipakai untuk


perhitungan tambahan keuntungan dan biaya. Tambahan biaya bersumber
dari biaya investasi pada piutang. Marjin kontribusi dihitung sebagai
berikut ini: [ (harga – biaya variable) / harga ] × 100%
b. Analisis Kualitatif Kebijakan Kredit. Manajer keuangan harus mencari
informasi yang bisa dipakai untuk menentukan apakah seseorang atau
perusahaan pantas menerima kredit. Informasi tersebut bisa diperoleh dari
beberapa sumber:
• Laporan keuangan. Laporan tersebut bisa dipakai untuk
mengidentifikasi kemampuan ekonomis (kemampuan menghasilkan
kas) dan juga stabilitas aliran kas yang dihasilkan.
• Bank. Bank biasanya menyimpan informasi mengenai
pelanggannya.
• Asosiasi Perdagangan. Banyak asosiasi perdagangan yang mempunyai
informasi yang lebih lengkap mengenai perusahaan yang menjadi
anggotanya.
• Pengalaman Perusahaan.
• Informasi lainnya. Perusahaan bisa memperoleh informasi melalui
laporan credit rating.

Setelah informasi dikumpulkan, manajer keuangan bisa melakukan


analisis. Manajer bisa menggunakan pendekatan tradisional yang lebih
subyektif seperti yang disebut sebagai 5C:

1. Character. Karakter berarti sejauh mana kemauan calon penerima


membayar hutang-hutangnya. Karakter tidak memperhitungkan
kemampuan ekonomis, tetapi niat baik.
2. Capacity. Kapasitas melihat sejauh mana kemampuan keuangan
perusahaan atau individu. Kapasitas melihat kemampuan ekonomis
seseorang atau perusahaan.
3. Capital. Capital melihat sejauh mana modal yang dimiliki oleh
seseorang atau perusahaan. Pihak dengan modal yang baik
mempunyai kemampuan melunasi hutang yang lebih baik, cateris
paribus.
4. Collateral. Perusahaan atau pihak yang memberikan jaminan dengan
aset tertentu, akan berisiko semakin kecil.
5. Conditions. Kondisi ekonomi akan menentukan kemampuan
perusahaan melunasi hutangnya.
c. Analisis Skoring (Pemberian Skor) dalam Analisis Kredit. Perusahaan
kartu kredit barangkali mempunyai model tertentu (seperti model credit
scoring) untuk menganalisis calon penerima kartu kredit. Model tersebut
barangkali merupakan model dengan tehnik statistik diskriminan
seperti berikut ini.
Y = 0.23 + 0.2 (Usia) + 0.003 (Pendapatan) + 500 (Kepemilikan rumah)
Kepemilikan rumah merupakan variabel dummy, yang bernilai 1 jika
memiliki rumah, dan 0 jika tidak.
Untuk calon penerima kredit yang merupakan perusahaan, model
semacam itu bisa dimodifikasi, misal sebagai berikut ini.
Y = 5 (Coverage biaya tetap) + 20 (Rasio quick) + 1.5 (Usia perusahaan)
Kemudian perusahaan mempunyai pengelompokkan kelas risiko
sebagai berikut ini. Kelas risiko rendah jika skor di atas 50, kelas risiko
menengah jika skor di antara 25 dan 50, dan kelas risiko tinggi jika skor
di bawah 25.
D. Sistem Pengawasan Persediaan

Persediaan adalah suatu aktivita yang meliputi barang-barang milik


perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal
atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan/proses produksi,
ataupun persediaan barang baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu
proses produksi.

a. Jenis-jenis Persediaan. Ada beberapa jenis persediaan, antara lain:


1. Batch Stock / Lost Size Inventory yaitu persediaan yang diadakan
karena kita membeli atau membuat bahan-bahan barang-barang dalam
jumlah yang lebih besar daripada jumlah yang dibutuhkan pada saat itu
juga. Keuntungan yang dapat diperoleh dari Batch Stock / Lost Size
Inventory antara lain :
• memperoleh potongan pada harga pembelian
• memperoleh efisiensi produksi
• adanya penghematan didalam biaya pengangkutan
2. Fluctuation Stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi
fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan.
3. Anticipation Stock yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapai
flukuasi permintaan yang dapay diramalkan, berdasarkan pada musiman
yang terjadi dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau
penjualan permintaan meningkat.

Adanya persediaan dapat menimbulkan biaya-biaya yang terjadi dari


persediaan tersebut , antara lain :

1. Biaya pemesanan (ordering costs)


2. Biaya yang terjadi dari adanya persediaan (inventory carrying costs)
3. Biaya kekurangan persediaaan (out of stock costs)
4. Biaya yang berhubungan dengan kapasitas (capacity associated costs)

Cara-Cara penetuan jumlah persediaan, Ada 2 sistem yang umum dikenal


dalam menentuan jumlah persediaan akhir suatu periode yaitu :

1. Periode System yaitu setiap akhir periode dilakukan perhitungan secara


fisik dalam menentukan jumlah persediaan akhir.
2. Perpetual System / Book Inventories yaitu dalam hal ini dibina catatan
administrasi persediaan. setiap mutasi dari persediaan sebagai akibat dari
pembelian ataupun penjualan dicatat atau dilihat dalam kartu administrasi
persediaannya.

b. Metode penilaian persediaan


Ada beberapa cara yang dapat di gunakan dalam penilaian persediaan yaitu :
1. First In, First Out (FIFO Method), cara ini didasarkan atas asumsi bahwa
harga barang yang sudah terjual dinilai menurut harga pemelian barang
yang terdahulu masuk.
2. Cara rata-rata tertimbang (weight average method), cara ini didasarkan
atas harga rata-rata dimana harga tersebut dipengaruhi oleh jumlah yang
diperoleh pada masing-masing harga.
3. Last In, Firs Out (LIFO Method), cara ini didasarkan atas asumsi bahwa
barang yang telah terjual dinilai menurut harga pembelian yang terakhir
masuk. Sehingga persediaan yang masih ada /stock, dinilai berdasarkan
harga pembelian barang yang terdahulu.
c. Perbandingan atas hasil penilaian
Bila mana keadaan harga stabil, maka semua cara penilaian menghasilkan
angka yang sama. Akan tetapi bila fluktuasi harga tidak stabil (nail turun)
maka masing-masing cara akan menghasilkan angka yang berbeda, pada
saat harga meningkat:
1. Metode FIFO meunjukkan :
• Nilai persediaan akhir yang tinggi
• harga pokok barang yang terjual yang rendah
• Profit yang lebih besar
2. Metode LIFO menunjukkan :
• Nilai persediaan akhir yang rendah
• Harga pokok barang yang terjual tinggi
• Profit yang rendah
• Pengawasan Persediaan

Fungsi – fungsi utama dari pengawasan persediaan yang efektif adalah:

1. Memperoleh bahan-bahan yaitu menetapkan prosedur untuk memperoleh


suatu suplai yang cukup dari bahan-bahan yang dibutuhkan baik kualitas
maupun kuantitas
2. Menyimpan dan memelihara bahan-bahan dalam persediaan , yaitu
mengadakan suatu system penyimpanan untuk memelihara dan
melindungi bahan-bahan yang dimasukkan ke dalam persediaan.
3. Pengeluaran bahan-bahan dengan tepat pada saat serta tempat dimana
dibutuhkan
4. Meminimalisasi investasi dalam bentuk bahan atau barang
(mempertahankan persediaan dalam jumlah yang optimum setiap waktu)

Adapun tujuan pengawasan persedian sebagai berikut:

1. Menjaga jamham sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga dapat


mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi
2. Menjaga supaya pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu
besar atau kelebihan, sehingga biaya-biaya yang timbul dari persediaan
tidak terlalu besar
3. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena ini
akan berakibat biaya pemesanan menjadi besar.

d. Organisasi Pengawasan Persediaan Dalam Perusahaan Pabrik.


Dilihat dari proses produksinya, maka organisasi pengawasan persediaan
dapat diatur sebagai berikut:
1. pada perusahaan pabrik dengan proses terus menerus, pengawsan
persediaan biasanya merupakan sebagian dari pengawasan produksi,
karena perlunya dipertahankan arus bahan-bahan yang dibutuhkan
untuk operasi yang lancer dan efisien dari kegiatan produksi
2. pada perusahaan pabrik dengan proses terputus-putus, keperluan akan
kelancaran arus bahan-bahan tidak begitu penting dan dalam hal
pengawasan persediaan dapat menjadi tanggungjawab dari manajer
pabrik, pimpinan produksi, kepala bagian pembelian atau pejabat-
pejabat setingkat yang tergantung dari besar kecilnya perusahaan dan
organisasinya.

Anda mungkin juga menyukai