Anda di halaman 1dari 10

NAMA : WARDAH MEGA URJUWAN

NIM : 43219010100

ARTIKEL PENGELOLAAN PIUTANG PERUSAHAAN


ABSTRAK
Pengelolaan piutang yang efektif merupakan salah satu hal yang diharapkan perusahaan untuk
mendapatkan keuntungan melalui kebijakan penjualan secara kredit. Pengelolaan piutang yang
efektif dapat digambarkan melalui rasio perputaran piutang setiap tahun mengalami peningkatan
(Target yang diharapkan perusahaan tepat sasaran) dan pada akhirnya akan mempengaruhi
perolehan profitabilitas. Pada beberapa perusahaan, piutang dagang merupakan hal yang sangat
penting. Piutang (accounts receivable) adalah tagihan kepada pihak lain dimasa yang akan
datang karena terjadinya transaksi dimasa lalu. Adanya kebijakan penjualan kredit dapat
menimbulkan keuntungan-keuntungan antara lain seperti kenaikan hasil penjualan, kenaikan
laba, dan memenangkan persaingan. Untuk menerapkan kebijakan tersebut diperlukan adanya
manajemen pengelola piutang perusahaan untuk mengelola dan mengorganisir piutang
perusahaan agar semua piutang dapat ditagih dan diterima atau di konversi sebagai kas yang
akan menghasilkan laba bagi perusahaan. Dengan Manajemen Piutang, selain untuk memastikan
bahwa piutang dapat sepenuhnya tertagih juga dapat membantu perusahaan menghindari risiko-
risiko kecurangan yang terjadi.

PENDAHULUAN
Pada umumnya perusahaan-perusahaan lebih menyukai penjualan secara tunai, karena dengan
demikian perusahaan akan dapat menghemat sejumlah biaya dan dapat menghindarkan diri dari
sejumlah risiko yang sangat mungkin timbul jika penjualan dilakukan secara kredit. Namun,
untuk meningkatkan penjualan, di samping melakukan penjualan tunai, perusahaan juga
melayani pembelian secara kredit kepada pelanggan. Penjualan secara kredit ini kemudian akan
menimbulkan piutang. Piutang merupakan aset yang cukup material. Oleh karena itu diperlukan
manajemen pengelolaan piutang yang efektif dan efisien agar jumlah dana yang diinvestasikan
dalam piutang sesuai dengan tingkat kemampuan perusahaan sehingga tidak mengganggu aliran
kas, karena jika piutang usaha tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan beberapa risiko
yang harus ditanggung perusahaan. Beberapa risiko tersebut diantaranya, biaya kerugian karena
piutang tidak tertagih, biaya keterlambatan pembayaran piutang, biaya penagihan dan
administrasi piutang. Ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk
mengurangi risiko-risiko yang ditimbulkan dari kegiatan piutang ini, yaitu :
1. Mengadakan tindakan pendahuluan sebagai tindakan pencegahan, yaitu mengadakan seleksi
terhadap para pelanggan (customer).
2. Menyusun administrasi piutang dengan baik, agar dapat digunakan sebagai alat pengendali
dalam membantu manajemen mengambil keputusan secara tepat.
3. Menentukan kebijakan pengumpulan piutang agar piutang dapat tertagih tepat pada waktunya.
Dengan adanya manajemen pengelola piutang perusahaan, perusahaan dapat memastikan bahwa
semua piutang dapat sepenuhnya ditagih dan diterima atau di konversi sebagai kas yang akan
menghasilkan laba bagi perusahaan serta dapat membantu perusahaan menghindari risiko-risiko
kecurangan yang terjadi.

LITERATUR TEORI
Piutang (accounts receivable) adalah tagihan kepada pihak lain dimasa yang akan datang karena
terjadinya transaksi dimasa lalu. Fenomena terjadinya piutang pada perusahaan dikarenakan
adanya transaksi yang tidak tunai antara perusahaan dengan pihak yang mengkonsumsi produk-
produk perusahaan (konsumen) atau dengan kata lain piutang dagang muncul ketika penjualan
terjadi, tetapi perusahaan belum menerima kas. Hal ini dikarenakan perusahaan menerapkan
kebijaksanaan kredit dalam aktifitas usahanya. Piutang dianggap menjadi alternatif penting
dalam kelangsungan hidup perusahaan, karena piutang adalah salah satu bentuk investasi dimasa
yang akan datang karena terjadinya transaksi dimasa lalu dan dapat meningkatkan omset
penjualan serta mendapat keuntungan pendapatan yang lebih seperti dari biaya administrasi
(bunga) yang timbul akibat penjualan kredit. Bagi perusahaan semakin besar piutang dagang
maka artinya semakin besar pula kepemilikan finansial yang berada di luar perusahaan dan yang
akan masuk secara bertahap dan sistematis ke dalam kas perusahaan. Penjualan produk secara
kredit atau piutang dagang dilakukan dengan maksud untuk meningkatkan penjualan agar
tercapai sesuai dengan target yang diinginkan.
Ada beberapa alasan perusahaan perlu melakukan atau menyediakan penjualan secara kredit,
yaitu:
a. Untuk meningkatkan omset penjualan,
b. Perusahaan memiliki kapasitas produksi yang menganggur,
c. Adanya persaingan usaha yang ketat pada bidang industri yang serupa.
d. Karena adanya keterbatasan daya beli masyarakat, atau alasan lainnya sehingga dilakukan
penjualan secara kredit.
e. Untuk meningkatkan laba yang akan diperoleh.
Kebijakan penjualan kredit dapat menimbulkan keuntungan-keuntungan antara lain seperti
kenaikan hasil penjualan, kenaikan laba, dan memenangkan persaingan. Dalam kebijakan
perusahaan piutang terbesar itu terlihat pada piutang dagang (Account Receivable), piutang
dagang itu tercipta karena daya tarik yg tinggi konsumen pada produk hasil ciptaan perusahaan.
Salah satu cara untuk mencegah piutang yang macet atau tidak tertagih yaitu dengan mengelola
piutang dengan baik dan efektif. Berikut cara-caranya yaitu :
a. Penetapan kebijakan kredit
b. Pemantauan
c. Analisis perubahan kebijakan piutang usaha

d. Membuat Daftar Khusus Piutang


Rencanakan jumlah dan pengumpulan piutangnya. Buatlah daftar piutang dengan rinci,
setidaknya meliputi informasi seperti nama, tanggal piutang, tanggal jatuh tempo, jumlah
terutang, alamat dan kontak yang dapat dihubungi untuk menagih.

e. Pengendalian Piutang
Mengendalikan piutang perusahaan dengan beberapa cara di bawah ini:
– Menyaring pelanggan mana yang dapat memperoleh piutang.
– Menentukan risiko kredit.
– Menentukan return atau potongan-potongan kredit.
– Menetapkan ketentuan untuk menghadapi piutang yang menunggak.
– Melaksanakan administrasi yang berhubungan dengan penarikan kredit.

f. Menghitung Perputaran Piutang


Untuk menilai efisiensi pengumpulan piutang, perusahaan dapat menghitung perputaran piutang.
Perputaran piutang adalah lamanya atau periode waktu dari dana piutang tersebut. Jika rata-rata
waktu pengumpulan piutang lebih lama dibandingkan dengan batas pembayaran maka artinya
pengumpulan piutang yang perusahaan lakukan kurang efisien.

JENIS – JENIS PIUTANG


Piutang dapat digolongkan menjadi 3 golongan berdasarkan jenisnya, yakni sebagai berikut :
1. Piutang Usaha
Piutang usaha adalah sejumlah pembelian kredit dari pelanggan. Piutang timbul sebagai
akibat dari penjualan barang atau jasa. Piutang ini biasanya diperkirakan akan tertagih dalam
waktu 30 sampai 60 hari.
2. Wesel Tagih.
Wesel Tagih adalah surat formal yang diterbitkan sebagai bentuk pengukuran utang.
Wesel tagih biasanya memiliki waktu tagih antara 60 – 90 hari atau lebih lama serta
mewajibkan pihak yang berhutang untuk membayar bunga.

3. Piutang Lain-Lain.
Piutang lain-lain adalah mencakup selain piutang dagang, yakni piutang bunga, piutang
gaji, uang muka karyawan, dan restitusi pajak. Secara umum bukan berasal dari kegiatan
operasional perusahaan. Oleh karena itu, piutang jenis ini diklasifikasikan dan dilaporkan
pada bagian yang secara terpisah dalam neraca.

PIUTANG DAN BAD DEBT


Namun persoalan sering terjadi pada saat angka penjualan kredit diperbesar adalah
meningkatnya potensi piutang ragu-ragu atau tidak tertagih (Bad Debt). Hal ini dapat terjadi
karena nilai piutang yang dapat ditelusuri oleh perusahaan semakin besar baik dari nilai piutang
maupun jumlah kuantitas pelaku/konsumen.
Suatu piutang yang bersifat bad debt dapat timbul apabila :
a. Perusahaan ingin mengejar target penjualan, sehingga angka penjualan dinaikkan.
Kenaikan angka penjualan biasanya menaikkan jumlah bad debt, dan begitu pula
sebaliknya.
b. Perusahaan dalam memperbesar penjualan dengan menaikkan penjualan produk boleh
dibeli secara non tunai. Maka angka piutang tak tertagih artinya otomatis akan membesar
dengan sendirinya.
c. Peniualan produk vang bersifat non tunai dilakukan secara tidak hati-hati. Artinya ambisi
untuk meningkatkan penjualan menjadi lebih dominan dibandingkan menerapkan
manajemen risiko. Termasuk keinginan yg begitu tinggi mengejar bonus.
d. Perusahaan memiliki tagihan atau kewajiban dalam bentuk kredit kepada suatu
perbankan. Di sisi lain uang kas perusahaan tidak lagi mencukupi, dengan begitu
perusahaan mengantisipasinya dengan melakukan peniualan non tunai. Seperti bayar
down payment (uang muka) 40% maka sisanya dalam bentuk kredit. Perolehan 40%
tersebut dipakai untuk membayar kewajiban ke perbankan.
Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mencegah atau setidaknya dapat
memperkecil bad debt, yaitu :
 Menghindari penjualan produk secara kredit pada saat kondisi menuju krisis moneter.
 Menghindari produksi dan penerimaan order pada saat pasar tidak menentu.
 Prudential principle (prinsip kehati-hatian) pada saat tingkat persaingan bisnis semakin
tinggi dan inovasi produk perusahaan lambat.
 Persentase yang layak untuk piutang, misal: 30-40 % dari total penjualan, atau pada kondisi
ekonomi sangat stabil perusahaan boleh memperbesar hingga 43%.

KEBIJAKAN KREDIT
Kebijakan kredit adalah sekumpulan keputusan yang meliputi :
1. Masa kredit, yang merupakan jangka waktu yang diberikan kepada pembeli untuk
melunasi pembeliannya.
2. Potongan harga yang diberikan untuk pembayaran lebih cepat, termasuk
presentase potongan harga dan seberapa cepat pembayaran dilakukan untuk
mendapatkan potongan.
3. Standar kredit, yang memiliki arti kekuatan keuangan dan kelayakan kredit yang
disyaratkan atas pelanggan yang menerima fasilitas kredit.
4. Kebijakan penagihan, yang diukur oleh seberapa keras atau lunaknya perusahaan
dalam usaha menagih akun-akun yang lambat pembayarannya.
Kebijakan kredit mencakup keputusan untuk menetapkan standar kredit, syarat kredit, dan
kebijakan penagihan.

KEBIJAKAN KREDIT DAN PENGUMPULAN PIUTANG


Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam kebijaksanaan perkreditan tersebut, adalah :
1. Standar kredit atau kualitas langganan yang akan diperkenankan memperoleh kredit.
2. Jangka waktu kredit, yaitu berapa lama seorang langganan yang membeli secara kredit
harus sudah mebayar utangnya.
3. Potongan / discount yang diberikan kepada para langganan.

Ketiga faktor tersebut akan menetukan berapa besar jumlah piutang yang akan dimiliki oleh
perusahaan, berapa lama piutang tersebut diharapkan akan terkumpul, dan berapa besar proposi
piutang yang akan tidak terbayar.
PEMBAHASAN
A. METODE PENILAIAN DAN PENGUMPULAN PIUTANG
Kebijakan pengumpulan piutang merupakan komponen terakhir dari kebijakan kredit. Hal ini
mencakup pemantauan piutang dan perolehan pembayaran atas piutang yang telah jatuh tempo.
Pemantauan piutang
Agar pelanggan selalu membayar kewajibannya tepat waktu, kebanyakan perusahaan akan
memantau piutang yang telah jatuh tempo. Pada umumnya ada 3 metode untuk memonitor
piutang:
1. Days Sales Outstanding (DSO) = Average Collecting Period (ACP)
Days Sales Outstanding merupakan cara mengukur rata-rata waktu yang dibutuhkan
perusahaan untuk menerima uang tunai dari penjualan kredit atau dengan kata lain (umur
piutang).

2. Aging schedule.
Aging schedule yaitu yaitu mengelompokkan piutang menurut umurnya. perusahaan dapat
menyusun Aging Schedule, sebagai salah satu alat untuk memantau piutang.

3. Payment pattern.

B. PENDEKATAN ANALISA PERUBAHAN KEBIJAKAN KREDIT


1. Pendekatan Laba Rugi
2. Analisis Incremental
Jika incremental profit (Incremental sales – Incremental Costs) = + (positif) dan cukup besar
untuk mengkompenisasi resiko yang timbul seperti perubahan kebijakan kredit dilakukan.
3. Model Satoris Hill
Bila NPV1 > NPV0 maka perubahan kebijakan kredit sebaiknya di jalankan. Dan apabila
NPV0 > NPV1 , maka sebaiknya kebijakan tidak diubah.

Contoh Soal :
1. Perputaran Piutang
2002 2003
Net credit sales Rp 100.000 Rp 100.000
Receivable: awal th 20.000 30.000
akhir th 30.000 10.000
Average receivable Rp 25.000 Rp 20.000
Receivable turnover 4 kali 5 kali
Average collection period 90 hari 72 hari

Penjualan secara kredit akan berdampak positif (kenaikan omset penjualan) dan negatif, seperti
kerugian karena piutang tak tertagih dan atau biaya kesempatan (opportunity cost). Pertimbangan
untuk memperketat atau mempermudah pemberian kredit, dapat dilakukan dengan
memperhatikan cost dan benefit bila akan mengambil keputusan seperti contoh berikut ini:

Selama ini perusahaan menjual secara tunai, omset penjualannya sebesar Rp 800 juta,
keuntungan 15% dari penjualan. Jika perusahaan berencana untuk menjual secara kredit dengan
syarat pembayaran n/60. hal ini ditaksir akan meningkatkan omset penjualan menjadi 1.050 juta
pertahun. Dana yang dibutuhkan untuk membiayai piutang tersebut ditaksir sebesar Rp148,75
juta pertahun.
Apakah manejemen menerima alternatif penjualan kredit tersebut?

         Manfaat : tambahan keuntungan = (1.050 jt – 800 jt) x 15% = Rp 37,5 jt


         pengorbanan :
perputaran piutang = 360/60 = 6 kali
rata-rata piutang = 1.050/6 = 175 jt
dana untuk membiayai piutang = 148,75jt
biaya dana yang ditanggung 148,75 x 15% = 22,31 jt
manfaat bersih = Rp 15,19 jt
Benefit > cost, layak untuk diterapkan

Perusahaan menawarkan syarat penjualan 2/20 ; n/60. ditaksir 50% pelanggan akan membayar
pada hari ke 20, dan sisanya pada hari ke 60. Maka:
Rata-rata periode pembayaran piutang = 0,5(20) + 0,5(60) = 40 hari
Perputaran piutang = 360/40 = 9 kali
Rata-rata piutang = 1.050/9 = 116,67 juta
Rata-rata dana yang diperlukan untuk membiayai piutang = 116,67 jt x 85% = 99,17 jt
Penurunan biaya dana = 116,67 jt – 99,17 jt = 17,5 jt

         Manfaat : penurunan biaya dana = 17,5 jt


         Pengorbanan: diskon = 2% x 50% x 1.050 jt = 10,50 jt
manfaat bersih = 7,00 jt
Benefit > cost, layak untuk diterapkan.
2. Days Sales Outstanding (DSO) = Average Collecting Period (ACP)
PT X menjual 200.000 pesawat TV per tahun dengan harga Rp 900.000 per unit syarat
penjualan 2/10, n/30 andaikan 70% pembeli memanfaatkan diskon dan membayar hingga
pada hari ke 10 sedangkan sisanya membayar pada hari ke 30. berapakah piutang
perusahaan?
DSO = 70% (10 hr) + 30% (30 hr) = 16 hr
200.000 x 900.000
Penjualan Per Hari= =50.000 .000
360
Piutang=50.000 .000 x16 = 800.000.000

3. Payment Pattern
Contohnya: PT ABC mulai beroperasi tahun 1997 tabel berikut memperlihatkan penjualan
kredit dan piutang pada 1997. Asumsi 10% pelanggan membayar pada bulan penjualan,
30% membayar 1 bulan sesudahnya, 40% membayar 2 bulan sesudahnya dan 20% 3 bulan
sesudahnya. Berapakah DSO pada bulan Maret?
Tabel 12. 1.
Payment Pattern
Penjualan Per Tiga Bulan
Bulan Piutang
Kredit ADS DSO
Januari 60 54
Februari 60 90
Maret 60 102 2 51
Keterangan:
Januari = 10% membayar pada januari shg piutang = 90% x 60 = 54 Februari
= 30% penjualan januari dilunasi + 10% penjualan februari
= (54 – (30%x60)) + (90% x 60) = 90
Maret = (36 – (40% x 60)) +(54 – (30% x 60)) + (90%x 60) = 102
60+60+60+2
ADS= =2
90
102
DSO= =51
2
KESIMPULAN
 Piutang (accounts receivable) adalah tagihan kepada pihak lain dimasa yang akan datang
karena terjadinya transaksi dimasa lalu.
 Piutang dapat digolongkan menjadi 3 golongan berdasarkan jenisnya, yakni piutang
usaha, wesel tagih, dan piutang lain-lain.
 Ada beberapa alasan perusahaan perlu melakukan atau menyediakan penjualan secara
kredit, yaitu:
1. Untuk meningkatkan omset penjualan,
2. Perusahaan memiliki kapasitas produksi yang menganggur,
3. Adanya persaingan usaha yang ketat pada bidang industri yang serupa.
4. Karena adanya keterbatasan daya beli masyarakat, atau alasan lainnya
sehingga dilakukan penjualan secara kredit.
5. Untuk meningkatkan laba yang akan diperoleh.

 Pada umumnya ada 3 metode untuk memonitor piutang yaitu :


1. Days Sales Outstanding (DSO) = Average Collecting Period (ACP)
2. Aging schedule.
3. Payment pattern.
 Berikut langkah-langkah manajemen pengelolaan piutang perusahaan dengan baik dan
efektif yaitu :
1. Penetapan kebijakan kredit
2. Pemantauan
3. Analisis perubahan kebijakan piutang usaha
4. Membuat Daftar Khusus Piutang
5. Pengendalian Piutang
6. Menghitung Perputaran Piutang
DAFTAR PUSTAKA

 Gandhy, Fardinal, (2019). Analysis of Financial Ratio to Predict Financial Distress


Conditions (Empirical Study on Manufacturing Companies listed on the Indonesia
Stock Exchange for 2014-2017). International Journal of Business and Management
Invention (IJBMI), 8(6), 27-34.
 Hanifah, S., Sarpingah, S., & Putra, Y. M., (2020). The Effect of Level of Education,
Accounting Knowledge, and Utilization Of Information Technology Toward Quality
The Quality of MSME ’ s Financial Reports. The 1st Annual Conference Economics,
Business, and Social Sciences, 1(3). https://doi.org/10.4108/eai.3-2-2020.163573
 Herliansyah, Y., Nugroho, L., Ardilla, D., & Putra, Y. M., (2020). The Determinants
of Micro, Small and Medium Entrepreneur (MSME) Become Customer of Islamic
Banks (Religion, Religiosity, and Location of Islamic Banks ). The 1st Annual
Conference Economics, Business, and Social Sciences (ACEBISS) 2019, 1, (2).
https://doi.org/10.4108/eai.26-3-2019.2290775.
 Putra, Y. M., (2017). Pengelolaan Piutang Perusahaan. Modul Kuliah Manajemen
Keuangan. FEB-Universitas Mercu Buana: Jakarta
 http://moh-angscorp2.blogspot.com/2013/03/manajemen-piutang.html
 https://www.jurnal.id/id/blog/2018-cara-mengelola-dan-menagih-piutang-secara-efektif/

Anda mungkin juga menyukai