Anda di halaman 1dari 18

MANAJEMEN PIUTANG

Budi Gautama Siregar


Dosen Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Padangsidimpuan
budigautamasrg20@gmail.com

A. Pendahuluan
Perusahaan merupakan suatu tempat yang melakukan kegiatan tertentu dengan
dukungan semua faktor-faktor produksi. Faktor produksi yang dimaksudkan adalah seluruh
sumber daya yang digunakan untuk melakukan suatu aktivitas produksi, misalnya manusia,
raw material, modal, skill, dll. Setiap perusahaan dalam melakukan kegiatan haruslah
didukung oleh harta baik harta lancar, harta tetap berwujud maupun tidak berwujud.
Dalam kondisi persaingan dunia usaha saat ini, setiap perusahaan dituntut untuk
mempunyai strategi yang dapat mempertahankan keberadaannya. Dari satu sisi memang
perusahaan menginginkan penjualan atas produk yang diproduksinya dapat terjual secara
tunai sehingga dapat secara langsung menerima kas/ uang tunai. Namun, kalau perusahaan
senantiasa memberlakuan penjualannya produknya hanya secara tunai, maka akan
menyebabkan pelanggan akan mencari perusahaan lain yang menggunakan strategi
penjualan kredit yang menangguhkan dalam penerimaan uang tunai. Dengan kondisi
tersebut, maka dengan sendirinya setiap perusahaan akan menerapkan strategi dengan
penjualan kredit, dengan tujuan untuk dapat memperluas pasar dan meningkatkan volume
penjualan sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan perolehan laba perusahaan
(Hariawan, 2016:1).
Dengan kebijakan penjualan kredit tersebut akan berpengaruh terhadap modal kerja
perusahaan, artinya perusahaan yang memiliki jumlah penjualan kredit yang besar maka
akan memperbesar proporsi investasi perusahaan dalam piutang. Dengan besarnya
piutang perusahaan, maka perusahaan juga akan dihadapkan pada risiko yang besar dalam
penagihan piutang pada saat jatuh tempo, misalnya risiko keterlambatan pembayaran pada
saat jatuh tempo bahkan adanya risiko tidak tertagihnya piutang tersebut. Namun,
sekalipun dengan risiko yang kemungkinan terjadi, perusahaan harus tetap menerapkan
strategi penjualan kredit. Maka untuk nmeminimalisasi kemungkinan risiko tersebut,
perusahaan dituntut memiliki kebijakan yang tepat dalam pengelolaan piutangnya.
Kebijakan dalam pengelolaan piutang merupakan salah satu usaha yang penting bagi
perusahaan yang melakukan penjualan produknya secara kredit. Tujuannya agar piutang

1
yang diakibatkan oleh penjualan kredit tersebut dapat berjalan sesuai dengan ketentuan
yang telah disepakati bersama antara perusahaan dengan konsumennya. Jangan sampai
pertumbuhan piutangnya lebih tinggi ketimbang penjualan kreditnya, perusahaan harus
dapat menyeimbangkan diantara keduanya.
Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen piutang
yang baik sangat diperlukan dalam perusahaan agar dapat meminimalisasi risiko yang
kemungkinan terjadi akibat dari penjualan kredit. Tulisan ini bertujuan untuk menguraikan
pengertian manajemen piutang, jenis-jenis piutang, kebijakan manajemen piutang, faktor
yang mempengaruhi piutang, akuntansi piutang dan berbagai contoh tentang piutang.
Tulisan ini akan memberikan manfaat bagi mahasiswa khususnya dan pembaca umumnya
sebagai bahan refensi dalam pembahasan topik manajemen piutang.

B. Pengertian Manajemen Piutang


Setiap perusahaan umumnya akan bersentuhan dengan yang namanya piutang, baik
yang diakibatkan oleh adanya pinjaman yang dilakukan oleh para pegawainya maupun
karena disebabkan oleh unsur kegiatan inti perusahaan yaitu penjualan secara kredit.
Penjualan kredit merupakan salah satu strategi yang diterapkan perusahaan dalam
mendongkrak volume penjualannya dan juga pangsa pasar perusahaan. Dengan penjualan
kredit maka akan mengakibatkan perusahaan tidak secara langsung menghasilkan uang
tunai/ kas pada saat transaksi penjualan terjadi, namun menyebabkan munculnya piutang
terlebih dahulu selama selang jatuh tempo yang disepakati bersama. Piutang merupakan
semua klain dalam bentuk uang terhadap individu maupun perusahaan/ organisasi.
Piutang adalah jumlah uang yang dipinjamkan dari perusahaan oleh pelanggan
melalui pembelian barang atau jasa yang dilakukan secara kredit (Horne & John, 2012:
258). Irham Fahmi juga mendefinisikan piutang merupakan nilai jatuh tempo yang berasal
dari penjualan barang atau jasa, atau dari pemberian pinjaman uang. Piutang mencakup
nilai jatuh tempo yang berasal dari aktivitas sewa dan interest (Irham, 2016:137).
Selanjutnya Setiawan dalam bukunya menyebutkan bahwa piutang adalah segala bentuk
tagihan atau klaim perusahaan kepada pihak lain baik individu maupun badan usaha yang
pelunasannya dapat dilakukan dengan bentuk uang, benda maupun jasa (Setiawan,
201:199). Selanjutnya Alexandri, (2009: 117) piutang adalah sejumlah hutang konsumen/
pelanggan pada perusahaan yang melakukan pembelian barang dan jasa secara kredit pada

2
perusahaan. Piutang tersebut diharapkan dapat tertagih dalam satu tahun operasional
berjalan.
Berdasarkan definisi-definisi tentang piutang diatas, dapat diketahui beberapa unsur
didalamnya yaitu adanya klaim dari perusahaan/ organisasi terhadap individu atau
perusahaan, penjualan secara kredit atau pinjman yang dilakukan oleh individu atau
perusahaan, perjanjian dalam melakukan pembayaran terkait waktu ataupun interest,
objeknya uang, barang ataupun jasa.
Untuk menjamin efektivitas piutang yang dimiliki perusahaan, maka dituntut
perlunya pengelolaan yang baik. Jika tidak dikelola dengan baik maka akan menyebabkan
terjadinya beberapa risiko diantaranya tidak terbayarnya piutang pada saat jatuh tempo,
terjadinya kerugian atas piutang yang tidak tertagih. Proses pengelolaan piutang dengan
tujuan untuk menghindari risiko tersebutlah yang disebut dengan manajemen piutang.
Manajemen adalah suatu seni yang dilakukan dengan menggerakkan orang lain demi
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Riyanto, (2001: 85) menyatakan bahwa manajemen
piutang merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan menjual produknya secara
kredit. Manajemen piutang terutama menyangkut masalah pengendalian jumlah piutang,
pengendalian terhadap pemberian piutang, pengendalian terhadap pengumpulan piutang
dan evaluasi terhadap politik kredit yang dilakukan oleh perusahaan.
Manajemen piutang yang dilakukan perusahaan agar perputaran yang terjadi mulai
dari penjualan kredit sampai pada pelunasan dapat berjalan dengan lancar sehingga tidak
menyebabkan penumpukan modal yang berakibat pada operasional perusahaan.
Manajemen piutang harus dimulai dari kegiatan perencanaan yang matang terhadap
aktivitas penjualan kredit atau pemberian pinjaman kepada individu maupun perusahaan,
pengendalian terhadap pengumpulan piutang berdasarkan jatuh temponya serta melakukan
evaluasi atas seluruh kebijakan yang sudah diterapkan terkait dengan piutang tersebut guna
untuk mengambil kebijakan yang lebih baik kedepannya.

C. Jenis Piutang
Berdasarkan sumber aktivitasnya piutang mempunyai jenis yang berbeda-beda,
misalnya aktivitas dimana individu/ karyawan maupun perusahaan lain yang meminjam
uang atau benda perusahaan, penjualan yang dilakukan secara kredit. Pada umumnya
dalam implementasinya, piutang tersebut terdiri dari beberapa jenis, diantaranya:

3
a) Piutang usaha/ dagang
Piutang usaha adalah hak klaim dari perusahaan terhadap individu maupun
perusahaan lain, dengan hak klaim ini perusahaan dalam menuntut untuk pembayaran
baik dalam bentuk kas, barang dan jasa kepada individu atau perusahaan yang
berpiutang tersebut. Piutang usaha biasanya timbul karena terjadinya pemberian jasa
kepada pihak lain yang pembayaran atas jasa tersebut oleh pelanggan ditunda sesuai
dengan jatuh tempo yang sudah disepakati. Sedangkan piutang dagang terjadi karena
adanya transaksi penjualan barang dagangan yang dilakukan secara kredit kepada
pelanggan. Dengan transaksi seperti ini biasanya akan dilakukan pencatatan dengan
mendebit piutang usaha/ dagang dan mengkredit pendapatan jasa/ penjualan barang
dagangan. Jenis piutang ini umumnya memiliki periode tertagihnya relatif pendek,
misalnya 20 hari, 30 hari, 40 hari dll.
Piutang usaha/ dagang diklasifikasikan pada neraca posisi sebelah debit sebagai
bagian dari aktiva lancar. Piutang ini hanya dilengkapi dengan bukti faktur/ tanda terima
lainnya yang telah ditandatangi oleh debitur dan akan pembayarannya tidak lebih dari 1
tahun. Selain piutang usaha/ dagang, masih terdapat piutang yang masih akan diterima
yaitu kontrak prestasi yang sebenarnya sudah menjadi hak perusahaan namun belum
waktunya untuk diterima. Biasanya piutang ini muncul pada akhir periode namun
tagihan tersebut sebenarnya akan diterima pada periode yang akan datang. Piutang yang
masih harus diterima tersebut diantaranya (1) bunga yang masih harus diterima akibat
dari aktiva yang dimiliki oleh perusahaan seperti wesel tagih, bon; (2) piutang sewa
yang masih harus diterima yang timbul akibat penyewaan gedung, mobil, mesin dan
lainnya; (3) pendapatan piutang yang merupakan pendapat yang akan diterima akibat
dari investasi yang dilakukan oleh perusahaan pada perusahaan lain.
b) Piutang Wesel
Piutang ini terjadi karena adanya transaksi penjualan secara kredit dan pemberian
pinjaman uang kepada individu atau perusahaan dengan menerbitkan surat utang
formal. Sekilas terlihat piutang sama dengan piutang usaha/ dagang, namun dalam
prakteknya terjadi perbedaan. Dalam piutang wesel, debitur membuat perjanjian tertulis
kepada kreditur untuk melakukan pembayaran dengan sejumlah tertentu untuk jangka
waktu yang sudah ditentukan. Umumnya jangka waktu pembayaran piutang wesel
paling cepat 60 hari. Jika piutang wesel yang pembayarannya 60 hari atau kurang dari 1

4
tahun akan dicatat dalam neraca sebagai aktiva lancar, namun jika jangka waktunya
lebih dari satu maka akan dicatat sebagai piutang jangka panjang.
c) Piutang lain-lain.
Piutang lain-lain yang dimaksudkan yaitu jenis piutang diluar piutang usaha dan
piutang wesel. Piutang lain-lain ini meliputi piutang bunga, piutang pajak, piutang dari
karyawan perusahaan. Jika piutang ini akan dapat tertagih kurang dari satu tahun, maka
akan dicatatkan sebagai aktiva lancar. Namun jika penagihannya lebh dari satu tahun
maka akan diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar dengan nama investasi.

D. Kebijakan Manajemen Piutang


Manajemen piutang merupakan rangkaian proses yang dilakukan dalam mengelola
piutang sehingga dapat berjalan sebagaimana mestinya. Dengan manajemen piutang yang
baik, maka akan terjadi siklus yang baik mulai dari terjadinya piutang sampai proses
pengembaliannya sehingga tidak mengganggu pada aliran arus kas perusahaan.
Sartono, (2001: 432) menyatakan bahwa setidaknya terdapat beberapa langkah yang
harus dilakukan oleh perusahaan dalam hal kebijakan dalam manajemen piutang yaitu
penetapan standar kredit, persyaratan kredit, kebijakan kredit dan pengumpulan piutang.
a) Standar kredit
Standar kredit adalah kualitas minimal yang digunakan untuk menilai kelayakan
kredit dari pemohon yang ditentukan oleh perusahaan. Standar ini disiapkan oleh
perusahaan sebagai kriteria dalam menentukan pemberian kredit serta besarnya kredit
yang harus diberikan. Kriteria kredit ini umumnya menyangkut tentang kebiasaan dari
pelanggan dari melakukan pembayaran. Dalam pengukuran kualitas pelanggan yang
akan melakukan permohonan kredit dapat dilakukan dengan penilaian 5 C (five C of
credit) yaitu character, capacity, capital, collateral dan conditions.
Characters digunakan dalam hal menilai kejujuran pelanggan dalam memenuhi
kewajibannya, capacity untuk pendapat subjektif mengenai kemampuan pelanggan,
capital untuk menilai dukungan finansial dari calon pelanggan, collateral sebagai
jaminan dalam penilaian kekuatan finansial, dan conditions keadaan atau pengaruh
perubahan kemampuan pelanggan.
Periode pengumpulan piutang dimulai dari pada saat terjadinya piutang tersebut
sampai pada waktu pembayarannya, sedangkan jatuh temponya ditentukan oleh
perusahaan yang memberikan piutang. Semakin lama jangka waktu pengumpulan

5
piutang maka akan mengakibatkan semakin besarnya investasi perusahaan pada piutang
dan biaya yang akan diakibatkannya juga akan semakin besar. Disamping akan semakin
besarnya investasi perusahaan pada piutang juga dapat mengakibatkan kenaikan piutang
yang tidak tertagih (bed-debt). Perusahaan harus dapat menganalisis tambahan profit
margin dengan tambahan biaya dari aktivitas penjualan kredit tersebut.
b) Persyaratan kredit
Persyaratan kredit adalah kondisi yang disyaratkan untuk pembayaran kembali
piutang dari para pelanggan. Syarat kredit umumnya menetapkan periode kredit dan
potongan tunai serta persyaratan lainnya yang diberikan kepada pelanggan yang
melakukan pembayaran diawal. Syarat kredit ini dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya sifat ekonomi produk, kondisi penjual dan pembeli, periode kredit,
potongan tunai, tingkat bunga yang bebas risiko, dll.
c) Kebijakan kredit dan pengumpulan piutang
Sebelum menentukan kebijakan kredit, terlebih dahulu harus menentukan
keputusan yang berkenaan tentang kualitas jumlah yang diterima, periode kredit,
potongan tunai, persyaratan khusus, tingkat pengeluaran dalam pengumpulan piutang.
Perusahaan harus senantiasa melakukan usaha untuk pengumpulan piutangnya sesuai
dengan jatuh temponya. Sebelum jatuh tempo perusahaan harus mengingatkan kepada
pelanggan terkait pembayaran piutang tersebut, cara yang dilakukan perusahaan bisa
melalui pengiriman pesan singkat, email, atau bahkan bisa melalui agen dan lainnya.
Perusahaan harus mempunyai strategi dalam pengumpulan piutang, karena jika
cara yang dilakukan terlalu agresif, bisa menyebabkan pelanggan merasa tersinggung
dan akhirnya akan beralih ke pesaing. Tentu kalau demikian kondisinya maka akan
mengakibatkan tingkat penjualan akan semakin menurun yang menyebabkan laba
perusahaan juga akan mengalami penurunan.

E. Faktor yang Mempengaruhi Investasi Piutang


Piutang yang diakibat oleh penjualan secara kredit mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Dengan banyaknya penjualan kredit yang dilakukan oleh perusahaan maka
akan menyebabkan investasi terhadap piutang akan meningkat. Sutrisno, (2008)
menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya dana
yang diinvestasikan dalam piutang, diantaranya besarnya volume penjualan kredit, syarat
pembayaran, ketentuan tentang pembatasan kredit (plafon kredit), kebiasaan pembayaran

6
dari debitur, kebijakan dalam penagihan piutang. Demikian juga halnya dengan pendapat
Riyanto, (2001:85-87) yang mengemukakan bahwa:
1. Volume penjualan kredit
Volume penjualan kredit yang diberikan kepada pelanggan menjadi faktor utama
dalam menentukan besar kecilnya investasi dalam piutang. Volume penjualan yang
tinggi akan mengakibatkan investasi dalam piutang juga tinggi. Dengan kebijakan
volume penjualan secara kredit, maka perusahaan harus menyiapkan dana besar untuk
terus melakukan kegiatan operasionalnya. Disamping banyaknya investasi yang
tertanam dalam piutang akibat kebijakan volume penjualan kredit tersebut, perusahaan
juga akan dihadap dengan risiko yang besar, namun perusahaan juga akan
memperoleh profit yang besar juga.
2. Syarat Pembayaran
Penjualan yang dilakukan secara kredit, biasanya tertera jatuh tempo serta diskon
yang diperoleh pembeli namun ada juga yang tidak mempunyai diskon, misalnya syarat
pembayaran yang diterapkan oleh perusahaan 2/5, n/30. Syarat pembayaran ini artinya
jika pelanggan melakukan pembayaran atas transaksi penjualan kredit tersebut paling
lambat 5 hari dari tanggal transaksi, maka akan mendapatkan diskon sebesar 2 %.
Namun jika lewat 5 hari sampai dengan 30 hari setelah transaksi maka pelanggan tidak
mendapatkan diskon. Penting diperhatikan, jika periode waktu kredit yang diberikan
terlalu lama, maka akan mengakibatkan semakin besarnya investasi terhadap piutang
tersebut. Syarat pembayaran penjualan kredit bisa dilakukan secara ketat atau lunak,
jika diterapkan secara ketat maka perusahaan lebih mengutamakan kelancaran kredit
dari profit, demikian juga sebaliknya.
3. Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit
Dengan kebijakan penjualan kredit, para pelanggan akan diberikan batas
maksimal kredit yang bisa diambil. Disamping itu faktor besarnya usaha pelanggan dan
tingkat kepercayaan perusahaan kepada pelanggan juga menjadi penentu batas kredit.
Makin tinggi batas kredit yang ditetapkan perusahaan, maka akan semakin besar dana
yang diinvestasikan dalam piutang. Sebaliknya semakin singkat batas waktu kredit yang
ditetapkan, maka akan semakin kecil invetasi dana pada piutang.
4. Kebijakan pengumpulan atau penagihan piutang
Perusahaan dapat melakukan kebijakan penagihan piutang baik secara aktif
maupun pasif. Perusahaan yang menggunakan kebijakan penagihan piutang yang aktif,

7
maka perusahaan akan menggunakan dana yang lebih besar untuk membiayai kebijakan
tersebut. Sekalipun perusahaan mengeluarkan biaya yang besar, namun risiko akan
piutang tidak tertagih akan dapat terminimalisasi. Penagihan piutang secara aktif dalam
dilakukan dengan bekerjasama dengan lembaga agent seperti bank, debt collector, dll.
Jika perusahaan menerapkan kebijakan penagihan piutang secara pasif, tentunya
perusahaan hanya mengeluarkan biaya yang lebih kecil namun risiko untuk tidak
tertagih lebih tinggi sehingga invetasi dana dalam piutang akan lebih besar. Pada
umumnya perusahaan senantiasa menginginkan pelanggan dapat melakukan
pembayaran secara tepat waktu sesuai dengan termin atau waktu kredit yang ditentukan.
5. Kebiasaan membayar Pelanggan
Harapan perusahaan yang melakukan kebijakan penjualan secara kredit tentunya
para pelanggan dapat melakukan pembayaran sesuai dengan periode waktunya. Dengan
pemberikan diskon, pelanggan diharapkan dapat melakukan pembayaran lebih cepat
sehingga investasi dana dalam piutang dapat mengalami perputaran menjadi kas/ uang
tunai lebih cepat.

F. Akuntansi Piutang
Kieso mendefiniskan piutang yaitu jumlah tertentu yang dapat ditagih dari seseorang
atau perusahaan yang diharapkan akan dilunasi dengan uang tunai atau kas. Piutang
diberlakukan sebagai instrumen keuangan yaitu asset keuangan berdasarkan SAK maupun
IFRS. Pengakuan dan pengukuran piutang diatur dalam PSAK 55 sedangkan penyajiannya
diatur dalam PSAK 50 dan PSAK 1.
Dalam kerangka konseptual pelaporan keuangan menyebutkan istilah pengakuan
(recognition) merupakan proses dimasukkannya sutau transaksi ke dalam laporan posisi
keuangan, laporan laba-rugi dan laporan penghasilan komprehensif lainnya. Pengakuan
(recognition) diartikan sebagai proses menjurnal data transaksi pertama kali kedalam
sistem akuntansi sehingga akan berpengaruh pada saldo pa akun buku besar. Piutang
usaha/ dagang pada umum diklasifikasikan pada laporan posisi keuangan (neraca) sebagai
harta lancar dan disajikan dalam jurnal dengan cara mendebit piutang usaha/ dagang dan
mengkredit penjualan. Jika transaksi penjualan dilakukan secara kredit, maka jurnalnya
adalah:
Piutang dagang.........................................Rp. xxx
Penjualan................................................................Rp. xxx

8
Pencatatan Pengembalian barang dagangan yang dijual:
Return penjualan................................Rp. xxx
Piutang dagang........................................................Rp. xxx

Pencatatan pelunasan piutang dagang pada periode diskon:


Kas...............................................Rp. xxx
Potongan penjualan......................Rp. xxx
Piutang usaha.......................................Rp. xxx
Pencatatan pelunasan piutang tanpa diskon:
Kas.............................................Rp. xxx
Piutang dagang.....................................Rp. xxx
Contoh:
Pada tanggal 1 Agustus 2018, PT. Sukses Selalu menjual barang dagangan kepada PT.
Indah seharga Rp. 10.000.000,00 dengan syarat 2/10, n/30. Transaksi ini akan dicatat oleh
PT Sukses Selalu:
Piutang dagang.....................................Rp. 10.000.000,00
Penjualan.....................................................................Rp. 10.000.000,00
Tanggal 6 Agustus 2018, PT. Indah mengembalikan barang dagangan seharga Rp.
1.500.000,00 atas transaksi tanggal 1 Agustus 2018. Transaksi ini dicatat oleh PT. Sukses
Selalu:
Return Penjualan...............................Rp. 1.500.000,00
Piutang dagang.........................................................Rp. 1.500.000,00
Tanggal 9 Agustus 2018, PT. Indah melakukan pembayaran atas transaksi tanggal 1
Agustus 2018 kepada PT. Sukses Selalu. Transaksi ini dicatat oleh PT. Sukses Selalu:
Kas.................................................Rp. 8.330.000,00
Potongan Penjualan........................ Rp. 170.000,00
Piutang dagang.................................................Rp. 8.500.000,00
Tanggal 30 Agustus 2018, PT. Indah melakukan pembayaran kepada PT. Sukses Selalu
atas transaksi tanggal 1 Agustus 2018. Transaksi ini dicatat oleh PT. Sukses Selalu:
Kas.............................................Rp. 8.500.000,00
Piutang dagang.................................................Rp. 8.500.000,00
Penjualan secara kredit akan menimbulkan risiko piutang tidak tertagih, penilaian
terhadap piutang tersebut akan menyulitkan perusahaan karena piutang tidak tertagih
belum dapat diketahui tanggal pelaporannya sehingga mengharuskan perusahaan
9
melakukan estimasi. Perlakuan terhadap piutang tak tertagih dilakukan dengan
menggunakan dua metode, yaitu:
1. Metode penghapusan langsung.
Metode penghapusan langsung (direct method) dicatat dalam pembukuan apabila
piutang sudah benar-benar sudah tidak dapat tertagih lagi. Biasanya metode ini
digunakan pada perusahaan kecil atau perusahaan yang tidak dapat mengestimasi
penghapusan piutang atau piutang tak tertagih dengan tepat. Perusahaan biasanya tidak
melakukan perhitungan akan kerugian piutang tak tertagih pada tiap akhir peride,
namun kerugian piutang akan dicatat ketika sudah memperoleh kepastian bahwa tidak
dapat ditagih lagi. Piutang tersebut akan dihapus dan dibebankan pada perkiraan
kerugian piutang. Bentuk jurnalnya adalah:
Beban penghapusan piutang..............Rp. xxx
Piutang....................................................Rp. xxx
Namun, apabila dikemudian hari pelanggan mempunyai niat untuk melakukan
pembayaran atas piutang tersebut, maka dilakukan pencatatan dengan membalik jurnal
yang sebelumnya yaitu:
Piutang dagang..................................Rp. xxx
Beban penghapusan langsung.................Rp. xxx
Jika pelanggan sudah melakukan pelunasan terhadap piutang tersebut, maka akan
dicatat:
Kas...................................................Rp. xxx
Piutang dagang............................................Rp. xxx
Apabila pelanggan menyatakan akan melunasi piutangnya ketika sudah dilakukan tutup
buku pada periode tertentu, maka pencatatannya dilakukan dengan:
Piutang...........................................Rp. xxx
Pendapatan lain-lain................................Rp. xxx
2. Metode Cadangan
Metode cadangan (allowance method), dilakukan dengan melakukan penaksiran terlebih
dahulu terhadap piutang tak tertagih pada akhir periode akuntansi. Metode ini umumnya
digunakan pada perusahaan yang tergolong besar dan sudah terbiasa mencatat perkiraan
atau estimasi piutang tidak tertagih. Estimasi tersebut kemudian dicatat sebabai beban
terhadap kerugian piutang tak tertagih. Namun beban tersebut tidak langsung

10
dikeluarkan dari perkiraan piutang, tetapi dianggap sebagai cadangan kerugian piutang
tidak tertagih. Bentuk jurnalnya adalah:

Beban kerugian piutang...................Rp. xxx


Cadangan kerugian piutang...........................Rp. xxx
Apabila dikemudian hari pelanggan tersebut memberikan informasi bahwa ia akan
melunasi piutang tersebut, maka piutang itu dapat dimunculkan kembali. Maka akan
dicatat:
Piutang..........................................Rp. xxx
Cadangan kerugian piutang.......................Rp. xxx
Apabila pelanggan sudah melakukan pelunasan, maka akan dicatat:
Kas..............................................Rp. xxx
Piutang...................................................Rp. xxx
Untuk lebih jelasnya, kedua metode tersebut dapat dilihat perbedaannya seperti
menurut pendapatnya Warren, yaitu:
Keterangan Metode penghapusan Metode cadangan
langsung
Mencatat jumlah piutang Ketika piutang usaha aktual Mengunakan dua estimasi
tak tertagih ditentukan berdasarkan dasar yaitu persentase
piutang yang tak tertagih penjualan dan persentase
piutang
Akun penyisihan Tidak ada akun penyisihan Ada akun penyisihan
Pengguna utama Perusahaan kecil dan Perusahaan besar dan
perusahaan dengan piutang perusahaan dengan piutang
yang relative kecil yang relatif berjumlah
besar

Contoh Penggunaan Metode Penghapusan Langsung


Tanggal 2 Februari 2017 PT. Sukses Selalu tidak dapat menagih utang sebesar Rp.
150.000.000,00 yang telah jatuh tempo kepada PT. Indah karena pemiliknya
dinyatakan pailit oleh pengadilan.
tanggal 8 Oktober 2017 PT. Indah memberikan kabar bahwa mereka akan melunasi
hutangnya terhadap PT. Sukses Selalu.
Tanggal 15 Desember 2017 PT. Indah melunasi utangnya kepada PT. Sukses Selalu
Transaksi diatas dicatat dengan menggunakan metode penghapusan langsung, yaitu:

11
Transaksi tanggal 2 Februari 2017 (Penghapusan piutang)
Beban penghapusan piutang...........Rp. 150.000.000,00
Piutang dagang....................................................Rp. 150.000.000,00
Transaksi tanggal 8 Oktober 2017 (Pemberitahuan pembayaran piutang), apabila belum
ditutup pembukuan untuk periode berjalan, jurnalnya:
Piutang dagang.............................Rp. 150.000.000,00
Beban penghapusan piutang...............................Rp. 150.000.000,00
Jika seandainya sudah dilakukan penutupan pembukuan pada periode berjalan, maka
jurnalnya adalah:
Piutang dagang...........................Rp. 150.000.000,00
Pendapatan lain-lain............................................Rp. 150.000.000,00
Tanggal 15 Desember 2017 (pelunasan piutang)
Kas............................................Rp. 150.000.000,00
Piutang dagang..................................................Rp. 150.000.000,00

Contoh Metode Cadangan


Tanggal 15 Agustus 2017, PT. Sukses Selalu mengestimasi bahwa PT. Indah yang sudah
mengalami kebangkrutan tidak akan dapat membayar utangnya sebesar Rp.
150.000.000,00. Ternyata sampai pada penutupan buku tanggal 31 Desember 2017
PT. Indah memberikan informasi tidak dapat membayar utangnya.
Tanggal 10 Maret 2018, PT, Indah memberikan kabar bahwa mereka akan membayar
hutangnya
Tanggal 8 September 2018 PT. Indah melunasi utangnya
Transaksi diatas dicatat dengan menggunakan metode cadangan, yaitu:
15 Agustus 2017 (Estimasi kerugian piutang tak tertagih)
Beban kerugian piutang .............Rp. 150.000.000,00
Cadangan kerugian piutang.............................Rp. 150.000.000,00
31 Desember 2017 (Penghapusan piutang tak tertagih)
Cadangan kerugian piutang........Rp. 150.000.000,00
Piutang............................................................Rp. 150.000.000,00

10 Maret 2018 (Pemberitahuan untuk Membayar Piutang)

12
Piutang......................................Rp. 150.000.000,00
Cadangan kerugian piutang.............................Rp. 150.000.000,00
8 September 2018 (Pelunasan piutang)
Kas.........................................Rp. 150.000.000,00
Piutang.......................................................Rp. 150.000.000,00

Contoh 3
Pada tanggal 31 Desember 2015, data-data yang terdapat pada pembukuan PT. Indah
sebagai berikut :
Piutang Rp. 6.500.000,00
Cadangan piutang tak tertagih Rp. 60.000,00
Penjualan (60 % dari penjualan kredit) Rp. 12.500.000,00
Return Penjualan Rp. 500.000,00
Potongan penjualan Rp. 300.000,00
Berdasarkan data diatas, buatlah jurnal penyesuainnya pada tanggal 31 Desember 2015
dalam mencatat taksiran kerugian piutang tak tertagih dengan ketentuan:
1.  Besarnya kerugian piutang tak tertagih ditaksir sebesar :
a. 2 % dari penjualan
b. 2 % dari penjualan bersih
c.  2 % dari penjualan kredit bersih
2.  Besarnya cadangan piutang tak tertagih ditetapkan :
a. Ditambah 4 % dari saldo piutang
b. Dijadikan 4 % dari saldo piutang, saldo cadangan piutang tak tertagih sebesar Rp
60.000,00
c.   Dijadikan Rp 200.000,00 yang ditetapkan berdasarkan analisis umur piutang, saldo
cadangan piutang tak tertagih(Debet) sebesar Rp 60.000,00
d.   Dijadikan 4 % dari saldo piutang tetapi dalam hal ini saldo cadangan piutang tak
tertagih (kredit) sebesar Rp 60.000,00
Jawab:
Jurnal penyesuaian pada tanggal 31 Desember 2015
1. Besarnya kerugian piutang tak tertagih ditaksir sebesar:
a. 2 % dari penjualan
2 % x Rp. 12.500.000,00 = Rp. 250.000,00
Jurnalnya adalah:
Kerugian piutang tak tertagih...........Rp. 250.000,00

13
Cadangan kerugian piutang tak tertagih............Rp. 250.000,00
b. 2 % dari penjualan bersih
2 % x [Rp.12.500.000,00 – (Rp500.000,00 + Rp 300.000,00)] = Rp. 234.000,00
Jurnal penyesuaiannya:
Kerugian piutang tak tertagih...........Rp. 234.000,00
Cadangan kerugian piutang tak tertagih............Rp. 234.000,00
c. 2 % dari penjualan kredit bersih
Penjualan kredit = 60 % x Rp. 12.500.000,00 = Rp. 7.500.000,00
Return Penjualan = Rp. 500.000,00
Potongan penjualan = Rp. 300.000,00 -
Penjualan kredit bersih = Rp. 6.700.000,00
2 % x Rp. 6.700.000,00 = Rp. 134.000,00
Jurnal penyesuaiannya:
Kerugian piutang tak tertagih...........Rp. 134.000,00
Cadangan kerugian piutang tak tertagih............Rp. 134.000,00
2. Besarnya cadangan piutang tak tertagih ditetapkan :
a. Ditambah 4 % dari saldo piutang:
4 % x Rp. 6.500.000,00 (angka dari soal) = Rp. 260.000,00
Jurnal penyesuaiannya:
Kerugian piutang tak tertagih..........Rp. 260.000,00
Cadangan piutang tak tertagih........................Rp. 260.000,00
b. Dijadikan 4 % dari saldo piutang, saldo cadangan piutang tak tertagih dalam data soal
adalah Rp. 60.000,00.
Saldo akhir cadangan 4 % x Rp. 6.500.000,00 = Rp. 260.000,00
Saldo cadangan piutang = Rp. 60.000,00 –
Rp. 320.000,00

Jurnal penyesuaiannya:
Kerugian piutang tak tertagih..........Rp. 320.000,00
Cadangan piutang tak tertagih........................Rp. 320.000,00

c. Dijadikan Rp. 200.000,00 yang ditetapkan berdasarkan analisis umur piutang, saldo
cadangan piutang tak tertagih (debit) Rp. 60.000,00
Saldo akhir cadangan......................................... Rp. 200.000,00
Saldo cadangan piutang tak tertagih................... Rp. 60.000,00 +

14
Jumlah penyesuaian......................................... Rp. 260.000,00

Jurnal penyesuaiannya:
Kerugian piutang tak tertagih..........Rp. 260.000,00
Cadangan piutang tak tertagih........................Rp. 260.000,00
d. Dijadikan 4 % dari saldo piutang tetapi dalam hal ini saldo cadangan piutang tak
tertagih (kredit) sebesar Rp. 60.000,00
Saldo akhir cadangan 4 % x Rp. 6.500.000,00 Rp. 260.000,00
Saldo cadangan (kredit) Rp. 60.000,00-
Jumlah penyesuaian Rp. 200.000,00
Jurnal penyesuaiannya:
Kerugian piutang tak tertagih..........Rp. 200.000,00
Cadangan piutang tak tertagih........................Rp. 200.000,00
Contoh Analisis Umur Piutang :

Jumlah Belum Jumlah Hari Lewat Jatuh Tempo


Nama Pelanggan Saldo Jatuh
Piutang Tempo
di atas
1-30 hari 31-60 hari 61-90 hari
90 hari
PT.A 1,000,000 1,000,000
PT. B 1,500,000 1,500,000
PT. C 2,000,000 2,000,000
PT. D 750,000 750,000
Lainnya 1,250,000 500,000 500,000 250,000
6,500,000 4,500,000 750,000 500,000 500,000 250,000
Taksiran Persentase
Tak Tertagih 0.02 0.03 0.04 0.06 0.15
Jumlah Taksiran
Tak Tertagih 200,000 90,000 22,500 20,000 30,000 37,500

Contoh 4:
Pada tanggal 31 Desember 2015, dalam pembukuan PT.Indah terdapat informasi akun
beserta saldonya sebagai berikut :

Piutang ........................................................... Rp. 10.000.000,00


Cadangan Piutang Tak Tertagih  ..................... Rp        300.000,00
Penjualan (60 % penjualan kredit) .................. Rp   20.000.000,00
Retur Penjualan (dari penjualan kredit) ........... Rp      2.000.000,00

15
Potongan Penjualan   ....................................... Rp         600.000,00

Diminta :
Jurnal penyesuaian 31 Desember 2015 untuk mencatat transaksi berikut :
1.  Besarnya kerugian piutang tak tertagih ditaksir sebesar: 2 % (dua persen) dari penjualan
bersih.
2.  Jika diketahui ternyata ada seorang debitur pailit sehingga tidak dapat membayar
utangnya sebesar Rp 5.000.000,00 (piutang ini harus dihapuskan).
3.  Piutang yang telah dihapusikan sebesar Rp 5.000.000,00 (poin 2) ternyata diterima
pelunasannya sebesar Rp 3.000.000,00.
Jawaban:
1.      Kerugian piutang tak tertagih ........................Rp 348.000,00
Cadangan Piutang Tak Tertagih ............................Rp 348.000,00
(Mencatat taksiran kerugian piutang)                    
Perhitungan:
                        2% x (Rp 20.000.000 – Rp 2.600.000) = Rp 348.000,00
2.      Cadangan Piutang Tak Tertagih ....................Rp 5.000.000,00
Piutang Dagang  ..................................................Rp 5.000.000,00
(Mencatat penghapusan piutang)
3.      Piutang dagang  .............................................Rp 3.000.000,00
Cadangan Piutang Tak tertagih  ...........................Rp 3.000.000,00
(Mengembalikan piutang yang sudah dihapuskan)
       Kas      ..........................................................Rp 3.000.000,00
Piutang Dagang   ...........................................................Rp 3.000.000,00
(Mencatat penerimaan piutang yang sudah dihapuskan)

G. Kesimpulan
Penjualan secara kredit merupakan salah satu strategi dalam meningkatkan penjualan
dan pangsa pasar perusahaan. Penjualan kredit akan menyebabkan perusahaan harus
menginvetasikan dananya pada piutang. piutang adalah segala bentuk tagihan atau klaim
perusahaan kepada pihak lain baik individu maupun badan usaha yang pelunasannya dapat
dilakukan dengan bentuk uang, benda maupun jasa. Untuk mengurangi risiko yang akan
timbul akibat dari penjualan kredit tersebut, perusahaan harus mempunyai strategi dalam

16
mengelola piutang. Berdasarkan sumber aktivitasnya, piutang tersebut terdiri dari piutang
dagang/ usaha, piutang wesel dan piutang lain-lain.
Manajemen piutang merupakan rangkaian proses yang dilakukan dalam mengelola
piutang sehingga dapat berjalan sebagaimana mestinya. Dengan manajemen piutang yang
baik, maka akan terjadi siklus yang baik mulai dari terjadinya piutang sampai proses
pengembaliannya sehingga tidak mengganggu pada aliran arus kas perusahaan. Terdapat
beberapa langkah yang harus dilakukan oleh perusahaan dalam hal kebijakan dalam
manajemen piutang yaitu penetapan standar kredit, persyaratan kredit, kebijakan kredit dan
pengumpulan piutang. Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya dana yang diinvestasikan
dalam piutang, diantaranya besarnya volume penjualan kredit, syarat pembayaran,
ketentuan tentang pembatasan kredit (plafon kredit), kebiasaan pembayaran dari debitur,
kebijakan dalam penagihan piutang.
Piutang diberlakukan sebagai instrumen keuangan yaitu asset keuangan berdasarkan
SAK maupun IFRS. Pengakuan dan pengukuran piutang diatur dalam PSAK 55
sedangkan penyajiannya diatur dalam PSAK 50 dan PSAK 1. Perlakuan terhadap piutang
tak tertagih dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu metode penghapusan
langsung dan metode cadangan.

Daftar Pustaka

17
18

Anda mungkin juga menyukai