Anda di halaman 1dari 4

Tugas 24/11/2021

Cari sebuah berita di surat kabar dan uraikan dengan berinspirasi pada contoh tulisan di
bawah ini.

PELATIHAN

-----------------------------------

SALAH SATU CARA SEDERHANA PELATIHAN JURNALISTIK

Ada dua langkah yang kita tempuh dalam pelatihan jurnalistik sederhana ini. 1) kita
diajak mengambil inspirasi dengan berpatokan pada rumus : 5 W + 1 H dari Rudyard Kipling 1
untuk membantu kita menganalisis berita surat kabar, berita radio, berita televisi, berita internet
dan lain-lain. 2) kita diajak memeriksa dan mencerna unsur-unsur kelayakan dari sebuah berita
yang yang ditulis di dalam surat kabar, seperti dalam judul yang anda pilih saat ini.

Bila anda telah menguasai teknik ini, maka anda bisa mengembangkan kemampuan anda
dalam menulis berita dan dapat mempublikasikannya melalui surat kabar, media sosial atau
majalah tertentu. Silahkan mencoba terus, seraya tiada henti-hentinya membaca dan menulis.

Ok. Baiklah. Sekarang, demi lancar dan suksesnya pelatihan sederhana ini, maka anda
diminta menyediakan beberapa sarana berikut ini 1) sebuah buku tulis sederhana, 2) buku
Pengatar Ilmu Komunikas, 3) Surat kabar dan sejumlah sarana lain. Mari kita memulai latihan
ini dengan menulis, seperti ini

A.IDENTITAS MAHASISWA

a. Nama =
b. NIM =
c. SEMESTER =
d. MATA KULIAH =

B.IDENTIFIKASI MEDIA

a. Nama Surat Kabar / Web /… : Harian Kompas


b. Hari/Tanggal/Thn Terbit : Minggu, 23 November 2014
c. Judul Berita : Revolusi Mental Berawal Dari Bahasa.
d. Halaman dan kolom : Hal.13, kolom 1-5

1
Hikmat Kusumanigrat & Purnama Kusumaningrat. Jurnalistik. Teori Dan Praktek. Bandung : Penerbit PT Remaja
Rosdakarya, 2007 : 6

104
e. PenulisBerita Surat Kabar : Frans Sartono

C. ANALISIS BERITA MENGGUNAKAN KAIDAH 5W+ 1 H

1. WHAT (Apa). Tulisan ini berbicara mengenai apa atau mengulas tentang apa?. Tulisan ini
berjudul, Revolusi Mental Berawal Dari Bahasa. Dalam tulisan ini dikatakan bahwa revolusi
mental akan mungkin berhasil kalau orang kembali menyadari fungsi hakiki bahasa yaitu untuk
mengembangkan akal budi dan memelihara kerjasama. Dengan kata lain, revolusi mental yang
digalakkan oleh Presiden Joko Widodo akan berhasil kalau setiap warga Negara menaruh cinta
dan respek pada bahasa untuk mengembankan akal budi dan memelihara kerjasama dengan
orang lain. Di dalam bahasa mengandung unsur-unsur dan nilai-nilai budaya. Bahasa melahirkan
kebudayaan dan memelihara kebudayaan. Dari cara orang berbahasa dapat dinilai apakah ia
sungguh berbudaya atau kurang berbudaya.

2. WHO (Siapa) Siapa yang terlibat?. Siapa melakukan apa?. Berdasarkan pertanyaan penuntun
yang tertulis dalam tulisan ini, maka sebenarnya tulisan ini merupakan hasil wawancara antara
Frans Sartono, salah seorang wartawan Kompas dengan Sudaryanto, seorang pakar lingustik,
jebolan UGM tahun1969-Fakultas Sastra dan Kebudayaan-Jurusan Sastra Indonesia. Frans ingin
mengetahui pikiran, pendapat dan pandangan Sudaryanto mengenai istilah “revolusi mental”
yang sedang digalakkan oleh Presiden Republik Indonesia : Joko Widodo. Selain kedua tokoh
ini, disebutkan juga DPR, rakyat dan presiden sebagai mitra kerja dan rekan dialog dan
komunikasi untuk mensukseskan program “revolusi mental” bagi seluruh rakyat Indonesia.

3. WHERE (Dimana). Dalam tulisan ini dapat ditemukan bahwa wawancara Frans Sartono
denganSudaryanto terjadi di ruang kerja Sudaryanto. Hal ini terlihat dari latarbelakang foto ada
rak buku, meja kerja dan lain-lain.

4. WHEN (Kapan). Kapan wawancara itu dilakukan?. Wawancara dilakukan ketika Sudaryanto
sementara melakukan rutinitasnya di kantor atau dirung kerjanya.

5. WHY (Mengapa). Mengapa perlu wawancara dengan pakar linguistik berkaitan dengan topik
“revolusi mental?”. Karena pakar linguistik sekurang-kurangnya menguasai pedadogi dan
linguistik. Atas dasar ini, mereka tahu criteria-kriteria apa yang patut diperhatikan dalam
mensukseskan program “revolusi mental”. Sudaryanto berhal menawarkan pandangannya
tentang kemungkinan mencapai keberhasilan dari program ini kalau orang menncintai dan
menghormati bahasanya (daerah dan nasional). Bahasa dan budaya menjadi kunci keberhasilan
gerakan revolusi mental.

6. HOW (Bagaimana). Bagaimana caranya meraih keberhasilan dalam usaha mewujudkan


program “revolusi mental?”. Apa saja solusi yang ditawarkan untuk mengatasi persoalan yang
menghambat program “revolusi mental?”.

105
Saya menemukan dalam tulisan ini, ada beberapa cara atau solusi ditawarkan oleh Sudaryanto,
dalam mewujudkan revulosi mental, antara lain,

1) Dari Sisi Linguistik (kebahasaan). Orang harus kembali menyadari fungsi hakiki bahasa
yakni untukmengembangkan akal budi dan memelihara kerjasama dengan orang lain.
Dengan kata lain, mencintai bahasa dan menghormati budaya, akan membantu
terwujudnya program revolusi mental. Bahasa penting untuk berdialog, berkomunikasi,
bermusyarawah dan menyelesaikan pelbagai konflik. Orang saling marah, perang, saling
lempar dengan batu, berkelahi fisik, berpolitik, kerjasama bisnis-ekonomi dan lain-lain,
semuanya bermura pada bahasa verbal, menggunakan bahasa sebagai titik temu, titik
singgung dan titik solusi.
2) Dari Aspek Struktur Organisari Kementerian (Kelembagaan). Menurut Sudaryanto,
tidak benar kalau ada kementerian pariwisata dan Kebudyaan atau kementerian
pendidikan dan Kebudayaan. Seorang-olah ada wisata dan budaya atau seakan-akan ada
pendidikan dan budaya. Ada kerancuan dalam penggunaan istilah sehingga
menimbulkan ketidakjelasan dalam penfasiran dan perwujudannya. Maka menurut
beliau, perlu digunakan istilah yang benar dalam memberikan nama terhadap lembaga
pendidikan itu sendiri.
3) Dari Sisi Politik. DPR perlu bekerjasama dan mendukung program pemerintah dalam
mensukseskan program revolusi mental bagi seluruh rakyat Indonesia.
4) Dari Sisi Konatif. Revolusi mental tidak berhenti pada bicara, pada program, pada
pikiran, tetapi terutama mesti namapk dalam sikap, perilaku dan dalam ethos kerja.
Itulah yang ditekankan dalam Kabinet Kerja Joko Widodo. Menurut Sudaryanto,
bahasa dipakai untuk mengungkapkan isi hati. Tapi isi hati tidak selamanya
diungkapkan lewat bahasa (verbal), melainkan juga bisa lewat sikap dan tindakan
(konasi), kesenian dan kerja.
5) Dari Sisi Sosial-Politik. Perlu ada kontak, dialog, komunikasi dan keterlibatan langsung
Presiden dan pejabat dengan rakyat melalui kegiatan blusukan.

D. Analisis Unsur-Unsur Kelayakan Berita.

1. Akurasi. Saya menilai berita ini akurat karena adanya ketepatan ejaan, nama,
pendidikan, pengajaran, jabatan, perintisan, karier, keluarga, angka, tanggal, bulan,
tahun, jam, usia, tempat kejadian
2. Kelengkapan (complete). Berita ini saya anggap layak karena lengkap, adil (fair) dan
berimbang (balanced). Juga disertakan bukti konkrit berupa foto, buku, ruang kerja dan
meja kerja.

106
3. Obyektif. Karena berdasarkan fakta, kenyataan, tidak berat sebelah dan bebas prasangka.
Tidak nampak unsur subyektif wartawan yang berpeluang mengaburkan berita yang
sesungguhnya. Berita ini obyektif dari sumber aslinya yakni Sudaryanto.
4. Ringkas (concise) dan Jelas. Berita ini ditulis dengan tulisan dan bahasa yang ringkas,
jelas dan sederhana sehingga memudahkan pembaca mencerna isi tulisan/berita. Hal ini
nampak dalam pertanyaan penuntun / wawancara yang tertera di dalam tulisan ini.
5. Kejelasan (clear). Tulisan ini bukan sekedar pelaporan berita hasil wawancara Frans
Sartono dengan Sudaryanto, melainkan suatu tindakan pelayanan / untuk melayani
kebutuhan masyarakat akan informasi dan pengetahuan mengenai cara mensukseskan
program “Revolusi mental” yang sangat bermanfaat bagi segenap masyarakat Indonesia.
6. Kehangatan (current). Berita ini saya nilai sangat aktual, hangat dan bermutu tinggi
sehingga ia memiliki nilai berita dan nilai jual yang tinggi karena sangat diminati
pembaca dan masyarakat Indonesia.

Demikian analisis saya terhadap judul berita yang tertulis dalam surat kabar ini………..
berdasarkan kaidah 5 W + 1 H serta unsur-unsur kelayakan berita seperti diajarkan dalam teori
Ilmu Komunikasi **

107

Anda mungkin juga menyukai