Anda di halaman 1dari 12

SUMMARY ANALISIS MANAJEMEN PIUTANG

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


Manajemen Keuangan

Disusun oleh:

Feniati Sudanto 19030070

KELAS IV C

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


PERGURUAN TINGGI BANGKA
PANGKALPINANG
2020-2021
A. Pendahuluan
Perusahaan merupakan suatu tempat yang melakukan kegiatan tertentu dengan
dukungan semua faktor-faktor produksi. Faktor produksi yang dimaksudkan adalah
seluruh sumber daya yang digunakan untuk melakukan suatu aktivitas produksi,
misalnya manusia, raw material, modal, skill, dll. Setiap perusahaan dalam melakukan
kegiatan haruslah didukung oleh harta baik harta lancar, harta tetap berwujud maupun
tidak berwujud.
Dalam kondisi persaingan dunia usaha saat ini, setiap perusahaan dituntut untuk
mempunyai strategi yang dapat mempertahankan keberadaannya. Dari satu sisi memang
perusahaan menginginkan penjualan atas produk yang diproduksinya dapat terjual secara
tunai sehingga dapat secara langsung menerima kas/ uang tunai. Namun, kalau
perusahaan senantiasa memberlakuan penjualannya produknya hanya secara tunai, maka
akan menyebabkan pelanggan akan mencari perusahaan lain yang menggunakan strategi
penjualan kredit yang menangguhkan dalam penerimaan uang tunai. Dengan kondisi
tersebut, maka dengan sendirinya setiap perusahaan akan menerapkan strategi dengan
penjualan kredit, dengan tujuan untuk dapat memperluas pasar dan meningkatkan
volume penjualan sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan perolehan laba
perusahaan (Hariawan, 2016:1).
Dengan kebijakan penjualan kredit tersebut akan berpengaruh terhadap modal kerja
perusahaan, artinya perusahaan yang memiliki jumlah penjualan kredit yang besar maka
akan memperbesar proporsi investasi perusahaan dalam piutang. Dengan besarnya
piutang perusahaan, maka perusahaan juga akan dihadapkan pada risiko yang besar
dalam penagihan piutang pada saat jatuh tempo, misalnya risiko keterlambatan
pembayaran pada saat jatuh tempo bahkan adanya risiko tidak tertagihnya piutang
tersebut. Namun, sekalipun dengan risiko yang kemungkinan terjadi, perusahaan harus
tetap menerapkan strategi penjualan kredit. Maka untuk nmeminimalisasi kemungkinan
risiko tersebut, perusahaan dituntut memiliki kebijakan yang tepat dalam pengelolaan
piutangnya.
Kebijakan dalam pengelolaan piutang merupakan salah satu usaha yang penting bagi
perusahaan yang melakukan penjualan produknya secara kredit. Tujuannya agar piutang
yang diakibatkan oleh penjualan kredit tersebut dapat berjalan sesuai dengan ketentuan
yang telah disepakati bersama antara perusahaan dengan konsumennya. Jangan sampai
pertumbuhan piutangnya lebih tinggi ketimbang penjualan kreditnya, perusahaan harus
dapat menyeimbangkan diantara keduanya.
Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen piutang yang
baik sangat diperlukan dalam perusahaan agar dapat meminimalisasi risiko yang
kemungkinan terjadi akibat dari penjualan kredit. Tulisan ini bertujuan untuk
menguraikan pengertian manajemen piutang, jenis-jenis piutang, kebijakan manajemen
piutang, faktor yang mempengaruhi piutang, akuntansi piutang dan berbagai contoh
tentang piutang. Tulisan ini akan memberikan manfaat bagi mahasiswa khususnya dan
pembaca umumnya sebagai bahan refensi dalam pembahasan topik manajemen piutang.

B. Pengertian Manajemen Piutang


Setiap perusahaan umumnya akan bersentuhan dengan yang namanya piutang, baik
yang diakibatkan oleh adanya pinjaman yang dilakukan oleh para pegawainya maupun
karena disebabkan oleh unsur kegiatan inti perusahaan yaitu penjualan secara kredit.
Penjualan kredit merupakan salah satu strategi yang diterapkan perusahaan dalam
mendongkrak volume penjualannya dan juga pangsa pasar perusahaan. Dengan
penjualan kredit maka akan mengakibatkan perusahaan tidak secara langsung
menghasilkan uang tunai/ kas pada saat transaksi penjualan terjadi, namun menyebabkan
munculnya piutang terlebih dahulu selama selang jatuh tempo yang disepakati bersama.
Piutang merupakan semua klain dalam bentuk uang terhadap individu maupun
perusahaan/ organisasi.
Piutang adalah jumlah uang yang dipinjamkan dari perusahaan oleh pelanggan
melalui pembelian barang atau jasa yang dilakukan secara kredit (Horne & John, 2012:
258). Irham Fahmi juga mendefinisikan piutang merupakan nilai jatuh tempo yang
berasal dari penjualan barang atau jasa, atau dari pemberian pinjaman uang. Piutang
mencakup nilai jatuh tempo yang berasal dari aktivitas sewa dan interest (Irham,
2016:137). Selanjutnya Setiawan dalam bukunya menyebutkan bahwa piutang adalah
segala bentuk tagihan atau klaim perusahaan kepada pihak lain baik individu maupun
badan usaha yang pelunasannya dapat dilakukan dengan bentuk uang, benda maupun
jasa (Setiawan, 201:199). Selanjutnya Alexandri, (2009: 117) piutang adalah sejumlah
hutang konsumen/ pelanggan pada perusahaan yang melakukan pembelian barang dan
jasa secara kredit pada perusahaan. Piutang tersebut diharapkan dapat tertagih dalam satu
tahun operasional berjalan.
Berdasarkan definisi-definisi tentang piutang diatas, dapat diketahui beberapa unsur
didalamnya yaitu adanya klaim dari perusahaan/ organisasi terhadap individu atau
perusahaan, penjualan secara kredit atau pinjman yang dilakukan oleh individu atau
perusahaan, perjanjian dalam melakukan pembayaran terkait waktu ataupun interest,
objeknya uang, barang ataupun jasa.
Untuk menjamin efektivitas piutang yang dimiliki perusahaan, maka dituntut perlunya
pengelolaan yang baik. Jika tidak dikelola dengan baik maka akan menyebabkan
terjadinya beberapa risiko diantaranya tidak terbayarnya piutang pada saat jatuh tempo,
terjadinya kerugian atas piutang yang tidak tertagih. Proses pengelolaan piutang dengan
tujuan untuk menghindari risiko tersebutlah yang disebut dengan manajemen piutang.
Manajemen adalah suatu seni yang dilakukan dengan menggerakkan orang lain demi
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Riyanto, (2001: 85) menyatakan bahwa
manajemen piutang merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan menjual
produknya secara kredit.
Manajemen piutang terutama menyangkut masalah pengendalian jumlah piutang,
pengendalian terhadap pemberian piutang, pengendalian terhadap pengumpulan piutang
dan evaluasi terhadap politik kredit yang dilakukan oleh perusahaan. Manajemen piutang
yang dilakukan perusahaan agar perputaran yang terjadi mulai dari penjualan kredit
sampai pada pelunasan dapat berjalan dengan lancar sehingga tidak menyebabkan
penumpukan modal yang berakibat pada operasional perusahaan. Manajemen piutang
harus dimulai dari kegiatan perencanaan yang matang terhadap aktivitas penjualan kredit
atau pemberian pinjaman kepada individu maupun perusahaan, pengendalian terhadap
pengumpulan piutang berdasarkan jatuh temponya serta melakukan evaluasi atas seluruh
kebijakan yang sudah diterapkan terkait dengan piutang tersebut guna untuk mengambil
kebijakan yang lebih baik kedepannya.

C. Jenis Piutang
Berdasarkan sumber aktivitasnya piutang mempunyai jenis yang berbeda-beda,
misalnya aktivitas dimana individu/ karyawan maupun perusahaan lain yang meminjam
uang atau benda perusahaan, penjualan yang dilakukan secara kredit. Pada umumnya
dalam implementasinya, piutang tersebut terdiri dari beberapa jenis, diantaranya:

a. Piutang usaha/ dagang


Piutang usaha adalah hak klaim dari perusahaan terhadap individu maupun
perusahaan lain, dengan hak klaim ini perusahaan dalam menuntut untuk pembayaran
baik dalam bentuk kas, barang dan jasa kepada individu atau perusahaan yang
berpiutang tersebut. Piutang usaha biasanya timbul karena terjadinya pemberian jasa
kepada pihak lain yang pembayaran atas jasa tersebut oleh pelanggan ditunda sesuai
dengan jatuh tempo yang sudah disepakati. Sedangkan piutang dagang terjadi karena
adanya transaksi penjualan barang dagangan yang dilakukan secara kredit kepada
pelanggan. Dengan transaksi seperti ini biasanya akan dilakukan pencatatan dengan
mendebit piutang usaha/ dagang dan mengkredit pendapatan jasa/ penjualan barang
dagangan. Jenis piutang ini umumnya memiliki periode tertagihnya relatif pendek,
misalnya 20 hari, 30 hari, 40 hari dll.
Piutang usaha/ dagang diklasifikasikan pada neraca posisi sebelah debit sebagai
bagian dari aktiva lancar. Piutang ini hanya dilengkapi dengan bukti faktur/ tanda
terima lainnya yang telah ditandatangi oleh debitur dan akan pembayarannya tidak
lebih dari 1 tahun. Selain piutang usaha/ dagang, masih terdapat piutang yang masih
akan diterima yaitu kontrak prestasi yang sebenarnya sudah menjadi hak perusahaan
namun belum waktunya untuk diterima. Biasanya piutang ini muncul pada akhir
periode namun tagihan tersebut sebenarnya akan diterima pada periode yang akan
datang. Piutang yang masih harus diterima tersebut diantaranya (1) bunga yang masih
harus diterima akibat dari aktiva yang dimiliki oleh perusahaan seperti wesel tagih,
bon; (2) piutang sewa yang masih harus diterima yang timbul akibat penyewaan
gedung, mobil, mesin dan lainnya; (3) pendapatan piutang yang merupakan pendapat
yang akan diterima akibat dari investasi yang dilakukan oleh perusahaan pada
perusahaan lain.
b. Piutang Wesel
Piutang ini terjadi karena adanya transaksi penjualan secara kredit dan pemberian
pinjaman uang kepada individu atau perusahaan dengan menerbitkan surat utang
formal. Sekilas terlihat piutang sama dengan piutang usaha/ dagang, namun dalam
prakteknya terjadi perbedaan. Dalam piutang wesel, debitur membuat perjanjian
tertulis kepada kreditur untuk melakukan pembayaran dengan sejumlah tertentu untuk
jangka waktu yang sudah ditentukan. Umumnya jangka waktu pembayaran piutang
wesel paling cepat 60 hari. Jika piutang wesel yang pembayarannya 60 hari atau
kurang dari 1 tahun akan dicatat dalam neraca sebagai aktiva lancar, namun jika
jangka waktunya lebih dari satu maka akan dicatat sebagai piutang jangka panjang.
c. Piutang lain-lain.
Piutang lain-lain yang dimaksudkan yaitu jenis piutang diluar piutang usaha dan
piutang wesel. Piutang lain-lain ini meliputi piutang bunga, piutang pajak, piutang
dari karyawan perusahaan. Jika piutang ini akan dapat tertagih kurang dari satu tahun,
maka akan dicatatkan sebagai aktiva lancar. Namun jika penagihannya lebh dari satu
tahun maka akan diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar dengan nama investasi.

D. Kebijakan Manajemen Piutang


Manajemen piutang merupakan rangkaian proses yang dilakukan dalam mengelola
piutang sehingga dapat berjalan sebagaimana mestinya. Dengan manajemen piutang
yang baik, maka akan terjadi siklus yang baik mulai dari terjadinya piutang sampai
proses pengembaliannya sehingga tidak mengganggu pada aliran arus kas perusahaan.
Sartono, (2001: 432) menyatakan bahwa setidaknya terdapat beberapa langkah yang
harus dilakukan oleh perusahaan dalam hal kebijakan dalam manajemen piutang yaitu
penetapan standar kredit, persyaratan kredit, kebijakan kredit dan pengumpulan piutang.
a. Standar kredit
Standar kredit adalah kualitas minimal yang digunakan untuk menilai kelayakan
kredit dari pemohon yang ditentukan oleh perusahaan. Standar ini disiapkan oleh
perusahaan sebagai kriteria dalam menentukan pemberian kredit serta besarnya kredit
yang harus diberikan. Kriteria kredit ini umumnya menyangkut tentang kebiasaan dari
pelanggan dari melakukan pembayaran. Dalam pengukuran kualitas pelanggan yang
akan melakukan permohonan kredit dapat dilakukan dengan penilaian 5 C (five C of
credit) yaitu character, capacity, capital, collateral dan conditionsCharacters
digunakan dalam hal menilai kejujuran pelanggan dalam memenuhi kewajibannya,
capacity untuk pendapat subjektif mengenai kemampuan pelanggan, capital untuk
menilai dukungan finansial dari calon pelanggan, collateral sebagai jaminan dalam
penilaian kekuatan finansial, dan conditions keadaan atau pengaruh perubahan
kemampuan pelanggan. Periode pengumpulan piutang dimulai dari pada saat
terjadinya piutang tersebut sampai pada waktu pembayarannya, sedangkan jatuh
temponya ditentukan oleh perusahaan yang memberikan piutang. Semakin lama
jangka waktu pengumpulan piutang maka akan mengakibatkan semakin besarnya
investasi perusahaan pada piutang dan biaya yang akan diakibatkannya juga akan
semakin besar. Disamping akan semakin besarnya investasi perusahaan pada piutang
juga dapat mengakibatkan kenaikan piutang yang tidak tertagih (bed-debt).
Perusahaan harus dapat menganalisis tambahan profit margin dengan tambahan biaya
dari aktivitas penjualan kredit tersebut.
b. Persyaratan kredit
Persyaratan kredit adalah kondisi yang disyaratkan untuk pembayaran kembali
piutang dari para pelanggan. Syarat kredit umumnya menetapkan periode kredit dan
potongan tunai serta persyaratan lainnya yang diberikan kepada pelanggan yang
melakukan pembayaran diawal. Syarat kredit ini dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya sifat ekonomi produk, kondisi penjual dan pembeli, periode kredit,
potongan tunai, tingkat bunga yang bebas risiko, dll.
c. Kebijakan kredit dan pengumpulan piutang
Sebelum menentukan kebijakan kredit, terlebih dahulu harus menentukan
keputusan yang berkenaan tentang kualitas jumlah yang diterima, periode kredit,
potongan tunai, persyaratan khusus, tingkat pengeluaran dalam pengumpulan piutang.
Perusahaan harus senantiasa melakukan usaha untuk pengumpulan piutangnya sesuai
dengan jatuh temponya. Sebelum jatuh tempo perusahaan harus mengingatkan kepada
pelanggan terkait pembayaran piutang tersebut, cara yang dilakukan perusahaan bisa
melalui pengiriman pesan singkat, email, atau bahkan bisa melalui agen dan lainnya.
Perusahaan harus mempunyai strategi dalam pengumpulan piutang, karena jika cara
yang dilakukan terlalu agresif, bisa menyebabkan pelanggan merasa tersinggung dan
akhirnya akan beralih ke pesaing. Tentu kalau demikian kondisinya maka akan
mengakibatkan tingkat penjualan akan semakin menurun yang menyebabkan laba
perusahaan juga akan mengalami penurunan.

E. Faktor yang Mempengaruhi Investasi Piutang


Piutang yang diakibat oleh penjualan secara kredit mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Dengan banyaknya penjualan kredit yang dilakukan oleh perusahaan maka
akan menyebabkan investasi terhadap piutang akan meningkat. Sutrisno, (2008)
menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya dana
yang diinvestasikan dalam piutang, diantaranya besarnya volume penjualan kredit, syarat
pembayaran, ketentuan tentang pembatasan kredit (plafon kredit), kebiasaan pembayaran
dari debitur, kebijakan dalam penagihan piutang. Demikian juga halnya dengan pendapat
Riyanto, (2001:85-87) yang mengemukakan bahwa:
1. Volume penjualan kredit
Volume penjualan kredit yang diberikan kepada pelanggan menjadi faktor utama
dalam menentukan besar kecilnya investasi dalam piutang. Volume penjualan yang
tinggi akan mengakibatkan investasi dalam piutang juga tinggi. Dengan kebijakan
volume penjualan secara kredit, maka perusahaan harus menyiapkan dana besar untuk
terus melakukan kegiatan operasionalnya. Disamping banyaknya investasi yang
tertanam dalam piutang akibat kebijakan volume penjualan kredit tersebut,
perusahaan juga akan dihadap dengan risiko yang besar, namun perusahaan juga akan
memperoleh profit yang besar juga.
2. Syarat Pembayaran
Penjualan yang dilakukan secara kredit, biasanya tertera jatuh tempo serta diskon
yang diperoleh pembeli namun ada juga yang tidak mempunyai diskon, misalnya
syarat pembayaran yang diterapkan oleh perusahaan 2/5, n/30. Syarat pembayaran ini
artinya jika pelanggan melakukan pembayaran atas transaksi penjualan kredit tersebut
paling lambat 5 hari dari tanggal transaksi, maka akan mendapatkan diskon sebesar 2
%. Namun jika lewat 5 hari sampai dengan 30 hari setelah transaksi maka pelanggan
tidak mendapatkan diskon. Penting diperhatikan, jika periode waktu kredit yang
diberikan terlalu lama, maka akan mengakibatkan semakin besarnya investasi
terhadap piutang tersebut. Syarat pembayaran penjualan kredit bisa dilakukan secara
ketat atau lunak, jika diterapkan secara ketat maka perusahaan lebih mengutamakan
kelancaran kredit dari profit, demikian juga sebaliknya.
3. Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit
Dengan kebijakan penjualan kredit, para pelanggan akan diberikan batas maksimal
kredit yang bisa diambil. Disamping itu faktor besarnya usaha pelanggan dan tingkat
kepercayaan perusahaan kepada pelanggan juga menjadi penentu batas kredit. Makin
tinggi batas kredit yang ditetapkan perusahaan, maka akan semakin besar dana yang
diinvestasikan dalam piutang. Sebaliknya semakin singkat batas waktu kredit yang
ditetapkan, maka akan semakin kecil invetasi dana pada piutang.
4. Kebijakan pengumpulan atau penagihan piutang
Perusahaan dapat melakukan kebijakan penagihan piutang baik secara aktif
maupun pasif. Perusahaan yang menggunakan kebijakan penagihan piutang yang
aktif, maka perusahaan akan menggunakan dana yang lebih besar untuk membiayai
kebijakan tersebut. Sekalipun perusahaan mengeluarkan biaya yang besar, namun
risiko akan piutang tidak tertagih akan dapat terminimalisasi. Penagihan piutang
secara aktif dalam dilakukan dengan bekerjasama dengan lembaga agent seperti bank,
debt collector, dll. Jika perusahaan menerapkan kebijakan penagihan piutang secara
pasif, tentunya perusahaan hanya mengeluarkan biaya yang lebih kecil namun risiko
untuk tidak tertagih lebih tinggi sehingga invetasi dana dalam piutang akan lebih
besar. Pada umumnya perusahaan senantiasa menginginkan pelanggan dapat
melakukan pembayaran secara tepat waktu sesuai dengan termin atau waktu kredit
yang ditentukan.
5. Kebiasaan membayar Pelanggan
Harapan perusahaan yang melakukan kebijakan penjualan secara kredit tentunya
para pelanggan dapat melakukan pembayaran sesuai dengan periode waktunya.
Dengan pemberikan diskon, pelanggan diharapkan dapat melakukan pembayaran
lebih cepat sehingga investasi dana dalam piutang dapat mengalami perputaran
menjadi kas/ uang tunai lebih cepat.

F. Akuntansi Piutang
Kieso mendefiniskan piutang yaitu jumlah tertentu yang dapat ditagih dari seseorang
atau perusahaan yang diharapkan akan dilunasi dengan uang tunai atau kas. Piutang
diberlakukan sebagai instrumen keuangan yaitu asset keuangan berdasarkan SAK
maupun IFRS. Pengakuan dan pengukuran piutang diatur dalam PSAK 55 sedangkan
penyajiannya diatur dalam PSAK 50 dan PSAK 1. Dalam kerangka konseptual pelaporan
keuangan menyebutkan istilah pengakuan (recognition) merupakan proses
dimasukkannya sutau transaksi ke dalam laporan posisi keuangan, laporan laba-rugi dan
laporan penghasilan komprehensif lainnya. Pengakuan (recognition) diartikan sebagai
proses menjurnal data transaksi pertama kali kedalam sistem akuntansi sehingga akan
berpengaruh pada saldo pa akun buku besar. Piutang usaha/ dagang pada umum
diklasifikasikan pada laporan posisi keuangan (neraca) sebagai harta lancar dan disajikan
dalam jurnal dengan cara mendebit piutang usaha/ dagang dan mengkredit penjualan.
Jika transaksi penjualan dilakukan secara kredit, maka jurnalnya adalah:
Piutang dagang.........................................Rp. xxx
Penjualan................................................................Rp. xxx

Pencatatan Pengembalian barang dagangan yang dijual:


Return penjualan................................Rp. xxx
Piutang dagang........................................................Rp. xxx

Pencatatan pelunasan piutang dagang pada periode diskon:


Kas...............................................Rp. xxx
Potongan penjualan......................Rp. xxx
Piutang usaha.......................................Rp. xxx

Pencatatan pelunasan piutang tanpa diskon:


Kas.............................................Rp. xxx
Piutang dagang.....................................Rp. xxx
Contoh:
Pada tanggal 1 Agustus 2018, PT. Sukses Selalu menjual barang dagangan kepada PT.
Indah seharga Rp. 10.000.000,00 dengan syarat 2/10, n/30. Transaksi ini akan dicatat
oleh PT Sukses Selalu:
Piutang dagang.....................................Rp. 10.000.000,00
Penjualan.....................................................................Rp. 10.000.000,00

Tanggal 6 Agustus 2018, PT. Indah mengembalikan barang dagangan seharga Rp.
1.500.000,00 atas transaksi tanggal 1 Agustus 2018. Transaksi ini dicatat oleh PT.
Sukses Selalu:
Return Penjualan...............................Rp. 1.500.000,00
Piutang dagang.........................................................Rp. 1.500.000,00

Tanggal 9 Agustus 2018, PT. Indah melakukan pembayaran atas transaksi tanggal 1
Agustus 2018 kepada PT. Sukses Selalu. Transaksi ini dicatat oleh PT. Sukses Selalu:
Kas.................................................Rp. 8.330.000,00
Potongan Penjualan........................ Rp. 170.000,00
Piutang dagang.................................................Rp. 8.500.000,00

Tanggal 30 Agustus 2018, PT. Indah melakukan pembayaran kepada PT. Sukses Selalu
atas transaksi tanggal 1 Agustus 2018. Transaksi ini dicatat oleh PT. Sukses Selalu:
Kas.............................................Rp. 8.500.000,00
Piutang dagang.................................................Rp. 8.500.000,00

Penjualan secara kredit akan menimbulkan risiko piutang tidak tertagih, penilaian
terhadap piutang tersebut akan menyulitkan perusahaan karena piutang tidak tertagih
belum dapat diketahui tanggal pelaporannya sehingga mengharuskan perusahaan
melakukan estimasi. Perlakuan terhadap piutang tak tertagih dilakukan dengan
menggunakan dua metode, yaitu:
1. Metode penghapusan langsung.
Metode penghapusan langsung (direct method) dicatat dalam pembukuan apabila
piutang sudah benar-benar sudah tidak dapat tertagih lagi. Biasanya metode ini
digunakan pada perusahaan kecil atau perusahaan yang tidak dapat mengestimasi
penghapusan piutang atau piutang tak tertagih dengan tepat. Perusahaan biasanya
tidak melakukan perhitungan akan kerugian piutang tak tertagih pada tiap akhir
peride, namun kerugian piutang akan dicatat ketika sudah memperoleh kepastian
bahwa tidak dapat ditagih lagi. Piutang tersebut akan dihapus dan dibebankan pada
perkiraan kerugian piutang. Bentuk jurnalnya adalah:
Beban penghapusan piutang..............Rp. xxx
Piutang....................................................Rp. xxx
Namun, apabila dikemudian hari pelanggan mempunyai niat untuk melakukan
pembayaran atas piutang tersebut, maka dilakukan pencatatan dengan membalik
jurnal yang sebelumnya yaitu:
Piutang dagang..................................Rp. xxx
Beban penghapusan langsung.................Rp. xxx
Jika pelanggan sudah melakukan pelunasan terhadap piutang tersebut, maka akan
dicatat:
Kas...................................................Rp. xxx
Piutang dagang............................................Rp. xxx
Apabila pelanggan menyatakan akan melunasi piutangnya ketika sudah dilakukan
tutup buku pada periode tertentu, maka pencatatannya dilakukan dengan:
Piutang...........................................Rp. xxx
Pendapatan lain-lain................................Rp. xxx

2. Metode Cadangan
Metode cadangan (allowance method), dilakukan dengan melakukan penaksiran
terlebih dahulu terhadap piutang tak tertagih pada akhir periode akuntansi. Metode ini
umumnya digunakan pada perusahaan yang tergolong besar dan sudah terbiasa
mencatat perkiraan atau estimasi piutang tidak tertagih. Estimasi tersebut kemudian
dicatat sebabai beban terhadap kerugian piutang tak tertagih. Namun beban tersebut
tidak langsung dikeluarkan dari perkiraan piutang, tetapi dianggap sebagai cadangan
kerugian piutang tidak tertagih. Bentuk jurnalnya adalah:
Beban kerugian piutang...................Rp. xxx
Cadangan kerugian piutang...........................Rp. xxx
Apabila dikemudian hari pelanggan tersebut memberikan informasi bahwa ia akan
melunasi piutang tersebut, maka piutang itu dapat dimunculkan kembali. Maka akan
dicatat:
Piutang..........................................Rp. xxx
Cadangan kerugian piutang.......................Rp. xxx
Apabila pelanggan sudah melakukan pelunasan, maka akan dicatat:
Kas..............................................Rp. xxx
Piutang...................................................Rp. xxx
Untuk lebih jelasnya, kedua metode tersebut dapat dilihat perbedaannya seperti
menurut pendapatnya Warren, yaitu:
Keterangan Metode penghapusan Metode cadangan
langsung
Mencatat jumlah piutang Ketika piutang usaha Mengunakan dua estimasi
tak tertagih aktual ditentukan dasar yaitu persentase
berdasarkan piutang yang penjualan dan persentase
tak tertagih piutang

Akun penyisihan Tidak ada akun penyisihan Ada akun penyisihan


Pengguna utama Perusahaan kecil dan Perusahaan besar dan
perusahaan dengan piutang perusahaan dengan piutang
yang relative kecil yang relatif berjumlah
besar

Contoh Penggunaan Metode Penghapusan Langsung


Tanggal 2 Februari 2017 PT. Sukses Selalu tidak dapat menagih utang sebesar Rp.
150.000.000,00 yang telah jatuh tempo kepada PT. Indah karena
pemiliknya dinyatakan pailit oleh pengadilan.
Tanggal 8 Oktober 2017 PT. Indah memberikan kabar bahwa mereka akan melunasi
hutangnya terhadap PT. Sukses Selalu.
Tanggal 15 Desember 2017 PT. Indah melunasi utangnya kepada PT. Sukses Selalu
Transaksi diatas dicatat dengan menggunakan metode penghapusan langsung, yaitu:
Transaksi tanggal 2 Februari 2017 (Penghapusan piutang)
Beban penghapusan piutang...........Rp. 150.000.000,00
Piutang dagang....................................................Rp. 150.000.000,00
Transaksi tanggal 8 Oktober 2017 (Pemberitahuan pembayaran piutang), apabila
belum ditutup pembukuan untuk periode berjalan, jurnalnya:
Piutang dagang.............................Rp. 150.000.000,00
Beban penghapusan piutang...............................Rp. 150.000.000,00
Jika seandainya sudah dilakukan penutupan pembukuan pada periode berjalan, maka
jurnalnya adalah:
Piutang dagang...........................Rp. 150.000.000,00
Pendapatan lain-lain............................................Rp. 150.000.000,00
Tanggal 15 Desember 2017 (pelunasan piutang)
Kas............................................Rp. 150.000.000,00
Piutang dagang..................................................Rp. 150.000.000,00

Contoh Metode Cadangan


Tanggal 15 Agustus 2017, PT. Sukses Selalu mengestimasi bahwa PT. Indah yang
sudah mengalami kebangkrutan tidak akan dapat membayar utangnya
sebesar Rp. 150.000.000,00. Ternyata sampai pada penutupan buku
tanggal 31 Desember 2017 PT. Indah memberikan informasi tidak dapat
membayar utangnya.
Tanggal 10 Maret 2018, PT, Indah memberikan kabar bahwa mereka akan membayar
hutangnya
Tanggal 8 September 2018 PT. Indah melunasi utangnya
Transaksi diatas dicatat dengan menggunakan metode cadangan, yaitu:
15 Agustus 2017 (Estimasi kerugian piutang tak tertagih)
Beban kerugian piutang .............Rp. 150.000.000,00
Cadangan kerugian piutang.............................Rp. 150.000.000,00
31 Desember 2017 (Penghapusan piutang tak tertagih)
Cadangan kerugian piutang........Rp. 150.000.000,00
Piutang............................................................Rp. 150.000.000,00
10 Maret 2018 (Pemberitahuan untuk Membayar Piutang)
Piutang......................................Rp. 150.000.000,00
Cadangan kerugian piutang.............................Rp. 150.000.000,00
8 September 2018 (Pelunasan piutang)
Kas.........................................Rp. 150.000.000,00
Piutang.......................................................Rp. 150.000.000,00

Contoh 3
Pada tanggal 31 Desember 2015, data-data yang terdapat pada pembukuan PT. Indah
sebagai berikut :
Piutang Rp. 6.500.000,00
Cadangan piutang tak tertagih Rp. 60.000,00
Penjualan (60 % dari penjualan kredit) Rp. 12.500.000,00
Return Penjualan Rp. 500.000,00
Potongan penjualan Rp. 300.000,00
Berdasarkan data diatas, buatlah jurnal penyesuainnya pada tanggal 31 Desember
2015 dalam mencatat taksiran kerugian piutang tak tertagih dengan ketentuan:
1. Besarnya kerugian piutang tak tertagih ditaksir sebesar :
a. 2 % dari penjualan
b. 2 % dari penjualan bersih
c. 2 % dari penjualan kredit bersih
Jawab:
Jurnal penyesuaian pada tanggal 31 Desember 2015
1. Besarnya kerugian piutang tak tertagih ditaksir sebesar:
a. 2 % dari penjualan
2 % x Rp. 12.500.000,00 = Rp. 250.000,00
Jurnalnya adalah:
Kerugian piutang tak tertagih...........Rp. 250.000,00
Cadangan kerugian piutang tak tertagih............Rp. 250.000,00
b. 2 % dari penjualan bersih
2 % x [Rp.12.500.000,00 – (Rp500.000,00 + Rp 300.000,00)] = Rp. 234.000,00
Jurnal penyesuaiannya:
Kerugian piutang tak tertagih...........Rp. 234.000,00
Cadangan kerugian piutang tak tertagih............Rp. 234.000,00
c. 2 % dari penjualan kredit bersih
Penjualan kredit = 60 % x Rp. 12.500.000,00 = Rp. 7.500.000,00
Return Penjualan = Rp. 500.000,00
Potongan penjualan = Rp. 300.000,00 -
Penjualan kredit bersih = Rp. 6.700.000,00
2 % x Rp. 6.700.000,00 = Rp. 134.000,00
Jurnal penyesuaiannya:
Kerugian piutang tak tertagih...........Rp. 134.000,00
Cadangan kerugian piutang tak tertagih............Rp. 134.000,00
G. Kesimpulan
Penjualan secara kredit merupakan salah satu strategi dalam meningkatkan penjualan
dan pangsa pasar perusahaan. Penjualan kredit akan menyebabkan perusahaan harus
menginvetasikan dananya pada piutang. piutang adalah segala bentuk tagihan atau klaim
perusahaan kepada pihak lain baik individu maupun badan usaha yang pelunasannya
dapat dilakukan dengan bentuk uang, benda maupun jasa. Untuk mengurangi risiko yang
akan timbul akibat dari penjualan kredit tersebut, perusahaan harus mempunyai strategi
dalam mengelola piutang. Berdasarkan sumber aktivitasnya, piutang tersebut terdiri dari
piutang dagang/ usaha, piutang wesel dan piutang lain-lain.
Manajemen piutang merupakan rangkaian proses yang dilakukan dalam mengelola
piutang sehingga dapat berjalan sebagaimana mestinya. Dengan manajemen piutang
yang baik, maka akan terjadi siklus yang baik mulai dari terjadinya piutang sampai
proses pengembaliannya sehingga tidak mengganggu pada aliran arus kas perusahaan.
Terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan oleh perusahaan dalam hal kebijakan
dalam manajemen piutang yaitu penetapan standar kredit, persyaratan kredit, kebijakan
kredit dan pengumpulan piutang. Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya dana yang
diinvestasikan dalam piutang, diantaranya besarnya volume penjualan kredit, syarat
pembayaran, ketentuan tentang pembatasan kredit (plafon kredit), kebiasaan pembayaran
dari debitur, kebijakan dalam penagihan piutang. Piutang diberlakukan sebagai
instrumen keuangan yaitu asset keuangan berdasarkan SAK maupun IFRS. Pengakuan
dan pengukuran piutang diatur dalam PSAK 55 sedangkan penyajiannya diatur dalam
PSAK 50 dan PSAK 1. Perlakuan terhadap piutang tak tertagih dilakukan dengan
menggunakan dua metode yaitu metode penghapusan langsung dan metode cadangan.
Daftar Pustaka
Widoatmodjo, Sawidji, 1996. Cara Sehat Investasi di Pasar Modal; Pengetahuan Dasar.
Jurnalindo Aksara Grafika. Jakarta.
Widoatmodjo,Sawidji. 1996. Teknik Memetik Keuntungan di Bursa Efek. Rineka Cipta.
Jakarta.
Halim, Abdul. 2003. Analisis Investasi. Salemba empat. Jakarta
Suharli,M. 2007. Studi Empiris Mengenai Pengaruh Profitabilitas, Leverage,dan Harga
Saham terhadap Jumlah Dividen Tunai (Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di
Bursa Efek Jakarta Periode 2002-2003). Jurnal Maksi Vol.6 No.2 Agustus. p.243-256
Keown, Arthur J, John Martin, William Petty dan David F. Scott, 2010. Manajemen
Keuangan Prinsip dan Penerapan, Edisi Kesepuluh Jilid 1, Alih Bahasa Marcus Prihminto
Widodo, MA, Penerbit PT INDEKS, 2010.
Hanafi, Mamduh dan Halim, Abdul. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Ketiga.
Cetakan Pertama. Penerbit UPP Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. Yogyakarta.
Agus Sartono. 2010. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi(4th ed.). Yogyakarta:
BPFE

Anda mungkin juga menyukai