Anda di halaman 1dari 33

Multifinance adalah bisnis pembiayaan di mana perusahaan pembiayaan menalangi terbih

dahulu pembayaran ke dealer (motor, mobil, alat berat, dsbnya), selanjutnya customer akan
menyicil hutangnya kepada perusahaan pembiayaan tersebut.
Macam-macam pembiayaan :
- Leasing : setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang
modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu, berdasarkan
pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut
untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu
leasing berdasarkan nilai sisa uang yang telah disepakati bersama. Dengan melakukan leasing
perusahaan dapat memperoleh barang modal dengan jalan sewa beli untuk dapat langsung
digunakan berproduksi, yang dapat diangsur setiap bulan, triwulan atau enam bulan sekali
kepada pihak lessor.
Pihak-pihak yang terlibat dalam bisnis leasing :
1. Lesse : pihak yang memerlukan barang modal (bisa perusahaan atau perorangan) dimana
barang modal tersebut dibiayai oleh lessor yang diperuntukan kepada lesse.
2. Lessor : pihak yang memberikan pembiayaan dengan cara leasing kepada pihak yang
membutuhkanya (lessor bisa jadi multifinance atau yang hanya bergerak dibidang leasing)
3. Supplier : Penjual biasa yang menyediakan barang modal (objek leasing), barang modal
dibayar oleh lessor kepada supplier untuk kepentingan lesse
- Pembiayaan Tunai : merupakan penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah
jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
- Consumer Finance : Pembiayaan konsumen merupakan suatu pinjaman atau kredit yang
diberikan oleh suatu perusahaan kepada debitor untuk pembelian barang dan jasa yang akan
langsung dikonsumsi oleh konsumen, dan bukan untuk tujuan distribusi atau produksi
- Factoring / Anjak Piutang : kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian dan / atau
pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek atau perusahaan atas
transaksi perdagangan dalam atau luar negeri.
Dokumen-dokumen Dalam Pembiayaan Konsumen.
Dokumen yang diperlukan selama proses pembiayaan konsumen, sejak adanya pembiayaan
awal sampai dengan proses pelunasan pinjaman, meliputi dokumen-dokumen berikut ini:
1. Dokumen kelayakan konsumen.
Adalah dokumen yang diperlukan oleh perusahaan pembiayaan konsumen untuk menentukan
apakah suatu konsumen layak dibiayai ataukah tidak. Dokumen ini antara lain berupa:
1) Identitas konsumen (KTP, Paspr, SIM, NPWP, anggaran dasar, surat izin usaha, dan lain-lain).
2) Bukti penghasilan atau keadaan keuangan konsumen (slip gaji, neraca, laba rugi dan lain-lain).
3) Laporan survey oleh petugas pembiayaan konsumen pada tempat tanggal atau usaha dari
konsumen.
4) Dokumen pendukung, seperti: persetujuan suami atau istri, rekomendasi pihak yang dapat
dipercaya, dan lain-lain.
2. Dokumen perjanjian
Adalah dokumen yang menunjukkan kesepakatan-kesepakatan antara pihak-pihak yang terkait
dalam proses pembiayaan konsumen, dokumen ini antara lain berupa:
1) Perjanjian kerja sama antara pemasok dengan perusahaan pembiayaan konsumen.
2) Perjanjian jual beli antara konsumen dengan pemasok.
3) Perjanjian pembiayaan antara konsumen dengan perusahaan pembiayaan konsumen.
4) Perjanjian pengikatan berbagai macam bentuk jaminan (cassie piutang, fidusia, akta
pembebanan hak tanggungan, dan lain-lain).
3. Dokumen kepemilikan objek pembiayaan.
Adalah dokumen yang merupakan bukti kepemilikan atas barang yang dibiayai dengan
pembiayaan konsumen. Dokumen ini antara lain berupa: BPKB, faktur, setifikat, bukti
penyarahan barang, bukti pemesanan barang, dan lain-lain.
4. Dokumen kepemilikan jaminan.
Adalah dokumen yang terkait dengan kepemilikan jaminan atas pemenuhan kewajiban calon
debitur. Dokumen ini antara lain berupa: BPKB, sertifikat, faktur, tanah, dan lain-lain.
Prinsip Evaluasi Pemberian Kredit dalam perusahaan pembiayaan.
Kriteria 5C :
- Character : Kesan umum dari customer untuk investor. Character ini untuk mengetahui apakah
nantinya calon nasabah ini jujur berusaha untuk memenuhi kewajibannya dengan kata lain ini
merupakan willingness to pay.
- Capacity : merupakan kemampuan calon nasabah dalam mengelola usahanya yang dapat
dilihat dari pendidikannya, pengalaman mengelola usaha (business record) nya, sejarah
perusahaan yang pernah dikelola (pernah mengalami masa sulit apa tidak, bagaimana
mengatasi kesulitan). Capacity ini merupakan ukuran dari ability to play atau kemampuan dalam
membayar.
- Collateral : jaminan yang mungkin bisa disita apabila ternyata calon pelanggan benar-benar
tidak bisa memenuhi kewajibannya. Collateral ini diperhitungkan paling akhir, artinya bilamana
masih ada suatu kesangsian dalam pertimbangan-pertimbangan yang lain, maka bisa menilai
harta yang mungkin bisa dijadikan jaminan.
- Condition/ Credit : pembiayaan yang diberikan juga perlu mempertimbangkan kondisi ekonomi
yang dikaitkan dengan prospek usaha calon nasabah. Ada suatu usaha yang sangat tergantung
dari kondisi perekonomian, oleh karena itu perlu mengaitkan kondisi ekonomi dengan usaha
calon pelanggan.
- Capital : besar investasi yang ditanamkan customer. kondisi kekayaan yang dimiliki oleh
perusahaan yang dikelolanya. Hal ini bisa dilihat dari neraca, laporan rugi-laba, struktur
permodalan, ratio-ratio keuntungan yang diperoleh seperti return on equity, return on
investment. Dari kondisi di atas bisa dinilai apakah layak calon pelanggan diberi pembiayaan,
dan beberapa besar plafon pembiayaan yang layak diberikan.
Hal yang mempengaruhi pembiayaan
- Collateral : jaminan yang mungkin bisa disita apabila ternyata calon pelanggan benar-benar
tidak bisa memenuhi kewajibannya
- Asuransi : tindakan perlindungan finansial dalam perjanjian penanggung dan tertanggung yang
mewajibkan tertanggung membayar sejumlah premi untuk memberikan penggantian atas risiko
kerugian, kerusakan, kematian, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin
terjadi atas peristiwa yang tak terduga.
- Appraisal : penilaian estimasi atas nilai ekonomis suatu property baik berwujud ataupun tidak
berwujud berdasarkan hasil analisis terhadap fakta-fakta yang objectif dan relevan dengan
menggunakan metode, parameter dan prinsip yang berlaku
- Inventory : material dan persediaan yang keduanya dimiliki oleh suatu badan usaha atau
institusi
- Channeling : sumber pembiayaan
- Fixed Asset : aktiva berwujud yang diperoleh dalam keadaan siap pakai atau dengan dibangun
lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak untuk dijual dalam rangka
kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. dimiliki untuk
digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak
lain, atau untuk tujuan administratif
Hal-hal yang perlu diketaui oleh multifinance sesuai dengan prosedur yang ada :
1. Membuat pencatatan akuntansi dimana ada 2 basis:
a. Basis Accrue : pengakuan transaksi berbasis akrual adalah pengakuan suatu transaksi pada
saat terjadinya suatu transaksi, walaupun uang belum diterima
b. Basis Kas : pengakuan transaksi berbasis kas adalah transaksi dicatat pada saat pembayaran
diterima.
Dalam multifinance biasanya yang digunakan adalah basis accrue.
2. Membuat laporan keuangan sesuai dengan template BI
Untuk laporan keuangan yang dibuat oleh multifinance ini bisanya sesuai ketentuan yaitu sudah
dilakukan amortisasi dan accrue. Lalu untuk laporannya sudah mengikuti dan menerapkan PSAK
50 & 55

Restructure & Others


Di dalam multifinance, kondisi keuangan dari nasabah ada yang stabil dan ada yang tidak.
Dengan itu, multifinance biasanya menyediakan layanan untuk merubah agreement dalam
kontrak sesuai dengan permintaan nasabah.
Diantaranya adalah :
Restructure adalah proses yang diajukan oleh customer apabila customer ingin merubah
mekanisme karena merasa keberatan dengan skema awal.
Restructure
Rate Adjustment : penyesuaian bunga pinjaman di tengah-tengah kontrak berjalan.
Change Installment Due Date : mengganti tanggal jatuh tempo pembayaran pinjaman
Partial Repayment : pembayaran 1 kontrak dengan 2 PDC / sebaliknya.
Top Up : meningkatkan jumlah plafon maximal yang dimiliki saat ini.
Lease periode adjustment : mengganti lama periode cicilan / jumlah tenor cicilan.
Perubahan Kontrak
Early Termination : penyelesaian kontrak dengan waktu yang lebih cepat dari waktu yang telah
disepakati sebelumnya.
Over Contract : memindahkan nama tanggung jawab kontrak kepada orang lain sesuai
kesepakatan dengan orang tersebut.
Refinancing : proses melunasi pinjaman yang ada dengan mengambil pinjaman baru dan
menggunakan property yang sama sebagai jaminan. Strukur pinjaman lama diganti untuk
memperoleh suku bunga / jumlah angsuran yang lebih kecil.
Dalam prosesnya, ada yang dapat langsung dilakukan oleh multifinance seperti Early
Termination. ada yang memerlukan waktu untuk penghitungan seperti rate adjustment, change
due date dan lease periode adjustment.
Untuk over contract, multifinance akan mengulang kembali prosesnya seperti saat ada aplikasi
baru namun dalam perbankan seharusnya over contract tidak diperbolehkan dikarenakan
proses funding Bank ke Multifinance berjalan 1 x, dan tanggung jawab tidak dapat dipindahkan.
Siapa Microfinance?
Lembaga yang mengelola program microfinance dapat bersifat formal, semi formal dan
informal. Sedangkan mekanisme intermediasi microfinance dikelompokkan menjadi dua
pendekatan yakni minimalist yang mengadopsi sistem perbankan dan integrated menggunakan
kombinasi antara intermediasi keuangan dan intermediasi sosial dalam rangka pemberdayaan
masyarakat.
Eksistensi microfinance di lingkungan masyarakat miskin cukup mengakar yang tercermin dari
banyaknya jumlah nasabah dan cakupan jaringan kerja. Data yang dihimpun dari berbagai
sumber memperlihatkan bahwa jaringan microfinance telah mencapai 55 ribu kantor yang
menyalurkan pinjaman sebanyak Rp28 triliun kepada sekitar 35 juta nasabah serta berhasil
menghimpun dana sebesar Rp38 triliun yang tercatat dalam 36 juta rekening.
Struktur microfinance Indonesia dapat digolongkan menjadi tiga yaitu formal, semiformal dan
informal. Kelompok formal microfinance lembaga keuangan yang diatur oleh UU Perbankan,
meliputi bank umum yang memiliki unit bisnis microfinance dan BPR. Saat ini ada tiga bank
umum yang secara khusus memiliki eksposur di microfinance yakni BRI-Unit dengan sistem BRI-
Unit, Bank Danamon yang mengembangkan Danamon Simpan Pinjam (DSP) dan Bank Mandiri
melalui Microbanking Unit.
Namun demikian, ada beberapa bank yang juga melayani pasar microfinance secara tidak
langsung, misalnya melalui linkage program dengan BPR atau LKM. Lembaga formal
microfinance melayani masyarakat miskin yang masuk dalam kelompok III dan IV dengan
menawarkan produk dan jasa perbankan seperti kredit untuk berbagai keperluan, simpanan
dalam bentuk giro, deposito dan tabungan, transfer uang, sistem pembayaran dan jasa
keuangan lainnya.
Namun untuk BPR diberlakukan batasan operasi antara lain tidak diperkenankan melayani
produk giro karena tidak termasuk dalam sistem kliring perbankan dan melakukan transaksi
valuta asing. Prinsip operasional dan pola interaksi dengan nasabah yang digunakan oleh
kelompok ini cenderung bersifat formal dengan menerapkan prinsip-prinsip perbankan umum
sehingga daya penetrasinya hanya terbatas pada nasabah yang bankable.
Semiformal microfinance adalah lembaga keuangan yang diatur oleh pemerintah melalui PP
atau Perda. Bentuk dan sistem operasional kelompok ini cukup bervariasi seperti Perum
Pegadaian, Badan Kredit Desa (BKD), Koperasi Simpan Pinjam (KSP) dengan konsep koperasi,
Lembaga Dana Dan Kredit Pedesaan (LDKP), Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Badan Kredit
Kecamatan (BKK) dan Baitul Maal Wa’atamwil (BMT) dan LKM yang terdaftar lainnya.
Pasar utama semiformal microfinance adalah penduduk miskin dengan kategori kelompok II dan
III serta sebagian kecil yang masuk dalam kelompok IV. Produk keuangan yang ditawarkan
adalah kredit dan simpanan yang berbasis pada keanggotaan, namun khusus Pegadaian
menawarkan pinjaman dengan sistem gadai. Sesuai dengan penggolongannya, sebagian besar
platform operasional lembaga ini bersifat semiformal, artinya mengadopsi kaidah-kaidah yang
ditetapkan oleh pemerintah, namun dalam membangun hubungan dengan nasabah atau
anggotanya cenderung menggunakan cara-cara yang bersifat informal.
Informal microfinance berbagai macam bentuk kelembagaan dan kepemilikan dan metode yang
digunakan. Hal ini dimungkinkan karena tidak ada regulasi khusus yang mengaturnya, mencakup
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), kelompok arisan,
rentenir, dan lain-lain. Keunikan dari informal microfinance adalah menyediakan fasilitas kredit
(cash atau non cash) yang didasarkan pada hubungan individu, kelompok dan jalinan bisnis.
Untuk lembaga microfinance yang berbentuk LSM, pemberiaan kredit juga diikuti dengan
program pemberdayaan dan asistensi non keuangan lainnya.

Tahapan Proses dalam Multifinance


Multifinance adalah bisnis pembiayaan di mana perusahaan pembiayaan menalangi terbih
dahulu pembayaran ke dealer (motor, mobil, alat berat, dsbnya), selanjutnya customer akan
menyicil hutangnya kepada perusahaan pembiayaan tersebut.
Tahapan-tahapan di dalam perusahaan multifinance dalam proses aplikasi nasabah baru.
- Tahap Permohonan
- Tahap Pengikatan
- Tahap Collection
Tahap Permohonan.
Customer mengajukan aplikasi kepada perusahaan pembiayaan. Dan dari sana ada beberapa hal
yang diperhatikan oleh pihak Multifinance diantaranya adalah :
1. Sisi Aplikasi
- Double Funding Checking : pihak multifinance akan mengecek apakah aplikasi yang diajukan
sudah ada sebelumnya dengan nama yang sama dan asset yang sama.
- Kelengkapan Dokumen : para customer diharuskan untuk menyerahkan beberapa hal untuk di
cek oleh multifinance untuk mengecek kelayakan customer. Diantaranya adalah KTP, KK, Surat
keterangan kerja / slip gaji, buku tabungan, dsb.
- Pricelist : harga yang siap dibiayai oleh multifinance berbeda di tiap kota sesuai dengan
ketentuan masing-masing multifinance.
- Collateral : pihak multifinance akan mengecek jaminan dari customer. Biasanya multifinance
akan melakukan penarikan asset apabila debitur tidak sanggup menyelesaikan / membayar
pinjaman tepat pada waktunya.
2. Sisi Customer
a. Blacklist Customer : multifinance akan mengecek daftar blacklist dari beberapa sumber
i. Internal
- Write Off : customer memiliki kredit macet yang tidak dapat ditagih.
- Repossess : pada pinjaman sebelumnya, customer pernah ditarik asetnya.
- Overdue DPD > n : pembayaran yang melampaui batas waktu jatuh tempo.

Warning List : list warning


- Reject : nama customer sebelumnya pernah ditolak dikarenakan alasan-alasan tertentu.
- Cancel : pembatalan sebuah aplikasi berdasarkan keputusan dari customer atau multifinance
- PDC Bounce : Nama customer pernah tercatat gagal melakukan pembayaran karena
pembayaran ditolak / cek ditolak.
ii. External
- Group / Holding List : list dari group
- BI List : list dari Bank Indonesia
- Other Source : Sumber lainnya
b. Credit Scoring : penilaian yang diberikan kepada customer berdasarkan kategori masing-
masing multifinance. Contohnya adalah :
- Tempat tinggal customer : milik sendiri / punya orang lain
- Kendaraan yang dimiliki : miliki sendiri / punya orang lain
- Jabatan customer
- Dsb
Passing Grade : dalam penilaian customer ini setiap multifinance mempunyai standard passing
grade apakah customer akan diloloskan ataupun tidak. Passing grade hanya sebagai acuan.
c. Guarantor : penjamin yang akan membayar hutang debitur apabila tidak sanggup melunasi
hutangnya
d. Customer Duplication Checking : pengecekan apakah customer sedang mempunyai hutang di
1 multifinance yang sama dengan tempat pengajuan aplikasi.
3. Schedule
a. Step Up / Step Down : apakah customer ingin mempunyai cicilan yang besarnya berubah dari
waktu ke waktu selama periode pembiayaan
b. Balloon Payment : apakah customer ingin system dimana sebagian dari total pinjaaman akan
dicicil dan sisanya akan dilunasi sekaligus di akhir periode
c. Grace Periode : masa dimana waktu toleransi diberikan kepada customer setelah waktu jatuh
tempo.

4. Plafond : nilai pinjaman maksimum yang diberikan kepada customer


Pemberian plafond ini dipengaruhi beberapa hal sesuai dengan kriteria multifinance masing-
masing.
Personal Customer:
1. Customer + Relatives : multifinance akan melihat apakah ada anggota keluarga yang juga
masih terikat kontrak.
2. Customer Level : jabatan customer dalam pekerjaan / penghasilan mempengaruhi plafon
3. Agreement level : banyaknya tenor yang ingin diambil oleh calon debitur yang menentukan
keputusan pemberian dana / plafon.
Corporate Customer:
1. Corporate Group Level : posisi grup perusahaan di industry apabila perusahaan tergabung
dalam sebuah grup
2. Corporate Level : posisi perusahaan di grup apabila tergabung dalam sebuah grup
perusahaan
3. Agreement Level : banyaknya tenor yang ingin diambil oleh calon debitur yang menentukan
keputusan pemberian dana / plafon.

Angsuran adalah pembayaran uang tunai periodik sebagai pembayaran angsuran yang besarnya
telah ditentukan sebelumnya atau ditentukan besar kecilnya yang tergantung pada lamanya
jangka waktu angsuran.
Instrument Angsuran :
1. Pokok Hutang
Jumlah nominal uang yang dipinjam dari seseorang / suatu perusahaan..
2. Rate / Bunga
Imbal jasa atas pinjaman uang. Persentase dari pokok utang yang dibayarkan sebagai imbal jasa
( bunga ) dalam suatu periode tertentu disebut “suku bunga”
Jenis Bunga :
- Bunga sederhana: merupakan hasil dari pokok utang, suku bunga per periode, dan lamanya
waktu peminjaman.

- Bunga berbunga atau disebut juga bunga majemuk: nilai pokok utang ini akan berubah terus
setiap akhir suatu periode dengan penambahan perhitungan bunga .
Jenis Suku bunga:
- Suku bunga tetap adalah suku bunga pinjaman tersebut tidak berubah sepanjang masa kredit.
- Suku bunga mengambang adalah suku bunga yang berubah-ubah selama masa kredit
berlangsung dengan mengikuti suatu kurs referensi tertentu seperti misalnya LIBOR dimana cara
perhitungannya dengan menggunakan sistem penambahan marjin terhadap kurs referensi.
3. Biaya tambahan.
Contoh biaya tambahan adalah biaya asuransi, biaya provisi dll.
Contoh perhitungan Angsuran
Pokok Hutang : Rp 100.000
Bunga : 10%
Biaya Asuransi : 10%
Tenor : 36
Total Hutang : Pokok Hutang Rp 100.000 + Bunga Rp 10.000 + Asuransi Rp 10.000 = Rp 120.000
Angsurannya : Total Hutang Rp 120.000 / Tenor 36 = Rp 3.333
Jenis & cara pembayaran dalam mutifinance :
1. Cash / Setor Tunai : Customer akan membayar angsuran langsung melalui kasir.
2. Transfer : pembayaran melalui transfer bank menuju ke akun / virtual akun dari multifinance.
3. Giro / Post Dated Cheque : customer akan memberikan giro sebanyak jumlah angsuran
sekaligus dalam 1 waktu. Lalu pihak multifinance akan mencairkan 1 / 1 giro sesuai dengan
tanggal pencairan giro.
4. Autodebet : penagihan akan dilakukan oleh multifinance dengan langsung menarik angsuran
dari rekening customer tiap tanggal jatuh tempo.
Prioritas Angsuran
Dalam pembayaran angsuran ada terdapat beberapa metode yang digunakan oleh multifinance
seperti diantaranya adalah :

Skema Pembayaran
1. Ke bawah lalu ke kanan.
Pembayaran yang dilakukan oleh customer akan digunakan untuk melunasi cicilan 1, apabila
sisanya mencukupi akan dibayarkan ke cicilan selanjutnya.
Denda akan diakumulasi keakhir. Apabila customer keberatan untuk pembayaran denda, maka
dapat mengajukan opsi untuk dicicil kembali.
2. Ke kanan lalu ke bawah
Pembayaran yang dilakukan customer akan digunakan untuk melunasi cicilan 1, apabila sisanya
mencukupi maka akan dibayarkan ke denda
3. Sistem Deposit
Apabila customer membayar lebih dari nominal cicilan 1 maka sisanya akan dimasukkan ke
dalam deposit.

Character
Character Merupakan Faktor Penting Dalam Pemberian Kredit. Character menjadi hal yang
sangat penting karena hal ini menyangkut aspek kepribadian, sifat atau watak serta kejujuran
dari calon debitur.
Pihak bank harus mengetahui tentang character calon debitur, karenanya perlu ketelitian dan
kehati-hatian dalam memutuskan pemberian kredit. Character calon debitur dapat dilihat dari 2
(dua ) aspek yakni :
a. Aspek internal
Mengenai aspek internal ini meliputi hal-hal yang langsung berkaitan dengan diri calon debitur
seperti faktor keturunan keluarga calon debitur, latar belakang pendidikan, daftar riwayat hidup
calon debitur.
Contoh: A merupakan calon debitur yang berasal dari keturunan suku Batak cenderung akan
memiliki karakter/watak yang keras, emosional dan tempramen
b. Aspek Eksternal
Umumnya aspek eksternal adalah hal-hal yang muncul dari luar diri calon debitur dan bisa
mempengaruhi perubahan sifat dan character calon debitur. Adapun aspek eksternal antara lain
faktor lingkungan baik itu lingkungan kehidupan sosial, lingkungan pekerjaan maupun
lingkungan pergaulan.
Sebagai contoh : A adalah seorang pria dewasa yang telah menikah dan memiliki 2 orang anak.
A seorang yang aktif dalam kegiatan beragama. Maka indikasi awal yang dapat dilihat adalah
bahwa A orang yang sholeh dan dapat dipercaya.
Adapun tujuan pemilihan character dalam memberikan kredit adalah untuk meminimalisir
terjadinya resiko kredit yang kemungkinan akan muncul pada saat kredit sedang berjalan.
Hal ini dapat dilihat dari contoh apabila seorang debitur dengan usaha yang lancar dan memiliki
kemampuan untuk membayar, namun tidak memiliki itikad yang baik maka akan menimbulkan
permasalahan bagi pihak bank di kemudian hari seperti timbulnya kredit bermasalah.
Manfaat dari penilaian character untuk mengetahui sejauh mana tingkat kejujuran dan
integritas serta tekad baik yaitu kemauan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya calon
debitur. Oleh karena itu pemilihan character yang baik dan tepat merupakan salah satu indikasi
untuk menentukan baik tidaknya kredit tersebut kelak.
Sarana Yang Digunakan Untuk Menilai Character Calon Debitur
Sarana merupakan alat yang dapat digunakan untuk memperoleh gambaran tentang character
calon debitur yang dapat ditempuh dengan cara sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara adalah suatu proses untuk memperoleh informasi /data melalui percakapan
langsung dengan seseorang atau lebih untuk
tujuan tertentu.
Adapun struktur wawancara meliputi:
a. Merumuskan masalah apa yang akan diwawancarakan
b. Persiapan fisik, persiapan data/ tentang masalah pokok yang akan ditanyakan dalam
wawancara, siapa yang akan diwawancarai, tempat wawancara, dalam wawancara kita
perhatikan adat kebiasaan setempat, ketepatan waktu. Penampilan pewawancara harus sopan,
ramah.
c. Pelaksaan wawancara, dalam hal ini ada beberapa hal yang kita perhatikan meliputi , harus
tepat waktu, lama wawancara, pertanyaan-pertanyaan wawancara harus relevan, tidak
menyimpang dari tujuan.
Wawacara sebaiknya dilakukan dengan cara yang santai dan tidak terlalu kaku (informal) hal ini
ditujukan agar calon debitur
menjadi nyaman dengan begitu maka jawaban yang diberikan adalah yang sebenarnya. Untuk
mendapat jawaban yang sebenarnya dari

calon debitur maka petugas bank harus memberikan pertanyaan yang bersifat terbuka dengan
tujuan agar calon debitur dapat
memberikan jawaban yang diinginkan oleh petugas bank. Berikut adalah contoh dari pertanyan
terbuka yang bisa diajukan kepada
calon debitur antara lain :
1. Bagaimana cara bapak/ibu mengelola usaha yang ada selama ini
2. Tujuan pertanyaan ini adalah agar petugas bank mendapat informasi lebih lanjut mengenai
perkembangan usaha calon debitur
apakah lancar atau tidak; mendapat untung atau tidak, tentang strategi pemasaran debitur,
omset penjualan calon debitur, darimana di dapat barang dagangan, dsb.
3. Berapa biaya kehidupan sehari-hari
4. Tujuan pertanyaan ini adalah untuk mengetahui berapa jumlah anak,apakah ada usaha lain
selain dagang,berapa anak yang sekolah,berapa biaya yang dicadangkan untuk biaya tak
terduga.
Prinsip 5C
Dalam perbankan ada istilah yang disebut 5C, sebenarnya apa makna dari istilah dari 5C
tersebut??
5C adalah kriteria bagi orang Bank dalam menilai para nasabahnya. Bagi orang bank, nasabah
yang memenuhi kriteria 5C adalah orang yang sempurna untuk mendapatkan pembiayaan. Bank
melihat orang yang mempunyai karakter kuat, kemampuan mengembalikan uang, jaminan yang
berharga, modal yang kuat, dan kondisi perekonomian yang aman bagaikan melihat sebuah
mutiara. Orang seperti ini adalah nasabah potensial untuk diajak bekerja sama atau orang yang
layak mendapatkan penyaluran kredit. Pendeknya orang yang mempunyai 5C yang baik adalah
manusia yang ideal, menurut kriteria orang bank.
Dalam dunia perbankan pertimbangan yang lazim digunakan untuk mengevaluasi calon nasabah
sering disebut dengan prinsip 5C.
Prinsip 5C tersebut yaitu:Prinsip Evaluasi Pemberian Kredit kepada calon nasabah.
Kriteria 5C :
- Character : Kesan umum dari customer untuk investor. Character ini untuk mengetahui apakah
nantinya calon nasabah ini jujur berusaha untuk memenuhi kewajibannya dengan kata lain ini
merupakan willingness to pay.

- Capacity : merupakan kemampuan calon nasabah dalam mengelola usahanya yang dapat
dilihat dari pendidikannya, pengalaman mengelola usaha (business record) nya, sejarah
perusahaan yang pernah dikelola (pernah mengalami masa sulit apa tidak, bagaimana
mengatasi kesulitan). Capacity ini merupakan ukuran dari ability to play atau kemampuan dalam
membayar.
- Collateral : jaminan yang mungkin bisa disita apabila ternyata calon pelanggan benar-benar
tidak bisa memenuhi kewajibannya. Collateral ini diperhitungkan paling akhir, artinya bilamana
masih ada suatu kesangsian dalam pertimbangan-pertimbangan yang lain, maka bisa menilai
harta yang mungkin bisa dijadikan jaminan.
- Condition/ Credit : pembiayaan yang diberikan juga perlu mempertimbangkan kondisi ekonomi
yang dikaitkan dengan prospek usaha calon nasabah. Ada suatu usaha yang sangat tergantung
dari kondisi perekonomian, oleh karena itu perlu mengaitkan kondisi ekonomi dengan usaha
calon pelanggan.
- Capital : besar investasi yang ditanamkan customer. kondisi kekayaan yang dimiliki oleh
perusahaan yang dikelolanya. Hal ini bisa dilihat dari neraca, laporan rugi-laba, struktur
permodalan, ratio-ratio keuntungan yang diperoleh seperti return on equity, return on
investment. Dari kondisi di atas bisa dinilai apakah layak calon pelanggan diberi pembiayaan,
dan beberapa besar plafon pembiayaan yang layak diberikan.

Collateral
Collateral adalah jaminan yang mungkin bisa disita apabila ternyata calon pelanggan benar-
benar tidak bisa memenuhi kewajibannya. Collateral ini diperhitungkan paling akhir, artinya
bilamana masih ada suatu kesangsian dalam pertimbangan-pertimbangan yang lain, maka bisa
menilai harta yang mungkin bisa dijadikan jaminan.
Dalam kata lain collateral adalah bentuk janji peminjam berupa property khusus kepada
pemberi pinjaman yang fungsinya mengamankan / memberikan kepercayaan kepada pemberi
pinjaman.
Kiranya perlu mendapatkan perhatian bahwa ‘collateral’ tidak dapat menyebabkan kredit yang
jelek menjadi kredit yang baik. Paling jauh hanya menyebabkan ‘collateral’ kredit tersebut
bertambah baik”
Bentuk Collateral
Pada hakikatnya bentuk collateral tidak hanya berbentuk kebendaan bisa juga collateral tidak
berwujud, seperti jaminan pribadi (bortogch), letter of guarantee, rekomendasi. Penilaian
terhadap collateral ini dapat ditinjau dari 2 (dua) segi yaitu :
1. Segi ekonomis yaitu nilai ekonomis dari barang-barang yang akan digunakan.

2. Segi yuridis apakah agunan tersebut memenuhi syarat-syarat yuridis untuk dipakai sebagai
agunan.
Dalam prakteknya, pengaplikasian collateral juga dapat dibagi seperti berikut :
1. Cross Collateral, keadaan dimana collateral untuk kontrak pertama dijadikan jaminan untuk
kontrak berikutnya. Jadi pada saat kontrak berikutnya tidak mampu dilunasi oleh peminjam,
collateral kontrak pertama tidak dapat diambil. Keadaan ini dapat terjadi apabila collateral
peminjam untuk konrak berikutnya dianggap kurang memadai atau bisa juga kemampuan
pembayaran peminjam dianggap menurun maka memiliki resiko.
Diagram :
Kondisi ini mengharuskan peminjam untuk dapat melunasi contract 2 terlebih dahulu untuk
dapat membebaskan collateral contract 1.
2. Cross Default, keadaan dimana kontrak dianggap seperti collateral untuk kontrak lainnya yang
ada dalam periode yagn sama. Jadi pada saat kontrak berikutnya gagal bayar, maka kontrak
pertama / kontrak lainnya dianggap gagal bayar.
Gagal Bayar
Istilah gagal bayar dikenal dan dipergunakan dalam dunia keuangan untuk menggambarkan
suatu keadaan dimana seorang debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya sesuai dengan
perjanjian utang piutang yang dibuatnya misalnya tidak melakukan pembayaran angsuran
ataupun pelunasan pokok utang sesuai dengan kesepakatan termasuk melakukan pelanggaran
atas persyaratan kredit sebagaimana diatur di dalam kontrak.

Collection
Pada masa angsuran berjalan, maka multifinance bisa saja memberikan reminder dan juga
penagihan melalui telephone berdasarkan tanggal jatuh tempo dari suatu angsuran.
Macam-macam collection
Daily Collection
1. Desk Collection : Petugas akan mengingatkan tanggal jatuh tempo atau menagih dari cicilan
debitur dan dilakukan dengan media telepon.
2. Field Collection
a. Daily Collection Report : daftar kunjungan yang dikumpulkan dan diberikan ke petugas untuk
mendatangi customer untuk mengingatkan / menagih pinjaman, atau sekedar mengecek
kembali situasi customer. Biasa disebut juga dengan laporan kunjungan harian.

b. Remedial : Collector akan eksekusi object Jaminan Fidusia dengan cara mengambil barang
jaminan debitur / melakukan negosiasi.
Surat Peringatan dan Surat Kuasa Tarik : customer dengan catatan telat pembayaran akan
diberikan Surat Peringatan (SP) yang biasa sampai dengan SP3. Setelah itu akan dikeluarkan
Surat Kuasa Tarik (SKT).
Fiducia : pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan
bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tetap dalam penguasaan pemilik benda
SP : surat yang dikeluarkan apabila customer melanggar salah satu perjanjian dalam kontark
seperti telat pembayaran. Biasanya sampai dengan SP 3.
SKT : surat yang dikeluarkan untuk melakukan penarikan asset setelah SP 3.
Bucket
Bucket adalah sebutan untuk tingkat aging dari suatu pinjaman. Perlakuan multifinance
terhadap customer dinilai beserta bucket status cicilan.

Pembiayaan Konsumen
Pembiayaan konsumen merupakan suatu pinjaman atau kredit yang diberikan oleh suatu
perusahaan kepada debitor untuk pembelian barang dan jasa yang akan langsung dikonsumsi
oleh konsumen, dan bukan untuk tujuan distribusi atau produksi. Pembiayaan konsumen ini
dilakukan oleh perusahaan pembiayaan konsumen (consumer finance company). Hal ini sangat
dibutuhkan bagi perusahaan yang bergerak di bidang apapun baik dalam hal untuk distribusi,
produksi, maupun konsumsi.
Pembiayaan konsumen menjadi sangat penting bagi suatu perusahaan karena hal ini dapat
membantu tugas mereka dalam meningkatkan penjualan produk atau jasa. Selain itu, hal ini
menjadi suatu yang penting juga bagi konsumen karena perusahaan pembiayaan konsumen
dapat membantu konsumer untuk membeli barang atau jasa secara kredit.
Pembiayaan konsumen ini dilakukan oleh perusahaan pembiayaan konsumen (consumer
finance company). Pembiayaan ini biasanya dilakukan oleh bank maupun lembaga keuangan
bukan bank. Namun, dalam hal ini kami hanya akan menyampaikan perusahaan pembiayaan
konsumen yang merupakan lembaga keuangan bukan bank.
Jenis-jenis Pembiayaan Konsumen.
Atas dasar kepemilikanya, pembiayaan konsumen dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Perusahaan pembiayaan konsumen yang merupakan anak perusahaan dari pemasok.
Perusahaan pembiayaan konsumen ini dibentuk oleh perusahaan induknya, yaitu pemasok,
untuk memperlancar penjualan barang dan jasanya. Mengingat perusahaan ini dibentuk untuk
memperlancar penjualan barang atau jasa perusahaan induknya, maka perusahaan pembiayaan
konsumen jenis ini biasanya hanya melayani barang dan jasa yang diproduksi atau ditawarkan
oleh perusahaan induknya.
2. Perusahaan pembiayaan konsumen yang merupakan satu group usaha dengan
pemasok.Perusahaan pembiayan konsumen jenis ini pada dasarnya tidak berbeda dengan
perusahaan pembiayaan konsumen yang merupakan anak perusahaan dari pemasok.
Perusahaan pembiayaan konsumen ini biasanya juga hanya melayani pembiayaan pembelian
barang dan jasa yang diproduksi oleh pemasok yang masih satu group usaha dengan
perusahaan tersebut.
3. Perusahahaan pembiayaan konsumen yang tidak mempunyai kaitan kepemilikan dengan
pemasok.Perusahaan pembiayaan konsumen yang tidak mempunyai kaitan kepemilikan dengan
pemasok biasanya tidak hanya melayani pembiayaan atas pembelian barang pada suatu
pemasok saja. Perusahaan pembiayaan ini bisa melayani pembiayaan pembelian pada pemasok
lain, sedangkan spesialisasi pembiayaan konsumen biasanya pada jenis atau tipe barang dan
daerah pemasaranya.
Dokumen-dokumen Dalam Pembiayaan Konsumen.
Dokumen yang diperlukan selama proses pembiayaan konsumen, sejak adanya pembiayaan
awal sampai dengan proses pelunasan pinjaman, meliputi dokumen-dokumen berikut ini:
1. Dokumen kelayakan konsumen
Adalah dokumen yang diperlukan oleh perusahaan pembiayaan konsumen untuk menentukan
apakah suatu konsumen layak dibiayai ataukah tidak. Dokumen ini antara lain berupa:
a. Identitas konsumen (KTP, Paspr, SIM, NPWP, anggaran dasar, surat izin usaha, dan lain-lain).
b. Bukti penghasilan atau keadaan keuangan konsumen (slip gaji, neraca, laba rugi dan lain-lain).
c. Laporan survey oleh petugas pembiayaan konsumen pada tempat tanggal atau usaha dari
konsumen.
d. Dokumen pendukung, seperti: persetujuan suami atau istri, rekomendasi pihak yang dapat
dipercaya, dan lain-lain.
2. Dokumen perjanjian
Adalah dokumen yang menunjukkan kesepakatan-kesepakatan antara pihak-pihak yang terkait
dalam proses pembiayaan konsumen, dokumen ini antara lain berupa:
a. Perjanjian kerja sama antara pemasok dengan perusahaan pembiayaan konsumen.

b. Perjanjian jual beli antara konsumen dengan pemasok.


c. Perjanjian pembiayaan antara konsumen dengan perusahaan pembiayaan konsumen.
d. Perjanjian pengikatan berbagai macam bentuk jaminan (cassie piutang, fidusia, akta
pembebanan hak tanggungan, dan lain-lain).
3. Dokumen kepemilikan objek pembiayaan.
Adalah dokumen yang merupakan bukti kepemilikan atas barang yang dibiayai dengan
pembiayaan konsumen. Dokumen ini antara lain berupa: BPKB, faktur, setifikat, bukti
penyarahan barang, bukti pemesanan barang, dan lain-lain.
4. Dokumen kepemilikan jaminan.
Adalah dokumen yang terkait dengan kepemilikan jaminan atas pemenuhan kewajiban calon
debitur. Dokumen ini antara lain berupa: BPKB, sertifikat, faktur, tanah, dan lain-lain.
Mekanisme Pembiayaan Konsumen
Adapun mekanisme transaksi pembiayaan konsumen menurut Budi Rahmat adalah :
a. Tahap permohonan.
Permohonan pembiyaan konsumen biasanya dilakukan oleh konsumen di tempat kedudukan
supplier atau dealer penyedia barang kebutuhan konsumen. Supplier atau dealer ini biasanya
telah bekerja sama dengan perusahaan pembiayaan konsumen.
b. Tahap pengecekan dan pemeriksaan lapangan.
Berdasarkan aplikasi pemohon, perusahaan pembiayaan konsumen akan melakukan
pengecekan atas kebenaran dari pengisian formulir aplikasi tersebut dengan melakukan analisis
dan evaluasi terhadap data dan informasi yang telah di terima. Selanjutnya dilakukan :
1) Kunjungan ketempat calon konsumen (plant visit)
2) Pengecekan ketempat lain (credit checking)
3) Observasi secara umum atau khusus lainnya.
Adapun tujuan dari pemeriksaan lapangan ini adalah :
1) Untuk memastikan keadaan konsumen dan memastikan akan kebutuhan barang konsumen.
2) Mempelajari keberadaan barang yang dibutuhkan konsumen, terutama harga kredibilitas
pemasok atau supplier, dan layanan purna jual.

3) Untuk menghitung secara pasti berapa besar tingkat kebenaran laporan


c. Tahap pembuatan customer profile
Berdasarkan hasil pemeriksaan lapangan, marketing department dari perusahaan pembiayaan
konsumen tersebut akan membuat customer profile yang isinya memuat tentang nama calon
konsumen dan istri/suami, alamat dan nomor rumah, pekerjaan, alamat kantor, kondii
pembiayaan yang diajukan, jenis dan tipe barang kebutuhan konsumen, dll.
d. Tahap pengajuan proposal kepada credit komite
Marketing department akan mengajukan proposal atas permohonan yang diajukan oleh calon
konsumen tersebut kepada credit komite.
e. Tahap keputusan kredit komite
Keputusan kredit komite merupakan dasar bagi perusahaan pembiyaan konsumen untuk
melakukan pembiayaan atau tidak. Apabila permohonan calon konsumen ditolak, maka harus
diberitahukan melalui surat penolakan, sedangkan apabila disetujui maka oleh marketing
department akan meneruskan ke tahap berikutnya.
f. Tahap pengikatan
Berdasarkan keputusan kredit komite, selanjutnya oleh Bagian Legal akan mempersiapkan
pengkitan sebagai berikut:[/INDENT]
1) Perjanjian pembiayaan Konsumen beserta lampirannya
2) Jaminan Pribadi (jika ada)
3) Jaminan Perusahaan (jika ada)
Pengikatan perjanjian pembiayaan konsumen usaha dapat dilakukan secara bawah tangan,
dilegalisir oleh notaries, atau secara notariil.
g. Tahap pemesanan barang kebutuhan konsumen
Setelah proses penandatanganan perjanjian dilakukan oleh kedua belah pihak, selanjutnya
perusahaan pembiayaan konsumen akan melakukan:
1) Pemesanan barang kebutuhan konsumen kepada supplier. Pesanan ini dituangkan dalam
penegasan pemesanan pembelian/confirm purchse order dan bukti pengiriman dan surat
tandan penerimaan barang
2) Penerimaan pembayaran dari konsumen kepada perusahaan pembiayaan konsumen (dapat
melalui supplier/dealer).

h. Tahap pembayaran kepada supplier


Setelah barang model diserahkan oleh supplier kepada konsumen, selanjutnya supplier akan
melakukan penagihan kepada perusahaan pembiayaan konsumen. Sebelum melaksanakan
pembayaran, perusahaan pembiayaan konsumen akan melakukan hal-hal sebagai berikut :
1) Melakukan penutupan perjanjian asuransi kepada perusahaan asuransi yang telah ditunjuk.
2) Pemeriksaan ulang terhadap seluruh dokumentasi perjanjian pembiayaan konsumen.
i. Tahap penagihan/monitoring pembayaran
j. Setelah seluruh pembayaran kepada supplier/dealer dilakukan, proses selanjutnya adalah
pembayaran angsuran oleh konsumen sesuai jadwal yang telah ditentukan. Pada tahap ini
collection department akan memonitor pembayaran angsuran berdasarkan jatuh tempo yang
telah ditetapkan, dan berdasarkan system pembayaran yang telah disepakati.
Disamping itu, juga akan dilakukan monitoring terhadapa jaminan, jangka waktu berlakunya
jaminan, dan masa berlakunya penutupan angsuransi.
k. Tahap Pengambilan Surat Jaminan
Setelah konsumen melunasi seluruh kewajibannya kepada perusahaan pembiayaan konsumen,
maka perusahaan pembiayaan konsumen akan mengembalikan kepada konsumen berupa:
1) Jaminan (BPKB, dan/atau sertifikat dan/atau faktur/invoice)
2) Dokumen lainnya (jika ada).
Manfaat Pembiayaan Konsumen.
Dalam pembiayaan konsumen ada beberapa manfaat yang diperoleh, antara lain sebagai
berikut:
1. Bagi pemasok, akan mengalami peningkatan penjualan.
2. Bagi konsumen, adanya kesempatan untuk membeli atau memiliki barang meskipun dana
yang tersedia saat ini belum cukup untuk menutup harga barang dan jasa.
3. Bagi perusahaan pembiayaan konsumen, adanya penerimaan dari bunga dan biaya
administrasi yang dibayarkan oleh konsumen.
Factoring
Factoring (Anjak Piutang) adalah kontrak antara perusahaan anjak piutang (sebagai penyedia
jasa) dengan klien, dimana klien wajib menjual atau menjaminkan piutang (dari hasil penjualan
barang secara kredit) kepada factoring.

Perusahaan Anjak Piutang berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No.1251/KMK.013/1988


tanggal 20 Des 1988) adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk
pembelian dan atau pengalihan serta pengurusan dari transaksi perdagangan dalam dan atau
luar negeri.
Anjak Piutang) adalah suatu usaha yang dilakukan perusahaan baik dalam bentuk piutang
maupun promes atas dasar diskonto dari klien dengansyarat recource atau without recource
sehingga hak penagihan beralih kepada perusahaan anjak piutang.
Pelaku Anjak Piutang
1. Factor (perusahaan Anjak Piutang)
Perusahaan yang menawarkan jasa anjak piutang
2. Suplier (klien)
Pihak yang menggunakan jasa perusahaan anjak piutang
3. Debitur/Customer (nasabah)
Pihak yang mengadakan transaksi dengan klien
Mekanisme Kegiatan
1. Disclosed Factoring -> Supplier menyerahkan piutang kepada factoring dengan
sepengetahuan customer/debitur.
a. Supplier menjual barang/jasa secara kredit kepada customer
b. Kontrak supplier dengan factor disertai penyerahan faktur dan dokumen
c. Supplier memberitahu Customer tentang kontrak factoring
d. Factor membayar 60% – 80% dari total faktur
e. Factor menagih customer disertai bukti-bukti pendukung
f. Customer melunasi utang kepada Factor
2. Undisclosed Factoring -> Penjualan piutang tanpa sepengetahuan customer/nasabah
a. Transaksi penyerahan piutang kepada factor tanpa pemberitahuan pada customer
b. Supplier menjual barang secara kredit
c. Supplier menyerahkan faktur dan bukti pendukung tanpa pemberitahuan kontrak anjak
piutang

d. Tembusan atau copy faktur diserahkan kepada factor


e. Factor membayar 80% dan sisanya saat pelunasan
f. Debitur langsung melunasi utang pada supplier
g. Supplier meneruskan pembayaran ke Factor lalu Factor melunasi yang 20%
Penanggung Resiko Macet
1. Recource (with Recource)
Klien (supplier) sebagai penanggung risiko kredit terhadap piutang yang dijual kepada
perusahaan factoring.
2. Non Recource (without Recource)
Risiko Kredit ditanggung perusahaan anjak piutang.
Apa perbedaan pembiayaan executing dan channeling?
Executing : Bank memberikan pembiayaan kepada perusahaan mitra dimana kemudian
perusahaan mitra meneruskan kepada nasabah sebagai end user,sehingga perusahaan mitra
tercatat sebagai debitor bank sedangkan pembiayaan kepada end user tercatat sebagai
eksposur pembiayaan perusahaan mitra.
Channeling : pinjaman yang diberikan oleh bank kepada nasabah melalui multifinance yang
bertindak sebagai ‘agent’ dan tidak mempunyai kewenangan memutus kredit kecuali mendapat
surat kuasa dari bank. bank memberikan pembiayaan secara langsung kepada nasabah sebagai
and user melalui perusahaan mitra yang bertindak sebagai agen,pembiayaan kepada end user
adalah eksposur pembiayaan bank. Saat customer tidak melakukan pembayaran, maka
multifinance akan tetap membayar kepada bank.
Apa keuntungan pembiayaan channeling dan executing?
Bila melihat pengertiannya seperti yang tadi saya sebutkan bisa diketahui kalau perbedaan
utama antara pembiayaan executing dan channeling sebenarnya terletak pada tanggung jawab
pembayarannya.
Pada pembiayaan channeling, ada satu lembaga baik dalam bentuk perusahaan atau koperasi
yang melakukan dan mengoordinir memberikan pembiayaan terhadap UKM atau end user.
Lembaga tersebut bisa dikatakan sebagai broker dan mendapatkan fee dari bank. Dengan
proses seperti itu, maka institusi akan merasa ribetnya sama, tapi kok tidak mendapatkan fee-
nya. Kalaupun ada nilainya sangat terbatas.

Sementara pembiayaan executing lebih memberikan room atau space kepada institusi untuk
mendapatkan keuntungan secara optimal. Karena pada dasarnya yang mendapatkan
pembiayaan adalah institusi itu sendiri. Baik itu Bank Perkreditan Rakyat (BPR) , multifinance,
ataupun koperasi karyawan. Dengan sistem pembiayaan executing, institusi bisa mengambil
untung sesuai dengan permintaan.
Apa persyaratan yang harus di penuhi untuk mendapatkan pembiayaan pada sistem ini?
Tentunya bank akan mengenakan berbagai persyaratan bagi yang hendak mempergunakan
skema tersebut. Misalkan saja adalah dana tersebut harus dipergunakan untuk membiayai
usaha yang memenuhi persyaratan.
Persyaratan lainnya untuk UMKM adalah pembiayaan tersebut harus dipergunakan untuk hal-
hal produktif Apakah kegiatan usahanya ada, seberapa lama menjalakan bisnis tersebut. Berapa
besar cash /iou-nya, besar income dibandingkan angsuran yang didapat. Kemudian seberapa
bagus sumber bahanbaku market-nya itu.
Informasi Debitur Individual

IDI
IDI adalah produk dari SID yang berupa report yang dapat dicetak dan berisi mengenai data-
data debitur beserta data lainnya seperti fasilitas kredit, agunan, penjamin dari Bank atau
Lembaga Pembiayaan. IDI diberi tambahan kata “Historis” karena mencakup data kualitas
pembayaran fasilitas kredit selama 24 bulan terakhir.
Hasil keluaran atau output yang diperoleh dari pengecekan disebut Informasi Debitur Individual
(IDI). Didalam IDI dapat diketahui hal-hal yang berkaitan dengan kondisi pembayaran debitur,
digambarkan dengan informasi hari tunggakan dan kualitas kredit, seperti apakah status
pembayarannya lancar, kurang lancar, dalam perhatian khusus, diragukan atau macet.
Informasi Debitur Individual Historis
Penjelasan IDI Historis
IDI Historis merupakan produk/output yang dihasilkan o?leh Sistem Informasi Debitur (SID). IDI
Historis mencakup informasi seluruh penyediaan dana/pembiayaan dengan kondisi lancar dan
bermasalah mulai dari Rp.1 keatas, serta menampilkan informasi mengenai historis pembayaran
yang dilakukan dalam kurun waktu 24 bulan terakhir.
Cakupan IDI Historis meliputi antara lain identitas debitur, pemilik dan pengurus, fasilitas
penyediaan dana/pembiayaan yang diterima, agunan, penjamin, dan kolektibilitas.

Layanan Permintaan IDI Historis


Pihak yang dapat memperoleh IDI Historis adalah Anggota BIK (Bank dan Lembaga Pembiayaan)
serta masyarakat. Masyarakat dapat memperoleh IDI Historis melalui Bank atau Lembaga
Pembiayaan yang memberikan fasilitas kredit, dapat juga melalui Gerai Info Bank Indonesia atau
Kantor Bank Indonesia setempat (daerah). Saat ini permintaan IDI Historis oleh masyarakat
dapat pula dilakukan secara online melalui website Bank Indonesia.
Permintaan IDI Historis
Masyarakat dapat memperoleh IDI Historis atas nama dirinya sendiri melalui lembaga keuangan
anggota Biro Informasi Kredit yang memberikan fasilitas penyediaan dana/pembiayaan kepada
masyarakat tersebut. Selain itu, permintaan IDI Historis juga dapat disampaikan kepada Bank In?
donesia dengan cara mengunjungi Gerai Info Bank Indonesia, atau Kantor Bank Indonesia
setempat. Permintaan juga dapat disampaikan secara online melalui website Bank Indonesia
dengan melengkapi formulir yang disediakan, setelah mendapat jawaban melalui email, hasil
cetaknya dapat diambil di Gerai Info Bank Indonesia atau Kantor Bank Indonesia setempat.
Masyarakat baik perorangan maupun badan usaha dapat meminta IDI Historis atas nama dirinya
sendiri dengan syarat-syarat sebagai berikut (Melalui Bank Indonesia)
Bagi perorangan:
• Menyerahkan fotokopi identitas diri dengan menunjukkan identitas diri asli antara lain Kartu
Tanda Penduduk/KTP atau Kartu Izin Tinggal Sementara/KITAS.
Bagi badan usaha:
• Menyerahkan fotokopi identitas badan usaha (akta pendirian perusahaan dan perubahan
anggaran dasar terakhir yang memuat susunan dan kewenangan pengurus) dan fotokopi
identitas diri (KTP atau KITAS) dari pengurus yang mengajukan permintaan IDI Historis, dengan
menunjukkan identitas asli badan usaha dimaksud atau fotokopi identitas badan usaha yang
telah dilegalisir, dan identitas asli diri dari pengurus yang mengajukan permintaan IDI Historis.
• Permintaan IDI Historis atas nama perusahaan dapat dikuasakan kepada pejabat atau pegawai
perusahaan. Penerima kuasa
menyerahkan surat kuasa asli, fotokopi identitas badan usaha dan identitas diri pemberi kuasa
dan penerima kuasa, dengan menunjukkan identitas asli badan usaha dimaksud atau fotokopi
identitas badan usaha yang telah dilegalisir, serta identitas diri asli dari pemberi kuasa dan
penerima kuasa.
• Dalam hal terdapat perbedaan antara susunan pengurus yang berwenang sesuai anggaran
dasar perusahaan dengan data yang terdapat dalam SID, maka permintaan IDI Historis tidak
dapat dipenuhi.
Kredit
Kata kredit berasak dari bahasa Latin Credere yang berarti percaya atau to believe atau to trust.
Karenanya dasar pemikiran pemberian kredit oleh suatu perbankan kepada seseorang /
lembaga adalah berdasarkan kepercayaan (faith).
Sesuai Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, kredit adalah : penyediaan uang
atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau
pembagian hasil keuntungan.
Berdasarkan pengertian tersebut, terkandung unsur-unsur kredit itu sendiri, sebagai berikut :
1. Waktu, yang menyatakan bahwa ada jarak antara saat persetujuan pemberian kredit dan
pelunasannya.
2. Kepercayaan, yang melandasi pemberian kredit oleh pihak kreditur kepada debitur, bahwa
setelah jangka waktu tertentu debitur akan mengembalikannnya sesuai kesepakatan yang telah
disetujui oleh kedua belah pihak.
3. Penyerahan, yang menyatakan bahwa pihak kreditur menyerahkan nilai ekonomi kepada
debitur yang harus dikembalikan setelah jatuh tempo.
4. Risiko, yang menyatakan adanya risiko yang mungkin timbul selama jangka waktu antara
pemberian dan pelunasannya.
5. Persetujuan atau perjanjian, yang menyatakan bahwa antara kredit dan debitur terdapat
suatu persetujuan dan dibuktikan dengan suatu perjanjian.

Non Performing Loans


Kredit macet adalah kredit yang dikelompokkan kedalam kredit tidak lancar dilakukan debitur
atau tidak bisa ditagih bank.
NPL merupakan rasio keuangan pokok yang dapat memberikan informasi penilaian atas kondisi
permodalan, rentabilitas, risiko kredit, risiko pasar dan likuidasi. Biasanya rasio NPL merupakan
target jangka pendek perbankan.
Semakin tinggi rasio Non Performing Loan maka tingkat likuiditas bank terhadap dana pihak
ketiga (DPK) akan semakin rendah. Hal ini dikarenakan karena sebagian besar dana yang
disalurkan bank dalam bentuk kredit merupakan simpanan dana pihak ketiga (DPK). Terdapat
banyak faktor yang menyebabkan terjadinya Non Performing Loan yang dapat diklasifikasikan
menjadi tiga kelompok, yaitu faktor intern bank, faktor debitur dan faktor ekstern bank dan
debitur.

Faktor intern bank adalah faktor yang berasal dari pihak bank itu sendiri. Kegiatan ekspansi
penyaluran kredit yang besar – besaran tanpa adanya standarisasi analisis calon debitur dan
pengawasan yang tidak maksimal oleh bank, penetapan tingkat suku bunga kredit yang tinggi,
jumlah penyaluran kredit yang melampaui batas kemampuan bank dalam likuidasi dan
lemahnya kemampuan bank mendeteksi kemungkinan timbulnya kredit bermasalah merupakan
beberapa faktor penyebab utama terjadinya kenaikan rasio Non Performing loan. Dari sisi faktor
intern debitur terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya Non Performing Loan
perbankan yaitu karakter baik atau buruk debitur, kemunduran usaha debitur, mismanajemen
dan faktor usia.
Sedangkan Non Performing Loan yang disebabkan oleh faktor ekstern non bank dan debitur,
yaitu adanya pengaruh inflasi dan kurs , pengaruh GDP per kapita riil , adanya bencana alam dan
pengaruh tingkat PDB, penurunan kondisi moneter negara dan adanya peraturan pemerintah
dan peraturan lainnya yang bersifat membatasi yang berdampak besar pada situasi keuangan
dan operasional bank. Sedangkan faktor eksternal pada dasarnya dapat dimasukkan kedalam
kondisi. Termasuk kedalam faktor eksternal ini adalah persaingan usaha, kondisi usaha dan
faktor alam.
Bank Indonesia (BI) melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI) menetapkan bahwa rasio kredit
bermasalah (NPL) adalah sebesar 5%. Rumus perhitungan NPL adalah sebagai berikut:
Rasio NPL = (Total NPL / Total Kredit )x 100%
Misalnya suatu bank mengalami kredit bermasalah sebesar 50 dengan total kredit sebesar 1000,
sehingga rasio NPL bank tersebut adalah 5% (50 / 1000 = 0.05).
Beberapa Hal Yang Mempengaruhi NPL Suatu Perbankan
a. Kemauan atau itikad baik debitur :
Kemampuan debitur dari sisi financial untuk melunasi pokok dan bunga pinjaman tidak akan
ada artinya tanpa kemauan dan itikad baik dari debitur itu sendiri.
b. Kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia :
Kebijakan pemerintah dapat mempengaruhi tinggi rendahnya NPL suatu perbankan, misalnya
kebijakan pemerintah tentang kenaikan harga BBM akan menyebabkan perusahaan yang banyak
menggunakan BBM dalam kegiatan produksinya akan membutuhkan dana tambahan yang
diambil dari laba yang dianggarkan untuk pembayaran cicilan utang untuk memenuhi biaya
produksi yang tinggi, sehingga perusahaan tersebut akan mengalami kesulitan dalam membayar
utang-utangnya kepada bank. Demikian juga halnya dengan PBI, peraturan-peraturan Bank
Indonesia mempunyai pengaruh lansung maupun tidak lansung terhadap NPL suatu bank.
Misalnya BI menaikan BI Rate yang akan menyebabkan suku bunga kredit ikut naik, dengan
sendirinya kemampuan debitur dalam melunasi pokok dan bunga pinjaman akan berkurang.

c. Kondisi perekonomian :
Kondisi perekonomian mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemampuan debitur dalam
melunasi utang-utangnya. Indikator-indikator ekonomi makro yang mempunyai pengaruh
terhadap NPL diantaranya adalah sebagai berikut
– Inflasi:
Inflasi adalah kenaikan harga secara menyeluruh dan terus menerus. Inflasi yang tinggi dapat
menyebabkan kemampuan debitur untuk melunasi utang-utangnya berkurang.
– Kurs rupiah:
Kurs rupiah mempunayai pengaruh juga terhadap NPL suatu bank karena aktivitas debitur
perbankan tidak hanya bersifat nasioanal tetapi juga internasional.

Sistem & Jenis Pembiayaan Syariah


Prinsip syariah meniadakan transaksi semacam ini dan mengubahnya menjadi pembiayaan,
dimana bank tidak meninjamkan sejumlah uang pada nasabah, tetapi membiayai proyek
keperluan nasabah. Dalam hal ini bank berfungsi sebagai intermediasi uang tanpa
meminjamkan uang dan membungakan uang tersebut. Sebagai gantinya, pembiayaan usaha
nasabah tersebut dapat dilakukan dengan cara membelikan barang yang dibutuhkan nasabah,
lalu bank menjual kembali pada nasabah, atau dapat pula dengan cara bank mengikutsertakan
modal dalam usaha nasabah.
Jenis-Jenis Pembiayaan Syariah
1. Pembiayaan dengan prinsip bagi Hasil
Fasilitas pembiayaan yang disediakan disini berupa uang tunai atau barang yang dinilai dengan
uang. Jika dilihat dari sisi jumlah, Bank Syariah dapat menyediakan seratus persen (bank
konvensional tidak mungkin seratus persen) dari modal yang diperlukan, ataupun dapat pula
hanya sebagian saja berupa patungan antarbank dengan pengusaha (nasabah). Jika dilihat dari
sisi bagi hasilnya, ada dua jenis bagi hasil (tergantung kesepakatan), yaitu revenue sharing atau
profit sharing. Sementara itu, dalam hal persentase bagi hasilnya dikenal dengan nisbah, yang
dapat disepakati antara bank dengan nasabah yang mendapat fasilitas pembiayaan pada saat
kredit.

- Al – Mudharabah
Pemilik modal menyerahkan hartanya kepada pengusaha untuk diperdagangkan dengan
pembagian keuntungan yang disepakati
Pada sisi pembiayaan, al-Mudhabarah umumnya ditetapan untuk pembiayaan:
a) Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa;
b) Investasi khusus, yang disebut juga dengan mudharabah muqayyadah, dimana sumber dana
khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh bank
sebagai penyandang dana.
- Al – Musyaraka
Akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing
pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan
Al-Muzara’ah (Harvest Yield Profit Sharing
Al-Muzara’ah dapat diartikan sebagai kerja sama pengolahan pertanian anara pemilik lahan dan
penggarap, dimana pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada penggarap untuk
ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian tertentu (persentase) dari hasil panen.
Sering pula Al-Muzara’ah diartikan sama dengan mukabarah, namun di antaranya terdapat pula
perbedaan, yaitu:
• Muzara’ah, benih dari pemilik lahan pertanian
• Murabahah, benih dari penggarap lahan pertanian
- Al-Musaqah (Plantation Management Fee Based on Certain Portion of Yield)
Al-Musaqah ini sebagai bentuk yang lebih sederhana dari al-Muzaraah dimana penggarap tanah
hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan dan sebagai kompensas atau
imbalannya, penggarap memperoleh nisbah tertentu dari hasil panen.
2. Pembiayaan dengan prinsip jual – beli
- Al – murabahah
Jual beli dengan modal ditambah keuntungan yang diketahu
- Bai’as-salam
Pembeli diwajibkan untuk membayar di muka seluruh harga barang yang disepakati

- Bai’al-istisna’
Akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan
persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan dan penjual

3. Pembiayaan dengan prinsip Sewa


- Al- Ijarah
Perjanjian sewa menyewa suata barang dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa.
- Al-ijarah Muntahiya Biltamlik / Wa Iqtina
Perjanjian sewa menyewa suatau barang yang diakhiri dengan perpindahan kepemilikan barang
dari pihak yang memerikan sewa kepada pihak penyewa.
4. Pembiayaan dengan prinsip Jasa Pelayanan
- Al-Wakalah
Akad perwakilan antara dua pihak, umumnya digunakan untuk penerbitan L/C (letter Of Credit),
akan tetapi juga dapat digunakan untuk mentranfer dana nasabah ke pihak lain
- Al – Kafalah
Jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi
kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung
- Al-Hawalah
Pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya
- Rahn (gadai)
Menggadaikan barang dari satu pihak ke pihak lain, dengan uang sebagai gantinya atau
menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya
- Al-Qardh
Pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali dengan kata lain
meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan atau penyediaan dana dan/atau tagihan antara
bank syariah dengan pihak peminjam.

Sistem Informasi Debitur


SID adalah suatu sistem yang didalamnya berisi data debitur dari seluruh anggotanya yang
terdiri dari Bank Umum, BPR, dan beberapa Perusahaan Pembiayaan. Sistem Informasi Debitur
(SID) adalah sistem yang mempertukarkan informasi debitur dan fasilitas kredit dari Bank dan
Lembaga Pembiayaan.

Pelapor wajib menyampaikan Laporan Debitur kepada BI secara lengkap, akurat, terkini,
utuh,dan tepat waktu, setiap bulan untuk posisi akhir bulan. Laporan debitur wajib disusun
sesuai dengan pedoman penyusunan laporan debitur yang ditetapkan oleh BI.
Gunamenjamin kebenaran, kelengkapan, kekinian isi laporan, dan ketepatan waktu
penyampaian laporan debitu r serta keamanan penerimaan informasi debitur, Pelapor
menyusun kebijakan, sistem dan prosedur yang dituangkan dalam suatu pedoman tertulis yang
disetujui oleh Direksi dari Pelapor.
Pihak yang wajib menjadi Pelapor SID adalah Bank Umum dan BPR yang memiliki total aset 10
miliar rupiah dalam 6 (enam) bulan berturut-turut. Sedangkan kepesertaan sukarela berlaku
untuk BPR yang belum memiliki total aset sesuai dengan persyaratan menjadi Pelapor wajib,
Lembaga Keuangan Non Bank (LKNB) dan Koperasi Simpan Pinjam.
Adapun pihak yang dapat meminta output SID yaitu informasi debitur, meliputi Pelapor, Debitur
dan pihak lain dalam rangka pelaksanaan Undang-undang. BI melakukan pengawasan terhadap
pemenuhan kewajiban Pelapor yang terkait dengan pelaksanaan SID.
Data-data debitur yang dihimpun oleh Bank Indonesia bersumber dari laporan yang
disampaikan oleh anggota Biro Informasi Kredit. Terdapat 2 (dua) jenis kepesertaan dalam Biro
Informasi Kredit, yaitu:
1. Wajib
Lembaga Keuangan yang wajib menjadi anggota Biro Informasi Kredit meliputi: (a) Bank Umum,
(b) Bank Perkreditan Rakyat dengan total aset Rp.10 Miliar ke atas selama 6 (enam) bulan
berturut-turut, dan (c) Penyelenggara Kartu Kredit Selain Bank yaitu perusahaan pembiayaan
yang melakukan kegiatan usaha kartu kredit.
2. Sukarela
Lembaga Keuangan yang dapat menjadi anggota Biro Informasi Kredit meliputi: (a) BPR yang
total asetnya belum sesuai dengan persyaratan menjadi anggota wajib namun telah mendapat
persetujuan dari Bank Indonesia, (b) Lembaga Keuangan Non Bank (meliputi asuransi, dana
pensiun, sekuritas, modal ventura dan perusahaan pembiayaan), serta badan-badan lainnya
yang menyelenggarakan pengelolaan dana masyarakat, dan (c) Koperasi Simpan Pinjam.
Persyaratan yang wajib dipenuhi oleh calon anggota Biro Informasi Kredit adalah:
1. Memiliki infrastruktur yang memadai.
2. Memiliki kesesuaian struktur data dengan yang dipersyaratkan dalam SID.
3. Memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia, dan

4. Menandatangani Perjanjian Keikutsertaan dalam Sistem Informasi Debitur (khusus untuk


Lembaga Keuangan Non Bank dan Koperasi Simpan Pinjam).
Biro Informasi Kredit
BIK adalah lembaga dari Bank Indonesia yang mengelola SID.
Tugas utama Biro Informasi Kredit adalah menghimpun dan menyimpan data penyediaan
dana/pembiayaan, dan pada akhirnya mendistribusikannya sebagai informasi kredit yang
selanjutnya disebut dengan Informasi Debitur Individual (IDI) Historis. IDI Historis dapat
dimanfaatkan oleh lembaga keuangan anggota Biro Informasi Kredit (perbankan dan Lembaga
Keuangan Non Bank), serta masyarakat baik perorangan maupun badan usaha.
Bagi lembaga keuangan, IDI Historis yang diperoleh diharapkan dapat dimanfaatkan antara lain
untuk mengetahui kredibilitas (kelayakan) calon penerima fasilitas penyediaan dana (debitur)
dan untuk mengetahui calon debitur dimaksud sedang menerima fasilitas penyediaan dana dari
lembaga lain atau tidak. Informasi tersebut akan membantu lembaga keuangan dalam:
1. Mempermudah analisa untuk pemberian kredit/pembiayaan, sehingga dapat memperlancar
proses penyediaan dana; dan
2. Penerapan manajemen risiko antara lain untuk menghindari kegagalan membayar pinjaman
yang telah diberikan dan mencegah penipuan.
Bagi masyarakat, IDI Historis yang diperoleh diharapkan mampu memberikan edukasi positif
untuk senantiasa bertanggung jawab terhadap kewajiban kredit yang telah diterimanya,
sekaligus untuk membantu melakukan kontrol terhadap kebenaran dan keakuratan data yang
disampaikan lembaga keuangan kepada Bank Indonesia.
Hal yang perlu diperhatikan
1. Kewenangan memutuskan untuk memberikan fasilitas kredit/pembiayaan merupakan
kebijakan perbankan atau LKNB yang bersangkutan.
2. Kebenaran dan keakuratan informasi IDI Historis adalah tanggung jawab dari lembaga
keuangan anggota Biro Informasi Kredit yang melaporkan data tersebut.
3. Segala akibat hukum yang timbul sehubungan dengan penggunaan IDI Historis untuk
keperluan lembaga keuangan anggota Biro Informasi Kredit yang tidak sesuai dengan ketentuan,
sepenuhnya menjadi tanggung jawab lembaga keuangan yang bersangkutan.
4. Segala akibat hukum yang timbul sehubungan dengan penggunaan IDI Historis oleh
masyarakat, sepenuhnya menjadi tanggung jawab yang bersangkutan.

Write Off
Write-off didefinisikan sebagai penghapusbukuan. Dalam konteks perbankan istilah ini biasanya
ditujukan untuk mengeluarkan rekening aset yang tidak produktif dan pembukuan, seperti
kredit macet yang tidak dapat ditagih, namun demikian bank tetap berhak melakukan
penagihan atas kredit macet itu sebisa mungkin. Penghapus bukuan kredit macet oleh bank
pada dasarnya dapat dilakukan oleh bank sepanjang bank yang bersangkutan mampu untuk
melaksanakannya, yaitu mempunyai cadangan dalam jumlah yang cukup.
Dalam hal cadangan yang dibentuk oleh bank belum mencukupi, maka penghapusbukuan kredit
macet tersebut dapat dibebankan pada laba rugi sesudah pajak. Dalam pelaksanaannya
penghapusbukuan kredit (credit) tersebut dilakukan secara sukarela maupun bersifat wajib
(mandatory write off). Tujuan utama penghapusbukuan kredit macet terutama adalah untuk
memperbaiki kondisi kualitas aktiva produktif bank-bank
Penghapusan kredit(credit) yang dilakukan oleh bank dapat dibedakan menjadi dua:
1. Penghapusbukuan secara administratif yang tidak menghilangkan hak tagih. Kredit(credit)
yang dihapus bukukan tetap dicatat secara ekstra komtabel. Debitur tidak diberi tahu karena
status debitur sebagai peminjam masih belum dihapuskan.
2. Penghapus bukuan yang dianggap rugi dan tidak ditagih lagi. Dalam hal ini bank benar-benar
menanggung rugi dan jumlah kredit (credit) yang akan dihapus benar-benar akan dihapus dati
neraca (baik on balance sheet maupun off balance sheet).
Hal ini terutama bagi debitur-debitur yang telah dinyatakan pailit. Penghapusan kredit (write-
off) hanya diperbolehkan untuk portofolio kredit yang tergolong kredit macet(bad credit)
Penghapusan kredit terdiri atas dua cara dan dua tahap yaitu:
1. Hapus buku atau penghapusan secara bersyarat atau conditional write-off dan,
2. Hapus tagih atau penghapusan secara mutlak atau absolute write-off.
Pada tahap pertama, bank akan melakukan hapus buku dengan cara mengeluarkan semua
portofolio kredit macet dari pembukuan bank, namun bank tetap akan melakukan upaya
penagihan kepada debitur. Jika program hapus buku tetap tidak berhasil mengembalikan uang
kredit, maka bank dapat membuat program hapus tagih sehingga bank tidak perlu melakukan
upaya penagihan kepada debitur. Selanjutnya jika program hapus tagih ternyata tetap tidak
berhasil mengembalikan uang kredit yang ditargetkan, maka bank dapat melakukan
penyelesaian kredit (credit) melalui jalur litigasi (pengadilan) maupun jalur nonlitigasi (di luar
pengadilan).
Program hapus buku dan hapus tagih terhadap kredit macet harus dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku agar tidak menimbulkan konflik kepentingan dan
penyalahgunaan wewenang yang dapat merugikan bank dan nasabah debitur. Program hapus
buku dan hapus tagih terhadap kredit macet (bad credit) yang ada di bank umum, baik di bank
swasta maupun bank BUMN, secara umum diatur dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI),
khususnya dalam Bab VII, Pasal 69 hingga Pasal 71 dan PBI 7/2005 tentang penilaian kualitas
aktiva bank umum. Di samping itu, program hapus buku dan hapus tagih sesuai amanat Pasal 8
Ayat (2) UU Perbankan (UU 10/1998) juga harus diatur dalam pedoman perkreditan yang harus
ada di masing-masing bank. Program hapus buku dan hapus tagih juga harus terlebih dahulu
disetujui oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di
dalam sebuah Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam UU 40/2007 tentang Perseroan
Terbatas. Pelaksanaan hapus buku dan hapus tagih harus selalu didasari oleh hasil keputusan
RUPS sesuai mekanisme korporasi. Direksi bank pada awalnya mengajukan usulan sejumlah
portofolio kredit macet yang akan dihapus buku dan atau dihapus tagih kepada RUPS untuk
dimintakan persetujuan. Mekanisme RUPS diatur dalam UU 40/2007 tentang Perseroan
Terbatas Bab VI Pasal 75 hingga Pasal 91. Pemegang saham mayoritas sangat menentukan hasil
keputusan RUPS. Khusus bagi bank BUMN, hasil keputusan RUPS sangat dipenganihi oleh
kebijakan Pemerintah selaku pemegang saham mayoritas di bank BUMN.
Remedial
Remedial adalah usaha yang dilakukan oleh multifinance untuk melakukan Penagihan. Tidak
menutup kemungkinan melakukan negosiasi dan menerima angsuran jika konsumen ternyata
bisa melakukan pembayaran angsuran sesuai dengan negosiasi.
Reposses
Reposses adalah proses pengambilan asset oleh multifinance tanpa melalui pengadilan hingga
sampai ke tangan multifinance dan menjadi inventory sementara yang akhirnya bisa dijadikan
asset / dijual kembali. Proses penarikan sendiri dilakukan oleh executor dengan membawa Surat
Kuasa Tarik dan juga Fiducia.

Anda mungkin juga menyukai