Anda di halaman 1dari 3

Nama : Choirun Nisa

NIM : 191011201206

06 SAKE 008

Pertemuan 5

MANAJEMEN PIUTANG

1. Pentingnya Investasi pada Piutang

Saat ini semakin bertambahnya tingkat persaingan antar entitas, maka akan


memaksa entitas itu untuk terus memberikan pelayanan yang optimal serta menari
kepada konsumennya. Sehingga, pembayaran secara kredit menjadi suatu
kebutuhan bagi entitas guna meningkatkan kapasitas penjualan entitas. Dengan
begitu dapat diartikan bahwa, piutang dagang/piutang usaha merupakan tagihan
entitas kepada pihak lain sebagai dampak dari penjualan secara kredit

2. Prinsip Pemberian Kredit

Bentuk kredit yang hendak diberikan akan menimbulkan piutang usaha/piutang


dagang. Piutang usaha atau piutang dagang ini tidak terdapat jaminan di dalam
Undang-Undang , sehingga jika terjadi piutang tak tertagih akan sulit diselesaikan
dalam lingkup pengadilan.
Risiko yang akan selalu dihadapi oleh entitas yang menjualkan produknya secara
kredit yakni tak terbayarnya piutang dagang/usaha tersebut.

a) Character (Karakter)
Prinsip ini merupakan data mengenai kepribadian dari calon
konsumen seperti kebiasaan, sifat, cara hidup, gaya hidup, hobi, latar
belakang, dan trade checking
b) Capacity (Kapasitas / Keuangan)
Prinsip ini merupakan data yang dilihat dari kemampuan calon
konsumen dalam segi pengelolaan usahanya yang bisa dilihat dan dinilai dari
pengalaman, pendidikan, mengelola usaha (business record) atau dapat
dikatakan menilai dari riwayat perusahaan yang pernah dikelola oleh calon
konsumen (pernah mengalami masa sulit atau tidak, bagaimana cara dalam
mengatasi kesulitan tersebut, dan lain sebagainya).
c) Capital (Modal)
Prinsip Capital ini merupakan data penilaian yang dilihat dari sisi
kondisi kekayaan yang dimiliki oleh calon konsumen tersebut serta
pengelolaannya, yang dimana dapat dilihat dari laporan keuangannya seperti
laporan posisi keuangan (neraca), laporan laba rugi, struktur ekuitas, dan
ratio keuntungan lainnya seperti Return On Equity (ROE) dan Return On
Investment (ROI)
d) Condition (Kondisi)
Prinsip ini juga diperlukan dalam mempertimbangkan dari sisi
kondisi ekonomi yang berkaitan dengan prospek kerja atau usaha terhadap
calon konsumen dimasa yang akan datang. Kondisi perekonomian sangat
dibutuhkan, karena ada suatu usaha yang bergantung dari sisi
perekonomian.
e) Collateral (Agunan)
Prinsip ini merupakan bentuk jaminan yang kemungkinan dapat
disita apabila calon konsumen nantinya benar-benar tidak dapat membayar
atau memenuhi kewajibannya.

3. Perputaran Piutang (Receivable Turnover)

Piutang merupakan salah satu unsur dari modal kerja yang memiliki kondisi
berputar, yaitu berawal dari kas, proses komoditi, penjualan, piutang, kembali ke
kas. Makin cepat perputaran piutang makin baik kondisi keuangan perusahaan.
Perputaran piutang (receivable turnover) dapat disajikan dengan perhitungan:
penjualan bersih secara kredit dibagi rata-rata piutang. Kemudian 360 hari dibagi
perputaran piutang menghasilkan hari rata-rata pengumpulan piutang (average
collection period of accounts receivable). Pernyataan itu dapat disajikan dalam
bentuk rumus sebagai berikut :

4. Anggaran Pengumpulan Piutang (Receivable Collection Budget)

Piutang yaitu aset lancar yang bersifat kurang likuid. Dikatakan kurang likuid
karena tidak dapat dimanfaatkan sembarang waktu atau dalam waktu dekat. Entitas
pada dasarnya lebih menyukai aliran uang tunai (cash flow) dibandingkan dengan
jumlah piutang yang banyak dan besar. Hal ini dikarenakan aliran kas lebih mudah
digunakan atau dimanfaatkan dalam waktu dekat atau sesegera mungkin guna
untuk memenuhi segala macam keperluan perusahan. Dalam penjualan secara
kredit, pada saat penjualan barang dagang tidak dalam waktu yang bersamaan
dengan penerimaan kas. Maka, untuk penjualan secara kredit tersebut harus dibuat
perencanaan terkait dengan kapan waktu piutang tersebut dapat diterima kas atau
pembayaran atas utang konsumen. Aktivitas perencanaan terkait penerimaan
piutang menjadi uang tunai (cash) tersebut disebut sebagai anggaran pengumpulan
piutang (Receivable Collection Budget). Anggaran pengumpulan piutang tersebut
bisa disusun berdasarkan anggaran penjualan kredit dengan cara memperhatikan
kebiasaan-kebiasaan konsumen dalam melakukan pembayaran atau melunasi
utang/kewajibannya.

5. Pengendalian Piutang

Manajer keuangan harus mampu mengendalikan piutang dengan menyusun


umur piutang atau biasa dikenal dengan aging table. Tabel tersebut akan
memberikan informasi mengenai jumlah piutang-piutang yang dapat segera ditagih
maupun yang sudah melewati jatuh tempo serta dapat digunakan untuk melakukan
evaluasi terhadap pemberian piutang kepada debitur atau supplier perusahaan.
Semakin Panjang umur piutang, akan menunjukkan kinerja keuangan perusahaan
yang semakin buruk karena hal tersebut berarti semakin lama waktu piutang
tersebut berubah menjadi kas yang dapat segera digunakan untuk kegiatan
operasional perusahaan. Berikut disajikan table scejul piutang PT BB dan PT CC
dengan syarat kredit 2/10, n/30.

6. Kebijakan Penagihan

Kredit Kebijakan penagihan ini dilakukan dalam rangka pengumpulan


piutang usaha saat jatuh tempo. Dengan kebijakan ini, perusahaan dapat
mengevaluasi tingkat biaya piutang tak tertagih yang juga dikaitkan dengan
kebijakan penjualan kredit perusahaan. Pendekatan-pendekatan berikut ini dapat
dilakukan oleh perusahaan dalam melakukan evaluasi kebijakan kredit dan
penagihan :

a. Average Collection Period (ACP)


b. Aging Of Accounts Receivable

Anda mungkin juga menyukai