Anda di halaman 1dari 5

1. Ada Berapa jenis kredit berdasarkan jangka waktunya?

2. Apa Manfaat yang diterima oleh debitur dari adanya sistem penjualan kredit yang disediakan
oleh lembaga pembiayaan?

3. Apakah Fungsi Pencatatan Akuntansi didalam sistem penjualan kredit?

4. Bagaimana cara lembaga pembiayaan menilai apabila seorang nasabah cocok untuk menjadi
debitur (peminjam) Mereka?

5. Apakah kalian mengenali yang namanya Credit Score BI Checking, apakah hal ini berkaitan
dengan kemampuan seseorang untuk melunasi utang-utangnya di lembaga penyedia
pinjaman?

Jawaban

1.
A. Kredit Jangka Pendek
Kredit berdasarkan jangka waktu pengembalian yang pertama adalah kredit jangka pendek. Sesuai
dengan namanya, kredit jangka pendek memiliki jangka waktu pengembalian rata-rata kurang dari 1
tahun. Biasanya kredit jangka pendek ini cocok digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja
yang dimana dalam kurun waktu kurang dari 1 tahun sudah bisa terlihat keuntungannya.

B. Kredit Jangka Menengah


Sedikit lebih lama dengan kredit jangka pendek, kredit jangka menengah ini membutuhkan waktu
kurang lebih 3 tahun untuk bisa melakukan pengembalian kredit. Seringkali kredit jangka menengah
ini digunakan oleh pengusaha yang bergerak di sektor Usaha Kecil Menengah atau yang akrab
dikenal sebagai UKM.

C. Kredit Jangka Panjang


Jangka waktu pengembalian dari kredit jangka panjang ini cukup lama, yaitu bisa sampai 5 tahun
bahkan lebih. Kredit jenis ini biasanya lebih cocok digunakan untuk kredit investasi pada pembelian
mesin-mesin atau alat-alat berat perusahaan.

2. Manfaat kredit yang diterima oleh debitur:


A. Membantu Nasabah dalam Memenuhi Kebutuhan

Bank juga ingin membantu nasabah dalam memenuhi kebutuhannya, baik konsumtif maupun
produktif. Karena itu, mereka menyediakan layanan kredit untuk nasabahnya.

Perbankan menyediakan banyak jenis kredit sesuai kebutuhan dan tujuan masyarakatnya.
Contohnya, Kredit Modal Kerja (KMK) diperuntukkan bagi masyarakat yang ingin mengembangkan
UMKM miliknya. Ada pula Kredit Perumahan Rakyat (KPR) untuk membantu masyarakat dalam
membeli rumah atau jenis properti lainnya.

B. Memotivasi Kemajuan Usaha

Rata-rata pengusaha langsung mundur ketika mereka mengetahui jumlah modal bisnis yang
dibutuhkan tidak sedikit. Layanan kredit berfungsi untuk memotivasi pengusaha dalam memajukan
bisnisnya. Mereka tidak perlu menunda pengembangan bisnis karena bisa meminjam sejumlah dana
dahulu.

C. Meningkatkan Daya Guna Barang Produksi

Salah satu alasan masyarakat membutuhkan kredit adalah mengembangkan produknya. Bantuan
kredit dari perbankan berguna sebagai modal untuk meningkatkan kualitas produk. Pengusaha bisa
menggunakan bahan baku dengan mutu terbaik sehingga daya guna barang pun bertambah.

D. Meningkatkan Peredaran Uang

Kredit usaha digunakan untuk mengadakan barang dan jasa suatu bisnis. Jika bisnis telah memiliki
produknya, mereka bisa melakukan transaksi perdagangan bersama konsumennya. Alhasil,
peredaran uang di suatu wilayah pun bertambah berkat pemanfaatan kredit tersebut.

3. Fungsi Pencatatan akuntansi didalam penjualan kredit

Fungsi Akuntansi Fungsi ini bertanggung jawab untuk mencatat piutang dari transaksi penjualan
kredit, membuat serta mengirimkan pernyataan piutang kepada debitur, dan membuat laporan
penjualan, serta mencatat harga pokok persediaan yang dijual kedalam kartu persediaan.

4. Cara lembaga pembiayaan menilai apakah seorang calon nasabah relevan untuk melakukan kredit
kepada mereka?

Mengenal Prinsip 5C perbankan

 1. Character (Karakter)
 2. Capacity/Cashflow (Kapasitas/Keuangan)
 3. Capital (Modal)
 4. Conditions (Kondisi)
 5. Collateral (Agunan)
 6. Constraint (Hambatan)

Karakter)

Karakter yang dimaksud di sini adalah sifat atau watak calon debitur. Hal ini dilakukan untuk meyakinkan
bank bahwa sifat calon debitur benar-benar dapat dipercaya. Terdapat beberapa indikasi yang diperhatikan
Bank untuk melihat karakter dari calon debitur. Pertama, apakah calon debitur memiliki reputasi yang
tidak baik dalam hubungannya dengan masyarakat, rekan bisnis dan bank. Kedua, apakah debitur
memiliki hubungan yang tidak baik dengan pihak lain. Ketiga, apakah debitur berganti-ganti supplier dan
tidak mendapat fasilitas hutang dagang. Hal ini merupakan indikasi bahwa debitur tidak dapat dipercaya
karena sering ingkar janji.
Lalu bagaimana Bank menganalisa indikasi tersebut? Bank menganalisanya dari beberapa faktor di
antaranya melalui info lingkungan tempat tinggal dan tempat usaha untuk melihat reputasi, trade checking
untuk melihat hubungan bisnis dan bank checking untuk melihat hubungan debitur dengan bank.

2. Prinsip 5C ‘Capacity’ (Kapasitas)

Dalam prinsip ini, Bank mencoba melihat kemampuan calon debitur dalam mengembalikan kredit yang
dikaitkan dengan kemampuan mereka dalam mengelola bisnis dan mendapatkan laba. Semakin banyak
sumber pendapatannya, semakin besar kemampuannya untuk membayar kredit. Terdapat beberapa
indikator yang dianalisis bank, di antaranya:

A. Managerial Capacity

Dalam hal ini Bank akan mencoba menganalisis kemampuan manajerial debitur melalui bagaimana
pengalaman debitur dalam mengelola usaha serta bagaimana perkembangan usaha selama ditangani yang
bersangkutan.
Beberapa hal yang dinilai berisiko bagi bank dalam hal managerial capacity, antara lain apabila
manajemen bersikap agresif dalam pengembangan bisnis, jika terdapat penyalahgunaan kredit untuk
kegiatan di luar aktivitas usaha yang dibiayai serta apabila manajemen bersikap one man show. One man
show sendiri merupakan sebuah gaya kepemimpinan yang semuanya harus dilakukan dan dipikirkan
seorang diri.

B. Financial Capacity

Di sini Bank akan berusaha menganalisis bagaimana kemampuan debitur dalam mengelola keuangan
perusahaan. Beberapa aspek yang dianalisis antara lain apakah manajemen memiliki kemampuan
mengelola keuangan yang buruk, apakah kinerja perusahaan tidak baik tetapi memiliki prospek
berkembang hingga apakah keuangan usaha sewaktu-waktu dapat memburuk. Hal ini penting dianalisis
karena kapasitas finansial merupakan faktor penting dalam pengembalian kredit.

C. Technical Capacity

Technical Capacity di sini maksudnya adalah analisis proses produksi. Bank akan mengindentifikasi
risiko pada proses produksi untuk melihat adakah hal-hal yang menggangu keberlangsungan usaha atau
apakah secara teknis perusahaan menghadapi kendala ketidakpastian supply bahan baku.
3. Prinsip 5C ‘Capital‘

Pada prinsip ini bank akan melihat kecukupan modal yang dimiliki calon debitur dalam menjalankan
usahanya. Biasanya bank tidak membiayai 100% suatu usaha, sehingga calon debitur harus menyediakan
dana dari sumber lain atau dari modal sendiri. Tujuan dari prinsip ini adalah untuk mengetahui sumber-
sumber pembiayaan yang dimiliki calon debitur dalam usahanya.
Analisa capital dilakukan dengan mempelajari nilai kekayaan bersih yang dimiliki calon debitur yang
dilihat melalui total aktiva dan kewajiban dalam laporan keuangan. Di sini terdapat beberapa hal yang
dinilai berisiko bagi bank yakni apabila modal usaha tidak mencukupi batas toleransi yang ditetapkan
bank, debitur tidak memiliki kemampuan memperkuat permodalan sesuai batas toleransi bank, serta risiko
terjadinya moral hazard.
Moral hazard sendiri merupakan risiko ketika suatu pihak belum menandatangani kontrak dengan itikad
baik atau telah memberikan informasi yang keliru tentang aset, kewajiban maupun kapasitas kreditnya.

4. Prinsip 5C ‘Condition‘

Dalam prinsip ini pihak bank akan berusaha melihat kestabilan finansial dari calon debitur. Tujuannya
untuk memprediksi prospek usaha di masa mendatang bersamaan dengaan informasi financial capacity.
Kemudian pihak bank juga akan memprediksi risiko kemungkinan gagal bayar dari calon debitur.
Terdapat 2 aspek yang dianalisis yakni kondisi industry (mikro) dan kondisi ekonomi (makro).
Apabila kondisi finansial calon debitur dinilai kurang stabil, pihak bank cenderung akan menolak
pengajuan pinjaman. Kalaupun diberikan pihak bank juga akan terlebih dahulu melihat prospek usaha
tersebut di masa mendatang.
Terdapat beberapa hal yang dinilai berisiko bagi bank di antaranya jika terdapat ketidakpastian ekonomi
secara makro, baik karena suku bunga ataupun nilai tukar. Kemudian jika persaingan industry sejenisnya
sangat ketat, hingga terdapat hal-hal yang mengganggu prospek usaha.

5. Prinsip 5C ‘Collateral‘

Collateral merupakan prinsip 5C berupa jaminan fisik maupun non-fisik yang diberikan calon debitur.
Jaminan yang diberikan hendaknya melebihi jumlah kredit dan akan terlebih dahulu diteliti keabsahannya
oleh pihak bank. Jaminan ini berfungsi sebagai pelindung dari risiko keuangan. Analisa prinsip collateral
ini bermaksud untuk mengikat keseriusan debitur menjalankan usaha dan membayar kewajiban kredit,
selain itu juga sebagai jalan keluar kedua jika debitur wanprestasi.
Dalam hal ini pihak bank akan menganalisis status kepemilikan SHM/SHGB/SHP/SHGU dan lainnya
dari calon debitur, kemudian kecukupan nilai agunan serta bentuk pengikatan (HT/fiducia/gadai/cesie)
juga menjadi bahan pertimbangan dari pihak bank.
Terdapat beberapa hal yang dinilai berisiko bagi Bank, yakni apabila nilai agunan tidak mengcover atau
menurun karena kerusakan, agunan bukan milik calon debitur, pengikatan agunan bukan peringkat
pertama, hingga risiko moral hazard.
6. Constraints

Prinsip ini berupaya untuk melihat batasan dan hambatan yang menyebabkan suatu bisnis tidak dapat
dilaksanakan karena kondisi tertentu (tempat, iklim, masyarakat, dll.)
Contoh

 Pompa bensin disekitar usaha bengkel las


 Usaha peternakan dilingkungan pemukiman
 Dll.

Prinsip diatas merupakan, prinsip yang digunakan perbankan untuk menilai apakah, pihak peminjam
relevan untuk mendapatkan pinjaman dari mereka atau tidak

5. Tentu saja kami mengenal Credit Skor BI Checking, BI Checking sendiri merupakan Informasi
Debitur Individual (IDI) Historis yang mencatat lancar atau macetnya pembayaran kredit
(kolektibilitas). BI Checking dulunya adalah salah satu layanan informasi riwayat kredit dalam
Sistem Informasi Debitur (SID), di mana informasi kredit nasabah tersebut saling dipertukarkan
antar-bank dan lembaga keuangan.

Dalam SID, informasi yang dipertukarkan antara lain identitas debitur agunan, pemilik dan pengurus
badan usaha yang jadi debitur, jumlah pembiayaan yang diterima, dan riwayat pembayaran cicilan
kredit, hingga kredit macet.

Tentu saja BI checking berkaitan dengan kemampuan seorang debitur untuk membayar utang-
utangnya kepada perbankan/Lembaga pembiayaan, ketika seseorang tercatat memiliki tunggakan
tagihan yang belum dibayar, maka ini akan membuat skor kredit mereka menjadi buruk. Yang
menyebabkan di waktu yang akan datang mereka tidak bisa mengajukan pinjaman/ kredit kepada
perbankan.

Anda mungkin juga menyukai