Analis kredit adalah seseorang yang bertugas untuk menganalisis data pinjaman dan penyataan
keuangan perorangan atau perusahaan, untuk menentukan tingkat risiko gagal bayar.
1. Permohonan kredit oleh calon debitur. Pertama kali sebelum bank menganalisa dan
memberikan kredit tentu saja adalah tentang permohonan kredit yang diajukan oleh
calon debitur. ...
2. Pengumpulan berkas. ...
3. Pengamatan jaminan. ...
4. Tahap analisa kelayakan kredit
Sebelum bank memberikan dana kepada masyarakat yang membutuhkan, bank harus
menganalisa tersebut dulu tentang calon penerima dana tersebut.
Mengapa bank harus melakukan semua itu? Sistem pemberian pinjaman pada bank bukanlah
sistem kepercayaan, bank harus memberikan pinjaman kepada nasabah jika bank sudah memiliki
data yang real dan lengkap tentang mereka. Hal ini penting untuk menghindari berbagai resiko
yang timbul dari kredit.
Analisa kelayakan kredit pun bisa menjadi hal yang sangat penting bagi bank untuk mencegah
berbagai macam kemacetan dan resiko lain karena kredit. Jadi, sekalipun manajer bank yang
meminjam dana di bank bersangkutan, dia pun juga harus dilakukan analisa kredit.
Analisa permohonan kredit berkaitan dengan calon debitur dan juga kadang adalah pelanggan
setiap atau nasabah lama bank tersebut. Bank akan memberikan keistimewaan dan kemudahan
bagi nasabah lama yang memang benar-benar memiliki karakter baik.
Tapi, bank bisa menolak pengajuan pinjaman seseorang sekalipun dia memiliki data pribadi yang
lengkap.
Apa yang membuat bank menolak dan menerima pengajuan kredit dari calon debitur tersebut?
Tentu saja yang pertama kali dilakukan bank untuk memasarkan produk atau program kreditnya
adalah dengan berpromosi pada masyarakat, dengan promosi tersebut bank mendapatkan calon
debitur. Calon-calon debitur yang mengajukan pinjaman dalam jumlah tertentu tersebut akan
dianalisa dan dipertimbangkan apakah layak menerima pinjaman daam jumlah tersebut ataukah
tidak.
Yang berkewajiban untuk melakukan analisa kredit adalah bagian perugas lapangan atau
Account Officer ( AO) dan Manager harus mengetahuinya.
Sekalipun analisa kelayakan kredit tersebut harus dilakukan oleh AO namun manajer harus
mengetahui dan menyetujuai setiap pengajuan kredit yang diajukan calon debitur. Tanpa
persetujuan manajer maka pengajuan kredit tidak bisa dicairkan. Langkah-langkah dalam analisa
pengajuan kredit calon debitur memang tidak hanya satu dua kali namun ada beberapa tahapan
yang harus dilakukan oleh AO.
2. Pengumpulan berkas
Semua berkas dan biodata calon debitur dikumpulkan dan diteliti apakah ada yang masih kurang
atau tidak. Berkas tersebut harus sesuai dengan yang dibutuhkan oleh pihak bank.
3. Pengamatan jaminan
Jaminan juga menjadi bagian penting dari analisa kelayakan kredit, jaminan harus disesuaikan
dengan besarnya pinjaman yang diajukan oleh calon nasabah. Bank harus mengetahui pasar
terkini untuk menafsirkan harga jaminan jika dicairkan suatu saat ketika terjadi kemacetan kredit
oleh nasabah tersebut. Jaminan yang umum diberikan kepada pihak bank diantaranya adalah
BPKB kendaraan bermotor baik sepeda motor maupun mobil dan sertifikat tanah dan bangunan.
• Character
Analisa ini adalah dengan melihat karakter calon nasabah, caranya adalah dengan
mengumpulkan serangkaian informasi dari nasabah dan beberapa bank lain tentang perilaku
calon debitur dan juga tentang ketertibannya dalam membayar kewajiban pada bank lain.
• Capital
Bank harus menganalisa modal yang dimiliki oleh calon debitur, apakah struktur modalnya
bagus ataukah tidak.
• Capacity
Bank wajib menganalisa kemampuan calon debitur dalam membayar kewajibannya kepada pihak
bank dengan cara mengetahui bagaimana dia memimpin perusahaa atau mengelola usahanya.
• Condition
Analisa ini meliputi analisa terhadap variabel makro perusahaan baik variabel regional, nasional
maupun internasional.
• Collateral
Jaminan calon debitur yang tidak bisa menutup kemacetan calon debitur di masa depan, hal ini
patut dipertimbangkan.
Constraint adalah batasan dan hambatan yang tidak memungkinkan suatu bisnis dilaksanakan
pada tempat tertentu. Keterbatasan atau hambatan itulah yang tidak memungkinkan kredit
diberikan. Misalnya; pendirian usaha pompa bensin yang disekitarnya banyak bengkel las atau
pembakaran batu bata atau kredit untuk modal peternakan babi di daerah yang mayoritas
penduduknya muslim. Atau bisa juga kredit bagi industri tertentu yang mempunyai limbah
beracun dan berbahaya sehingga akan ditolak oleh penduduk sekitarnya.
Prinsip 5P
Setelah membahas prinsip 5C, selanjutnya kita bahas Prinsip 5P. Apa saja itu? P pertama adalah
Party (Golongan). Party adalah mencoba menggolongkan calon debitur ke dalam kelompok
tertentu menurut character, capacity dan capital-nya, dengan cara penilaian atas ke 3C tersebut.
Kemudian P kedua adalah Purpose (Tujuan). Adapun yang dimaksud dengan purpose adalah
tujuan penggunaan kredit yang diajukan. Apa tujuan sebenarnya (real purpose) dari kredit
tersebut, apakah mempunyai aspek-aspek sosial positif yang luas atau tidak. Bagaimana
keterkaitan ke hulu (backward linkage) dan keterkaitan ke hilir (forward linkage). Selanjutnya
kreditur/pemberi kredit juga harus meneliti apakah kreditnya benar-benar digunakan sesuai
tujuan semula.
P ketiga adalah Payment (Sumber pembayaran). Setelah diketahui real purpose dari kredit
tersebut, maka perlu diestimasi kemungkinan besarnya pendapatan yang akan dihasilkan.
Sehingga pihak kreditur dapat menghitung kemampuan dan kekuatan debitur untuk membayar
kembali kreditnya, sekaligus dapat ditentukan cara pembayaran dan jangka waktu pengembalian
kredit.
P keempat adalah Profitability (kemampuan memperoleh laba). Profitability di sini bukan saja
keuntungan yang dicapai oleh debitur saja, tapi juga dinilai dan dihitung keuntungan yang akan
didapat oleh kreditur jika memberikan kredit kepada debitur tertentu. Perbandingannya adalah
lebih baik memberikan kredit kepada debitur lain atau tidak memberikan kredit sama sekali.
Misalnya, debitur tertentu lebih sering menggunakan jasa-jasa bank selain kredit dibanding
debitur-debitur lainnya. Selain mengambil kredit, debitur tertentu memiliki deposito, sering
melakukan kiriman uang dan sebagainya. Maka hal itu semua akan memberikan keuntungan-
keuntungan materil dan psikologis tersendiri bagi kreditur atau bank.
Terakhir adalah P kelima, Protection (perlindungan). Proteksi dimaksudkan untuk
mengantisipasi terhadap hal-hal yang tidak diduga sebelumnya, maka kreditur perlu melindungi
kredit yang diberikannya dengan cara meminta jaminan atau collateral dari debitur, bahkan baik
agunan maupun kreditnya diasuransikan.
Prinsip 3R
Pembahasan berikutnya adalah Prinsip 3 R. Adapun R pertama adalah Returns (Hasil yang
dicapai). Returns artinya penilaian atas hasil yang akan dicapai oleh usaha debitur setelah
dibantu dengan pinjaman dari kreditur. Apakah hasil yang dicapai dapat menutupi untuk
pengembalian pinjaman serta usaha yang dijalankan debitur terus berkembang atau tidak.
Returns disini bisa juga diartikan keuntungan yang akan diperoleh kreditur terhadap kredit yang
diberikan kepada debitur.
Kemudian R kedua adalah Repayment (Pembayaran kembali). Kreditur harus menilai berapa
lama usaha debitur dapat membayar kembali pinjamannya sesuai dengan kemampuan membayar
kembali (repayment capacity) dan apakah kredit harus diangsur/cicil atau dilunasi sekaligus di
akhir periode.
Terakhir adalah R ketiga, Risk bearing ability (kemampuan untuk menanggung risiko). Ada pun
yang dimaksud adalah dimana kreditur harus mengetahui dan menilai sampai sejauh mana usaha
debitur mampu menanggung risiko kegagalan jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Dengan
memiliki modal yang kuat, usaha debitur biasanya akan lebih kuat juga dalam menghadapi atau
memenangkan persaingan dengan pihak lain. Disamping itu, kemampuan menanggung risiko
juga ada di pihak kreditur, yaitu dengan cara meminta jaminan atau agunan dari debitur tersebut.
Dari ketiga prinsip yang biasa digunakan saat menganalisa kredit tersebut ada dua prinsip yakni,
5P dan 3R merupakan konsep terbaru yang dikembangkan. Meski demikian, pada dasarnya
kedua prinsip tersebut berlandaskan atas prinsip 5C. Sehingga sebetulnya tidak ada perbedaan
mendasar antara ketiga prinsip tersebut. Ada pun dari tiga prinsip tadi, yang lebih populer
digunakan para pelaku industri dan jasa keuangan atau pembiayaan adalah Prinsip 5C. (*)
Perhitungan rasio kredit sebenarnya begitu sederhana, bahkan bisa dilakukan siapa saja yang
membutuhkannya. Tidak ada komponen yang sulit dipahami dalam perhitungan tersebut. Hanya
saja akan dibutuhkan ketelitian dalam melakukannya.
Contoh: A memiliki penghasilan bulanan bersih sebesar Rp10.000.000 dengan sejumlah utang
dan cicilan bulanan di bawah ini:
Total cicilan dan utang yang dimiliki A adalah sebesar Rp5.000.000 atau tepatnya 50% dari
penghasilan bulanan.
Dengan nilai rasio kredit sebesar ini, peluang A untuk mendapatkan fasilitas kredit dari bank
akan sangat kecil. Jumlah ini memiliki risiko yang cukup tinggi sehingga besar kemungkinan
bank akan menolak pengajuan kredit si A.
Terkait dengan nilai rasio kredit yang dimiliki seseorang, ada sejumlah kategori yang ditetapkan
bank. Kategori itu sendiri menentukan seseorang layak atau tidak dalam menerima kredit. Di
bawah ini adalah pembagian rasio kredit ke dalam beberapa kategori yang digunakan bank dalam
mengambil keputusan.
Ini merupakan rasio kredit yang paling ideal dan disukai bank. Sebab besaran utangnya dianggap
masih layak dan sehat. Dengan rasio kredit sebesar ini, kemungkinan Anda untuk mendapatkan
kredit baru dari bank terbilang cukup besar.
Jumlah ini masih dianggap sehat dan layak oleh perbankan untuk menerima kredit baru. Namun,
dalam kondisi seperti ini, sebaiknya Anda segera melakukan penghematan untuk memperbaiki
rasio kredit tersebut.
Dalam kondisi ini, keuangan mulai mengalami krisis dalam tahap ringan. Besar kemungkinan
pengajuan kredit baru tidak akan disetujui bank.
Di posisi seperti ini, Anda akan memasuki kesulitan keuangan dalam waktu yang tidak lama lagi.
Kondisi keuangan terbilang gawat dan sebaiknya Anda segera mencari bantuan konsultan
profesional untuk mengatasi hal tersebut.
Jika rasio kredit begitu buruk, hal ini tentu akan sangat memengaruhi keuangan secara
keseluruhan. Bahkan, hal ini terkait dengan keberhasilan pengajuan pinjaman kredit Anda ke
bank. Demi memperbaiki rasio kredit, sebagian orang akan melakukan berbagai upaya.
Mengingat, hal ini akan berpengaruh pada riwayat kredit Anda secara keseluruhan.
Di dalam Sistem Informasi Debitur (SID), semua riwayat kredit akan terlihat dengan jelas dan
detail sehingga hal ini akan sangat memengaruhi keputusan perbankan dengan berbagai
pengajuan kredit yang dilakukan. Untuk mengupayakan perbaikan rasio kredit, lakukan beberapa
langkah di bawah ini:
Tingkatkan dan alokasikan dana yang Anda miliki untuk membayar sejumlah utang dan
cicilan yang ada sekarang sehingga besaran utang semakin kecil dan ringan.
Hindari membelanjakan uang Anda tanpa rencana dan perhitungan yang baik. Hal ini
sangat mungkin menimbulkan pemborosan di dalam keuangan dan membuat Anda tidak
memiliki kemampuan keuangan untuk mengurangi utang.
Jangan membuat utang baru dalam bentuk apa pun, termasuk sejumlah utang kartu kredit
yang Anda miliki. Hal ini akan membuat rasio kredit semakin buruk.
Selalu upayakan untuk memantau rasio kredit dan pastikan jumlah ini semakin kecil
setiap harinya. Hal ini akan membantu untuk bisa memperbaiki rasio kredit dengan baik
sehingga Anda layak untuk mendapatkan kredit baru dari bank kalau sewaktu-waktu
dibutuhkan.
Rasio kredit menjadi salah satu pertimbangan penting bagi bank dalam mengambil
keputusan terkait dengan kredit yang Anda ajukan. Hal inilah yang menyebabkan
mengapa rasio kredit begitu penting untuk selalu dipantau dan dijaga agar tetap berada
pada batas aman. Setidaknya, rasio kredit Anda di bawah 20% saja.
Pastikan Anda selalu menjaga besaran tersebut sehingga berbagai urusan pengajuan
kredit Anda ke bank dapat terlaksana dengan baik.
Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa aturan 28/36 adalah aturan yang bisa menentukan apakah
penghasilan yang anda miliki layak untuk mendapatkan kredit pinjaman. Jika besa rasio
pengeluaran anda melebihi 28/36, maka artinya kondisi keuangan anda belum bisa diberikan
pinjaman. Itulah mengapa aturan ini sangat penting untuk anda pahami. Lebih mudahnya
silahkan anda pelajari penjelasannya pada bagian di bawah ini.
Bagian dari aturan kelayakan hutang sebesar 28/36 adalah aturan mengenai persentase
pengeluaran rumah tangga bulanan. Jadi untuk menentukan apakah penghasilan anda layak untuk
mendapatkan pinjaman atau tidak, maka perlu diketahui juga berapa persentase pengeluaran
rumah tangga anda per bulannya. Berdasarkan aturan 28/36 ini, anda layak mendapatkan
pinjaman jika persentase pengeluaran rumah tangga anda tidak lebih dari 28% penghasilan anda
setiap bulannya. Pertanyaannya apa saja biaya yang termasuk dalam aturan persentase
pengeluaran rumah tangga bulanan ini? Tentunya adalah seluruh biaya rumah tangga anda
seperti biaya pajak bulanan, biaya asuransi bulanan, biaya anggota asoasi, dan banyak lagi.
Seluruh biaya bulanan rumah tangga ini tidak boleh melebihi 28% penghasilan anda.
Lalu selain itu, aturan 28/36 juga mengatur berapa besar pengeluaran untuk hutang anda per
bulannya. Hutang per bulan setiap rumah tangga berbeda-beda. Bisa berupa hutang cicilan
kendaraan bermotor, hutang kartu kredit, seluruh biaya rumah tangga anda seperti biaya belanja
bulanan, biaya perawatan rumah, biaya kesehatan, biaya sekolah, dan sebagainya. Berdasarkan
aturan 28/36, anda hanya akan dinyatakan layak untuk mendapatkan pinjaman jika seluruh total
biaya pengeluaran hutang bulanan anda tidak melebihi 36%. Jadi perhatikan bahwa anda harus
mengatur keuangan anda untuk memastikan bahwa hutang bulanan anda tidak melebihi batas
standar yang diterapkan oleh kebanyakan lembaga pemberi pinjaman ini.
Pertama-tama, anda harus menghitung bagaimana kondisi keuangan anda memenuhi aturan
persentase 28 terlebih dahulu. Perhitungan ini dikenal dengan nama front-end ratio calculation.
Jadi anda harus menghitung berapa besar pengeluaran anda untuk biaya asuransi, pajak, dan
keanggotan setiap bulannya. Misalkan anda memiliki penghasilan sebesar Rp5.000.000 dan
mengajukan pinjaman kredit dengan besar cicilan Rp1.000.000. Ternyata besar pengeluaran
untuk asuransi, panjak dan, berbagai biaya pembayaran lain tiap bulannya adalah Rp200.000.
Artinya, jika anda diterima pengajuan pinjamannya, anda harus membayar sebesar Rp1.200.000
per bulan. Jika dibuat perbandingan, maka besar front-end ratio calculation adalah 1.200.000
dibagi 5.000.000 sama dengan 24%. Besar persentase ini masih di bawah 28%.
Jika untuk perhitungan front-end ratio anda sudah memenuhi aturan tidak lebih dari 28%,
selanjutnya anda bisa menghitung back-end ratio dari penghasilan anda. Kali ini yang anda
hitung harus lengkap dan pastinya cukup banyak. Pastikan untuk menghitung semua besar
pengeluaran dan hutang kredit anda. Anggaplah semuanya sebesar Rp2.000.000 dari penghasilan
anda sebesar Rp5.000.000. Jika ditambahkan dengan pengeluaran di bagian pertama sebelumnya,
menjadi Rp3.200.000 dan dibagi dengan Rp5.000.000 didapatkan rasio 64%. Ini sudah melebih
batas 36%. Sehingga kebanyakan perhitungan back-end ratio tidak memasukkan biaya
pengeluaran rumah lengkap, hanya cicilan saja agar memenuhi syarat 36% sebelumnya.
Sesuai dengan pembahasan yang diberikan pada bagian sebelumnya, kini anda sudah bisa
memahami mengenai aturan 28/36 bukan? Bagaimana menurut anda apakah kondisi keuangan
anda sudah memenuhi aturan 28/36 ini? Cobalah perhitungkan aturan 28/36 ini dan selalu atur
uang anda untuk tidak terjerat hutang. Menerapkan aturan 28/36 ini, anda bisa mengatur agar
pengeluaran anda tidak melebihi batas normal dan keuangan anda bisa menjadi lebih baik ke
depannya. Selamat mencoba menghitung aturan 28/36 berdasarkan penghasilan anda
Contoh Analisa Usaha Peternakan Kambing PE
1. Modal Tetap
1. Modal Kerja
Hijauan + Kosentrat : Rp. 2.500 X 11 ekor X 720 hari (2 tahun) Rp. 19.800.000
Tenaga Kerja Rp. 10.000 x 720 hari Rp. 7.200.000
Keswan /Biaya Obat Rp. 30.000 x 2 tahun x 11 ekor Rp.660.000
Penyusutan Kandang Rp. 2.000.0000
1. Pendapatan Kotor
Pendapatan Bersih
Jumlah=Rp. 101.460.000 – Rp. 29.660.000 = Rp. 71.800.000
Investasi
Peralatan Harga
pembukaan kebun jagung hibrida Rp. 2.070.300
pengadaan bibit jagung hibrida Rp. 1.228.050
alat semprot tanaman Rp. 271.550
timba dan pisau Rp. 72.300
timbangan Rp. 178.500
selang air dan pisau Rp. 72.350
cangkul Rp. 128.800
pompa air Rp. 245.250
golok dan sabit Rp. 62.500
gerobak dorong Rp. 232.950
terpal Rp. 111.950
keranjang panen Rp. 67.920
Peralatan tambahan yang lainnya Rp. 54.650
Jumlah Investasi Rp. 4.797.070
Biaya Operasional per Bulan
Biaya Tetap Nilai
Penyusutan pembukaan kebun jagung hibrida1/12 x Rp.
Rp. 172.525
2.070.300
Penyusutan pengadaan bibit jagung hibrida 1/62 x Rp.
Rp. 19.807
1.228.050
Penyusutan alat semprot tanaman 1/62 x Rp 271.550 Rp. 4.380
Penyusutan timba dan pisau 1/44 x Rp. 72.300 Rp. 1.643
Penyusutan timbangan 1/62 x Rp 178.500 Rp. 4.057
Penyusutan selang air dan pisau 1/62 x Rp 72.350 Rp. 1.167
Penyusutan cangkul 1/44 x Rp. 128.800 Rp. 2.927
Penyusutan pompa air 1/62 x Rp 245.250 Rp. 3.956
Penyusutan golok dan sabit 1/62 x Rp. 62.500 Rp. 1.008
Penyusutan gerobak dorong 1/62 x Rp 232.950 Rp. 3.757
Penyusutan terpal 1/62 x Rp 67.920 Rp. 1.095
Penyusutan keranjang panen 1/44 x Rp 77.920 Rp. 1.771
Penyusutan peralatan tambahan 1/44 x Rp. 54.650 Rp. 1.242
upah pekerja Rp. 1.400.000
Total Biaya Tetap Rp. 1.619.336
Biaya Variabel
pupuk alami Rp. 20.450 x 30 = Rp. 613.500
pupuk kimia Rp. 28.900 x 30 = Rp. 867.000
pestisida dan obat Rp. 32.500 x 30 = Rp. 975.000
biaya yang lainnya Rp. 18.600 x 30 = Rp. 558.000
Biaya transportasi Rp. 19.400 x 30 = Rp. 582.000
pengemas Rp. 12.500 x 30 = Rp. 375.000
BBM Rp. 22.500 x 30 = Rp. 675.000
Total Biaya Variabel Rp. 4.645.500
Total Biaya Operasional
Biaya tetap + biaya variabel = Rp. 6.264.836
Pendapatan per panen
35 kg x Rp. 8.500 = Rp. 297.500
Rp. 297.500 x 30 hr = Rp. 8.925.000
Keuntungan per Bulan
Laba = Total Pendapatan – Total Biaya Operasional
Rp. 8.925.000 – 6.264.836 = Rp. 2.660.164
Lama Balik Modal
Total Investasi / Keuntungan = Rp. 4.797.070 : 2.660.164 = 2 bln
Dari analisa di atas dapat disimpulkan apabila bisnis budidaya jagung hibrida sangat
menguntungkan dimana modal Rp 4.797.070 dengan kentungan per bulan Rp 2.660.164 dan
balik modal dalam 2 bulan.
1. Bagaimana aritmatical term yang berubungan dengan dua macam data keuangan
2. Rasio Solvabilitas (Rasio Neraca) adalah kemampuan perseroan untuk memenuhi
seluruh kewajibannya, yang diukur dengan membuat perbandingan seluruh kewajiban
terhadap seluruh aktiva dan perbandingan seluruh kewajiban terhadap ekuitas, ini
menyatakan waktu atau periode apa
3. Apa itu leverage dan
4. Aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar untuk menjelaskan apa pada sebuah
perusahaan
5. apa itu leader industry rasio?
6. Dalam analisa rasio ada pameo Hal-hal yang menguntungkan dalam jangka pendek
dengan mudah dapat digoyahkan dengan pos-pos jangka panjang ini hendak
menjelaskan apa
7. Apa itu rentabilitas
8. Capital gain merupakan selisih laba yang diperoleh dari hasil jual beli surat berharga
atau efek di pasar modal,jika gain dibukukan sebagai apa jika loses dibukukan sbg apa
9. Apa itu EBIT dan EBITDA
10. Untuk mengetahui sebuah perusahaan efisien dan efektivitas maka yang dipergunakan
rasio apa ?