Anda di halaman 1dari 15

5.

1 Pendahuluan Manajemen Perkreditan

Kata kredit berasal dari kata yunani “credere” yang berarti kepercayaan dalam
kebenaran. Menurut Prof Dr.H. Veithzal Rival, M.B.A dkk. (2005:3) “kredit adalah
penyerahan barang jasa, atau uang dari satu pihak (kreditur) atas dasar kepercayaaan
kepada pihak lain (debitur) dengan janji membayar dari penerima kredit kepada
pemberi kredit pada tanggal yang telah disepakati kedua belah pihak”. Kemudian
pengertian kredit dilakukan oleh pemerintah dengan dikeluarkan undang-undang No.
7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
No. 10 Tahun 1998 yang mendefinisikan pengertian kredit adalah sebagai berikut
(pasal 1 ayat 12 adalah): penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapat disamakan
dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutang nya
setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil
keuntungan.

Loan management atau management kredit adalah kegiatan bank


mengalokasikan dananya dalam bentuk pinjaman yang diberikann atau kredit atau
memperoleh keuntungan (profitability) dengan memperhatikan tingkat keamanannya
(safety) . pada bank yang beroperasi berdasarkan bagi hasil menurut syariah islam
seperti bank muamalat indonesia dan BPK syariah pinjaman atau kredit ditarikan
sebagai bentuk pembiayaan

Dalam alokasi dana bank, kredit menempati prioritas ketiga namun yang paling
besar dibandingkan alokasi dana untuk aktiva lainnya, sampai saat ini bank umum
menyalurkan rata-rata 70% sampai 90% dari dana yang berhasil dihimpunnya
disalurkan untuk kredit. Demikian juga pendapatan bank, sebagian besar bersumber
dari pemberian kredit.
5.2 Penerapan Prinsip Kehati-Hatian Dalam Perkreditan

Prinsip kehati-hatian adalah satu prinsip yang menegaskan bahwa bank dalam
menjalankan kegiatan usaha baik dalam penghimpunan terutama dalam penyaluran
dana kepada masyarakat harus sangat berhati-hati. Tujuan dilakukannya prinsip kehati-
hatian ini agar bank selalu dalam keadaansehat menjalankan usahanya dengan baik dan
mematuhi ketentuanketentuan dan norma-norma hukum yang berlaku di dunia
perbankan.Prinsip kehatihatian terdapat dalam Pasal 2 dan Pasal 29 ayat (2) UU No.
10 Tahun 1998, sebagai berikut. Pasal 2 UU No. 10 Tahun 1998 berbunyi: “Perbankan
Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan
menggunakan prinsip kehatihatian’9 Pasal 29 ayat (2) UU No. 10 Tahun 1998
berbunyi: “Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan
kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas,
solvabilitas dan aspek lain yang berhubungandengan usaha bank, dan wajib melakukan
kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian”. Sebelum bank memberikan kredit,
bank harus melakukan penilaian yang saksama dan melaksanakan lima prinsip yang
menjadi bagian dari prinsip kehati-hatian, yang dikenal dengan prinsip 5 C’s, sebagai
berikut:

a. Penilaian watak/kepribadian (Character)


Penilaian watak atau kepribadian calon debitur dimaksudkan untuk mengetahui
kejujuran dan itikad baik calon debitur untuk melunasi atau mengembalikan
pinjamannya,sehingga tidak akan menyulitkan bank di kemudian hari. Hal ini
dapat diperoleh terutama didasarkan kepada hubungan yang telah terjalin antara
bank dan (calon) debitur atau informasi yang diperoleh dari pihak lain yang
mengetahui moral, kepribadian dan perilaku calon debitur dalam kehidupan
kesehariannya.
b. Penilaian kemampuan (Capacity)
Bank harus meneliti tentang keahlian calon debitur dalam bidang usahanya dan
kemampuan manajerialnya, sehingga bank yakin bahwa usaha yang akan
dibiayainya dikelola oleh orangorang yang tepat, sehingga calon debiturnya
dalam jangka waktu tertentu mampu melunasi atau mengembalikan
pinjamannya. Kalau kemampuan bisnisnya kecil, tentu tidak layak diberikan
kredit dalam skala besar. Demikian juga jika trend bisnisnya atau kinerja
bisnisnya menurun, maka kredit juga semestinya tidak diberikan. Kecuali jika
penurunan itu karena kekurangan biaya, sehingga dapat diantisipasi bahwa
dengan tambahan biaya lewat peluncuran kredit, maka trend atau kinerja
bisnisnya tersebut dipastikan akan semakin membaik.
c. Penilaian terhadap modal (Capital)
Bank harus melakukan analisis terhadap posisi keuangan secara menyeluruh
mengenai masa lalu dan yang akan datang, sehingga dapaat diketahui
kemampuan permodalan calon debitur dalam menunjang pembiayaan proyek
atau usaha calon debitur yang bersangkutan. Dalam praktek selama ini, bank
jarang sekali memberikan kredit untuk membiayai seluruh dana yang
diperlukan nasabah. Nasabah wajib menyediakan modal sendiri, sedangkan
kekurangannya itu dapat dibiayai dengan kredit bank. Bank fungsinya hanya
menyediakan tambahan modal, dan biasanya lebih sedikit dari pokoknya.
d. Penilaian terhadap agunan (Collateral)
Untuk menanggung pembayaran kredit macet dikarenakan debitur wanprestasi,
maka calon debitur umumnya menyediakan jaminan berupa agunan yang
berkualitas tinggi dan mudah dicairkan yang nilainya minimal sebesar jumlah
kredit atau pembiayaan yang diberikan kepadanya. Untuk itu sudah seharusnya
bank wajib meminta agunan tambahan dengan maksud jika calon debitur tidak
dapat melunasi kreditnya, maka agunan tambahan tersebut dapat dicairkan guna
menutupi pelunasan atau pengembangan kredit atau pembiayaan yang tersisa.
e. Penilaian terhadap prospek usaha nasabah debitur (Condition of
economy)
Bank harus menganalisis keadaan pasar di dalam dan di luar negeri, baik masa
lalu maupun yang akan datang, sehingga masa depan pemasaran dari hasil
proyek atau usaha calon debitur yang dibiayai dapat pula diketahui.
5.3 Organisasi Perkreditan

Untuk mencapai tujuan oraganisasi , maka penyusunan struktur organisasi harus


dibuat secara sederhana,efektif serta dapat bekerja efisien .oleh karena perkreditan
merupakan tugas pokok bank, maka organisasi perkreditan akan sangat menentukan
sekali bagi kelancaran usaha bank.organisasi kredit tidak sama disetiap bank, akan
tetapi disesuaikan dengan struktur prusahaan, besar dan kecilnya bank tersebut.
Berbicara tentang organisasi kredit, haruslah kita ketahui terlebih dahulu tentang
prosedur kredit, karena didalam organisai haruslah tercermin pengertian atau
penelaahan prosedur, pembagian tugas, pembagian atau pendelegasian wewenang dan
tanggung jawab serta hubungan antara organisasi kredit dengan unit-unit lain didalam
bank itu.
Pengelolaan kredit dapat kita urut sistematikanya sebagai berikut:
1. Perencanaan kredit
2. Permohonan kredit
3. Administrasi kredit
4. Pengawasan/pengamanan kredit

5.4 Proses Persetujuan Kredit

Dalam proses persetujuan kredit ini memerlukan beberapa tahap sampai kredit
akhirnya bisa di acc dan dana cair. Berikut tahap persetujuan kredit :

a) Pengajuan Permohonan/Aplikasi Kredit


Bahwa untuk memperoleh kredit dari Bank, maka tahap pertama yang dilakukan
adalah mengajukan permohonan/aplikasi kredit kepada Bank yang bersangkutan.
Permohonan/Aplikasi kredit tersebut harus dilampiri dengan dokumen-dokumen
yang dipersyaratkan.
Dalam pengajuan permohonan/aplikasi kredit oleh perusahaan sekurang-kurangnya
memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Profil perusahaan beserta pengurusnya
2. Tujuan dan manfaat kredit
3. Besarnya kredit dan jangka waktu pelunasan kredit
4. Cara pengembalian kredit
5. Agunan atau jaminan kredit

Permohonan/aplikasi kredit tersebut dilampirkan dengan dokumen-dokumen


pendukung dipersyaratkan yaitu:
1. Akta pendirian perusahaan
2. Identitas (KTP) para pengurus
3. Tanda daftar perusahaan
4. Nomor pokok wajib pajak
5. Neraca dan laporan rugi laba (3 tahun terakhir)
6. Foto copy sertifikat yang dijadikan jaminan

Sedangkan untuk permohonan atau aplikasi kredit bagi perseorangan adalah sebagai
berikut :
1. Mengisi aplikasi kredit yang telah disediakan oleh bank
2. Tujuan dan mamfaat kredit
3. Besarnya kredit dan jangka waktu pelunasan kredit
4. Cara pengembalian kredit
5. Agunan atau jaminan kredit (kalau diperlukan)

Permohonan/aplikasi kredit tersebut dilengkapi dengan melampirkan semua dokumen


pendukung yang dipersyaratkan, yaitu :
1. Foto copy identitas (KTP)
2. KK
3. Slip gaji yang bersangkutan
b) Pemeriksaan berkas
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas pinjaman yang diajukan sudah
lengkap sesuai persyaratan dan sudah benar. Jika menurut pihak perbankan belum
lengkap atau cukup maka nasabah diminta untuk segera melengkapinya dan apabila
sampai batas waktu tertentu nasabah tidak sanggup melengkapi kekurangannya, maka
sebaiknya permohonan kredit dibatalkan saja.

c) Penilaian Kelayakan Kredit


1. Aspek Hukum, adalah penilaian terhadap keaslian dan keabsahan dokumen-
dokumen yang diajukan oleh pemohon kredit. Penilaian terhadap dokumen-
dokumen tersebut dilakukan oleh pejabat atau lembaga yang berwenang untuk itu.
2. Aspek Pasar dan Pemasaran, adalah prospek usaha yang dijalankan oleh pemohon
kredit untuk masa sekarang dan akan datang.
3. Aspek Keuangan, adalah aspek keuangan perusahaan yang dilihat dari laporan
keuangan yang termuat dalam neraca dan laporan laba rugi yang dilampirkan
dalam aplikasi kredit.
4. Aspek Teknis/Operasional, adalah aspek teknis atau operasional dari perusahaan
yang mengajukan aplikasi kredit, misalnya mengenai lokasi tempat usaha, kondisi
gedung beserta sarana, dan prasarana pendukung lainnya.
5. Aspek Manajemen, adalah untuk menilai pengalaman dari perusahaan yang
memohon kredit dalam mengelola kegiatan usahanya, termasuk sumber daya
manusia yang mendukung kegiatan usaha tersebut.
6. Aspek Sosial Ekonomi, adalah untuk melakukan penilaian terhadap dampak dari
kegiatan usaha yang dijalankan oleh perusahaan yang memohon kredit khususnya
bagi masyarakat baik secara ekonomis maupun social.
7. Aspem AMDAL, penilaian terhadap aspek AMDAL ini sangat penting karena
merupakan salah satu persyaratan pokok untuk dapat beroperasinya suatau
perusahaan.
d) Wawancara I
Merupakan penyelidikan kepada calon peminjam dengan langsung berhadapan
dengan calon peminjam.

e) On the Spot
Merupakan kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan meninjau berbagai obyek
yang akan dijadikan usaha atau jaminan. Kemudian hasilnya dicocokkan dengan
hasil wawancara I.

f) Wawancara II
Merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangan pada saat
setelah dilakukan on the spot di lapangan.

g) Penilaian dan analisis kebutuhan Kredit


Merupakan kegiatan yang dilakukan dalam rangka menilai kebutuhan kredit yang
sebenarnya.

h) Keputusan Kredit
Keputusan kredit dalam hal ini adalah menentukan apakah kredit akan diberikan
atau ditolak, jika diterima, maka dipersiapkan administrasinya. Biasanya mencakup:
1. jumlah uang yang diterima
2. jangka waktu
3. biaya-biaya yang harus dibayar

i) Penandatangan akad kredit/perjanjian lainnya


Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannya kredit, maka sebelum kredit
dicairkan maka terlebih dahulu calon nasabah menandatangani akad kredit.
j) Realisasi kredit
Diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang diperlukan dengan membuka
rekening giro atau tabungan di bank yang bersangkutan.
k) Penyaluran/pencairan kredit
Adalah pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai realisasi dari
pemberian kredit dan dapat diambil sesuai ketentuan dan tujuan kredit yaitu
sekaligus atau secara bertahap.

5.5 Dokumentasi dan Administrasi Kredit


Dokumentasi dan administrasi kredit merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari paket kredit dan menjadi salah satu aspek penting bagi pengamanan bagi
pengaman pengembalian kredit. Oleh karena itu dokumentasi kredit wajib dilakukan
secara tertib lengkap, dan akurat serta sah secara hukum dibawah penguasaan bank,
supaya bank berada pada posisi yang kuat dalam rangka pemberian kredit.
Dokumentasi kredit adalah mengarsipkan, mengelompokkan seluruh dokumen
yang diperlukan dalam rangka pemberian kredit yang merupakan bukti perjanjian /
ikatan hukum antara bank dengan nasabah kredit dan bukti kepemilikan barang agunan
serta dokumen-dokumen perkreditan lainnya yang merupakan perbuatan hukum atau
mempunyai akibat hukum.
Administrasi kredit adalah pengolahan atas dokumen-dokumen yang diperoleh
selama kredit tersebut berlangsung. Pengolahan tersebut mencakup pencatatan
(registrasi), penyimpanan berkas, pengamanan berkas kredit, review setiap periode
tertentu, monitoring serta pengurangan berkas.

a. Dokumentasi Kredit
Dokumen kredit mencakup dokumen permohonan kredit, dokumen yang merekam
setiap tahapan dalam proses pemberian kredit (analisa dan evaluasi, rekomendasi dan
putusan kredit), dokumen yang dipersyaratkan dalam pemberian kredit, dokumen
pencairan kredit, dokumen yang diperoleh dalam kegiatan pembinaan selama
berjalannya kredit sampai kredit tersebut lunas. Berdasarkan tingkat kepentingannya,
dokumen kredit dapat dibedakan menjadi dokumen pokok (dokumen primer) dan
dokumen pendukung (dokumen sekunder):
a. Dokumen Pokok Dokumen pokok adalah dokumen-dokumen yang dikuasai oleh
bank untuk dapat membuktikan kepemilikan asset secara yuridis.
b. Dokumen Sekunder Dokumen sekunder adalah semua dokumen kredit di luar
dokumen primer.

Klasifikasi Sumber Jenis Dokumen Contoh


Dokumen Dokumen
Dokumen Pokok Dari Debitur • Identitas debitur KTP, KK,
• Identitas usaha pasphoto Akte
•Kepemilikan pendirian SHM,
agunan SHGB, SHGU
Dari bank • Perjanjian Surat hutang
•Peningkatan agunan Sertifikat hak
•Dokumen tanggungan
pembinaan Laporan
kunjungan nasabah
Dari pihak lain • Asuransi Polis asuransi
Dokumen Dari debitur • Laporan keuangan Neraca dan
Pendukung/ • Informasi labarugi Produksi,
Sekunder keuangan debitur pemasaran, dan
lainya sebagainya.
Dari bank • Transaksi Rekening Koran
keuangan • Daftar hitam BI
Informasi intern
lainya
Dari pihak lain • Laporan Laporan hasil
perusahaan penilai penilaian
• Laporan keuangan Laporan opini
audit akuntan

Selanjutnya untuk kepentingan bank, dokumen tersebut dibuat dalam dua berkas:

• Berkas pertama yang dipergunakan sebagai bukti asset kredit yang sebagian besar
merupakan dokumen-dokumen asli dari nasabah maupun perjanjian kredit.

• Berkas kedua yang dipergunakan sebagai sarana untuk pembinaan nasabah dan
kelancaran dalam pelayanan kredit yang sebagian besar merupakan dokumen fotocopy.

Berkas kredit merupakan kumpulan dari dokumen-dokumen kredit yang memuat


informasi terjadinya hubungan antara bank dengan debitur, status hubungan
perubahannya. Agar dapat dimanfaatkan dengan maksimal oleh pejabat kredit,maka
berkas kredit harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Lengkap, artinya bahwa berkas kredit memuat semua dokumen kredit yang
diperlukan yang berkaitan dengan debitur dan usahanya, sehingga dapat
memberikan gambaran debitur dan fasilitas kredit yang sebenarnya.
b. Sistematis, artinya bahwa berkas kredit harus tersusun secara rapi sehingga
mdah dicari apabila diperlukan.
c. Efisien, artinya bahwa susunan berkas kredit yang diperlukan terdiri dari
dokumen-dokumen yang benar-benar diperlukan saja, sedangkan yang tidak
diperlukan dimusnahkan.
d. Informative, artinya bahwa dokumen yang tersimpa dalam berkas kredit dapat
membarikan informasi yang tepat dan up to date.

b. Administrasi Kredit
Administrasi kredit bertujuan untuk mendukung langkah-langkah pembinaan
atau penilaian atas perkembangan kredit yang telah diberikan atau perkembangan
usaha nasabah dan pengawasan kredit,sehingga kepentingan bank terlindungi.
Adminitrasi juga dipergunakan untuk monitoring oleh manajemen. Antara lain
monitoring dalam bidang kualitas portofolio kredit, monitoring kredit – kredit
yang harus dikendalikan, monitoring kolektibilitas kredit, monitoring besarnya
Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR), monitoring besarnya resiko dalam
setiap industri / sektor ekonomi, monitoring usaha - usaha penyelamatan kredit
bermasalah, dan sebagainya.

Manfaat adminstrasi kredit :

a. Sebagai alat untuk menunjang penyelanggaraan kegiatan - kegiatan dari proses


perkreditan secara individual maupun keseluruhan.
b. Sebagai alat dalam pengumpulan umpan balik melalui sistem informasi
manajemen.
c. Sebagai alat penyelenggara sistem dokumentasi perkreditan.
d. Sebagai pelaksana dari sistem laporan ataupun sistem informasi manajemen
yang bersangkutan.
e. Untuk penetapan besarnya utang piutang dengan pihak debitur.
f. Untuk dasar pelayanan kepada pihak ekstern.

Setiap tahapan dalam pemberian kredit harus diadministrasikan secara tertib, mulai
dari permohonan kredit, tahap prakarsa dan analisa kredit,terhadap rekomendasi kredit,
tahap putusan kredit, tahap pencairan kredit, tahap pengawasan dan pembinaan kredit,
tahapan angsuran sampai kredit lunas, tahap penyelamatan kredit apabila kredit
menjadi bermasalah sampai tahap penghapus bukuan kredit macet harus
diadministrasikan secara tertib dalam registernya masing-masing.

Administrasi pada tahap permohonan dan prakarsa kredit dilakukan dengan cara
setiap permohonan kredit dari calon debitur maupun prakarsa kredit yang dilakukan
oleh pejabat pemrakarsa kredit harus dicatat dalam Register Permohonan Kredit
(RPK). Formulir yang digunakan pada tahap awal pelayanan kredit adalah Surat
Keterangan Permohonan Kredit (SKPK) yaitu formulir yang digunakan untuk
permohonan kredit dari calon debitur.
Administrasi pada tahapan rekomendasi kredit dilakukan dengan cara setiap
pemberian rekomendasi kredit dicatat oleh petugas administarsi kredit ke dalam
Register Permohonan Kredit. Formulir yang digunakan untuk menuangkan hasil
kegiatan rekomendasi kredit adalah MAK.

Administrasi pada tahapan pemberian putusan kredit dilakukan dengan cara setiap
putusan kredit yang dibuat oleh pejabat pemutus kredit harus dicatat oleh petugas
administrasi kredit dalam Register Permohonan Kredit.Formulir yang digunakan
dalam pemberian putusan kredit terdiri dari:

a. Formulir putusan penolakan kredit yang digunakan untuk memberikan


penolakan kredit oleh pejabat pemutus terhadap permohonan kredit yang
menurut penilaian awal tidak sesuai dengan ketentuan bank atau resiko kredit
diluar kemampuan bank.
b. Formulir putusan kredit yang digunakan untuk semua fasilitas kredit yang
memerlukan putusan kredit, baik untuk kredit baru maupun perpanjangan.
c. Formulir putusan penundaan dokumen kredit digunakan dalam hal terjadi
penundaan penyerahan dokumen dari calon debitur kepada bank yang
disyaratkan dalam putusan kredit.
d. Formulir offering kredit digunakan untuk memberitahukan kepada calon
debitur bahwa kredit akan diputus apabila struktur atau tipe kredit serta syarat-
syarat dan ketentuan kredit akan dipenuhi atau disetujui oleh pemohon.

Administrasi pada tahapan pencairan kredit dilakukan dengan cara


mencatat/membukukan setiap terjadi mutasi pada rekening kredit sejak saat pencairan
sampai pelunasan kredit. Formulir yang digunakan untuk pencairan kredit adalah
formulir instruksi pencairan kredit.

Administrasi pada tahapan pengawasan dan pembinaan kredit dilakukan sejak awal
permohonan kredit diajukan secara tertulis sampai dengan kredit tersebut
diselesaikan/dilunasi oleh debitur. Formulir yang digunakan dalam tahapan ini, antara
lain:
a. Formulir pengawasan administrasi kredit digunakan untuk menilai bahwa
proses prakarasa kredit sampai dengan pencairan kredit telah dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Formulir pengawasan kelengkapan paket kredit digunakan untuk menilai
bahwa seluruh dokumen yang dipersyaratkan dalam putusan kredit telah ada
dalam paket kredit secara lengkap.
c. Formulir kunjungan nasabah digunakan untuk menuangkan hasil kegiatan
kunjungan account offer kepada calon debitur/debitur dalam rangka pembinaan
dan hubungan bisnis.

Administrasi pada tahapan penyelamatan dan penyelesaian kredit dilakukan


dengan cara menuangkan hasil evaluasi dan analisa terhadap kredit bermasalah dalam
formulir memorandum analisa penyelesaian kredit dan dicatat dalam register
restrukturisasi/penyelesaian kredit bermasalah. Selanjutnya apabila ada perubahan
kolektibilitas kredit dari lancer (performing loan) menjadi kredit bermasalah (non
performing loan) atau sebaliknya harus dibuatkan putusan yang diutangkan dalam
formulir putusan kolektibilitas kredit

5.6 Pengawasan Dan Pembinaan Kredit

Pengawasan Kredit

Salah satu fungsi manajemen yang penting dalam setiap kegiatan usaha adalah
tahap pengawasan. Dalam perkreditan kegiatan pengawasan tersebut merupakan
kegiatan yang memegang peranan penting. Hal ini dikarenakan pengawasan
merupakan penjagaan dan pengamanan terhadap kekayaan yang disalurkan atau
diinvestasikan dibidang perkreditan. Kegiatan pengawasan ini akan menjadi lebih
penting lagi manakala diingat bahwa kredit merupakan risk asset bagi bank karena
asset tersebut dikuasai oleh pihak luar bank yaitu nasabah.
Secara spesifik, pengertian pengawasan kredit adalah suatu fungsi manajemen dan
usahanya untuk penjagaan dan pengawasan pengelolaan kekayaan bank dalam bentuk
perkreditan yang lebih baik dan efisien guna menghindarkan terjadinya penyimpangan-
penyimpangan dengan cara mendorong dipatuhinya kebijaksanaan perkreditan yang
telah ditetapkan serta mengusahakan penyusunan administrasi perkreditan dengan
benar.

Tujuan dari pengawasan kredit secara lengkap dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Menjaga dan mengawasi pengelolaan kekayaan bank serta menghindari


penyelewengan yang terjadi.
2. Untuk memastikan ketelitian dan kebenaran administrasi bidang perkreditan yang
lebih baik.
3. Untuk memajukan efisiensi dalam pengelolaan dan pelaksanaan usaha dibidang
perkreditan serta mendorong tercapainya rencana yang ada.
4. Untuk menjaga kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh pihak bank yang
bersangkutan.

Masing-masing tujuan tersebut di atas mempunyai kaitan yang erat satu sama lain,
contohnya administrasi perkreditan yang dijalankan secara benar dan teliti membantu
mempermudah dalam menemukan penyelewengan-penyelewengan yang
terjadi. Begitu pula dengan adanya sistem dokumentasi yang baik terhadap arsip-arsip
perkreditan akan memajukan efisiensi pengelolaan dibidang perkreditan dan
sebagainya.

Ruang lingkup pengawasan kredit dapat dibedakan menjadi :

1. Pengawasan dalam arti sempit yaitu berupa pengawasan administrasi yang


mempunyai ruang lingkup untuk mengetahui kebenaran data-data administrasi.
2. Pengawasan dalam arti luas merupakan kegiatan pengendalian dalam suatu
perusahaan yang dibuat oleh manajemen kontrol yang memiliki ruang linghkup
yang lebih luas meliputi financial audit, operational audit atau management policy.

Pembinaan Kredit
Pembinaan Kredit adalah nursing of credit yaitu usaha pembinaan yang dilakukan oleh
bank kepada debitur, antara lain berupa pemberian bimbingan, pengawasan, dan
petunjuk agar debitur terhindar dari kemungkinan kemacetan kredit yang diperoleh dari
bank yang bersangkutan

Anda mungkin juga menyukai