Kata kredit berasal dari kata yunani “credere” yang berarti kepercayaan dalam
kebenaran. Menurut Prof Dr.H. Veithzal Rival, M.B.A dkk. (2005:3) “kredit adalah
penyerahan barang jasa, atau uang dari satu pihak (kreditur) atas dasar kepercayaaan
kepada pihak lain (debitur) dengan janji membayar dari penerima kredit kepada
pemberi kredit pada tanggal yang telah disepakati kedua belah pihak”. Kemudian
pengertian kredit dilakukan oleh pemerintah dengan dikeluarkan undang-undang No.
7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
No. 10 Tahun 1998 yang mendefinisikan pengertian kredit adalah sebagai berikut
(pasal 1 ayat 12 adalah): penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapat disamakan
dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutang nya
setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil
keuntungan.
Dalam alokasi dana bank, kredit menempati prioritas ketiga namun yang paling
besar dibandingkan alokasi dana untuk aktiva lainnya, sampai saat ini bank umum
menyalurkan rata-rata 70% sampai 90% dari dana yang berhasil dihimpunnya
disalurkan untuk kredit. Demikian juga pendapatan bank, sebagian besar bersumber
dari pemberian kredit.
5.2 Penerapan Prinsip Kehati-Hatian Dalam Perkreditan
Prinsip kehati-hatian adalah satu prinsip yang menegaskan bahwa bank dalam
menjalankan kegiatan usaha baik dalam penghimpunan terutama dalam penyaluran
dana kepada masyarakat harus sangat berhati-hati. Tujuan dilakukannya prinsip kehati-
hatian ini agar bank selalu dalam keadaansehat menjalankan usahanya dengan baik dan
mematuhi ketentuanketentuan dan norma-norma hukum yang berlaku di dunia
perbankan.Prinsip kehatihatian terdapat dalam Pasal 2 dan Pasal 29 ayat (2) UU No.
10 Tahun 1998, sebagai berikut. Pasal 2 UU No. 10 Tahun 1998 berbunyi: “Perbankan
Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan
menggunakan prinsip kehatihatian’9 Pasal 29 ayat (2) UU No. 10 Tahun 1998
berbunyi: “Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan
kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas,
solvabilitas dan aspek lain yang berhubungandengan usaha bank, dan wajib melakukan
kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian”. Sebelum bank memberikan kredit,
bank harus melakukan penilaian yang saksama dan melaksanakan lima prinsip yang
menjadi bagian dari prinsip kehati-hatian, yang dikenal dengan prinsip 5 C’s, sebagai
berikut:
Dalam proses persetujuan kredit ini memerlukan beberapa tahap sampai kredit
akhirnya bisa di acc dan dana cair. Berikut tahap persetujuan kredit :
Sedangkan untuk permohonan atau aplikasi kredit bagi perseorangan adalah sebagai
berikut :
1. Mengisi aplikasi kredit yang telah disediakan oleh bank
2. Tujuan dan mamfaat kredit
3. Besarnya kredit dan jangka waktu pelunasan kredit
4. Cara pengembalian kredit
5. Agunan atau jaminan kredit (kalau diperlukan)
e) On the Spot
Merupakan kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan meninjau berbagai obyek
yang akan dijadikan usaha atau jaminan. Kemudian hasilnya dicocokkan dengan
hasil wawancara I.
f) Wawancara II
Merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangan pada saat
setelah dilakukan on the spot di lapangan.
h) Keputusan Kredit
Keputusan kredit dalam hal ini adalah menentukan apakah kredit akan diberikan
atau ditolak, jika diterima, maka dipersiapkan administrasinya. Biasanya mencakup:
1. jumlah uang yang diterima
2. jangka waktu
3. biaya-biaya yang harus dibayar
a. Dokumentasi Kredit
Dokumen kredit mencakup dokumen permohonan kredit, dokumen yang merekam
setiap tahapan dalam proses pemberian kredit (analisa dan evaluasi, rekomendasi dan
putusan kredit), dokumen yang dipersyaratkan dalam pemberian kredit, dokumen
pencairan kredit, dokumen yang diperoleh dalam kegiatan pembinaan selama
berjalannya kredit sampai kredit tersebut lunas. Berdasarkan tingkat kepentingannya,
dokumen kredit dapat dibedakan menjadi dokumen pokok (dokumen primer) dan
dokumen pendukung (dokumen sekunder):
a. Dokumen Pokok Dokumen pokok adalah dokumen-dokumen yang dikuasai oleh
bank untuk dapat membuktikan kepemilikan asset secara yuridis.
b. Dokumen Sekunder Dokumen sekunder adalah semua dokumen kredit di luar
dokumen primer.
Selanjutnya untuk kepentingan bank, dokumen tersebut dibuat dalam dua berkas:
• Berkas pertama yang dipergunakan sebagai bukti asset kredit yang sebagian besar
merupakan dokumen-dokumen asli dari nasabah maupun perjanjian kredit.
• Berkas kedua yang dipergunakan sebagai sarana untuk pembinaan nasabah dan
kelancaran dalam pelayanan kredit yang sebagian besar merupakan dokumen fotocopy.
a. Lengkap, artinya bahwa berkas kredit memuat semua dokumen kredit yang
diperlukan yang berkaitan dengan debitur dan usahanya, sehingga dapat
memberikan gambaran debitur dan fasilitas kredit yang sebenarnya.
b. Sistematis, artinya bahwa berkas kredit harus tersusun secara rapi sehingga
mdah dicari apabila diperlukan.
c. Efisien, artinya bahwa susunan berkas kredit yang diperlukan terdiri dari
dokumen-dokumen yang benar-benar diperlukan saja, sedangkan yang tidak
diperlukan dimusnahkan.
d. Informative, artinya bahwa dokumen yang tersimpa dalam berkas kredit dapat
membarikan informasi yang tepat dan up to date.
b. Administrasi Kredit
Administrasi kredit bertujuan untuk mendukung langkah-langkah pembinaan
atau penilaian atas perkembangan kredit yang telah diberikan atau perkembangan
usaha nasabah dan pengawasan kredit,sehingga kepentingan bank terlindungi.
Adminitrasi juga dipergunakan untuk monitoring oleh manajemen. Antara lain
monitoring dalam bidang kualitas portofolio kredit, monitoring kredit – kredit
yang harus dikendalikan, monitoring kolektibilitas kredit, monitoring besarnya
Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR), monitoring besarnya resiko dalam
setiap industri / sektor ekonomi, monitoring usaha - usaha penyelamatan kredit
bermasalah, dan sebagainya.
Setiap tahapan dalam pemberian kredit harus diadministrasikan secara tertib, mulai
dari permohonan kredit, tahap prakarsa dan analisa kredit,terhadap rekomendasi kredit,
tahap putusan kredit, tahap pencairan kredit, tahap pengawasan dan pembinaan kredit,
tahapan angsuran sampai kredit lunas, tahap penyelamatan kredit apabila kredit
menjadi bermasalah sampai tahap penghapus bukuan kredit macet harus
diadministrasikan secara tertib dalam registernya masing-masing.
Administrasi pada tahap permohonan dan prakarsa kredit dilakukan dengan cara
setiap permohonan kredit dari calon debitur maupun prakarsa kredit yang dilakukan
oleh pejabat pemrakarsa kredit harus dicatat dalam Register Permohonan Kredit
(RPK). Formulir yang digunakan pada tahap awal pelayanan kredit adalah Surat
Keterangan Permohonan Kredit (SKPK) yaitu formulir yang digunakan untuk
permohonan kredit dari calon debitur.
Administrasi pada tahapan rekomendasi kredit dilakukan dengan cara setiap
pemberian rekomendasi kredit dicatat oleh petugas administarsi kredit ke dalam
Register Permohonan Kredit. Formulir yang digunakan untuk menuangkan hasil
kegiatan rekomendasi kredit adalah MAK.
Administrasi pada tahapan pemberian putusan kredit dilakukan dengan cara setiap
putusan kredit yang dibuat oleh pejabat pemutus kredit harus dicatat oleh petugas
administrasi kredit dalam Register Permohonan Kredit.Formulir yang digunakan
dalam pemberian putusan kredit terdiri dari:
Administrasi pada tahapan pengawasan dan pembinaan kredit dilakukan sejak awal
permohonan kredit diajukan secara tertulis sampai dengan kredit tersebut
diselesaikan/dilunasi oleh debitur. Formulir yang digunakan dalam tahapan ini, antara
lain:
a. Formulir pengawasan administrasi kredit digunakan untuk menilai bahwa
proses prakarasa kredit sampai dengan pencairan kredit telah dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Formulir pengawasan kelengkapan paket kredit digunakan untuk menilai
bahwa seluruh dokumen yang dipersyaratkan dalam putusan kredit telah ada
dalam paket kredit secara lengkap.
c. Formulir kunjungan nasabah digunakan untuk menuangkan hasil kegiatan
kunjungan account offer kepada calon debitur/debitur dalam rangka pembinaan
dan hubungan bisnis.
Pengawasan Kredit
Salah satu fungsi manajemen yang penting dalam setiap kegiatan usaha adalah
tahap pengawasan. Dalam perkreditan kegiatan pengawasan tersebut merupakan
kegiatan yang memegang peranan penting. Hal ini dikarenakan pengawasan
merupakan penjagaan dan pengamanan terhadap kekayaan yang disalurkan atau
diinvestasikan dibidang perkreditan. Kegiatan pengawasan ini akan menjadi lebih
penting lagi manakala diingat bahwa kredit merupakan risk asset bagi bank karena
asset tersebut dikuasai oleh pihak luar bank yaitu nasabah.
Secara spesifik, pengertian pengawasan kredit adalah suatu fungsi manajemen dan
usahanya untuk penjagaan dan pengawasan pengelolaan kekayaan bank dalam bentuk
perkreditan yang lebih baik dan efisien guna menghindarkan terjadinya penyimpangan-
penyimpangan dengan cara mendorong dipatuhinya kebijaksanaan perkreditan yang
telah ditetapkan serta mengusahakan penyusunan administrasi perkreditan dengan
benar.
Tujuan dari pengawasan kredit secara lengkap dapat diuraikan sebagai berikut :
Masing-masing tujuan tersebut di atas mempunyai kaitan yang erat satu sama lain,
contohnya administrasi perkreditan yang dijalankan secara benar dan teliti membantu
mempermudah dalam menemukan penyelewengan-penyelewengan yang
terjadi. Begitu pula dengan adanya sistem dokumentasi yang baik terhadap arsip-arsip
perkreditan akan memajukan efisiensi pengelolaan dibidang perkreditan dan
sebagainya.
Pembinaan Kredit
Pembinaan Kredit adalah nursing of credit yaitu usaha pembinaan yang dilakukan oleh
bank kepada debitur, antara lain berupa pemberian bimbingan, pengawasan, dan
petunjuk agar debitur terhindar dari kemungkinan kemacetan kredit yang diperoleh dari
bank yang bersangkutan