Anda di halaman 1dari 78

Pedoman

Standar Kebijakan Perkreditan BPR


POJK No. 33/POJK/03/2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3472)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3790), untuk
selanjutnya disebut Undang-Undang Perbankan, BPR merupakan salah satu jenis bank yang
kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dan menyalurkan Kredit.

Kredit merupakan sumber pendapatan utama bagi BPR guna kesinambungan usahanya, sehingga
BPR harus senantiasa menjaga kualitas kreditnya. Untuk itu, dalam pemberian kredit, BPR harus
menerapkan prinsip kehatian-hatian dan asas-asas perkreditan yang sehat agar kualitas kredit yang
diberikan senantiasa lancar. Apabila BPR tidak mampu menjaga kualitas kreditnya dengan baik
maka hal tersebut akan mempengaruhi kinerja BPR khususnya kinerja keuangan yang dapat
mengakibatkan kemampuan BPR untuk memenuhi kewajibannya kepada nasabah penyimpan
menjadi terganggu. Oleh karena berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No.
33/POJK/03/2018, agar penerapan prinsip kehati-hatian dan asas-asas perkreditan yang sehat
tersebut dilaksanakan secara konsisten maka BPR harus memiliki Pedoman Kebijakan Perkreditan
BPR ( PKPB )

B. FUNGSI DAN TUJUAN PEDOMAN KEBIJAKAN PERKREDITAN BPR (PKPB)


1. Fungsi
BPR dalam melaksanakan kegiatan usahanya harus memiliki sistem pengendalian intern.
Dalam rangka menerapkan sistem pengendalian intern tersebut, BPR wajib memiliki
kebijakan, prosedur dan perangkat organisasi yang memiliki pemisahan fungsi.
Salah satu sistem pengendalian intern yang harus dimiliki oleh BPR adalah sistem
pengendalian intern dalam perkreditan, yang dituangkan dalam Pedoman Kebijakan
Perkreditan BPR (PKPB). PKPB dimaksud mempunyai fungsi :
1.1 Sebagai pedoman bagi BPR dalam setiap pelaksanaan kegiatan dibidang perkreditan
yang memuat semua aspek perkreditan yang memenuhi prinsip kehatian-hatian dan
asas-asas perkreditan yang sehat, antara lain dalam proses pemberian kredit secara
individual, pemantauan portofolio perkreditan secara keseluruhan, dan dalam
pelaksanaan penanganan kredit bermasalah.
1.2 Sebagai standar atau ukuran dalam pelaksanaan pengawasan pemberian kredit pada
semua tahapan proses perkreditan secara individual.

2. Tujuan
2.1 Agar BPR menerapkan prinsip kehati-hatian dan asas-asas perkreditan yang sehat
secara konsisten dan berkesinambungan dalam rangka mitigasi risiko atas setiap
pemberian kredit.
2.2 Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan wewenang oleh berbagai pihak dalam
pemberian kredit yang dapat merugikan BPR.
2.3 Untuk mencegah terjadinya praktek pemberian kredit yang tidak sehat.
BAB II
PEDOMAN KEBIJAKAN PERKREDITAN BPR

A. KEBIJAKAN POKOK
I. PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PERKREDITAN
1. Pemberian kredit kepada nasabah harus menerapkan prinsip kehati-hatian berupa penilaian
terhadap penerapan kebijakan perkreditan, pemenuhan PPAP, BMPK, pemberian kredit
kepada pihak terkait, debitur grup dan/atau debitur besar, penanganan Kredit bermasalah,
yang terdiri dari Restrukturisasi Kredit, pengambilalihan agunan, hapus buku, dan/atau
hapus tagih. Hal ini dikarenakan dana yang disalurkan kepada nasabah tersebut bersumber
dari pihak ketiga ( nasabah, bank lain, lembaga keuangan dsbnya ) dan pemegang saham
yang menuntut tanggung jawab yang besar.
2. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara BPR dan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam (debitur) untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan pemberian bunga.
3. Bentuk kredit terbagi dalam 2 (dua) bagian antara lain :
a. Kredit yang digunakan untuk membiayai 1 (satu) Debitur atau 1 (satu) proyek atau usaha
yang sama pada BPR yang sama, antara lain seperti,
3.1 Kredit pengelolaan (Executing) adalah kredit yang seluruh atau sebagian
dananya berasal dari pemerintah atau pihak penyedia dana lainnya dan sebagian
lagi berasal dari BPR. Dalam hal ini BPR bertindak sebagai pengelola atas seluruh
kredit tersebut. Sumber dana dan risiko kredit yang ditanggung BPR, ditetapkan
berdasarkan perjanjian;
3.2 Kredit penerusan kredit (Channeling) adalah kredit yang seluruh dananya berasal
dari pemerintah atau pihak penyedia dana lainnya dan diberikan untuk sektor usaha
/ debitur tertentu yang ditetapkan oleh pihak penyedia dana. BPR tidak
menanggung risiko atas kredit dan untuk tugas tersebut BPR menerima imbalan jasa
berupa fee atau bagian dari bunga. Kredit Channeling diatur tersendiri;
3.3 Kredit yang Dijamin adalah bagian kredit yang dananya berasal dari BPR dan resiko
kredit dijamin oleh pemerintah, asuransi kredit atau pihak lain.
b. yang diberikan oleh lebih dari 1 (satu) BPR secara bersama-sama yang digunakan untuk
membiayai 1 (satu) Debitur atau 1 (satu) proyek atau usaha yang sama berdasarkan
perjanjian Kredit Bersama yang disebut Kredit Sindikasi (Syndicated Loans), dimana
kredit yang diberikan secara bersama-sama oleh dua bank atau lebih dengan pembagian
dana, risiko dan pendapatan (bunga dan provisi/komisi) sesuai porsi kepesertaan masing-
masing anggota sindikasi. Kredit sindikasi disebut juga kredit dalam rangka pembiayaan
bersama. Kredit sindikasi umumnya digunakan pada situasi pembiayaan kredit yang
sangat besar. Sindikasi memungkinkan sebuah bank memberikan kredit yang besar dan
mempertahankan prinsip kehati-hatian dan manajemen resiko kredit yang terkendali
dikarenakan bank yang bersangkutan bukan satu-satunya kreditur. Kredit Sindikasi diatur
tersendiri dalam sebuah sistem dan prosedur
4. Tujuan Pemberian Kredit
Setiap pengajuan kredit oleh calon debitur harus memiliki tujuan penggunaan yang jelas dan
sesuai dengan besarnya kebutuhan dana secara keseluruhan, sehingga tidak terjadi salah
penggunaan dana ( tindakan spekulasi ) yang akan berakibat pada ketidakmampuan debitur
dalam membayar kewajiban / angsuran.
Kredit berdasarkan tujuannya adalah sebagai berikut :
4.1 Modal kerja
Kredit Modal Kerja yaitu merupakan kredit yang diberikan kepada debitur untuk
membiayai keperluan modal kerja.
Contoh : Untuk membeli bahan baku produksi, piutang dagang, persediaan
barang dagangan.
4.2 Investasi
Kredit Investasi yaitu merupakan kredit untuk pembelian barang-barang modal dan
jasa yang diperlukan guna rehabilitasi, modernisasi, ekspansi dan relokasi proyek
atau pendirian usaha baru.
Contoh : Untuk pembelian / pembangunan tempat usaha, membeli pabrik,
pembelian mesin, kendaraan operasional.
4.3 Konsumtif
Kredit konsumtif yaitu kredit yang diberikan bank untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi nasabah, seperti kredit kendaraan bermotor, kredit pemilikan rumah,
biaya pendidikan sekolah, dan sebagainya.
Contoh : KPR untuk tempat tinggal, pendidikan, renovasi rumah, pernikahan,
kesehatan, liburan dan kebutuhan lainya.
5. Penilaian kualitas kredit terbagi kedalam 5 (lima) kualitas, antara lain :
a. Lancar
Tidak terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga
b. Dalam Perhatian Khusus
Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga lebih dari 30 (tiga puluh) hari sejak
tanggal jatuh tempo angsuran tetapi tidak lebih dari 90 (sembilan puluh) hari sejak tanggal
jatuh tempo angsuran; dan/atau
c. kurang lancar
Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga lebih dari 90 (sembilan puluh) hari
sejak tanggal jatuh tempo angsuran tetapi tidak lebih dari 180 (seratus delapan puluh) hari
sejak tanggal jatuh tempo angsuran; dan/atau
d. diragukan
Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga lebih dari 180 (seratus delapan
puluh) hari sejak tanggal jatuh tempo angsuran tetapi tidak lebih dari 360 (tiga ratus enam
puluh) hari sejak tanggal jatuh tempo angsuran
e. macet.
Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga lebih dari 360 (tiga ratus enam
puluh) hari sejak tanggal jatuh tempo angsuran

6. Unsur-unsur Kredit
Unsur dalam pemberian Kredit terdiri dari :
1. Kreditur adalah pihak yang memberikan dana pinjaman kepada pihak lain/ debitur
2. Debitur adalah Adalah orang perseorangan, perusahaan, atau pihak yang memperoleh
fasilitas penyediaan dana dari debitur antara lain : Perorangan, PD, Firma, CV, PT,
Koperasi, dan Yayasan.
3. Kepercayaan yang merupakan penilaian terhadap karakter dan kemampuan bayar debitur.
4. Kebutuhan yang digunakan untuk modal kerja Investasi dan konsumsi
5. Perjanjian Kredit minimal memuat :
a. Penentuan Plapon kredit yaitu penentuan jumlah maksimum fasilitas kredit yang
diberikan kepada nasabah sesuai dengan hasil analisa usaha dan kesepakatan yang
diperjanjikan.
b. Besarnya nominal pemberian kredit disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.
 Kredit diakui pada saat pencairannya sebesar pokok kredit
 Kredit dalam rangka pembiayaan bersama diakui sebesar pokok
 kredit yang merupakan porsi tagihan bank yang bersangkutan
 Pengertian pokok kredit adalah tidak termasuk bunga, provisi dan biaya lainnya
c. Kesepakatan suku bunga kredit baik besaran maupun sistem perhitungannya (Flat Rate,
Anuitas, Menurun)
d. Jangka waktu Kredit yang diberikan BPR berjangka waktu 1 s.d. 60 bulan dan nilai
pokok kredit sesuai dengan aturan dan kebijakan pemberian kredit serta menyebar
ke berbagai sektor usaha. Hal ini untuk meminimalkan resiko kredit yang mungkin
terjadi.
e. Cara Pembayaran Pemberian Fasilitas Kredit terdiri dari
 Fasilitas Kredit bulanan dengan Angsuran adalah fasilitas kredit dengan
pembayaran angsuran pokok dan bunga secara bersamaan sesuai dengan
jadwal pembayaran sampai kredit lunas.
 Fasilitas Kredit Berjangka adalah fasilitas kredit dengan pembayaran
angsuran bunga terlebih dahulu dan pokok kredit dibayar pada saat jatuh tempo
f. Agunan dan jaminan yang diserahkan oleh nasabah kepada BPR

6. Uang yang merupakan sebagian besar berasal dari masyarakat dan bank lain yang bekerja
sama dengan BPR dalam rangka lingkage program.
7. Bunga yang dihitung dalam bentuk persentase (%) secara tahunan (p.a)
8. Jangka waktu pengembalian kredit
9. Resiko kredit yang merupakan suatu resiko kerugian yang disebabkan oleh
ketidakmampuan (gagal bayar) dari debitur atas kewajiban pembayaran hutangnya,
baik utang pokok maupun bunganya

7. Prinsip 7 CL Dalam Pemberian Kredit


Dalam pemberian kredit, BPR harus mengacu kepada prinsip 7CL sebagai berikut :
1.Character ( Watak / kepribadian );
2.Capacity ( Kemampuan membayar );
3.Capital ( Modal );
4.Collateral (Jaminan / agunan);
5.Condition of Economic ( Kondisi perekonomian );
6.Constraint (Hambatan);
7.Cashflow (Arus Kas);
8.Legalitas (Keabsahan);
Adapun pengertian dari prinsif 7CL ini adalah sebagai berikut :
1. Character (Karakter)
Character adalah data tentang kepribadian dari calon debitur seperti sifat-sifat pribadi,
kebiasaan-kebiasaannya, cara hidup, keadaan dan latar belakang keluarga maupun
hobinya. Character ini untuk mengetahui apakah nantinya calon debitur ini jujur berusaha
untuk memenuhi kewajibannya.
BPR penting untuk memiliki pengetahuan akan risiko atas kredit yang diberikan dan untuk
dapat meyakini itikad baik peminjam.
Untuk itu calon debitur penting :
 Memiliki tanggung jawab, kejujuran, keseriusan bisnis, keinginan untuk
membayar semua kewajiban dengan seluruh kekayaan yang dimiliki, Tidak
terindikasi antara lain penjudi, pemabok, berkarakter atau reputasi buruk
lainnya.
 Tidak memiliki pinjaman di bank lain / lembaga keuangan lainnya dengan
kolektibilitas BPR 2,3,4 dan kolektibilitas Bank Umum 3,4,5.
2. Capacity (Kemampuan Membayar)
Capacity merupakan kemampuan calon nasabah dalam mengelola usahanya yang dapat
dilihat dari pendidikannya, pengalaman mengelola usaha, dan sejarah usaha yang pernah
dikelola.
BPR penting untuk memastikan bahwa debitur memilki kemampuan membayar pinjaman.
Kapasitas debitur dilihat dari Kemampuan manajemen dan kemampuan finansial dengan
menilai kebenaran laporan keuangan, likuiditas dan solvabilitas, Beban bunga, cash flow
sensitifitas, Earning income, pembayaran kepada supplier, supply dan frekuensi pengadaan,
dsbnya.

3. Capital (Modal)
Capital adalah kondisi kekayaan yang dimiliki oleh calon debitur. Hal ini bisa dilihat dari
neraca, laporan rugi-laba, dan struktur permodalan, Dari kondisi-kondisi tersebut bisa dinilai
apakah layak calon debitur diberifasilitas kredit dan berapa besar plafon yang akan
diberikan.
Pemberian kredit diberikan kepada setiap debitur yang memenuhi kapasitas permodalan
dan mampu memikul beban pembiayaan yang dibutuhkan serta terdapat kesungguhan
dalam mengelola usaha dan keuangannya. Kapasitas modal diatur di peraturan kredit.
4. Collateral / Jaminan
Collateral adalah agunan yang dapat disita apabila ternyata calon debitur benar-benar tidak
bisa memenuhi kewajibannya ( Wan Prestasi ).
Setiap kredit hanya dapat diberikan oleh Bank, jika Bank telah memiliki keyakinan penuh,
bahwa debitur mampu dan mau melunasi pinjamannya. Namun demikian untuk mengatasi
resiko yang akan terjadi, maka setiap debitur wajib diminta jaminannya baik berupa barang
tidak bergerak ataupun barang bergerak. Jaminan pokok adalah usaha yang dibiayai,
sedangkan jaminan tambahan adalah harta tetap atau harta bergerak.
5. Condition Of Economic ( Kondisi Ekonomi )
i. Direksi BPR harus mempunyai pengetahuan yang baik / informasi yang akurat tentang
kondisi perekonomian, situasi perdagangan, tata niaga komoditi tertentu, letak
geograpis, Kultur, dan komposisi penduduk di masing-masing wilayah kerjanya;
ii. Analisa Kondisi Ekonomi dapat dikaji dari berbagai sumber, antara lain :
1. Kebijakan Pemerintah yang terbaru;
2. Bagaimana keadaan penduduk sekitar dan karakteristik masyarakat setempat;
3. Trend tingkat bunga ( BI );
4. Perkembangan harga ( BPS );
5. Pendapatan per kapita (BPS).
iii. Seluruh data tersebut harap dikumpulkan BPR dari PEMDA maupun kantor dinas
pemerintah setempat untuk kemudian diolah oleh BPR sesuai dengan kegunaannya dan
tertuang dalam analisa ekonomi tahunan dan rencana kerja tahunan BPR.
6. Constraint (Hambatan)
Constraint adalah hambatan-hambatan yang terjadi dalam kegiatan usaha yang
mempengaruhi pendapatan dan keberlangsungan usaha debitur
7. Cashflow (Arus Kas)
Cashflow adalah arus penerimaan dan pengeluran kas dari usaha debitur harus diprediksi
dan dihitung secara benar dan akurat
8. Legalitas (Keabsahan)
Legalitas adalah menilai keabsahan dari semua dokumen kredit yang diserahkan kepada
BPR

8. Debitur BPR
Kredit diberikan kepada calon debitur dan debitur lama lancar yang telah melalui proses
penilaian kelayakan (asessment) oleh BPR.
BPR wajib melakukan pengenalan terhadap calon debitur secara baik, meliputi: jenis usaha,
domisili yang jelas ( usaha dan tempat tinggal ) serta diyakini memiliki
karakter yang baik mengacu kepada Prinsip 7CL dalam pemberian kredit.
Implementasi prinsip 7 CL ini harap mengikuti aturan proses pemberian kredit seperti tertuang
dalam peraturan kredit.

9. Batas Maksimum Pemberian Kredit ( BMPK ) :

a. BMPK untuk kredit dihitung berdasarkan baki debet kredit;


b. BMPK untuk Penempatan Dana Antar Bank pada BPR lain dihitung berdasarkan nominal
Penempatan Dana Antar Bank;
c. Penyediaan dana kepada seluruh Pihak Terkait ditetapkan paling tinggi 10 % ( sepuluh
persen ) dari modal BPR;
d. Penyediaan dana dalam bentuk kredit kepada Pihak Terkait wajib memperoleh persetujuan
dari Direksi dan Dewan Komisaris BPR.
e. Penyediaan dana dalam bentuk Penempatan Dana Antar Bank kepada BPR lain yang
merupakan Pihak Tidak Terkait ditetapkan paling tinggi 20 % ( dua puluh persen ) dari modal
BPR;
f. Penyediaan dana dalam bentuk kredit kepada 1 ( satu ) peminjam Pihak Tidak Terkait
ditetapkan paling tinggi 20 % ( dua puluh persen ) dari modal BPR;
g. Penyediaan dana dalam bentuk kredit kepada 1 ( satu ) Kelompok Peminjam Pihak Tidak
Terkait ditetapkan paling tinggi 30 % ( tiga puluh persen ) dari modal BPR.

10. Pemberian Kredit kepada pihak terkait dengan BPR, Debitur grup, dan/atau Debitur besar
harus mengacu pada
a. persentase jumlah maksimum penyediaan fasilitas Kredit yang diberikan kepada pihak
terkait dengan BPR, Debitur grup, dan/atau Debitur besar terhadap jumlah keseluruhan
Kredit atau jumlah modal BPR, dengan berdasarkan pada perhitungan KPMM BPR;
b. persentase jumlah maksimum penyediaan fasilitas Kredit kepada pihak terkait dengan
BPR, Debitur grup, dan/atau Debitur besar dengan mengacu pada Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan mengenai batas maksimum pemberian kredit bank perkreditan rakyat;
c. pemberian Kredit kepada pihak terkait dengan BPR yang harus disetujui oleh paling
sedikit 1 (satu) orang anggota Direksi dan 1 (satu) orang anggota Dewan Komisaris;
d. pemberian Kredit kepada Debitur grup, dan/atau Debitur besar, yang akan disindikasikan
dan berbagi risiko (risk-sharing) dengan bank lain yaitu harus disetujui oleh paling sedikit
1 (satu) orang anggota Direksi;
e. memelihara daftar nama pihak terkait dengan BPR, Debitur grup, dan/atau Debitur besar
untuk menjamin efektivitas penerapan batas maksimum penyediaan keseluruhan fasilitas
Kredit yang diberikan oleh BPR kepada pihak terkait dengan BPR, Debitur grup, dan/atau
Debitur besar;
f. kriteria pihak terkait dengan BPR dan Debitur grup dengan mengacu pada Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan mengenai batas maksimum pemberian kredit bank perkreditan
rakyat, serta kriteria Debitur besar yang ditetapkan oleh Direksi. BPR wajib memelihara
daftar nama pihak terkait dengan BPR, debitur grup, dan / atau debitur besar dalam
rangka menjamin efektifitas penerapan BMPK.
11. BPR dilarang memberikan kredit kepada sektor ekonomi, kegiatan usaha , lokasi usaha,
tujuan penggunaan, dan debitur yang mengandung risiko tinggi, seperti :
a. Komoditi yang harganya berfluktuasi tinggi;
b. Sektor ekonomi atau kegiatan usaha yang banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal,
misalnya faktor cuaca dan lain-lain;
c. Sektor ekonomi atau kegiatan usaha yang diluar keahlian dan kemampuan BPR;
d. Lokasi usaha yang berada di daerah tertentu misalnya daerah konflik / kerusuhan atau
rawan bencana;
e. Debitur yang tergolong Politically Exposed Person (PEP) yaitu orang yang mendapatkan
kepercayaan untuk memiliki kewenangan publik diantaranya adalah Penyelenggara
Negara sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur
mengenai Penyelenggara Negara, dan / atau orang yang tercatat sebagai anggota partai
politik yang memiliki pengaruh terhadap kebijakan dan operasional partai politik;
f. Usaha yang akan dibiayai bersifat spekulatif seperti judi, jual beli saham dan yang
lainnya;
g. Usaha yang banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal misalnya faktor cuaca dan lain-lain;
h. Usaha diluar keahlian dan kemampuan BPR;
i. Kondisi usahanya sedang bangkrut;
j. Informasi keuangan yang diberikan calon debitur diragukan kebenarannya karena
berbeda dengan data keuangan yang diperoleh dari hasil survey lapangan;
k. Kredit untuk usaha yang nyata-nyata merusak lingkungan hidup;
l. Kredit untuk partai politik;
m. Kredit kepada perusahaan yang pemilik / pengurusnya masuk dalam daftar hitam;
n. Pemberian kredit kepada debitur melalui perantara pihak ke tiga karena independensi,
transparansi, dan keakurasian data kurang dapat dipastikan;
o. Pemberian kredit kepada calon debitur yang melakukan usaha Pelepas Uang ( Rentenir );
p. Pemberian kredit tanpa surat perjanjian tertulis;
q. Mengambil alih ( take over ) kredit yang telah bermasalah pada bank lain seperti jual beli
atau pengalihan portofolio pinjaman;
r. Kredit untuk usaha yang tidak sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku;
s. Kredit kepada pihak yang sesuai hasil pemeriksaan Informas Debitur (IDEB)memiliki
catatan kredit macet di BPR atau Bank Umum

11. Kebijakan penilaian kualitas kredit adalah


o BPR wajib menerapkan kualitas kredit yang sama terhadap beberapa fasilitas kredit yang
digunakan untuk membiayai 1 ( satu ) debitur pada BPR yang sama, termasuk pemberian
kredit kepada suami dan istri kecuali terdapat perjanjian pemisahan harta yang disahkan
oleh pengadilan atau instansi yang berwenang sesuai perundang-undangan yang berlaku.
o BPR wajib menerapkan kualitas kredit yang sama terhadap beberapa fasilitas kredit yang
digunakan untuk yang diberikan oleh lebih dari 1 (satu) BPR secara Bersama sama yang
digunakan untuk membiayai 1 (satu) Debitur atau 1 (satu) proyek atau usaha yang sama
berdasarkan perjanjian Kredit bersama.
12. Pengurus dan karyawan BPR yang terkait dengan perkreditan harus profesional dan memiliki
integritas untuk :
o Melaksanakan keahliannya secara professional, jujur, obyektif, cermat, dan seksama;
o Memiliki komitmen untuk tidak melaksanakan perbuatan-perbuatan tercela dan melawan
hukum

II. JAMINAN DAN AGUNAN KREDIT


Selain usaha debitur yang memadai, salah satu cara meminimalkan resiko kredit adalah terletak
pada kualitas dan kriteria jaminan dan agunan yang diserahkan pada BPR, adapun kriteria dari
jaminan dan agunan adalah sebagai berikut
1 Jaminan adalah suatu keyakinan Bank atas kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai
dengan yang diperjanjikan. Jaminan terdiri dari Jaminan Pokok dan Jaminan Tambahan.
Jaminan Pokok adalah usaha yang dibiayai sedangkan Jaminan Tambahan adalah agunan
yang diberikan.
2 Setiap pemberian fasilitas kredit harus disertai dengan jaminan.
3 Agunan dalam perkreditan menduduki posisi yang penting, terutama dalam fungsinya
sebagai pengamanan apabila kredit yang diberikan mengalami kegagalan dalam hal
pembayaran kembali oleh debitur. Oleh karena itu, BPR wajib melakukan pemeriksaan fisik
agunan, harus jeli dan teliti dalam menilai agunan baik dari segi ekonomi maupun yuridis
4 Plafon kredit yang dapat diberikan maksimal adalah persentasi dari nilai taksasi agunan an
yang diserahkan kepada BPR.
5 Status kepemilikan agunan harus jelas.
6 Untuk menghindari permasalahan dikemudian hari dalam melaksanakan eksekusi maupun
pencairan agunan, perlu ditetapkan status kepemilikan agunan sebagai berikut :
6.1 Agunan yang diserahkan harus milik debitur sendiri yang dibuktikan dengan surat
kepemilikan antara lain adalah sertifikat tanah dan atau bangunan, surat pengakuan
tanah adat yang disertai AJB, BPKB, Surat Kios );
6.2 Agunan barang bergerak atas nama pihak ketiga hanya dapat diterima apabila :
6.2.1 Dibuktikan dengan alas hak atau bukti peralihan hak seperti kwitansi jual beli,
dan ditambah dengan surat pernyataan dari debitur bahwa belum dilakukan
balik nama;
6.2.2 Pemilik agunan tersebut ada hubungan keluarga dengan debitur berupa
hubungan garis lurus sampai derajat ke satu ( orang tua dan anak kandung)
dan satu derajat kesamping;
6.2.3 Pemilik agunan merupakan pengurus, komisaris atau pemegang saham dari
perusahaan yang bersangkutan apabila calon debitur adalah badan hukum.

6.3 Agunan barang tidak bergerak atas nama pihak ketiga hanya dapat diterima apabila :
6.3.1 Dibuktikan dengan atas hak atau bukti peralihan hak seperti kepemilikan
berupa surat pengakuan tanah adat yang disertia akta jual beli (AJB), dan
ditambah dengan surat pernyataan dari debitur bahwa akan dilakukan proses
balik nama dalam jangka waktu maksimal 6 (enam) bulan;
6.3.2Pemilik agunan tersebut ada hubungan keluarga dengan debitur berupa
hubungan garis lurus sampai derajat ke satu ( orang tua dan anak kandung)
dan satu derajat kesamping;
6.3.3Pemilik agunan merupakan pengurus, komisaris atau pemegang saham dari
perusahaan yang bersangkutan apabila calon debitur adalah badan hukum.

7. Pada umumnya agunan yang diberikan hanya untuk mendukung 1( satu ) proposal kredit, tetapi
tidak menutup kemungkinan untuk mendukung 2 ( dua ) proposal kredit pada BPR yang sama
dan mempunyai hubungan keluarga berupa hubungan garis lurus sampai derajat satu ( orang
tua/mertua dan anak kandung ), dan satu derajat kesamping.
8. Nilai agunan barang tidak bergerak yang diagunkan ke BPR nilai likuidasinya tidak melebihi 5
(lima) kali plapond awal.
9. Agunan yang bernilai di atas Rp.500 juta wajib di taksasi oleh penilai independen.
10.Nilai Agunan yang tidak digunakan sebagai faktor pengurang PPAP adalah
o Tidak dilakukan penilaian oleh BPR
o agunan yang tidak ada dan tidak jelas keberadaannya,
o agunan tidak dapat dieksekusi
11. Nilai agunan berupa tanah dan bangunan yang diperhitungkan sebagai pengurang dalam
pembentukan PPAP pada Kredit dengan kualitas macet adalah
o ditetapkan paling tinggi sebesar 50% (lima puluh persen) dari nilai agunan yang
diperhitungkan setelah jangka waktu 1 (satu) tahun sampai dengan 2 (dua) tahun sejak
penetapan kualitas Kredit menjadi macet;
o tidak dapat diperhitungkan sebagai faktor pengurang dalam pembentukan PPAP setelah
jangka waktu 4 (empat) tahun sejak penetapan kualitas Kredit menjadi macet.
12. Nilai agunan berupa Kendaraan yang diperhitungkan sebagai pengurang dalam pembentukan
PPAP pada Kredit dengan kualitas macet adalah
o ditetapkan paling tinggi sebesar 50% (lima puluh persen) dari nilai agunan yang
diperhitungkan setelah jangka waktu 1 (satu) tahun sampai dengan 2 (dua) tahun sejak
penetapan kualitas Kredit menjadi macet;
o tidak dapat diperhitungkan sebagai faktor pengurang dalam pembentukan PPAP setelah
jangka waktu 2 (dua) tahun sejak penetapan kualitas Kredit menjadi macet.
13. Agunan yang tidak ada dan tidak jelas keberadaannya, serta tidak dapat dieksekusi tidak dapat
digunakan sebagai faktor pengurang PPAP, antara lain :
11.1 Agunan yang telah digunakan untuk fasilitas umum yang tidak dapat dikembalikan
fungsinya, misalnya digunakan sebagai tempat pemakaman umum;
11.2 Agunan dalam sengketa;
11.3 Agunan yang disita oeh negara;
11.4 Agunan yang saat ini tidak dapat diketahui keberadaanya, misalnya kendaraan yang
fisiknya sudah tidak ada;
11.5 Agunan yang sudah tidak memiliki nilai ekonomis karena sebab tertentu, misalnya
kebakaran, kecelakaan, dan lain-lain.
14.Calon Debitur wajib melampirkan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) pada satu tahun
terakhir untuk agunan berupa tanah dan/atau bangunan dengan bukti kepemilikan surat
pengakuan tanah adat berupa Surat Girik ( Letter C ) atau yang dipersamakan dengan itu,
yang disertai akta jual beli (AJB) yang dibuat oleh notaris atau pejabat lainnya yang
berwenang.
13.Yang dimaksud dengan SPPT satu tahun terakhir (minimal) pada saat calon debitur mengajukan
kredit.
14.Verifikasi keabsahan agunan kredit harus dilakukan untuk mengetahui kelengkapan dan
keabsahan dokumen atau bukti kepemilikan barang jaminan, sebagai berikut :
14.1 Tanah dan atau Bangunan :
14.1.1 Verifikasi keaslian sertifikat dilakukan dengan cara meminta informasi /
mengecek ke kantor BPN setempat atau instansi lainnya yang terkait tentang
keaslian, keabsahan sertifikat tanah yang bersangkutan;
14.1.2 Verifikasi keaslian tanah yang belum bersertifikat seperti : surat pengakuan
tanah adat berupa Surat Girik ( Letter C ), SK. Gubernur, SK Camat dan lain
sebagainya dilakukan dengan cara meminta informasi ke Kantor Gubernur,
Kantor Camat, Kantor Lurah, dan instansi lainnya yang mengeluarkan surat-
surat keterangan kepemilikan tanah dan atau bangunan;
14.1.3 Advice planning tata kota atau Rencana Umum Tata Ruang ( RUTR ) untuk
mengetahui rencana pemerintah atas penggunaan area / lokasi tanah
tersebut. Verifikasi dapat dilakukan dengan meminta informasi ke kantor
Dinas Tata Kota setempat atau sumber lainnya yang berkaitan dengan tanah
tersebut.
14.2 Kendaraan Bermotor
Verifikasi kendaraan bermotor dilakukan di Kantor Samsat setempat.
14.3 Jaminan Surat Berharga
Termasuk dalam jenis jaminan ini adalah Deposito Berjangka yang diterbitkan oleh
BPR yang akan memberikan fasilitas kredit. Dokumen jaminan yang harus diverifikasi
kebenaran dan kelengkapannya adalah :
14.3.1 Bilyet deposito harus atas nama calon debitur;
14.3.2 Status perpanjangan deposito harus ARO;
14.3.3 Apabila bilyet deposito bukan atas nama calon debitur maka harus
diverifikasi kepemiliknya dan lihat peraturan kredit.
14.4 Verifikasi Ulang
Dokumen agunan dan benda agunan yang telah diverifikasi kemudian dipinjamkan
kepada debitur untuk suatu keperluan tertentu, wajib diverifikasi.

15.Bentuk-bentuk pengikatan jaminan yang bersifat kebendaan ( barang ) :


15.1 Barang Tidak Bergerak :
15.1.1 Tanah dan atau Bangunan diikat dengan Hak Tanggungan;
15.1.2 Besarnya nilai Hak Tanggungan diatur dengan Surat Keputusan Direksi BPR
dan sesuai dengan peraturan yang berlaku;
15.1.3 Yang tidak bersertifikat dilakukan pengikatan dengan Akta Pengakuan Hutang
( Akta Notaris ), SKMHT, Akta Penyerahan Jaminan dan Surat Kuasa Menjual
secara notaril.
15.2 Barang Bergerak :
15.2.1 Jaminan-jaminan kendaraan bermotor, persediaan barang, mesin-mesin,
peralatan, diikat dengan Fiducia dari kehakiman dan Surat Kuasa Jual;
15.2.2 Jaminan Surat Berharga diikat dengan Gadai, Surat Kuasa untuk mencairkan/
mengalihkan.
15.3 Jaminan Immateriil :
15.3.1 Jaminan yang bersifat immateriil seperti jaminan pribadi atau jaminan
perusahaan diikat dengan Borgtocht / Garansi;
15.3.2 Pihak Penjamin ( jaminan pribadi/perusahaan ) harus pihak ketiga yang tidak
terlibat dalam perjanjian pokok.

16.Khusus untuk agunan Cash Collateral dapat diikat dibawah tangan.

17.Dalam hal agunan bukan milik debitur, maka pemilik agunan dan istri (bagi yang sudah menikah)
harus hadir sebagai penghadap untuk menandatangani akta-akta perjanjian sebagai avalis
atau penjamin.
18.Pengikatan Perjanjian Kredit dan agunan baru dapat dilaksanakan apabila semua dokumen yang
berhubungan telah lengkap dan sah secara hukum.
19.Untuk Penilaian Agunan dapat digunakan :
19.1 Nilai Pasar, yaitu nilai rata-rata dari barang jaminan sejenis yang dipasarkan dipasar
umum;
19.2 Nilai Taksasi / Penilaian adalah kegiatan penyelidikan dan penilaian yang dilakukan oleh
penilai untuk memberikan suatu estimasi nilai dan opini atas kebenaran /
keabsahan / kelayakan suatu data, dokumen, bukti agunan, fisik agunan dan calon
debitur;
19.3 Nilai Likuidasi, yaitu nilai likuid/lancar/mudah dijual atas agunan, yang nilainya diatur
dalam SK Direksi yang diketahui komisaris.

20.Penilaian Tanah dan Bangunan


20.1 Objek agunan dinilai berdasarkan data pasar yang relevan dan menunjang, data
tersebut dapat diperoleh dari transaksi penawaran/penjualan yang sedang atau
pernah terjadi, iklan, perantara, perusahaan asuransi, bank lain dan berdasarkan
NJOP;
20.2 Salah satu syarat yang harus diperhatikan dalam pengumpulan data pembanding, yaitu
data pembanding tersebut harus berkenaan dengan jenis, lokasi, lingkungan objek
jaminan yang sama;
20.3 Diusahakan agar diperoleh data pasar dari transaksi terbaru (up to date) dan beberapa
transaksi yang pernah terjadi sebelumnya sebagai pembanding;
20.4 Pengolahan data pasar harus dikaitkan dengan faktor-faktor tersebut dibawah ini :
20.4.1 Lokasi atau letak agunan;
20.4.2 Kelengkapan dokumen yang mendukung status hukum kepemilikan;
20.4.3 Lingkungan daerahnya apakah sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang;
20.4.4 Kondisi agunan;
20.4.5 Agunan tersebut mudah dipasarkan (Marketable);
20.4.6 Fasilitas sarana umum yang tersedia pada lokasi tanah yang bersangkutan.

21.Pengolahan data pasar untuk menilai kendaraan bermotor / mesin-mesin harus memperhatikan
faktor-faktor sbb :
Kondis Barang, Merek, Tahun Pembuatan, Kapasitas Mesin, Jenis / Model, kemudahan
mendapatkan spare part yang murah, dan trend harga jual.

22.Jenis agunan yang dapat diterima oleh BPR :


a. Barang bergerak
Motor, Mobil, Surat Berharga ( Bilyet Deposito BPR ).
b. Barang tidak bergerak
Tanah dan Tanah dan Bangunan ( T/B ), Kios / Toko / Lapak.
T/B yang dapat dijaminkan adalah : surat pengakuan tanah adat , SHM, SHGB, SHGU dan
Hak Pakai.
c. Jaminan Immaterial
Surat Kuasa Potong Gaji (SKPG) harus sesaui dengan perundang-undangan yang berlaku
dan atau harus ngacu kepada persyaratan produk dan peraturan yang berlaku.

23.Nilai Likuidasi Atas Agunan Tidak Bergerak


JENIS JAMINAN NILAI LIKUIDASI MAX
T/B 80%
Deposito 95%
Tanah 70%
Kios 70%
Lapak 50%

24. Petunjuk Atas Agunan Kendaraan bermotor

24.1 Nilai Jaminan :


JENIS JAMINAN % (DARI NILAI LIKUIDASI) MAX
Motor / Mobil Baru 80 %
Motor / Mobil Bekas 70 %
Mobil Bekas diatas 15 thn 50 %

24.2 Maximum usia kendaraan saat pengajuan kredit :


24.2.1 Kendaraan beroda 2 ( dua ) 10 tahun
24.2.2 Kendaraan beroda 4 ( empat ) 20 tahun
24.2.3 Kendaraan Truk 20 tahun
24.2.4 Kriteria kendaraan baru harus 3 bulan dari tanggal STNK pertama kali
terbit.
24.3 Jangka waktu pengembalian kredit maksimal 48 bulan.

25.Jenis Agunan yang tidak dapat disetujui :


1. Tanah Kuburan;
2. Tanah Adat;
3. Peruntukan untuk jalur hijau;
4. Tanah Bangunan dalam Sengketa;
5. Peruntukan formal sebagian atau seluruhnya sebagai sarana umum dan / atau sosial, seperti
: sekolah, rumah sakit, puskesmas, mesjid, gereja, dan sejenisnya;
6. Tanah tepat di bawah jalur saluran ultra tegangan extra tinggi (sutet)
7. Terkena pelebaran jalan / penggusuran;
8. Sedang dalam status disewakan untuk tower Base Transceiver Station ( BTS );
9. Tanah Garapan;

26.Dokumen Agunan
26.1 Tanah atau Tanah dan Bangunan
Kredit Mikro dan Kredit Kecil
1. Sertifikat Tanah berupa : surat pengakuan tanah adat , SHM, SHGB, SHGU, SHP;
2. IMB ( Jika ada );
3. SPPT –PBB dan Bukti lunas PBB tahun terakhir ;
4. Sertifikasi dalam proses balik nama WAJIB disertai covernote dari notaris yang
menjadi rekanan BPR dengan mencantumkan maksimal jangka waktu
pengurusan;
5. Jika pernah terjadi pengalihan hak, maka bukti tanah dilengkapi dengan bukti
pengalihan yang terakhir yang berupa AJB / Akta Hibah / Akta Pembagian Hak
Bersama;
surat pengakuan tanah adat berupa Girik, Letter C yang disertai AJB harus
dilengkapi dokumen legalisasi dari dari SK Camat yaitu :
- Surat keterangan bebas sengketa & daftar riwayat tanah;
- Denah gambar situasi/bentuk tanah;
26.2 Toko/Lapak/Kios atau dipersamakan dengan itu
Kredit Mikro Max Plapond sd 50 juta; kredit Kecil Max Plapond sd 100 jua
1. Atas nama calon debitur atau atas nama pihak ketiga : suami/istri calon debitur
2. Surat bukti hak pakai / sewa atas kios dilengkapi dengan Surat Keterangan
kepemilikan yang mencantum hak dapat dialihkan dari pengelola pasar atau
dokumen lain sesuai yang disyaratkan pada persetujuan analisa pasar.
3. Bukti kepemilikan dalam proses balik Nama / atau perpanjangan / daftar ulang
WAJIB disertai covernote dari pengelola pasar / instansi yang berwenang
4. Jumlah kios / los / dasaran / lapak yang dijaminkan maksimal 4 buah

26.3 Deposito Berjangka


Kredit Mikro sd 50 Juta, Kredit Kecil sd 100, Kredit Kecil sd 500 juta
1. Atas nama calon debitur
2. Atas nama pihak ketiga : suami / istri / orang tua kandung / anak kandung
calon debitur
3. Bilyet Deposito, Surat Blokir Deposito & Surat Kuasa mencairkan Deposito
4. Atas nama pihak ketiga lainnya diperkenankan sepanjang ada Surat Blokir
Deposito & Surat Kuasa mencairkan Deposito

26.4 Kendaraan Bermotor


Kredit Mikro sd 50 Juta, Kredit Kecil sd 100 juta
1. BPKB
2. Copy STNK
3. Asli Kuitansi Jual Beli Terakhir / Bukti Lunas Dealer
4. Blanko Kuitansi Asli Bermaterai Yang Ditandatangani Pemilik BPKB
5. Bukti Gesek Nomor Mesin Dan Nomor Rangka Yang Terbaru

27.Ketentuan Agunan Tanah / Tanah & Bangunan


Berikut ini adalah ketentuan jarak yang diperkenankan untuk ketentuan jaminan dengan
kondisi khusus mengacu kepada :
 Jarak / lokasi;
 Pinjaman terhadap nilai jaminan;
 Kondisi nilai pasar;
 Peraturan pemerintah daerah ( tidak melanggar ketentuan PEMDA setempat ).
27.1 Tanah / Bangunan berdekatan dengan sungai :
27.1.1 Sungai bertanggul min. 6 m di sebelah luar tanggul;
27.1.2 Lebar sungai s.d. 15 m min. 10 m dari tepi sungai;
27.1.3 Lebar sungai s.d. 25 m min. 20 m dari tepi sungai;
27.1.4 Lebar sungai > 25 m min. 30 m dari tepi sungai;
27.1.5 Sungai yang terpengaruh pasang surut min. 100 m dari tepi sungai;
27.1.6 Danau / waduk min. 50 m dari tepi danau / waduk.
27.2 Lokasi Jaminan di pinggir pantai;
Jarak yang diperkenankan dari pinggir pantai :
27.2.1 Di kawasan pemukiman min. 50 m;
27.2.2 Di kawasan non pemukiman min. 200 m
27.3 Jaminan dekat Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi ( SUTET ); Jaminan yang
diperkenankan berada minimum radius :
27.3.1 15 meter untuk area tegangan < 500 KVA;
27.3.2 20 meter untuk area tegangan ≥ 500 KV
Dihitung dari menara / kabel terluar.
27.4 Jaminan Di sekitar Tempat Pemakaman Umum ( TPU ) / Pemakaman / Krematorium;
Jaminan yang diperkenankan berada minimum radius 30 meter dari kuburan /
pemakaman / krematorium dihitung dari pagar batas terluar kompleks pemakaman
dengan mempertimbangkan marketabilitas daerah tersebut.
27.5 Lokasi Jaminan Di dekat Kuburan;
Untuk makam keluarga diperkenankan diterima dengan ketentuan :
27.5.1 Lokasi makam di daerah pemukiman penduduk;
27.5.2 Makam tidak berada di dalam objek jaminan / pekarangan;
27.5.3 Jumlah makam sudah tidak bertambah lagi;
27.5.4 Jaminan bisa diterima bila dipisahkan satu bidang tanah.
Bila tidak memenuhi kriteria diatas berlaku ketentuan min. 30 m.
Untuk tanah sawah, kebun, dan tambak produktif diperkenankan diterima menjadi
jaminan apabila bersebelahan langsung dengan tanah yang di dalamnya terdapat
makam keluarga.
27.6 Tanah / Bangunan Berdekatan Dengan Gardu Induk :
Jaminan yang diperkenankan berjarak mininum radius 50 meter dari pagar
pembatas / pagar terluar lokasi gardu induk.
27.7 Tanah / Tanah Bangunan Berdekatan Dengan BTS :
Mininum radius jaminan dari Base Transceiver Station ( BTS ) adalah sesuai dengan
ketinggian BTS. Misal ketinggian BTS 15 meter, maka radius minimum jaminan dari
BTS adalah 15 meter.
27.8 Tanah / Tanah Bangunan Berdekatan Dengan SPBU :
Jaminan yang diperkenankan berada minimum radius 30 meter dari pagar terluar
area lokasi SPBU.
27.9 Tanah / Bangunan Berdekatan Dengan Tempat Pembuangan Sampah :
Jaminan yang diperkenankan berada minimum radius 50 meter dari batas terluar
lokasi TPSA ( Tempat Pembuangan Sampah Akhir).
27.10 Jaminan Tanah / Bangunan Berdekatan Dengan Rel Kereta Api :
Jaminan yang diperkenankan berjarak minimum 10 meter dari sisi terluar rel kereta
api.
27.11 Jaminan Tanah / Bangunan Berdekatan Dengan Rumah / Tempat Ibadah Umum :
Jaminan yang diperkenankan berada minimum radius 10 meter dari batas terluar
lokasi rumah / tempat ibadah yang memiliki jamaah / jemaat yang besar / banyak.
27.12 Pabrik aktif dengan mesin yang tertanam tidak diperkenankan diterima sebagai
jaminan :
Pabrik aktif adalah lokasi bangunan yang digunakan untuk aktivitas produksi /
pengelohan barang dan masih beroperasi menghasilkan barang;
Mesin tertanam dimaksudkan mesin yang berada di atas tanah tersebut yang
posisinya ditanam pada tanah.
Pengecualian untuk : Mesin Heuler / penggilingan padi, Mesin Pencacah plastik.
27.13 Kriteria Tanah Kosong atau tanah dan bangunan sebagai jaminan :
Persyaratan Tanah :
27.13.1 Tidak terdapat bangunan diatasnya;
27.13.2 Bangunan sudah jadi, bukan bangunan setengah jadi. Bangunan layak huni
menurut ukuran masing-masing daerah.
27.13.3 Peruntukan resmi bukan merupakan sarana ibadah;
27.13.4 Peruntukan resmi bukan bangunan yang digunakan untuk kepentingan
umum atau sosial
28.Nilai agunan yang dapat diperhitungkan sebagai pengurang dalam pembentukan PPAP mengacu
pada peraturan yang berlaku.

III. ORGANISASI DAN MANAJEMEN PERKREDITAN


STRUKTUR ORGANISASI

DEWAN KOMISARIS

DIREKSI

INTERNAL

KOMITE KREDIT

CONTROL

KABAG KABAG

KABAG MARKETING

OPERASIONAL PENAGIHAN

MARKETING KOLEKTOR
CUSTOMER
SERVICE
TELLER REMEDIAL

KANTOR KAS

ADMINISTRASI

KREDIT

CREDIT

SUPPORT

AKUNTING

TEKNOLOGI

INFORMASI

SDM & UMUM

1. Perangkat perkreditan BPR terdiri dari :


1.1 Komite Kredit
1.2 Kabag Marketing
1.3 Marketing ( Account Officer )
1.4 Legal ( Credit Support )
1.5 Administrasi Kredit
2. Tugas, wewenang, dan tanggung jawab setiap karyawan dari Perangkat Perkreditan meliputi :
2.1 Memiliki loyalitas dan integritas.
2.2 Mematuhi semua ketentuan yang ditetapkan PKPB, prosedur perkreditan, dan SK
Direksi BPR.
2.3 Melaksanakan tugasnya secara jujur, obyektif, cermat, dan seksama tanpa pengaruh
dari pihak-pihak yang berkepentingan dengan permohonan kredit yang dapat
merugikan BPR.
2.4 Senantiasa meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dibidang perkreditan antara
lain kemampuan dan pengetahuan terhadap sektor ekonomi, kegiatan usaha dan
debitur yang telah dan akan dibiayai oleh BPR.
2.5 Menolak permohonan kredit yang diajukan apabila tidak sesuai dengan syarat dalam
prosedur perkreditan.
2.6 Petugas analisa kredit, petugas pencairan kredit dan petugas administrasi kredit harus
berbeda

3. Komite Kredit :
Komite Kredit merupakan komite yang membantu Direksi dalam mengevaluasi dan / atau
memutuskan permohonan kredit sesuai dengan jumlah dan jenis kredit yang ditetapkan oleh
Direksi.

Tugas, wewenang dan tanggung jawab Komite Kredit :


3.1 Memberikan rekomendasi atas persetujuan atau penolakan kredit sesuai dengan batas
wewenang / jenis kredit antara lain dengan mempertimbangkan aspek likuiditas;
3.2 Menaati dan mengikuti seluruh kebijakan dan prosedur kredit yang telah ditetapkan;
3.3 Melaksanakan tugas terutama dalam kaitannya dengan pemberian persetujuan kredit
secara professional, jujur, obyektif, cermat , seksama, dan independen tanpa dapat
dipengaruhi pihak-pihak manapun;
3.4 Memberikan rekomendasi persetujuan atau penolakan kepada Direksi beserta
pertimbangannya.
3.5 Keputusan Komite Kredit sah apabila 2/3 anggota Tim Komite Kredit menyetujui
permohonan kredit tersebut, dan salah satu yang setuju adalah Ketua Komite Kredit.
4. Tim Komite Kredit terdiri dari :
4.1 Direktur Utama sebagai ketua ;
4.2 Kepala Cabang sebagi ketua berdasarkan surat kuasa yang di tanda tangani oleh Direktu
Utama
4.3 Pejabat BPR yang ditunjuk oleh Direksi BPR sebagai anggota.
4.4 Tim Komite Kredit harus berjumlah ganjil, 3, 5 , 7 orang termasuk Ketua dan anggota
Komite Kredit.

5. Tugas, wewenang dan tanggung jawab Kabag Marketing :


5.1 Melaksanakan kegiatan penyaluran dana (lending unit) sesuai dengan ketentuan,
peraturan, dan prosedur yang belaku;
5.2 Membuatkan target penyaluran kredit untuk Marketing ( AO );
5.3 Melakukan survey, analisa dan verifikasi data permohonan kredit;
5.4 Melakukan evaluasi dan monitoring terhadap kredit yang disalurkan;
5.5 Membantu penyelesaian kredit bermasalah, AYDA dan Hapus Buku;
5.6 Melakukan pembinaan dan motivasi terhadap staf marketing agar dapat mencapai
target BPR;
5.7 Memutuskan suatu permohonan kredit dapat diajukan ke Komite Kredit atau tidak;
5.8 Mengundang rapat Komite Kredit;
5.9 Melakukan pertemuan dengan tim Marketing secara berkala;
5.10 Melakukan promosi untuk penyaluran dana;
5.11 Membantu Direksi untuk menyusun program kerja dan anggaran khususnya dibidang
penyaluran dana;
5.12 Membuat laporan perkembangan penyaluran dana ke Direksi secara berkala.
6. Tugas dan tanggung jawab Marketing Lending ( Account Officer / AO Lending ) :
6.1 Melaksanakan kegiatan penyaluran dana ( Lending ) sesuai dengan ketentuan,
peraturan, dan prosedur yang belaku;
6.2 Melakukan solisitasi dengan terencana untuk meningkatkan penyaluran kredit;
6.3 Melakukan survey ke lokasi tempat usaha debitur, tempat tinggal dan lokasi jaminan;
6.4 Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan dan kebenaran data yang diberikan oleh
pemohon kredit;
6.5 Membuat analisa kredit;
6.6 Merekomendasikan permohonan kredit ke Komite Kredit apabila telah disetujui oleh
Kabag Marketing;
6.7 Melakukan monitoring tujuan penggunaan kredit, angsuran kredit, serta perkembangan
usaha debitur setelah mendapat fasilitas kredit dari bank;
6.8 Membuat laporan ke Kabag Marketing atas realisasi penyaluran dana;
6.9 Membantu menyelesaikan kredit-kredit bermasalah yang disalurkannya.

7. Tugas dan tanggung jawab Legal ( Credit Support ) :


7.1 Melaksanakan kegiatan dibidang hukum untuk kepentingan BPR sesuai dengan
ketentuan, peraturan, dan prosedur yang belaku;
7.2 Melakukan verifikasi legalitas debitur dan bukti kepemilikan agunan;
7.3 Melakukan survey agunan kredit;
7.4 Melakukan penilaian agunan kredit;
7.5 Membuat legal opini;
7.6 Melakukan cek keabsahan serta pemblokiran terhadap BPKB;
7.7 Melakukan perikatan kredit sesuai dengan ketentuan dan aturan yang berlaku;
7.8 Memberikan saran di bidang hukum yang berhubungan dengan aktivitas perusahaan ;
7.9 Monitoring penyelesaian proses sertifikasi agunan kredit yang dilakukan oleh notaris,
termasuk biaya yang timbul;
7.10 Mendaftarkan Fiducia terhadap agunan kredit yang diikat secara Fiducia;
7.11 Membuat tanda terima agunan dan peminjaman Agunan;
7.12 Menyimpan dan menatausahakan agunan kredit.
7.13 Membuat laporan-laporan yang berhubungan dengan legal;
8. Tugas dan tanggung jawab Administrasi Kredit :
8.1 Melaksanakan kegiatan administrasi untuk kepentingan BPR sesuai dengan ketentuan,
peraturan, dan prosedur yang belaku;
8.2 Menginput dan mengupdate stuktur kredit pada komputer sesuai file kredit;
8.3 Membuat bukti transaksi yang berhubungan dengan kredit;
8.4 Membuat surat persetujuan kredit;
8.5 Membuat surat peringatan ke debitur;
8.6 Menghitung angsuran pokok, bunga dan denda terhadap tagihan yang akan dibayar
debitur;
8.7 Monitoring terhadap pembayaran angsuran kredit debitur;
8.8 Mengelola asuransi agunan kredit dan asuransi jiwa debitur;
8.9 Menatausahakan file kredit;
8.10 Membuat laporan nominatif kredit sesuai kolektibilitasnya;
8.11 Menghitung PPAP sesuai ketentuan yang berlaku;
8.12 Membuat daftar penagihan angsuran kredit dan memberikannya ke bagian penagihan;
8.13 Mengingatkan debitur terhadap kredit yang menunggak dan jatuh tempo melalui SMS
atau telepon;
8.14 Membuat, melaporkan premi asuransi setiap bulannya dan melakukan klaim jika debitur
meninggal dunia;
8.15 Bersama dengan TI, membuat laporan bulanan OJK dan SID yang berhubungan
dengan kredit;

DIREKSI & KOMISARIS

9. Tugas, wewenang, dan tanggung jawab Direksi :


9.1 Bertanggung awab atas penyusunan PKPB yang memuat semua aspek yang tercantum
dalam Pedoman Standar KPB untuk dimintakan persetujuan kepada Dewan
Komisaris;
9.2 Menyetujui prosedur perkreditan yang mengacu pada PKPB yang telah disetujui oleh
Dewan Komisaris;
9.3 Memastikan ketaatan BPR terhadap ketentuan perundang-undangan dan peraturan
yang berlaku dibidang perkreditan;
9.4 Memastikan bahwa PKPB diterapkan dan dilaksanakan secara konsekuen dan konsisten;
9.5 Menetapkan anggota Komite Kredit;
9.6 Bertanggung jawab atas penyusunan rencana kerja perkreditan yang dituangkan dalam
rencana kerja BPR yang disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan ( OJK );
9.7 Memastikan bahwa rencana kerja perkreditan telah terlaksana;
9.8 Memastikan pelaksanaan langkah-langkah perbaikan atas berbagai penyimpangan
dalam perkreditan yang ditemukan satuan / unit kerja atau pegawai / Direksi yang
bertanggung jawab atas pelaksanaan fungsi audit intern;
9.9 Melaporkan langkah-langkah perbaikan yang telah, sedang dan akan dilakukan kepada
Dewan Komisaris secara berkala dan tertulis seperti :
9.9.1Perkembangan dan kualitas portofolio perkreditan secara keseluruhan;
9.9.2Perkembangan dan kualitas kredit yang diberikan kepada pihak terkait, debitur
grup, dan debitur besar;
9.9.3Kredit dalam pengawasan khusus dan kredit bermasalah;
9.9.4Penyimpangan dalam pelaksanaan PKPB;
9.9.5Temuan-temuan penting dalam perkreditan termasuk penyimpangan /
pelanggaran ketentuan di bidang perkreditan yang dilaporkan oleh satuan /
unit kerja atau karyawan yang menjalankan
fungsi sebagai audit intern BPR atau Direksi yang ditunjuk melaksanakan
fungsi audit intern BPR;
9.9.6 Pelaksanaan dari rencana perkreditan sebagaimana yang telah tertuang
dalam rencana kerja BPR yang disampaikan kepada OJK;
9.9.7 Penyimpangan / pelanggaran ketentuan dibidang perkreditan yang
merupakan temuan auditor eksternal dan / atau OJK;
9.9.8 Jumlah dan jenis pendidikan dan pelatihan satuan / unit kerja perkreditan
atau karyawan yang menangani perkreditan.
9.10 Menetapkan rencana pendidikan dan pelatihan bagi karyawan yang menangani
perkreditan dan memastikan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tersebut sesuai
dengan kebutuhan karyawan.
9.11 Menetapkan Batas Wewenang Kredit bagi Kepala Cabang dan Kepala Bagian
Marketing melalui SK. Direksi.
10.Tugas, wewenang, dan tanggung jawab Dewan Komisaris :
10.1 Menyetujui kebijakan perkreditan BPR yang diusulkan oleh Direksi;
10.2 Menyetujui rencana kredit tahunan termasuk rencana pemberian kredit kepada pihak
terkait dengan BPR, debitur grup, dan / atau debitur besar yang akan tertuang dalam
rencana kerja BPR yang disampaikan kepada OJK;
10.3 Mengawasi pelaksanaan rencana pemberian kredit;
10.4 Meminta penjelasan dan atau pertanggungjawaban Direksi serta meminta langkah-
langkah perbaikan apabila pelaksanaan pemberian kredit tersebut menyimpang dari
rencana perkreditan yang telah dibuat;
10.5 Meminta penjelasan dan atau pertanggungjawaban Direksi mengenai semua aspek yang
tercantum dalam PKPB;
10.6 Meminta penjelasan dan atau pertanggungjawaban Direksi apabila terdapat
penyimpangan dalam pelaksanaan PKPB;
10.7 Meminta penjelasan dan / atau pertanggungjawaban Direksi mengenai perkembangan
dan kualitas portofolio perkreditan secara keseluruhan termasuk kredit-kredit yang
diberikan kepada pihak terkait dengan BPR, debitur grup, dan / atau debitur besar
dan hal-hal lain sebagaimana ditetapkan dalam PKPB;
10.8 Memantau perencanaan dan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan kepada pegawai
yang menangani perkreditan;
10.9 Melaporkan hasil pengawasan terhadap penerapan Pedoman Kebijakan Perkreditan
BPR kepada OJK yang merupakan bagian dari Laporan Pelaksaan Rencana Kerja yang
disampaikan secara semesteran.
IV. TAHAPAN DAN PROSES PERSETUJUAN KREDIT

1. Solisitasi
1.1. Pre-Assessment
1.1.1Adalah proses seleksi dan penilaian awal calon debitur terhadap kepatuhan /
kesesuaian dengan ketentuan kebijakan kredit BPR, yang meliputi :
1.1.1.1 Identitas / data pribadi;
1.1.1.2 Data usaha dan kondisi keuangan;
1.1.1.3 Jaminan ( bila dipersyaratkan ).
1.1.2AO didalam melaksanakan tugasnya akan mengacu kepada dokumen atau SK
Direksi mengenai kebijakan penyaluran kredit dan keputusan mengenai
segmen pasar yang akan digarap yang sebelumnya telah dibuat oleh Direksi
BPR dan Tim Marketing;
1.1.3 BPR mengutamakan calon debitur-debitur yang telah disolisit oleh Account
Officer atau calon debitur yang langsung datang ke BPR, dimana calon
tersebut diupayakan menjadi nasabah penabung terlebih dahulu;
1.1.4 Proses penyelesaian credit pre-assessment dilakukan oleh AO. Dalam
pelaksanaannya AO mengacu pada mapping / pemetaan potensi area yang
sudah dibuat oleh Direktur BPR dan target yang tahunan yang ditetapkan.

1.2 Proses Assement :


1.2.1 Untuk mendapatkan informasi karakter seorang calon debitur yang baik,
petugas bank wajib melakukan :
1.2.1.1 Track Record / Sistem Informasi Debitur ( SID );
1.2.1.2 Interview / on the spot calon debitur;
1.2.1.3 Mencari informasi dari Ketua RT / Kepala Desa setempat;
1.2.1.4 Melakukan Cross Cek : Informasi Pesaing, Informasi Tetangga
Usaha, Informasi Supplier, Riwayat Pinjaman.
1.2.2 Mengindentifikasi :
1.2.2.1 Tujuan penggunaan kredit, cara pengembaliannya, sumber
pembayaran;
1.2.2.2 Nominal kebutuhan kredit
1.2.2.3 Alamat, data usaha, dan track record pinjaman debitur
1.2.2.4 Data Jaminan yang akan diagunkan
1.2.2.5 Data pendukung lainnya yang dianggap perlu oleh bank
1.2.3 Dalam assessment calon debitur, AO mengacu pada kebijakan Komisaris dan
Direksi atas Diversifikasi Produk Pinjaman dan Sektor Usaha.
1.2.4 Penilaian kapasitas kredit calon debitur harus memenuhi persyaratan :
1.2.4.1 Rasio dana yang dimiliki sendiri minimal 25 % dari seluruh
kebutuhan dana yang dimohonkan ke BPR;
1.2.4.2 Analisa Arus Kas ( cash flow ) yang ditunjang oleh laporan
keuangan;
1.2.4.3 Telah lolos dari proses interview dan verifikasi kondisi keuangan
calon debitur yang mencakup :
1.2.4.3.1 Verifikasi Omzet Usaha;
1.2.4.3.2 Verifikasi Persedian;
1.2.4.3.3 Verifikasi Transaksi Usaha Debitur;
1.2.4.3.4 Verifikasi Kebutuhan Rumah Tangga;
1.2.4.3.5 Verifikasi Riwayat Pinjaman.
1.2.5 Memenuhi Indikator Kapasitas Pemberian Kredit yakni pendapatan bersih
(disposable income) berbanding angsuran kredit yang akan disetujui :

1.2.6 BPR memeriksa kemampuan atau kapasitas membayar calon debitur dengan
menggunakan perhitungan rasio angsuran dimana rasio yang baik adalah
minimal 175 %.
1.2.7 BPR juga dapat memeriksa kemampuan atau kapasitas calon debitur dengan
memperhitungkan repayment capacity (RC) maksimal 80 % dari Net Cash
Flow.
Rumus :
NCF X RC = Maksimal Angsuran

1.2.8 Bank harus memberitahukan ke pemohon kredit apabila proses


permohonan kredit tersebut tidak dapat diteruskan dengan membuat surat
tertulis kepada calon debitur mengenai penolakan permohonan kredit yang
diajukan. Jika copy berkas permohonan diminta, BPR dapat mengembalikan
kepada pemohon kecuali surat permohonannya.

2. Permohonan Kredit Dan Survey ( Kunjungan & Verifikasi Data )


2.1 Permohonan kredit BPR harus memperhatikan prinsip sebagai berikut :
2.1.1Permohonan kredit dilakukan secara tertulis baik untuk kredit baru,
perpanjangan jangka waktu, tambahan kredit maupun permohonan
perubahan persyaratan kredit;
2.1.2Permohonan kredit harus diisi lengkap dan melampirkan semua dokumen yang
dipersyaratkan oleh BPR;
2.1.3Permohonan kredit harus memuat informasi yang lengkap dan memenuhi
persyaratan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan pada prosedur
perkreditan, termasuk riwayat perkreditan pada BPR, Bank Umum dan / atau
lembaga keuangan lain;
2.1.4Permohonan kredit harus ditandatangani oleh pemohon kredit;
2.1.5Data, informasi, dan dokumen yang disampaikan dalam permohonanan kredit
harus diverifikasi untuk memastikan kebenaran dan keabsahannya.

2.2 Persyaratan Calon Debitur :


Warga Negara Indonesia ( WNI ) berdomisili di Indonesia
Warga Negara
untuk calon debitur dan pasangannya ( jika ada ).
 Minimal 21 tahun atau sudah menikah pada saat pengajuan
Usia kredit.
 Maksimal 65 tahun pada saat kredit jatuh tempo.
 Tidak ada informasi negative ( penjudi, pemabok,
berkarakter atau reputasi buruk lainnya ).
Karakter  Calon debitur tidak memiliki pinjaman di bank lain / lembaga
keuangan lainnya dengan kolektibilitas BPR 2, 3, 4 dan
kolektibilitas Bank Umum3,4,5 (bagi perorangan)

 Lama Usaha / pengalaman usaha calon debitur di bidang


Lama
usaha sejenis minimal 1 tahun dengan mempertimbangkan
Usaha
penempatan lokasi usaha minimal 6 bulan di lokasi yang sama.

Status
tempat  Bisa sewa / kontrak / milik sendiri
usaha
Status tempat  Kepemilikan atas nama debitur / pasangan / orang tua
tinggal (untuk kandung / anak kandung
jaminan )  Bertempat tinggal tetap atau tidak menyewa / mengontrak.
Persyaratan Yang Dokumen yang wajib dilengkapi calon debitur :

Debitur
No Keterangan
PR UD FA CV PT KOP YAY
1 Foto Copy KTP √
2 Kartu Keluarga √
3 Surat Nikah √
4 Surat Keterangan Domisili √ √ √
5 Photocopy Rekening Tabungan / √* √ √ √ √ √ √
Giro minimal 3 Bln Terakhir.
6 Akte Pendirian √ √ √ √ √ √
7 Surat ijin Usaha dari instansi √ √ √ √ √ √
terkait
8 Surat ijin Tempat Usaha √ √ √ √ √ √
9 Surat Tanda Daftar Perusahaan √ √ √ √ √ √
(TDP)
10 KTP dari Pengurus / Ketua / √ √ √ √ √ √
Penanggung Jawab
11 NPWP (sesuai dengan peraturan) √* √ √ √ √ √ √
12 Anggaran dasar /ART / Akta √ √ √ √ √
Perubahan Terakhir
* > = 25 juta ** > = 50 juta
PR=Perorangan
UD=Usaha Dagang
FA = Firma
CV=Comanditaire Venootschap
PT=Perseroan Terbatas
KOP=Koperasi
YAY=Yayasan
2.4 Tahap pengumpulan data oleh BPR yang berhubungan dengan permohonan kredit
yang diajukan calon debitur, baik data yuridis dan ekonomis dan melakukan
verifikasi;
2.5 Persyaratan seorang calon debitur memenuhi prinsip Jaminan :
2.5.1 Memenuhi persyaratan Rasio Pinjaman terhadap Nilai jaminan. Rasio
pinjaman terhadap jaminan atas tanah, kendaraan bermotor, Deposito,
dll.;
2.5.2 Lolos verifikasi jaminan :
2.5.2.1 Keberadaan jaminan sesuai dokumen yang diberikan;
2.5.2.2 Verifikasi kepemilikan jaminan saat kunjungan;
2.5.2.3 Foto jaminan agar meliputi calon debitur yang menunjuk arah
jaminan.
2.6 BPR wajib memiliki kebijakan yang mengatur wewenang (limit) survey atau verifikasi
data yang diatur melalui SK Direksi.
2.7 BPR memeriksa :
2.7.1 Dokumen-dokumen asli agunan, keabsahan, dan keaslian dokumen;
2.7.2 Fisik agunan, dan melakukan taksasi agunan yang dijaminkan ( Perhitungan
nilai wajar / taksasi lihat penjelasan mengenai Jaminan) Mencatat hasil
perhitungan bank akan jaminan pada formulir hasil pemeriksaan barang
jaminan;
2.7.3 Membuat peta lokasi jaminan.
2.8 Legal checking wajib dilakukan terhadap fisik jaminan tanah & bangunan dan
kendaraan untuk kredit diatas Rp 50 juta;
2.9 BPR wajib melakukan pemeriksaan atau peninjauan langsung atas kebenaran data
atau informasi mengenai usaha dan tempat tinggal calon debitur dengan melakukan :
2.9.1 Interview / on the spot calon debitur;
2.9.2 Meminta informasi dari Ketua RT / Kepala Desa;
2.9.3 Melakukan Cross Cek : Informasi Pesaing, Informasi Tetangga Usaha,
Informasi Supplier, Riwayat Pinjaman;
2.9.4 Memeriksa Track Record (SID) bagi BPR yang telah menjadi peserta SID BI;
2.9.5 Meminta data Keuangan: Cash flow ( 3 bulan ), Omzet Usaha, Inventory,
Transaksi Usaha dan Biaya Rumah Tangga.
2.10 Pejabat bank yang melakukan verifikasi haruslah sesuai dengan peraturan limit
survey BPR;
2.11 Untuk pinjaman sampai dengan 20 juta, debitur tidak wajib menyampaikan laporan
keuangan dan diatas 20 juta debitur wajib menyampaikan laporan keuangan;
2.12 Jika nasabah bukan badan usaha, AO bekerja sama dengan nasabah dalam membuat
laporan keuangan.

3 Analisa Kredit dan Struktur Pinjaman


3.1 Setiap permohonan kredit yang telah memenuhi syarat harus dilakukan analisis secara
tertulis, dengan prinsip sebagai berikut :
3.1.1Bentuk dan format analisa kredit disesuaikan dengan jumlah dan jenis kredit.
3.1.2Analisa kredit harus menggambarkan konsep hubungan total pemohon kredit
apabila pemohon telah mendapat fasilitas kredit atau dalam waktu
bersamaan mengajukan permohonan kredit lainnya.
3.2 Konsep Hubungan Total Permohonan Kredit
Persetujuan pemberian kredit harus didasarkan atas penilaian menyeluruh terhadap
semua fasilitas kredit yang telah diberikan atau akan diberikan secara bersamaan
kepada pemohon kredit dimaksud atau yang dikenal dengan istilah konsep hubungan
total permohonan kredit.
Pengertian pemohon kredit tersebut meliputi seluruh perusahaan maupun
perorangan yang terkait dengan pemohon kredit yang telah mendapat fasilitas kredit
atau akan diberikan kredit secara bersamaan.
Persetujuan pemberian kredit atas dasar konsep hubungan total pemohon kredit
harus tercermin dalan analisis kredit.
3.3. Analisa kredit harus dibuat secara lengkap, akurat dan obyektif meliputi :
3.3.1 Data pribadi dan usaha;
3.3.2 Kondisi keuangan :
3.3.2.1 Verifikasi Omzet Usaha;
3.3.2.2 Verifikasi Persediaan;
3.3.2.3 Verifikasi Transaksi Usaha Debitur;
3.3.2.4 Verifikasi Kebutuhan Rumah Tangga;
3.3.2.5 Verifikasi Riwayat Pinjaman ( melalui IDEB ).
3.3.3 Data Jaminan yang akan diagunkan;
3.3.4 Tujuan penggunaan kredit;
3.3.5 Nominal kebutuhan kredit;
3.3.6 Sumber pembayaran;
3.3.7 Cara pengembaliannya.
3.4 Analisis kredit mencakup penilaian atas karakter, kemampuan, modal, agunan, dan
prospek usaha debitur atau yang lebih dikenal dengan 7 CL dan penilaian terhadap
sumber pelunasan kredit yang dititikberatkan pada hasil usaha yang dilakukan /
sumber penghasilan yang terkait dengan obyek yang dibiayai pemohon serta
menyajikan evaluasi aspek yuridis perkreditan dengan tujuan untuk melindungi BPR
atas risiko yang mungkin timbul.
3.5 Pada kredit sindikasi analisis kredit bagi BPR yang merupakan peserta sindikasi harus
meliputi pula penilaian terhadap bank yang bertindak sebagai koordinator sindikasi.
Demikian pula apabila BPR sebagai BPR koordinator sindikasi maka harus pula
melakukan penilaian terhadap bank peserta sindikasi.
3.6 AO melakukan analisa kredit berdasarkan seluruh data yang telah diperoleh dan yang
dicatat dalam laporan hasil pemeriksaan kredit yang sudah baku.
3.7 AO menampilkan Foto jaminan, Foto tempat usaha, tempat tinggal, barang jaminan
dan yang lain sebagainya sesuai dengan peraturan yang berlaku.
3.8 Berdasarkan hasil analisis kredit yang telah dilakukan AO membuat rekomendasi
kredit yang akan disampaikan pada rapat Komite Kredit.
3.9 Struktur pinjaman / Komposisi Portofolio Kredit :
4. Keputusan Kredit
4.1 Pemberian Persetujuan Kredit / Keputusan Kredit :
4.1.1Setiap pemberian persetujuan kredit harus memperhatikan analisis dan
rekomendasi persetujuan kredit;
4.1.2Setiap pemberian persetujuan kredit yang berbeda dengan isi rekomendasi
maka harus dijelaskan secara tertulis.
4.2 Tanggung Jawab Komite Kredit :
4.2.1Memastikan bahwa informasi dan data yang diberikan nasabah sesuai fakta.
4.2.2Memastikan bahwa tujuan penggunaan kredit tidak melanggar peraturan yang
berlaku;
4.2.3Memastikan bahwa agunan marketable dan dapat dieksekusi bila debitur wan
prestasi.
4.2.4Memastikan bahwa setiap kredit yang diberikan telah memenuhi ketentuan
perbankan dan sesuai asas-asas perkreditan yang sehat;
4.2.5Memastikan bahwa pelaksanaan pemberian kredit telah sesuai dengan PKPB
dan prosedur perkreditan;
4.2.6Memastikan bahwa pemberian kredit telah didasarkan pada penilaian yang
jujur, obyektif, cermat, dan seksama serta terlepas
dari pengaruh pihak-pihak yang berkepentingan dengan permohonan kredit;
4.2.7 Meyakini bahwa kredit yang akan diberikan dapat dilunasi pada saat jatuh
tempo berdasarkan analisis terhadap permohonan yang diajukan.
4.3 Keputusan kredit diambil pada komite kredit setelah melalui tahapan proses
pemberian kredit;
4.4 Komite kredit beranggotakan minimal 3 ( tiga ) orang dan harus ganjil ( 3,5,7 dst. )
yang diketuai oleh salah satu anggota Direksi, merangkap anggota, dan atau pejabat
bank yang ditunjuk berdasarkan SK. Direksi;
4.5 Persetujuan Kredit dari BPR harus mencantumkan hal-hal dibawah ini , antara lain :
4.5.1 Plafon kredit;
4.5.2 Jangka waktu kredit;
4.5.3 Suku bunga;
4.5.4 Besarnya provisi dan biaya administrasi kredit;
4.5.5 Jenis Jaminan;
4.5.6 Bentuk kredit;
4.5.7 Tujuan penggunaan kredit;
4.5.8 Syarat Asuransi.
4.6 Penolakan Kredit dari BPR harus mengembalikan semua dokumen kredit yang
diberikan oleh calon debitur kecuali permohonan kredit paling lambat 3 X 24 jam.

5. Compliance Oleh Kabag Operasional


Kabag Operasional harus memeriksa seluruh kelengkapan dan keabsahan dokumen sebelum
kredit dicairkan. Apabila dokumen belum lengkap dan keabsahan dokumen belum diverifikasi
maka kredit tidak dapat dicairkan.

6. Realisasi Kredit
6.1 Perjanjian Kredit :
Setiap kredit yang telah disetujui wajib dituangkan dalam perjanjian kredit ( akad
kredit ) secara tertulis. Bentuk, format, dan isi perjanjian kredit harus :
6.1.1Memenuhi keabsahan dan persyaratan hukum yang dapat melindungi
kepentingan BPR dan debitur;
6.1.2Memuat jumlah, jangka waktu, suku bunga, tujuan penggunaan, tata cara
pembayaran kembali kredit serta persyaratan-persyaratan kredit lainnya
sebagaimana ditetapkan dalam keputusan persetujuan kredit;
6.1.3Perjanjian kredit minimum dibuat dalam rangkap 2 ( dua ) dan salah satunya
disampaikan kepada debitur.
6.2 Penjelasan Dalam Perjanjian Kredit :
6.2.1Dalam melakukan pengikatan perjanjian dan jaminan kredit, BPR harus
memperhatikan aspek yuridis atau semua legalitas orang perorangan dan
perusahaan ( badan usaha ) cakap mengadakan perjanjian kredit menurut
hukum, sebab apabila aspek yuridis tidak sah maka semua ikatan perjanjian
kredit yang dilaksanakan menjadi
“cacat” menurut hukum;
6.2.2Seorang subyek hukum dianggap cakap untuk melakukan tindakan hukum, yaitu
apabila yang bersangkutan memenuhi syarat sebagai berikut :
6.2.2.1 Telah dewasa, yaitu telah mencapai usia 21 tahun, atau telah
menikah walaupun usianya belum mencapai 21 tahun;
6.2.2.2 Tidak berada dibawah pengawasan perwalian;
6.2.2.3 Tidak berada dibawah pengampuan;
6.2.2.4 Selain harus memenuhi syarat tersebut, apabila seseorang telah
menikah mengadakan perjanjian kredit, maka wajib mendapat
persetujuan dari suami / istri yang bersangkutan, kecuali ada akta
perjanjian pemisahan harta antara suami & istri;
6.2.2.5 Setiap pemberian fasilitas kredit kepada nasabah harus
dilakukan pengikatan perjanjian kredit dan jaminan.
Fasilitas kredit tidak dapat cair apabila pengikatan belum
dilaksanakan.
6.3 Pengikatan Jaminan
Setiap jaminan yang diagunkan harus diikat sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
antara lain : Fiducia, Akta Pemasangan Hak Tanggungan (APHT) , Surat Kuasa
Memasang Hak Tanggungan (SKMHT).
Pengikatan oleh pejabat Bank harus memenuhi ketentuan :
6.3.1 Calon debitur cakap mengadakan perjanjian kredit;
6.3.2 Badan hukum yang digunakan untuk menjalankan usaha tersebut telah
sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
Prosedur pengikatan perjanjian dan jaminan kredit dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku
6.4 Pencairan Kredit
6.4.1 Persetujuan Pencairan Kredit
Pencairan atas kredit yang telah disetujui didasarkan prinsip sebagai
berikut :
6.4.1.1 Pencairan kredit hanya disetujui apabila seluruh syarat-syarat yang
ditetapkan dalam surat persetujuan pemberian kredit dan
perjanjian kredit telah dipenuhi oleh pemohon kredit;
6.4.1.2 Sebelum pencairan kredit dilakukan, harus dipastikan bahwa
seluruh aspek yuridis yang berkaitan dengan kredit telah
diselesaikan dan telah memberikan perlindungan yang memadai
bagi BPR maupun debitur.
6.4.2. Sebelum pencairan tersebut di lakukan pejabat bank / notaris wajib terlebih
dahulu membacakan Perjanjian Kredit di hadapan debitur. Jika debitur
menyetujuinya, maka kedua belah pihak menandatangani Perjanjian Kredit.
Untuk pihak bank Perjanjian Kredit harus ditanda tangani oleh Direktur /
Pejabat Bank;
6.4.3. Dalam membacakan Perjanjian Kredit ( akad kredit ) Direktur BPR / Pejabat
Bank harus menyampaikan 6 (enam) hal berikut :
6.4.3.1. Menyampaikan kepada debitur bahwa kepercayaan BPR untuk
memberikan kredit sebesar Rp... , jangka waktu ...
bulan, suku bunga ... %, agar dimanfaatkan oleh debitur sesuai
dengan tujuan permohonan kredit yang diajukannya.
6.4.3.2. Bahwa uang yang digunakan untuk pemberian kredit ini adalah
uang masyarakat ( amanah ) dalam bentuk Tabungan dan Deposito
yang pada suatu ketika harus dikembalikan kepada masyarakat.
Untuk itu debitur harus menjaga kepercayaan yang diberikan dan
membayar / mengembalikan kredit ini sesuai dengan jangka waktu
yang diperjanjikan secara tepat waktu;
6.4.3.3. Oleh karena uang ini adalah uang masyarakat yang harus dibayar
bunganya oleh bank, maka kredit yang diterima oleh debitur juga
harus di bayar bunganya oleh debitur. Debitur memahami bahwa
bunga yang dibebankan cukup besar dan mahal, untuk itu kepada
debitur dilarang memberikan apapun kepada Direktur, Kepala
Cabang, Account Officer atau Pejabat Bank lainnya sebagai ucapan
terima kasih. Pemberian dalam bentuk apapun melanggar
peraturan BPR yang berlaku;
6.4.3.4. Memberitahukan kepada Debitur bahwa Debitur wajib menyetor
angsuran ke bank baik secara langsung ataupun melalui transfer via
rekening BPR di Bank Umum atau melalui petugas yang ditunjuk
oleh BPR secara tepat jumlah dan tepat waktu;

6.4.3.5. Memberitahukan kepada Debitur jenis / ciri-ciri Slip Setoran yang


resmi digunakan untuk penyetoran adalah slip setoran yang
bernomor, dan Bank tidak bertanggung jawab atas penggunaan slip
setoran yang tidak resmi dari Bank;
6.4.3.6. Memberitahukan kepada Debitur tentang kewajibannya untuk
membayar angsuran tepat waktu dan sanksi dari BPR apabila
kewajibannya tidak dilakukan.

7. Compliance Dan Pengawasan


7.1 Monitoring kredit menjadi perhatian seluruh pengurus dan karyawan BPR untuk
menjaga agar kualitas kredit tetap Baik;
7.2 Kolektibilitas adalah pengelompokan kredit berdasarkan kualitasnya;
7.3 Kualitas aktiva produktif dalam bentuk kredit ditetapkan dalam 5 (empat) golongan
( Sesuai POJK No. 33/POJK.03/2018 sebagai berikut :
7.3.1Lancar;
7.3.2Dalap Perhatian Khusus
7.3.3Kurang Lancar;
7.3.4Diragukan;
7.3.5Macet.
7.4 Monitoring dan pengawasan kredit sangat penting dilakukan untuk memastikan kualitas
dari pinjaman dan menjaga ( preventif ) dari penyimpangan / penyelewengan / fraud;
7.5 Monitoring kredit sebagai sebuah proses merupakan tanggung jawab dari Direksi,
Kepala Bagian Marketing dan Account Officer;
7.6 Seorang Account Officer bertanggung jawab atas suatu kredit mulai saat diproses
sampai kredit tersebut lunas dan tetap ikut bertanggung jawab atas kredit yang
pernah diberikan olehnya, walaupun yang bersangkutan tidak lagi menangani kredit
tersebut;
7.7 Setiap bulan Account Officer wajib menyiapkan laporan O/S kredit yang memuat
kualitas portofolio untuk di diskusikan dengan Direksi dan Kepala Bagian Marketing;
7.8 Kepala Bagian Marketing dan Direksi akan memberikan pengarahan kepada AO atas
kualitas portofolio dan mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan atas portofolio
bermasalah;
7.9 Internal Control melakukan Compliance Control sesuai dengan aturan dan prosedur
yang berlaku di BPR di mana setiap bulan wajib melakukan pemeriksaan secara
random di lapangan.
7.10 Jika dinilai terdapat hal hal yang perlu ditindak lanjuti atas suatu portofolio yang
bermasalah maka Direksi, Kepala Bagian Marketing dan Kepala Bagian Operasional
memberikan pengarahan kepada Internal Control untuk melakukan pemeriksaan ke
lapangan atau investigasi.
8. Penambahan dan Pelunasan Kredit
8.1 Penambahan Kredit adalah penambahan terhadap fasilitas kredit kepada nasabah yang
bersangkutan, dengan ketentuan sebagai berikut :
8.1.1Kualitas kredit lancar tidak pernah menerima Surat Peringatan (SP)
8.1.2SID baik ( terbaru );
8.1.3Nilai jaminan masih mengcover plafon baru;
8.1.4Maksimum penambahan sebesar plafon awal untuk tujuan penggunaan yang
sama;
8.1.5Kemampuan bayar debitur ada;
8.1.6Tujuan penggunaan penambahan kredit jelas.
8.2 Pelunasan Kredit dapat dilakukan apabila :
8.2.1Debitur telah melunasi seluruh kewajibannya, seperti : pokok kredit, bunga dan
denda;
8.2.2Jika nasabah memohon pengurangan bunga dan denda dalam pelunasan kredit
maka dimintakan surat permohonan nasabah.
8.3 Kredit Bermasalah dapat diselamatkan dan diselesaikan melalui :
8.3.1Tindakan penyelamatan kredit ( reschedule, recondition, restructure
8.3.2AYDA;
8.3.3Penghapusan Kredit ( Write Off );

9. Evaluasi & Action Plan


9.1 Evaluasi :
9.1.1Secara berkala BPR harus membuat evaluasi mengenai kualitas kredit yang
disalurkan. Hal tersebut untuk mencegah BPR agar tidak memberikan kredit
beresiko tinggi;
9.1.2Evaluasi dilakukan terhadap karakter debitur, kemampuan AO BPR, besaran
plafon kredit, per sektor ekonomi, per kelompok usaha, per wilayah dan per
produk kredit.
9.2 Action Plan Perbaikan :
9.2.1Atas hasil evaluasi tersebut BPR harus membuat Action Plan Perbaikan terhadap
proses pemberian kredit;
9.2.2Action Plan Perbaikan harus dibicarakan dengan Kabag Marketing, Kabag
Penagihan, Kabag Operasional dan disosialisasikan kepada seluruh bagian
terkait tersebut.

V. DOKUMENTASI DAN ADMINISTRASI KREDIT


1. Dokumentasi Kredit
Dokumentasi merupakan salah satu aspek penting dalam proses perkreditan, sehingga
dokumen kredit wajib didokumentasikan dengan baik dan tertib sesuai dengan ketentuan
perundangan-undangan yang berlaku.
1.1 Jenis Dokumen Kredit
Jenis dokumen kredit yang wajib didokumentasikan disesuaikan dengan kredit yang
diberikan, antara lain dokumen pengajuan kredit, dokumen analisis kredit, perjanjian
kredit , warkat pencairan kredit, dokumen yang terkait dengan debitur ( misalnya
dokumen identitas debitur, kartu keluarga, NPWP, legalitas usaha ), dan dokumen
terkait dengan agunan serta pengikatannya.
1.2 Penyimpanan Dan Penggunaan Dokumen Kredit :
Setiap dokumen kredit harus disimpan dengan aman dan tertib sesuai dengan
undang-undang mengenai dokumen perusahaan. Tata cara penggunaan atau
pengambilan dokumen kredit dari tempat penyimpannya harus diyakini memiliki
pengamanan yang memadai.
1.2.1 Seluruh formulir dan dokumen yang berhubungan dengan kredit harus
disimpan pada tempat yang aman dan di urutkan berdasarkan nomor CIF
masing-masing debitur.
1.2.2 Seluruh agunan nasabah diregistrasikan dan harus disimpan didalam lemari
filling cabinet yang terkunci dan tahan api dan diletakkan di dalam ruang
khasanah ( strong room ) atau disimpan pada Safe Deposit Box Bank Umum
terdekat.
1.2.3 Seluruh dokumen debitur mengenai barang-barang agunan dicatat pada
formulir tanda terima barang jaminan. Formulir beserta dokumen tersebut
disimpan menjadi satu file atas nama debitur yang bersangkutan.
1.2.4 Penyimpanan dan pengambilan dokumen-dokumen kredit harus
menggunakan sistem Dual Control.
2. Administrasi Kredit
Administrasi kredit sangat diperlukan dalam rangka penilaian perkembangan dan kualitas
kredit, pengawasan kredit, perlindungan kepentingan BPR dan laporan kepada Otoritas Jasa
Keuangan (OJK), sehingga seluruh proses perkreditan perlu diatur dan diadministrasikan
dengan baik dan tertib :
2.1 Penatausahaan Kredit
Seluruh kredit yang diberikan oleh BPR, harus dicatat dan dibukukan secara benar,
lengkap dan akurat serta mencakup seluruh informasi yang diperlukan.
2.2 Tata cara pengadministrasian kredit harus mencakup unsur dalam sistem
pengendalian intern terdiri atas :
2.2.1 Penetapan pegawai dan / atau satuan / unit kerja yang bertanggung jawab
dalam pengadministrasian perkreditan;
2.2.2 Jenis dokumen / berkas / warkat yang wajib ditatausahakan seperti dokumen
pengajuan kredit, dokumen analisis kredit, perjanjian kredit, warkat
pencairan kredit, dokumen yang terkait dengan debitur, dan dokumen terkait
dengan agunan serta pengikatannya;
2.2.3 Tata cara penatausahaannya, termasuk kodifikasi dokumen, masa retensi
dokumen sesuai dengan ketentuan perundangan-undangan yang berlaku.

VI. PENGAWASAN KREDIT


1. Prinsip Pengawasan Kredit
Perkreditan merupakan salah satu kegiatan usaha BPR yang memiliki risiko yang dapat
merugikan BPR dan pada gilirannya dapat berakibat pada kepentingan masyarakat
penyimpan dana dan pengguna jasa perbankan, sehingga fungsi pengawasan kredit perlu
diterapkan secara menyeluruh, dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1.1 Fungsi pengawasan kredit harus diawali dengan upaya yang bersifat pencegahan dini
terhadap kemungkinan atas terjadinya praktek pemberian kredit yang tidak sehat
dan / atau hal-hal lain yang dapat merugikan BPR;
Hal tersebut harus tercermin dalam sistem pengendalian intern BPR yang terkait
dengan perkreditan yang terdiri atas organisasi dan manajemen perkreditan,
kebijakan dan prosedur serta sistem informasi di bidang perkreditan.
1.2 Adanya mekanisme yang dibuat Direksi bahwa setiap pelanggaran terhadap PKPB dan
prosedur pelaksanaan kredit dapat segera diketahui dan dilaporkan kepada pejabat
yang berwenang, Direksi, dan / atau Dewan Komisaris;
1.3 Adanya kesempatan yang cukup bagi pihak yang diawasi untuk memberikan penjelasan
tentang latar belakang permasalahan dan masukan sebagai solusi ke depan;
1.4 Pengawasan kredit harus meliputi :
1.4.1Pengawasan sehari-hari oleh Direksi dan / atau pejabat yang menangani
perkreditan secara berjenjang atas setiap pelaksanaan pemberian kredit atau
yang lazim dikenal dengan istilah pengawasan melekat;
1.4.2Pengawasan yang dilakukan oleh satuan / unit kerja audit intern atau
karyawan / Direksi yang menangani audit intern terhadap semua aspek
perkreditan termasuk kaji ulang terhadap kebijakan dan prosedur serta
organisasi dan manajemen perkreditan.
2. Objek Pengawasan Kredit
Pengawasan kredit harus meliputi semua aspek perkreditan serta semua objek pengawasan
tanpa melakukan pengecualian, yaitu :
2.1 Pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan prosedur pemberian kredit serta
pejabat / karyawan BPR yang terkait dengan perkreditan;
2.2 Pengawasan terhadap semua jenis kredit dan debitur terutama kredit kepada pihak
terkait dengan BPR, debitur grup dan / atau debitur besar. Pengawasan terhadap
pihak-pihak tersebut harus dilakukan secara intensif.
3. Cakupan Pengawasan Kredit
Pengawasan kredit meliputi hal-hal sebagai berikut :
3.1 Kepada Internal BPR
3.1.1. Memantau dan mengawasi kesesuaian proses pemberian kredit dan
penagihan dengan kebijakan, prosedur, dan ketentuan yang berlaku;
3.1.2 Memastikan bahwa jumlah kredit yang diberikan tidak melanggar atau
melampui BMPK sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3.1.3 Memantau dan mengawasi kesesuaian penanganan kredit bermasalah
(restrukturisasi kredit, hapus buku, hapus tagih, dan pengambilalihan
agunan) dengan PKPB, ketentuan dan peraturan perundangan-undangan
yang berlaku;
3.1.4 Memantau kesesuaian pelaksanaan pengadministrasian dokumen
perkreditan dengan ketentuan yang berlaku;
3.1.5 Memantau penetapan kualitas kredit dan kecukupan jumlah penyisihan
penghapusan kredit sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
3.1.6 Memberikan peringatan dini kepada satuan / unit kerja / karyawan terkait
apabila kualitas kredit debitur atau seluruh portofolio kredit di satuan / unit
kerja / karyawan tersebut berpotensi mengalami penurunan;
3.1.7 Mengevaluasi kesesuaian penetapan karyawan yang menempati jenjang
jabatan dibidang perkreditan dengan kompetensinya;
3.1.8 Mengevaluasi kebijakan, prosedur, organisasi dan manajemen perkreditan
secara menyeluruh.
3.2 Kepada Eksternal BPR
3.2.1 Mengawasi penggunaan kredit sesuai dengan tujuan penggunaan kredit
sebagaimana tercantum dalam Perjanjian Kredit;
3.2.2Memantau perkembangan usaha debitur termasuk pemantauan melalui
kegiatan kunjungan ke lokasi usaha dan agunan debitur sewaktu-waktu
dengan didasarkan pada kriteria antara lain jumlah fasilitas kredit, jenis
agunan debitur, jenis usaha, dan / atau kualitas kredit.
3.2.3Memberikan peringatan dini secara tertulis kepada debitur apabila terjadi
penurunan kualitas kredit debitur yang diperkirakan memiliki risiko bagi BPR;
3.2.4Memantau perkembangan ekonomi dan persaingan usaha debitur terutama
debitur dengan sektor ekonomi dan kegiatan usaha yang berisiko tinggi serta
debitur berisiko tinggi.

4. Audit Intern Perkreditan


Fungsi audit intern adalah untuk memantau kinerja sistem pengendalian intern serta
memastikan bahwa pelaksanaan perkreditan telah dilakukan dengan benar sesuai dengan
PKPB dan telah memenuhi cakupan prinsip pengawasan kredit yang disertai dengan tindakan
atau saran perbaikan.
Pelaksanaan audit intern terhadap perkreditan untuk meyakini :
4.1 Pemberian kredit telah dilaksanakan sesuai dengan PKPB, prosedur pemberian kredit
dan ketentuan intern BPR yang berlaku serta ketentuan dan peraturan perundangan-
undangan terkait lainnya;
4.2 Kualitas kredit dan kecukupan jumlah penyisihan penghapusan kredit telah sesuai
dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai kualitas aktiva produktif
dan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif ( PBI No.
13/26/PBI/2011 & PBI No. 8/19/PBI/2006 );
4.3 Pemberian kredit pihak terkait dengan BPR, debitur grup dan / atau debitur besar telah
sesuai dengan PKPB dan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai BMPK
( PBI No. 11/13/PBI/2009 );
4.4 Pemantauan pelaksanaan administrasi dokumen perkreditan telah sesuai dengan
ketentuan yang berlaku;
4.5 Penanganan kredit bermasalah, yaitu restrukturisasi kredit, hapus buku, hapus tagih ,
dan pengambilalihan agunan, telah sesuai dengan PKPB, ketentuan dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

VII. PENANGANAN KREDIT BERMASALAH


BPR harus mampu mendeteksi adanya kredit bermasalah atau diduga akan menjadi bermasalah
dan menangani kredit bermasalah sesegera mungkin.
1. Prinsip-prinsip Penanganan Kredit Bermasalah
Seluruh karyawan BPR terutama yang terkait dalam perkreditan harus memiliki pemahaman
yang sama dalam menangani kredit bermasalah, dengan melakukan upaya sebagai berikut :
1.1 Penanganan kredit bermasalah antara lain dilakukan dengan cara pembinaan lebih
intensif kepada debitur yang memiliki kredit bermasalah dan kredit yang berpotensi
bermasalah;
1.2 Informasi mengenai kredit bermasalah harus secara jelas diungkapkan dalam
administrasi dan dokumentasi kredit untuk penanganan tindak lanjut di internal BPR
serta disampaikan kepada Dewan Komisaris BPR untuk menjadi materi dalam
Laporan Pelaksanaan Rencana Kerja BPR oleh Dewan Komisaris kepada OJK secara
semesteran;
1.3 Informasi mengenai kredit bermasalah harus mencakup penyebab utama kredit
bermasalah, perkembangan kredit bermasalah, perkembangan penanganan kredit
bermasalah, serta tindak lanjut penanganan kredit bermasalah khususnya yang
berdampak signifikan terhadap kinerja BPR;
1.4 BPR tidak boleh melakukan pengecualian dalam penanganan kredit bermasalah,
khususnya untuk kredit bermasalah kepada pihak terkait dengan BPR, debitur grup,
dan / atau debitur besar.

2. Penyusunan Program Penanganan Kredit Bermasalah


Program penanganan kredit bermasalah harus disusun sedini mungkin sebelum berdampak
terhadap kinerja perkreditan BPR secara keseluruhan dan harus disetujui oleh Direksi.
Program dimaksud harus meliputi hal-hal sebagai berikut :
2.1 Tata cara penanganan untuk setiap kredit bermasalah dengan memperhatikan PBI No.
13/26/PBI/2011 tentang perubahan atas PBI No. 8/19/PBI/2006 tentang KAP dan
PPAP BPR maupun kebijakan dan prosedur BPR yang mengatur mengenai
penyelamatan dan penyelesaian kredit bermasalah yang berlaku bagi BPR;
2.2 Perkiraan jangka waktu kredit;
2.3 Perkiraan hasil penyelamatan atau penyelesaian kredit bermasalah, baik dari sisi
pengembalian penyediaan dana maupun dari sisi kualitas aktiva;
2.4 Memprioritaskan penanganan kredit bermasalah kepada pihak terkait dengan BPR,
debitur grup, dan / atau debitur besar.
Program penanganan kredit bermasalah tersebut merupakan salah satu materi yang harus
dilaporkan dalam Laporan Pelaksanaan Rencana Kerja.
3. Upaya Penanganan Kredit Bermasalah
Dalam menyusun program penanganan kredit bermasalah BPR dapat melakukan upaya
sebagai berikut :
3.1 Restrukturisasi Kredit ( Penyelamatan Kredit )
3.1.1Kredit Bermasalah adalah kredit yang pembayaran pokok dan bunganya tidak
sesuai dengan perjanjian kredit.
3.1.2Restrukturisasi kredit adalah upaya perbaikan yang dilakukan BPR dalam
kegiatan perkreditan terhadap debitur yang mengalami kesulitan untuk
memenuhi kewajibanya, yang dilakukan melalui :
3.1.2.1 Penjadwalan kembali adalah perubahan jadwal pembayaran
kewajiban Debitur atau jangka waktu;
Untuk kredit bermasalah dengan kondisi kemampuan nasabah
sudah tidak mampu lagi membayar angsuran pokok dan bunga
seperti biasanya, maka perlu dilakukan penyelamatan kredit dengan
cara mengubah jangka waktu;
Contoh :
Kredit dengan jangka waktu 24 bulan, tetapi karena kemampuan
untuk membayar nasabah tersebut menurun, maka jangka waktu
kreditnya diperpanjang menjadi 36 bulan sehingga angsuran
menjadi turun dan nasabah dapat kembali mengangsur kreditnya.
3.1.2.2 Persyaratan kembali yaitu perubahan sebagian atau seluruh
persyaratan kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal
pembayaran, jangka waktu, dan / atau persyaratan lainnya
sepanjang tidak menyangkut perubahan maksimum plafon kredit;
Untuk kredit bermasalah dengan kondisi kemampuan nasabah
sudah tidak mampu lagi membayar angsuran pokok dan bunga
seperti biasanya, maka perlu dilakukan penyelamatan kredit dengan
cara merubah jangka waktu dan/atau suku bunga kredit.
Contoh :
Kredit dengan jangka waktu 24 bulan, suku bunga 22 %, tetapi
karena kemampuan untuk membayar nasabah tersebut menurun
maka jangka waktu kreditnya diperpanjang menjadi 36 bulan dan /
atau suku bunganya diturunkan menjadi 20 % , sehingga angsuran
menjadi turun dan nasabah dapat kembali mengangsur kreditnya.
3.1.2.3 Penataan kembali yaitu perubahan persyaratan Kredit yang
menyangkut penambahan fasilitas Kredit dan konversi seluruh atau
sebagian tunggakan angsuran bunga menjadi pokok Kredit baru
yang dapat disertai dengan penjadwalan kembali dan / atau
persyaratan kembali.

Untuk kredit bermasalah dengan kondisi kemampuan nasabah


sudah tidak mampu lagi membayar angsuran pokok dan bunga
seperti biasanya, maka perlu dilakukan penyelamatan kredit dengan
cara merubah plafon, jangka waktu dan/atau suku bunga kredit.
Contoh :
Kredit dengan plafon Rp.10 juta, jangka waktu 24 bulan, suku bunga
22 %, tetapi karena kemampuan untuk membayar nasabah tersebut
menurun maka sisa baki debetnya menjadi plafon baru, jangka
waktu kreditnya diperpanjang menjadi 36 bulan dan/atau suku
bunganya diturunkan menjadi 20 % , sehingga angsuran menjadi
turun dan nasabah dapat kembali mengangsur kreditnya.
3.1.3 Kriteria kredit yang dapat direstrukturisasi :
3.1.3.1 Ada surat permohonan restruktur dari debitur;
3.1.3.2 Debitur mengalami kesulitan pembayaran pokok dan / bunga
kredit;
3.1.3.3 Debitur memiliki prospek usaha yang baik dan diperkirakan mampu
memenuhi kewajiban setelah kredit direstrukturisasi;
3.1.3.4 Menunjukkan itikad baik dan bersedia untuk memenuhi kewajiban
kredit setelah restrukturisasi.
3.1.4 Kabag sebagai penanggung jawab kualitas portofolio nasabah
merekomendasikan penyelesaian atas kredit yang bermasalah berdasarkan
surat permohonan restruktur dari nasabah atau berdasarkan pertimbangan
BPR;
3.1.5 Kabag akan melakukan analisa dan pemeriksaan atas kredit yang akan
direstruktur sebagai berikut :
3.1.5.1 Kelengkapan berkas permohonan nasabah;
3.1.5.2 Analisa karakter calon nasabah;
3.1.5.3 Analisa keuangan;
3.1.5.4 Analia usaha;
3.1.5.5 Analisa jaminan.
3.1.6 File - file kredit yang sudah direstruktur harus dipisahkan dari file kredit
biasa . File kredit yang direstruktur harus diadministrasikan oleh Administrasi
kredit dengan baik;
3.1.7 BPR dilarang melakukan Restrukturisasi Kredit apabila bertujuan hanya untuk
menghindari :
3.1.7.1 Penurunan kualitas Kredit;
3.1.7.2 Menghindari peningkatan pembentukan Penyisihan Kerugian
Kredit;
3.1.7.3 Penghentian pengakuan pendapatan bunga secara akrual.
3.1.8 Setiap awal bulan Kabag harus membuat laporan Kredit yang di
Restrukturisasi kepada Direksi BPR;
3.1.9 Kredit yang akan direstrukturisasi harus diajukan ke Komite Kredit.
3.1.10 Restrukturisasi Kredit untuk 1 ( satu ) Debitur hanya dapat dilakukan 1 ( satu )
kali saja, dan harus dibuat akad restrukturisasi atau adendum kredit.
3.1.11 Monitoring terhadap Kredit yang direstrukturisasi menjadi tanggung jawab
marketing yang melepas kredit dan Kepala Bagian Marketing.
3.1.12 Kebijakan dalam rangka restrukturisasi kredit mencakup hal-hal sebagai
berikut :
3.1.12.1 Direksi harus membentukl satuan / unit kerja atau menunjuk
pejabat BPR untuk menangani restrukturisasi;
3.1.12.2 Pejabat yang ditugaskan dalam satuan / unit kerja atau yang
ditunjuk untuk menangani restrukturisasi kredit tidak
terlibat dalam proses pemberian kredit kepada debitur yang akan
direstrukturisasi tersebut;
3.1.12.3 Dalam hal BPR tidak memiliki jumlah personil yang cukup, maka
kewenangan tersebut dapat dilaksanakan oleh Direksi;
3.1.12.4 Perkembangan penangangan kredit yang direstrukturisasi harus
dilaporkan oleh satuan / unit kerja atau pejabat yang ditunjuk
kepada Direksi secara berkala;
3.1.12.5 Hak dan Kewajiban debitur dan persyaratan lainnya dalam rangka
restrukturisasi harus dituangkan dalam perubahan ( addendum )
perjanjian kredit secara tertulis.
3.2 Penyelesaian Kredit Bermasalah
Untuk kredit bermasalah yang tidak dapat ditagih kembali setelah dilakukan upaya-
upaya penyelamatan, maka kredit bermasalah tersebut dapat diselesaikan melalui :
3.2.1 Pengambilalihan Agunan
3.2.1.1 Direksi BPR wajib merumuskan kebijakan pengambilalihan agunan
yang dituangkan dalam prosedur perkreditan dan bertanggung
jawab dalam pelaksanaannya;
3.2.1.2 BPR harus memilih salah satu perlakuan terhadap cara
pengambilalihan agunan, yang terdiri dari :
3.2.1.2.1 Penyelesaian kredit ( Agunan Yang Diambil Alih /
AYDA );
3.2.1.2.2 Proses penyelesaian kredit.
Tata cara pengambilalihan agunan tersebut berpedoman kepada
PBI No. 13/26/PBI/2011 tentang perubahan atas PBI No.
8/19/PBI/2006 tentang KAP dan PPAP BPR serta Pedoman
Akuntansi BPR.
Dasar pertimbangan pemilihan salah satu perlakuan terhadap cara
pengambilalihan agunan tersebut harus didokumentasikan secara
tertulis.
3.2.1.3 Dalam rangka menetapkan perlakuan terhadap AYDA BPR harus
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
3.2.1.3.1 Legalitas agunan;
3.2.1.3.2 Jenis agunan;
3.2.1.3.3 Agunan tersebut memiliki nilai pasar yang baik dan
mudah diperjual belikan (marketable);
3.2.1.3.4 Perbandingan nilai agunan terhadap kewajiban debitur
(coverage);
3.2.1.3.5 Surat pernyataan penyerahan agunan dan surat kuasa
menjual dari debitur.
3.2.1.4 Prosedur penyelesaian kredit melalui AYDA wajib dilengkapi
dengan :
3.2.1.4.1 Tata cara dan batas waktu penyelesaian AYDA
termasuk penetapan Direksi atau pejabat yang ditunjuk
untuk menyelesaikan AYDA, serta penyusunan Action
Plan penyelesaian AYDA dengan mengacu pada
ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai
KAP dan Pembentukan PPAP;
3.2.1.4.2 Tata cara serta periode penilaian AYDA;
3.2.1.4.3 Penerapan perlakuan akuntansi pengambilalihan AYDA
sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang
mengantur mengenai KAP dan Pembentukan PPAP
serta kebijakan dan prosedur perkreditan BPR;
3.2.1.4.4 Penilaian kembali secara berkala terhadap AYDA sesuai
dengan ketentuan dan prosedur yang berlaku, dengan
ketentuan sebagai berikut :
 Apabila AYDA mengalami penurunan, BPR wajib
mengakui rugi penurunan nilai tersebut;

 Apabila AYDA mengalami peningkatan, BPR tidak


boleh mengakui peningkatan nilai tersebut
sebagai pendapatan;
 Dalam hal dilakukan penilaian kembali terhadap
AYDA, dan AYDA mengalami peningkatan, maka
BPR dapat mengakui pemulihan
 penurunan nilai tersebut maksimum sebesar rugi
penurunan nilai yang telah diakui.
3.2.1.4.5 Dokumentasi dan administrasi pengambilalihan dan
penjualan agunan.
3.2.1.5 Prosedur penyelesaian kredit melalui proses penyelesaian kredit
harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
3.2.1.5.1 Perjanjian kredit antara BPR dan debitur tidak berakhir
pada saat agunan dikuasai oleh BPR;
3.2.1.5.2 BPR berkewajiban untuk mengembalikan kelebihan
hasil penjualan agunan apabila hasil penjualan agunan
lebih tinggi dibandingkan jumlah kewajiban yang harus
diselesaikan oleh debitur;
3.2.1.5.3 BPR berhak untuk menagih tambahan pembayaran
kepada debitur jika hasil penjualan agunan lebih
rendah dibandingkan jumlah kewajiban yang harus
diselesaikan oleh debitur.
3.2.2 Hapus Buku dan / atau Hapus Tagih
Hapus Buku dan / atau Hapus Tagih hanya dapat dilakukan terhadap
penyediaan dana yang memikiliki kualitas Macet.
Ketentuan Hapus Buku dan / atau Hapus Tagih terhadap kredit yang memiliki
kualita Macet adalah sebagai berikut :
3.2.2.1 Hapus Buku
3.2.2.1.1 Hapus Buku adalah tindakan administratif BPR untuk
menghapus buku kredit macet dari neraca sebesar
kewajiban Debitur tanpa menghapus Hak Tagih BPR
kepada Debitur;
3.2.2.1.2 Hapus Buku tidak dapat dilakukan terhadap sebagian
penyediaan dana ( partial write off ), tetapi harus
terhadap seluruh penyediaan dana yang diberikan dan
diikat dalam satu perjanjian;
3.2.2.1.3 Sebelum Hapus Buku dilaksanakan, Kabag harus
memastikan bahwa kredit yang bersangkutan telah
melalui proses penagihan sesuai dengan tingkat
kolektibilitas pinjaman tersebut;
3.2.2.1.4 Kabag harus melampirkan seluruh bukti-bukti
pendukung dan dasar pertimbangan untuk kredit yang
akan di Hapus buku, yakni :
 Laporan kunjungan ke nasabah;
 Dokumen pendukung atas kriteria kredit
yang dapat di Hapus Buku.
3.2.2.1.5 Proses Hapus Buku hanya dapat dilakukan setelah
kredit macet selama 12 ( dua belas ) bulan berturut-
turut dan memenuhi salah satu dari 5 ( lima ) kriteria
dibawah ini :
3.2.2.1.5.2 Debitur sudah tidak memiliki prospek untuk
direstrukturisasi atau upaya restrukturisasi tidak
berhasil sehingga portofolio BPR tetap macet
3.2.2.1.5.2 Agunan yang dikuasai BPR tidak mencukupi
untuk melunasi kredit;
3.2.2.1.5.3 Nasabah sudah tidak diketahui
keberadaannya;
3.2.2.1.5.4 Agunan tidak dikuasai bank, seperti :
agunan barang bergerak yang sudah
dialihkan oleh debitur ataupun sudah tidak
dalam penguasaan debitur;
3.2.2.1.5.5 BPR telah membentuk PPAP yang cukup.

3.2.2.1.6 Hapus Buku hanya dapat dilakukan setelah


BPR melakukan segala upaya untuk
memperoleh kembali Aktiva Produktif / Kredit yang
diberikan tetapi tetap gagal;
3.2.2.1.7 Seluruh kredit yang telah di Hapus Buku harus tetap
dilakukan dan diupayakan penagihannya;
3.2.2.1.8 Jumlah kredit yang dapat di Hapus Buku adalah sebesar
bagian yang tidak dapat ditagih;
3.2.2.1.9 Direksi membuat permohonan kepada Dewan
Komisaris atas pinjaman yang akan di Hapus Buku;
3.2.2.1.10 Dewan Komisaris akan memeriksa seluruh berkas
permohonan dan memproses persetujuan sesuai
dengan aturan dan wewenang yang ada padanya;
3.2.2.1.11 File Hapus Buku tidak boleh hilang maka dengan
demikian BPR harus memastikan penyimpanan
dokumen dengan baik, dan di tempat yang aman;
3.2.2.1.12 Kredit yang di Hapus Buku tidak boleh diberitahukan
kepada debitur yang bersangkutan;
3.2.2.1.13 Hapus Buku terhadap kredit macet tidak perkenankan
untuk kredit kepada pihak terkait;
3.2.2.2 Hapus Tagih
3.2.2.2.1 Hapus Tagih hanya dapat dilakukan dengan
persyaratan sebagai berikut :
3.2.2.2.1.1 Kredit-kredit tersebut terlebih dahulu telah
di Hapus Buku selama 5 ( lima ) tahun dari
neraca Bank;
3.2.2.2.1.2 Kredit yang di Hapus Buku tetapi masih ada
fisik agunan tidak boleh di Hapus Tagih;
3.2.2.2.1.3 Telah dilakukan penagihan, tetapi tidak ada
hasilnya serta sudah tidak efisien dilakukan
penagihan.
3.2.2.2.2 Hapus Tagih adalah tindakan BPR menghapus
kewajiban Debitur yang tidak dapat diselesaikan
setelah BPR melakukan segala upaya untuk
memperoleh kembali Aktiva Produktif / Kredit yang
diberikan tetapi tetap gagal;
3.2.2.2.3 Hapus Tagih adalah penghapusan kredit-kredit dari
catatan, neraca dan rekening administratif Bank;
3.2.2.2.4 Hapus Tagih dapat dilakukan terhadap sebagian atau
seluruh penyediaan dana;
3.2.2.2.5 Hapus Tagih terhadap sebagian penyediaan dana
hanya dapat dilakukan dalam rangka penyelesaian
Kredit Bermasalah;
3.2.2.2.6 Hapus Tagih dapat dilakukan setelah ada permohonan
dari Direksi kepada Dewan
Komisaris, dan harus disetujui Dewan
Komisaris;
3.2.2.2.7 Dokumen Hapus Tagih harus dikumpulkan dan
disimpan dalam file Hapus Tagih. File tersebut harus
disimpan oleh BPR dan tidak boleh hilang;
3.2.2.3 Hapus Buku Dan Hapus Tagih
3.2.2.3.1 Rencana Hapus Buku dan / atau Hapus Tagih terhadap
kredit yang memiliki kualitas Macet dengan jumlah
yang signifikan, wajib tercatat dalam rencana kerja dan
anggaran tahunan BPR;
3.2.2.3.2 Pelaksanaan Hapus Buku dan / atau Hapus Tagih
disesuaikan dengan kewenangan yang tercantum
dalam kebijakan dan prosedur perkreditan BPR;
3.2.2.3.3 Hapus Buku dan / atau Hapus Tagih hanya dapat
dilakukan setelah BPR melakukan upaya untuk
memperoleh kembali kredit yang diberikan tetapi
gagal;
3.2.2.3.4 BPR wajib menatausahakan dokumentasi mengenai
upaya yang telah dilakukan serta dasar pertimbangan
pelaksaanaan Hapus Buku dan / atau Hapus Tagih oleh
BPR;
3.2.2.3.5 BPR wajib menatausahakan data dan informasi
mengenai kredit yang telah dihapus Bulku dan / atau
Hapus Tagih.

B. TRANSPARANSI
Dalam rangka meningkatkan Good Governance, BPR harus menerapkan transparansi informasi
mengenai setiap jenis ( produk ) kredit yang akan ditawarkan kepada debitur / calon debitur secara
memadai, jelas, akurat, dan dapat diperbandingkan antara produk satu dengan produk lainnya
sesuai dengan hak dan kebutuhan debitur / calon debitur. Informasi yang disampaikan tersebut
harus mudah dan dapat dipahami oleh debitur.

I. PRODUK KREDIT
Informasi mengenai karakteristik kredit yang ditawarkan, antara lain :

1. Nama produk;
2. Manfaat dan risiko dan kredit yang ditawarkan kepada nasabah secara utuh khususnya risiko
yang akan timbul jika calon debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya sebagaimana
tercantum dalam perjanjian kredit antara lain pengenaan pinalti, denda, pengambilalihan
agunan dan lain-lain;
3. Persyaratan kredit termasuk persyaratan yang mencakup antara lain dokumen yang
diperlukan, mekanisme dan prosedur pengajuan kredit dan persyaratan agunan;
4. Biaya-biaya yang melekat yang akan dibebankan kepada debitur, antara lain biaya
administrasi, provisi, pinalti, denda, dan asuransi sehingga debitur memperoleh kejelasan
mengenai biaya yang akan dibebankan dan memiliki keyakinan atas kemampuan dan
kesanggupannya untuk memenuhi kewajibannnya kepada bank;
5. Informasi tentang suku bunga antara lain mencakup metode perhitungan, cara perhitungan,
pembebanan, dan penyesuaian suku bunga kredit sesuai suku bunga pasar. Cara perhitungan
bunga tersebut harus dilengkapi pula dengan perkiraan atau simulasi bunga yang akan
dibebankan kepada debitur selama jangka waktu kredit;
6. Jangka waktu masing-masing produk yang ditawarkan dan jadwal angsuran.
Informasi mengenai karakteristik produk harus disampaikan oleh BPR kepada debitur / calon
debitur sebelum penandatanganan perjanjian kredit.
CONTOH 1

KETENTUAN UMUM PRODUK

Nama Produk : KREDIT MODAL KERJA ( KMK )

Jenis Produk : Kredit

Manfaat : Menambah modal usaha

Persyaratan : - KTP
- Kartu Keluarga
- Surat Nikah
- Bukti Kepemilikan Agunan
- Data Keuangan
- Tujuan Penggunaan

Suku Bunga : 18 % pa.

Jangka Waktu : 12 - 36 bulan

Denda : 0,5 % per hari dari total angsuran

Pinalti : 50 % dari total bunga yg belum berjalan

Angsuran Kredit : Bulanan

Keterangan :
Kredit Modal Kerja merupakan kredit yang diberikan kepada debitur untuk membiayai keperluan modal
kerja.
Contoh : Untuk membeli bahan baku produksi, piutang dagang, persediaan barang dagangan.
CONTOH 2

KETENTUAN UMUM PRODUK

Nama Produk : KREDIT INVESTASI ( KI )

Jenis Produk : Kredit

Manfaat : Pembelian barang dan jasa untuk mengembangkan usaha

Persyaratan : - KTP
- Kartu Keluarga
- Surat Nikah
- Bukti Kepemilikan Agunan
- Data Keuangan
- Tujuan Penggunaan

Suku Bunga : 18 % pa.

Jangka Waktu : 12 - 48 bulan

Denda : 0,5 % per hari dari total angsuran

Pinalti : 50 % dari total bunga yg belum berjalan

Angsuran Kredit : Bulanan

Keterangan :

Kredit Investasi diberikan kepada debitur untuk pembelian barang-barang modal dan jasa yang
diperlukan guna rehabilitasi, modernisasi, ekspansi dan relokasi proyek atau pendirian usaha baru.

Contoh : Untuk pembelian / pembangunan tempat usaha, membeli pabrik, pembelian mesin, kendaraan
operasional.
CONTOH 3

KETENTUAN UMUM PRODUK

Nama Produk : KREDIT KONSUMTIF ( KK )

Jenis Produk : Kredit

Manfaat : Memenuhi kebutuhan konsumsi

Persyaratan : - KTP
- Kartu Keluarga
- Surat Nikah
- Bukti Kepemilikan Agunan
- Data Keuangan
- Tujuan Penggunaan

Suku Bunga : 18 % pa.

Jangka Waktu : 12 - 36 bulan

Denda : 0,5 % per hari dari total angsuran

Pinalti : 50 % dari total bunga yg belum berjalan

Angsuran Kredit : Bulanan

Keterangan :

Kredit konsumtif diberikan bank untuk memenuhi kebutuhan konsumsi nasabah, seperti kredit
kendaraan bermotor, kredit pemilikan rumah, biaya pendidikan sekolah, dan sebagainya.

Contoh : KPR untuk tempat tinggal, pendidikan, renovasi rumah, pernikahan, kesehatan, liburan dan
kebutuhan lain
II. BENTUK & ISI PERJANJIAN KREDIT DAN PENGIKATAN JAMINAN

1. PERJANJIAN KREDIT

PERJANJIAN KREDIT
NO : …………………………………….

Perjanjian kredit ini dibuat pada hari …………….tanggal …………………….., bertempat di Gedung PT.
BPR Nusantara Bona Pasogit ……. selanjutnya disebut “Perjanjian” oleh dan antara
1. Nama : ……………………………………………………….
Dalam kedudukannya selaku Direktur Utama/Direktur Perseroan Terbatas PT.Bank
Perkreditan Rakyat Nusantara Bona Pasogit ..., dari dan oleh karena itu bertindak untuk
dan atas nama Perseroan Terbatas PT. BPR .....…..., yang berkedudukan
di. ............................. yang Anggaran Dasarnya dimuat dalam Berita Negara Republik
Indonesia, tertanggal ………….(……….). tambahan Nomor dan Anggaran………..Dasar
telah, mengalami beberapa kali perubahan antara lain tetapi tidak terbatas pada Akta
Pernyataan Keputusan Rapat tertanggal …………….. (…………..dibuat dihadapan) Nomor
……… ……………………………, Sarjana Hukum, Notaris di …………mendapat persetujuan
dari (dan telah menerima bukti pelaporan) dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi
Manusia Republik In (…………………), Nomor : …… .
Selanjutnya akan disebut “Bank”

Untuk Kepala Cabang, maka komparasi isi berubah menjadi :

Dalam kedudukannya selaku Kepala Cabang berdasarkan Surat Keputusan Direksi


Nomor……………..tertanggal……………..( …… Pengangkatan Sebagai Kepala Cabang
dan berdasarkan Akta Surat Kuasa Nomor………………. Tertanggal…………………
( ………………… ) dihadapan …………………….., Sarjana Hukum, Notar demikian sah mewakili
Direksi dari dan oleh karena itu bertindak untuk dan atas nama Perseroan Terbatas (PT)
berkedudukan BPR ….,di ……… yang Anggaran Dasarnya dimuat dalam Berita Negara
Republik Indonesia tertanggal……………..( …………………… ), Nomor………… Nomor……………..,
dan Anggaran Dasar telah m perubahan antara lain tetapi tidak terbatas pada Akta
Pernyataan Keputusan Rapat tertanggal…………………. ( ……………. ), Nomor
dihadapan…………….., Sarjana Hukum, Notaris mendapatkan persetujuan dari ( dan telah
menerima bukti pelaporan ) dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia tertanggal………………..Nomor………………Selanjutnya akan disebut “Bank”

2. Nama : ……………………………..
Tempat Tgl Lahir : ……………………………..
Pekerjaan : ……………………………..
Alamat : ……………………………..
Warga Negara Indonesia, dalam hal ini bertindak untuk diri sendiri dan
telah mendapat persetujuan dari suami/istrinya,
Nama : ……………………………..
Tempat Tgl Lahir : ……………………………..
Pekerjaan : ……………………………..
Alamat : ……………………………..
yang turut hadir dan ikut menandatangani perjanjian ini.
Selanjutnya akan disebutPEMINJAM“”

BANK dan PEMINJAM (selanjutnya akan disebut ParaPihak“”) menerangkan


terlebih dahulu, hal-hal sebagai berikut :
- Bahwa PEMINJAM dalam menjalankan usahanya yang bergerak di bidang
……….., terletak di jalan………….., Kecamatan………,membutuhkan penambahan
………………………….., PEMINJAMdan telah mengajukan permohonan kredit dengan nomor
………………………… tanggalkepada……………………BANK.
- Bahwa BANK setuju untuk memberikan pinjaman uang kepada PEMINJAM,
dengan jenis kredit ………….., dan dengan selu yang tercantum pada Surat Persetujuan
Kredit (SPK), (…………………), Nomor : yang……………telah dimengerti,, disetujui dan
ditandatangani oleh PEMINJAM sebelum perjanjian ini.
- Berdasarkan hal tersebut, maka Para Pihak setuju dan sepakat untuk mengadakan Perjanjian
KreditPerjanjian(selanjutnya”),dimana BANK setuju memberikan pinjaman sejumlah uang
kepada PEMINJAM dan PEMINJAM menyatakan berhutang kepada BANK dengan
memakai syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan pokok sebagai berikut :
PASAL 1
FASILITAS KREDIT
1. Besar pokok pinjaman Rp. ……………………..( ………….... ) rupiah untuk keperluan
…………………………….., dengan jenis kredit……………
2. Jumlah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditarik sekaligus oleh Peminjam dengan
menandatangani Bukti Pencairan Kredit dan jumlah tersebut dipindahbukukan
(dikreditkan) ke rekening tabungan Peminjam dengan nomor rekening …………………….

PASAL 2
JANGKA WAKTU
1. Perjanjian ini berlaku untuk jangka waktu …… (……………………..bulan,) terhitung mulai tanggal
………….. (……………………) sampaitanggal dengan
……………. (………………………….).
2. Perjanjian ini akan tetap berlaku selama Peminjam masih belum membayar lunas seluruh
kewajiban kepada Bank baik hutang pokok, bunga, dan/atau denda.

PASAL 3
BUNGA, PROVISI DAN BIAYA LAINNYA
1. PEMINJAM setuju membayar kepada BANK bunga sebesar…% (………..persen) per tahun,
yang dihitung secara rata/tetap (flat) dari jumlah pokok pinjaman.
Perhitungan bunga untuk 1 (satu) tahun adal Rp. ………….sehingga, bunga setiap bulannya
adala yaitu sebesar Rp………………., yang dibayarkan be angsuran pokoknya.
2. PEMINJAM setuju untuk membayar biaya imbalan/provisi kepada Bank sebesar
…... % ( ………… persen)daripokok pinjaman atau sebesar Rp (…………….
Rupiah)yangdibebankan hanya 1 (satu) kali dan dibayarkan sebelum atau pada saat
kredit direalisasikan.
3. PEMINJAM setuju untuk membayar biaya administra % (………….. persen)
dariataupokoksebesarpinjamanRp. …… (……………. Rupiah)yangdibebankan hanya 1 (satu)
kali dan dibayarkan sebelum atau pada saat kredit direalisasikan.
4. Selain biaya sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dan 3, PEMINJAM setuju
untuk membayar biaya lainnya melalui BANK yaitu :
4.a. Biaya pengikatan agunan dan legalisasi perjanjian, dengan tarif yang
berlaku pada Kantor Notaris yang telah dipilih/ditentukan oleh
PEMINJAM ;
4.b. Biaya Premi Asuransi Jiwa Kredit, dengan tarif yang berlaku pada
perusahaan asuransi yang telah dipilih/ditentukan oleh PEMINJAM.
Seluruhnya rincian biaya tersebut akan tertera di dalam kwitansi dari
pemberi jasa dimaksud.

PASAL 4
PEMBAYARAN KEMBALI & BESAR ANGSURAN

1. Pembayaran kembali pinjaman uang beserta bunganya dilakukan PEMINJAM kepada BANK
secara mengangsur selama jangka waktu sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Perjanjian ini.
2. PEMINJAM menyatakan sanggup membayar secara bulanan angsuran pokok pinjaman
sebesar Rp.______,-(________) dari hasil perhitungan Rp.______,-dibagi __ bulan, dan
ditambah membayar biaya bunga yaitu sebesar Rp.______,-( ____) sehingga menjadi Rp.
______,- (_____) secara sama jumlahnya setiap bulan, yang cara perhitungan dan jadwal
angsuran tertera pada Jadwal Angsuran yang merupakan lampiran dan menjadi satu
kesatuan dengan perjanjian ini.
3. Pembayaran angsuran harus dilakukan PEMINJAM secara tepat baik jumlahnya
maupun tanggalnya, setiap tanggal ………………………
seluruh pinjaman utang pokok berikut bunganya terbayar lunas dan untuk pertama
kalinya dibayarkan pada tanggalsehingga angsuran…………………………
terakhir akan jatuh tempo pada tanggal …………
4. Apabila PEMINJAM membayar angsuran tidak tepat tanggal atau jumlah yang dibayarkan
kurang dari jumlah seharusnya sebagaimana disebutkan dalam ayat 2 (dua) dan 3 (tiga),
maka PEMINJAM setuju pembukuan atas jumlah yang dibayarkan tersebut akan dicatat
oleh Bank sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.
5. PEMINJAM menyetujui bahwa pembukuan BANK selalu menjadi dasar untuk menetapkan
jumlah hutang yang wajib dibayar oleh PEMINJAM pada BANK berdasarkan Perjanjian
Kredit ini, baik jumlah pokok, bunga, denda, provisi dan biaya-biaya lainnya dan
PEMINJAM akan menerima baik perhitungan yang dibuat dan diberikan oleh BANK
sebagaimana diuraikan di atas, dengan tanpa mengurangi hak PEMINJAM untuk
membuktikan sebaliknya, dan apabila ada catatan BANK yang tidak benar, BANK akan
melakukan pembetulan.
6. Untuk setiap pembayaran angsuran, PEMINJAM berhak mendapat bukti pembayaran yang
sah dari BANK, atau apabila PEMINJAM melakukan pembayaran dengan cara
sebagaimana dimaksud pada Pasal 7ayat 2, maka bukti setoran yang telah divalidasi
tersebut adalah sebagai bukti pembayaran.

PASAL 5
DENDA KETERLAMBATAN
Apabila PEMINJAM terlambat melakukan pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga, maka
PEMINJAM setuju untuk membayar denda keterlambatan dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Keterlambatan membayar angsuran bulanan dikenakan denda ………..% (……………..
persen)darijumlahangsuran tertunggak, per hari keterlambatan.
2. Keterlambatan pelunasan dikenakan denda ……… % (…………….. persen)dari jumlah angsuran
per bulan, per hari keterlambatan.

PASAL 6
PELUNASAN DIPERCEPAT
Apabila PEMINJAM akan melunasi pinjaman sebelum tanggal jatuh tempo sebagaimana
dimaksud pada Pasal 2 ayat 1 berakhir, maka PEMINJAM wajib untuk membayar seluruh sisa
hutang pokok dan hutang bunga kredit pada bulan berjalan dan setuju untuk dikenakan penalty
sebesar …… % (………… daripersen)seluruhsisa hutang bunga.

PASAL 7
TEMPAT PEMBAYARAN
1. Semua pembayaran atas pembayaran pokok, bunga, denda, dan biaya lainnya kepada BANK
berdasarkan perjanjian ini, dilakukan di kantor pusat Jl……………........., kantor cabang
Jl...................., kantor kas Jl................................., dilakukan pada saat jam operasional kas
BANK.

2. Menyimpang dari ketentuan pasal 7 ayat 1 perjanjian ini, pembayaran kembali atas
pembayaran pokok, bunga, dan biaya lain-lainnya kepada BANK berdasarkan perjanjian
ini, dimungkinkan di bayar melalui petugas BANK yang ditugaskan untuk itu atau melalui
transfer ke nomor rekening BANK yang ada di :
2.a. Bank……………… dengan nomor………………….rekeningan…. PT. Bank Perkreditan Rakyat
Nusantara Bona Pasogit …….
2.b. Bank …………… dengan nomor rekening………………. an………. PT. Bank Perkreditan
Rakyat Nusantara Bona Pa
3. PEMINJAM setuju untuk memberitahukan dan menyampaikan bukti transfer pembayaran
angsuran sebagaimana dimaksud pada ayat 2 kepada BANK melalui
fax dengan nomor …… atau melalui telepon de
4. Apabila PEMINJAM melakukan pembayaran angsuran tersebut melalui petugas BANK yang
ditugaskan, maka PEMINJAM wajib memastikan petugas tersebut adalah benar petugas
BANK serta PEMINJAM setuju dan bersedia memastikan kembali kepada BANK atas
angsuran yang telah dibayarkan tersebut dengan
melakukan konfirmasi kepada BANK melalui …………..
5. PEMINJAM dan BANK setuju apabila tanggal pembayaran angsuran jatuh pada hari libur
maka PEMINJAM setuju melakukan pembayaran sebelum hari libur.
6. Untuk setiap pembayaran angsuran, PEMINJAM setuju untuk menyimpan bukti pembayaran
dan setuju untuk menyimpan bukti pembayaran tersebut sampai pinjaman lunas.

PASAL 8
SURAT PERINGATAN DAN PENGAMANAN AGUNAN
1. PEMINJAM setuju dengan pemberian Surat Peringatan (selanjutnya akan disebut
denganSP”)“ oleh BANK dengan kondisi: sebagai be
a. Apabila 7 (tujuh) hari setelah jatuh tempo PEMINJAM belum melakukan
pembayaran, maka BANK memberikan SP pertama (SP-1) ;
b. Apabila 7 (tujuh) hari setelah pemberian SP-1 PEMINJAM belum melakukan
pembayaran, maka BANK memberikan SP Kedua (SP-2) ;
c. Apabila 7 (tujuh) hari setelah pemberian SP-2 PEMINJAM belum melakukan
pembayaran, maka BANK memberikan SP Ketiga (SP-3).
2. PEMINJAM setuju atas tindakan yang akan diambil oleh BANK dalam rangka pengamanan
agunan yang telah diikat sempurna sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku, yang
dilakukan oleh BANK karena PEMINJAM menunggak dan telah ditagih serta diberikan
surat peringatan oleh BANK, tindakan dimaksud adalah namun tidak terbatas pada
pemberian surat pengamanan agunan yang akan diberikan BANK kepada PEMINJAM
apabila :
a. Setelah 3 (tiga) hari sejak pemberian SP-3 PEMINJAM masih belum membayar
kewajibannya, maka PEMINJAM setuju agunan yang diberikan untuk diamankan
oleh BANK dan PEMINJAM masih diberikan toleransi waktu selama 7 (tujuh) hari
untuk menyelesaikan kewajibannya. Adapun bentuk pengamanan agunan benda
tidak bergerak (tanah dan bangunan), PEMINJAM setuju dan bersedia apabila BANK
melakukan pengamanan fisik agunan untuk jenis agunan barang bergerak dan
pemberian tanda untuk
jenis agunan barang tidak bergerak
contoh : penyemprotan pada tembok bangunan yang Tanah bertuliskan dan
Bangunan merupakan“ Agunan pada PT. BPR ........”).
b. Setelah 7 (tujuh) hari sejak pengamanan agunan dilakukan namun PEMINJAM masih
belum membayar kewajiban, maka PEMINJAM setuju atas langkah-langkah yang
dilakukan BANK untuk melunasi seluruh kewajiban PEMINJAM sesuai ketentuan
yang berlaku.
3. PEMINJAM setuju untuk menanggung biaya yang timbul dalam rangka pengamanan agunan
yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan agunan tersebut atau dibayarkan
tersendiri apabila hasil penjualan agunan tidak mencukupi untuk membayar biaya
tersebut.

PASAL 9
AGUNAN KREDIT
1. Untuk lebih menjamin pembayaran kembali seluruh hutang dan kewajiban PEMINJAM
berdasarkan perjanjian ini, maka PEMINJAM dengan ini menyerahkan agunan kepada
BANK berupa :
a. Sebidang tanah beserta bangunan diatasnya yang dibuktikan dengan kepemilikan
Sertifikat sebagai berikut :

- Jenis Hak : …….………………………………..…………………..


- Nomor : ………….…………………………..…………………..
- Atas Nama : ……………….……………………..…………………..
- Surat Ukur/Gambar Situasi : tertanggal/
Nomor……………………………..
- Luas Tanah : ……………………………..m2
- Jenis Bangunan : ……………………….……
- Lokasi : ………............….. Kec ............................. ,
- Tanggal Berakhir (diluar SHM) : …………………………....................……………

b. Berupa 1 (satu) unit kendaraan bermotor roda 4 (empat) ; dengan BPKB


........................
No ............... , dengan spesifikasi :
- Jenis :........................
- Merk :........................
- Tahun :........................
- Model :........................
- No.Polisi :........................
- No.Rangka :……………….
- No. Mesin :………………..
- Warna :……………..
- Bahan Bakar :.........................
- Atas nama : ……………….

Bilamana di kemudian hari barang-barang agunan yang diserahkan sebagaimana


dimaksud dalam ayat 1 (satu) pasal ini dan atau perjanjian-perjanjian lainnya yang
merupakan satu kesatuan dengan perjanjian ini musnah, hilang dan atau berkurang nilai
ekonomis atau jumlahnya, maka berdasarkan prinsip hukum jaminan atas hutang piutang
Pasal 1131 dan Pasal 1132 KUHPerdata, PEMINJAM setuju dan bersedia menyerahkan
seluruh harta kekayaan PEMINJAM baik benda bergerak maupun benda tidak bergerak
baik yang sudah ada maupun yang di kemudian hari akan ada sebagai pengganti guna
menjamin pelunasan seluruh hutang PEMINJAM pada BANK dan atas agunan tersebut
akan dilakukan pengikatan agunan sesuai ketentuan, dan PEMINJAM bersedia melakukan
penjualan agunan pengganti secara sukarela, baik dilakukan sendiri maupun secara
bersama oleh BANK.

2. Dalam melakukan penyerahan agunan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 tersebut diatas,
PEMINJAM setuju dan bersedia untuk menandatangani dokumen-dokumen guna
memenuhi persyaratan untuk pengikatan agunan, antara lain namun tidak terbatas pada
Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan, Akta Pemberian Hak Tanggungan, Akta
Jaminan Fidusia, Perjanjian Gadai dan/atau Akta Kuasa menjual, dan seluruh dokumen
tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan perjanjian ini.
3. Khusus untuk agunan berupa kios, PEMINJAM setuju untuk menyerahkan sepenuhnya hak
untuk mengurus, memegang dan menguasai dokumen-dokumen kepemilikan kios apabila
terjadi pemugaran dan atau pembongkaran kios atau pasar yang dilakukan oleh pengelola
pasar, dinas pasar dan atau pemilik kios dan setuju untuk membayar dan menanggung
biaya yang timbul atas pelaksanaannya.
4. Khusus untuk agunan berupa tabungan atau Deposito milik PEMINJAM yang ada di Bank,
PEMINJAM menyetujui dan memberikan kuasa sepenuhnya kepada Bank bilamana
PEMINJAM menunggak atau tidak melakukan pelunasan atas hutang PEMINJAM, yaitu
untuk melakukan pencairan maupun penarikan terhadap tabungan atau Deposito
sejumlah angsuran yang tertunggak atau sejumlah sisa hutang PEMINJAM apabila untuk
melakukan pelunasan.

PASAL 10
KEWAJIBAN-KEWAJIBAN PEMINJAM
Selama PEMINJAM masih mempunyai pinjaman kepada BANK maka PEMINJAM setuju dan
berjanji untuk :
1. Menggunakan fasilitas kredit sesuai dengan tujuan penggunaan yang telah di sampaikan
pada saat permohonan kredit.
2. Mengijinkan dan menyetujui wakil-wakil dari BANK dan atau orang-orang yang ditunjuk oleh
BANK, sewaktu-waktu dan atau pada jam kerja, memeriksa pembukuan-pembukuan
sehubungan dengan usaha PEMINJAM serta tempat usaha PEMINJAM ;
3. Mengijinkan dan menyetujui wakil-wakil dari BANK untuk melakukan seluruh rangkaian
tindakan sehubungan dengan kegiatan pengamanan barang agunan, seperti memasuki
pekarangan/halaman rumah peminjam, membuat tanda pada barang agunan yang
diamankan ;
4. PEMINJAM mengetahui dan setuju bahwa penutupan asuransi jiwa, pada
Polisnya akan dipasang syarat BANKER’syaituapabilaClauseadapembayaran dari asuransi
akan diterima terlebih dahulu oleh BANK untuk membayar jumlah seluruh hutang
PEMINJAM, apabila ada kelebihan akan dikembalikan kepada ahli waris PEMINJAM,
apabila terjadi kekurangan maka BANK berhak menagih kekurangannya kepada ahli
waris PEMINJAM.
5. PEMINJAM berjanji untuk tidak membebankan dengan cara apapun, menggadaikan, menjual,
dan/atau mengalihkan barang-barang agunan yang telah diserahkan berdasarkan
perjanjian ini serta janji-janji yang tertuang dalam dokumen lainnya yang merupakan satu
kesatuan dengan perjanjian ini.
6. Meminta persetujuan terlebih dahulu kepada Bank, dalam hal :
a. PEMINJAM menerima suatu pinjaman uang atau fasilitas kredit atau leasing
berupa apapun dari pihak lain.
b. PEMINJAM mengikat diri sebagai penjamin untuk pinjaman uang pihak lain.
c. PEMINJAM menyewakan baik sebagian maupun seluruhnya barang-barang jaminan.
7. Menanggung dan membayar semua biaya-biaya yang timbul seperti pembebanan provisi,
bunga, administrasi, denda, premi asuransi, akta notaris, penjabat pembuat akta tanah,
pemasangan hak tanggungan dan atau pengikat jaminan lainnya, biaya penagihan, komisi
pengacara, biaya lelang dan biaya-biaya lainnya yang berhubungan dengan perjanjian ini
yang mana kesemua biaya tersebut timbul dikarenakan adanya kelalaian atau
pelanggaran janji yang dilakukan PEMINJAM, misalnya PEMINJAM menunggak membayar,
agunan hilang, dan lain sebagainya.
8. PEMINJAM setuju untuk tunduk pada semua ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan
serta kebiasaan-kebiasaan yang berlaku pada BANK yang berlaku umum dan lazim dalam
industri perbankan, yang sekarang ada maupun yang akan ada dikemudian hari, yang
terlebih dahulu diberitahukan BANK kepada PEMINJAM dengan tenggang waktu 30 hari
melalui surat, telepon, sms, pengumuman di media cetak, dan/atau pengumuman di
papan informasi BANK.

PASAL 11
KUASA

Kuasa-kuasa yang diberikan PEMINJAM yang terdapat dalam perjanjian ini merupakan bagian
yang terpenting dan tidak dapat dipisahkan dari perjanjian ini, dan perjanjian ini tidak akan
dibuat tanpa adanya kuasa-kuasa tersebut, oleh karenanya maka kuasa-kuasa tersebut tidak
dapat ditarik kembali dan juga tidak akan berakhir bilamana peminjam dan penjamin yang
memberi kuasa meninggal dunia atau karena sebab atau peristiwa apapun juga, demikian para
pihak dengan ini melepaskan segala hak-hak istimewa yang tercantum dalam pasal 1430, 1813,
1814, 1816, 1831, 1833, 1834, 1837, 1847, 1848, 1849 KUH perdata yang berlaku di Indonesia
yang mengakhiri suatu kuasa.

PASAL 12

PENGAKHIRAN PERJANJIAN

Menyimpang dari ketentuan pasal 2 dan pasal-pasal lainnya dari perjanjian ini, PEMINJAM
menyetujui bahwa Bank berhak sewaktu-waktu menghentikan perjanjian ini dengan
mengesampingkan Pasal 1266 & Pasal 1267 kitab undang-undang hukum perdata, sehingga
tidak diperlukan surat pemberitahuan (somasi) atau surat juru sita atau surat lainnya yang
serupa itu, dalam hal demikian PEMINJAM harus melunasi seketika dan sekaligus seluruh apa
yang PEMINJAM berhutang kepada BANK baik yang berupa pokok, bunga, denda dan biaya-
biaya lainnya, apabila terjadi salah satu kejadian dibawah ini :
a. Bilamana PEMINJAM dan atau penjamin meninggal dunia, dilikuidasi atau bubar, maka
kewajiban pelunasan pinjaman PEMINJAM akan dibebankan kepada ahli waris PEMINJAM
dan atau penjamin;
b. Bilamana PEMINJAM dan atau penjamin mengajukan permohonan/dinyatakan pailit oleh
instansi yang berwenang;
c. Bilamana PEMINJAM dan atau penjamin meminta penundaan kewajiban pembayaran utang;
d. Bilamana PEMINJAM dan atau penjamin oleh instansi yang berwenang dinyatakan dibawah
pengampuan;
e. Bilamana pengguna fasilitas kredit tidak sesuai dan menyimpang dari maksud dan tujuan
semula;
f. Bilamana PEMINJAM dan atau penjamin lalai atau tidak memenuhi ketentuan atau
kewajibannya atau dalam keadaan sebagaimana tercantum dalam perjanjian ini dan atau
perubahannya dan perjanjian pengikat jaminannya atau perjanjian lainnya yang
merupakan satu kesatuan dengan perjanjian ini, baik yang telah ada maupun yang aka
nada di kemudian hari;
g. Bilamana harta kekayaan PEMINJAM dan atau penjamin, baik sebagian maupun seluruhnya
dinyatakan sita jaminan atau disita oleh pihak yang berwenang;
h. Bilamana PEMINJAM dan atau penjamin tanpa persetujuan Bank mengalihkan atau
mengontrakan atau menyewakan sebagian maupun seluruh barang-barang jaminannya
secara diam-diam kepada pihak lain;
i. Bilamana barang-barang jaminan yang telah diserahkan kepada BANK berdasarkan perjanjian
ini dan atau perjanjian-perjanjian lainnya yang merupakan satu kesatuan dengan
perjanjian ini musnah, berkurang nilai/jumlah baik sebagian maupun seluruhnya.
j. Bilamana menurut pertimbangan BANK keadaan keuangan, Bonafiditas dan Solvabilitas
PEMINJAM mundur sedemikian rupa sehingga BANK meragukan pengembalian atau
pelunasan uangnya.
k. Bilamana PEMINJAM memberikan keterangan-keterangan yang kebenarannya diragukan
oleh BANK.

PASAL 13
LAIN-LAIN
1. Apabila PEMINJAM tidak menyelesaikan pinjamannya, PEMINJAM menyetujui atas tindakan-
tindakan hukum BANK berupa apapun juga dan dengan cara apapun yang dianggap baik
diharuskan oleh ketentuan dan/atau Otoritas Jasa Keuangan dan/atau ketentuan Undang-
Undang/Pemerintah yang berlaku.
2. PEMINJAM menyetujui seluruh tindakan beserta seluruh akibat hukumnya, yaitu tindakan
yang diambil oleh BANK untuk menjaminkan Hak Tagih BANK kepada Pihak Ketiga dalam
rangka pinjaman yang diterima BANK dari Pihak Ketiga tersebut.
3. Apabila PEMINJAM meninggal dunia, maka semua pinjaman PEMINJAM kepada BANK yang
timbul karena perjanjian ini, dan atau perubahan dan atau tambahannya ataupun surat-
surat lainnya yang terkait, tetap merupakan satu kesatuan pinjaman uang dari para ahli
waris PEMINJAM dan atau penjamin yang tidak dapat dibagi-bagi
4. Semua catatan-catatan pada halaman belakang perjanjian ini, merupakan pula satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan dari perjanjian ini.
5. Ketentuan-ketentuan/hal-hal yang belum diatur dalam perjanjian ini, akan ditetapkan
kemudian oleh BANK dan akan diberitahukan kepada PEMINJAM dan dalam masa waktu
30 (tiga puluh) hari PEMINJAM akan memberikan persetujuan, namun apabila masa 30
(tiga puluh) hari telah lampau akan tetapi PEMINJAM tidak memberikan tanggapan maka
PEMINJAM setuju akan ketentuan/hal yang baru ditetapkan tersebut, dan dokumen-
dokumen dimaksud merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian ini.
6. Apabila terdapat klausul dalam perjanjian ini yang dinyatakan batal demi hukum atau
dibatalkan oleh pengadilan, maka pembatalan atas klausul dimaksud tidak membatalkan
keseluruhan perjanjian ini, dan perjanjian ini tetap berlaku dan mengikat Para Pihak
sampai masa waktu perjanjian berakhir atau seluruh hutang PEMINJAM lunas.
7. Semua surat-surat atau pemberitahuan-pemberitahuan dikirim langsung atau
melalui ekspedisi /pos ke alamat PEMINJAM di …………………………… atau sms ke nomor
telepon……. Atau melalui email ke a

PASAL 14
DOMISILI

Mengenai perjanjian ini dan segala akibatnya, PARA PIHAK memilih kediaman hukum yang
umum dan tidak berubah dikantor panitera Pengadilan Negeri ................. dengan tidak
mengurangi hak BANK untuk memilih domisili lain.
Demikian perjanjian kredit ini dibuat dan di tandatangani dengan kata sepakat dan kehendak
bebas sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan keadaan sehat jasmani
dan rohani.

.................. ,…………………………………………

BANK, PEMINJAM,

Materai 6000

................................. ( ……………………………… )
Direktur Utama

Mengetahui dan memberi persetujuan,

Ahli Waris Penjamin ( Avalis ) / Pemilik Jaminan Istri/Suami


( ………………………………… ) ( .……………… )

2. PENGIKATAN JAMINAN
Bentuk-bentuk pengikatan jaminan yang bersifat kebendaan ( barang ) :
1.1 Barang Tidak Bergerak :
1.1.1Tanah dan atau Bangunan diikat dengan Hak Tanggungan;
1.1.2Besarnya nilai Hak Tanggungan diatur dengan Surat Keputusan Direksi BPR
dan sesuai dengan peraturan yang berlaku;
1.1.3Yang tidak bersertifikat dilakukan pengikatan dengan Akta Pengakuan
Hutang dengan Kewajiban Menjual ( Akta Notaris )
1.2 Barang Bergerak :
1.2.1Jaminan-jaminan kendaraan bermotor, persediaan barang, mesin-mesin,
peralatan, diikat dengan FEO / Fidusia Dibawah Tangan dan Surat Kuasa
Jual;
1.2.2Jaminan Surat Berharga diikat dengan Gadai, Surat Kuasa untuk mencairkan /
mengalihkan.
1.3 Jaminan Immateriil :
1.3.1 Jaminan yang bersifat immateriil seperti jaminan pribadi atau jaminan
perusahaan diikat dengan Borgtocht / Garansi;
1.3.2 Pihak Penjamin ( jaminan pribadi/perusahaan ) harus pihak ketiga yang
tidak terlibat dalam perjanjian pokok.
1.4 Khusus untuk agunan Cash Collateral dapat diikat dibawah tangan.
1.5 Dalam hal agunan bukan milik debitur, maka pemilik agunan dan istri (bagi yang
sudah menikah) harus hadir sebagai penghadap untuk menandatangani akta-akta
perjanjian.
1.6 Pengikatan Perjanjian Kredit dan agunan baru dapat dilaksanakan apabila semua
dokumen yang berhubungan telah lengkap dan sah secara hukum.

Anda mungkin juga menyukai