Anda di halaman 1dari 13

DAMPAK KREDIT

MACET/BERMASALAH TERHADAP
KINERJA PERBANKAN

A. Landasan Teori

1. Pengertian Kredit

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjan antara bank dengan pihak lain

yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya

setelahjangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil

keuntungan.

2. Pengertian Kredit Macet/ non-performing loans (NPL)

Pengertian kredit bermasalah adalah suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup

membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang telah

diperjanjikannya. Kredit bermasalah menurut ketentuan Bank Indonesia merupakan kredit

yang digolongkan ke dalam kolektibilitas Kurang Lancar (KL), Diragukan (D), dan Macet

(M).

3. Jenis-Jenis Kredit

a. Jenis Kredit dilihat dari Tujuan

 Kredit Konsumtif
Kredit yang bertujuan untuk memperoleh barang-barang atau kebutuhan lainnya guna

memenuhi keputusan dalam konsumsi.

 Kredit Produktif

Kredit yang bertujuan untuk memperlancar jalannya proses produksi, mulai dari saat

pengumpulan bahan mentah, pengolahan, sampai pada proses penjualan barang-barang yang

sudah jadi.

b. Jenis Kredit dilihat dari Jangka Waktu

 Short Term Credit (kredit jangka pendek)

Adalah kredit yang berjangka waktu maksimum satu tahun

 Intermediate Term Credit (kredit jangka waktu menengah)

Adalah suatu bentuk kredit yang berjangka waktu dari satu sampai tiga tahun

 Long Term Credit (kredit jangka Panjang)

Adalah suatu bentuk kredit yang berjangka waktu lebih dari tiga tahun

 Demand loan atau call loan

Suatu bentuk kredit yang setiap waktu dapat diminta kembali

c. Jenis Kredit dilihat dari Tujuan Penggunaan

 Kredit Modal Kerja/Kredit Eksploitasi

kredit modal kerja kredit jangka pendek yang diberikan untuk membiayai kebutuhan modal

kerja dari suatu perusahaan (working capital loan)

 Kredit Investasi

kredit investasi kredit jangka menengah dan panjang yang diberikan untuk membiayai proyek

baru ataupun proyek perluasan suatu perusahaan (investment loan)

 Kredit Konsumsi

kredit yang diberikan oleh bank atau lembaga keuangan lainnya kepada pihak perseorangan,

termasuk pegawai bank pelapor, untuk keperluan konsumsi dengan cara membeli, menyewa,
atau dengan cara lain; kredit perseorangan; kredit konsumtif (consumer credit; personal

credit; consumer loan).

4. Penyebab Kredit Macet

a. Faktor Intern Bank Kreditur

 Rendahnya kemampuan bank dalam melakukan analisis permohonan kredit

 Lemahnya sistem informasi, pengawasan serta administrasi kredit

 Campur tangan yang berlebihan dalam keputusan kredit

 Pengikatan jaminan kredit yang kurang sempurna

b. Faktor ketidaklayakan debitur

 Debitur perorangan

1) Sumber: penghasilan

2) Gangguan: kesehatan, kematian, perceraian

 Debitur korporasi

1) Salah urus / mismanagement

2) Kurangnya pengetahuan dan pengalaman

3) Penipuan / fraud

c. Faktor ekstern

 Menurunnya kegiatan ekonomi dan tingginya suku bunga kredit

 Pemanfaatan iklim persaingan dunia perbankan yang tidak sehat oleh debitur yang tidak

bertanggungjawab

 Musibah yang menimpa perusahaan debitur

5. Prinsip Pemberian Kredit (5C)

a. Caracter/Karakter, merupakan suatu keyakianan bahwa sifat atau watak dari orang‐orang

yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya. Character dari calon nasabah dapat

diperoleh melalui upaya:


 Meneliti riwayat hidup calon nasabah,

 Meneliti reputasi calon debitur tersebut di lingkungan usahanya,

 Melakukan bank to bank information, mencari informasi dari bank kebank lain tentang calon

debitur,

 Mencari informasi kepada asosiasi-asosiasi usaha di mana calon debitur berada,

 Mencari informasi apakah calon debitur suka berjudi,

 Mencari informasi apakah calon debitur suka berfoya-foya.

b. Capacity, adalah kemampuan calon debitur dalam menjalankan usahanya guna memperolah

laba yang diharapkan. Penilaian ini berfungsi untuk mengukur kemampuan calon debitur

dalam mengembalikan hutangnya secara tepat waktu, dari usaha yang diperolehnya. Prinsip

ini untuk melihat kemampuan calon debitur dalam mengembalikan kredit yang diberikan

beserta dengan biaya bunganya.

c. Capital, adalah jumlah modal sendiri yang dimiliki oleh calon debitur. Kemampuan modal

sendiri diperlukan bank sebagai alat indikator kesungguhan dan tanggung jawab debitur

dalam menjalankan usahanya karena ikut menganggung risiko dalam kegagalan usaha.

d. Collateral/Jaminan adalah barang-barang yang diserahkan debitur sebagai agunan terhadap

kredit yang diterimanya.

e. Condition, yaitu situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi, budaya, yang mempengaruhi

usaha calon debitur di kemudian hari.

6. Kualitas Kredit

a. Lancar (pass) yaitu apabila memenuhi kriteria:

 Pembayaran angsuran pokok dan/ atau bunga tepat; dan

 Memiliki mutasi rekening yang aktif; atau

 Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral)
 Tidak terdapat tunggakan angsuran pokok, tunggakan bunga, atau cerukan karena penarikan;

atau

 Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga tetapi tidak lebih dari 1 (satu) bulan dan

kredit belum jatuh tempo.

b. Dalam perhatian khusus (special mention) yaitu apabila memenuhi kriteria:

 terdapat tunggakan angsuran pokok dan/ atau bunga yang belum melampaui 90 hari; atau

 kadang-kadang terjadi cerukan; atau

 mutasi rekening relatif rendah; atau

 jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan; atau

 didukung oleh pinjaman baru.

c. Kurang Lancar (substandard) yaitu apabila memenuhi kriteria:

 terdapat tunggakan angsuran pokok dan/ atau bunga yang telah melampaui 90 hari; atau

 sering terjadi cerukan; atau

 frekuensi mutasi rekening relatif rendah; atau

 terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari; atau

 terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur; atau dokumen yang lemah

 Kredit telah jatuh tempo tidak lebih dari 1 (satu) bulan.

d. Diragukan (doubtful) yaitu apabila memenuhi kriteria :

 Terdapat tunggakan angsuran pokok yang telah melampaui 180 hari sampai dengan 270 hari

(9 bulan); atau

 terjadi cerukan yang bersifat permanen; atau

 terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari; atau

 terjadi kapitalisasi bunga; atau

 dokumentasi hukum yang lemah, baik untuk perjanjian kredit maupun pengikatan jaminan.
 Kredit masih dapat diselamatkan dan agunannya bernilai sekurang-kurangnya 75% dari hutang

peminjam, termasuk bunganya: atau

 Kredit tidak dapat diselamatkan tetapi agunannya masih bernilai sekurang-kurangnya 100%

dari hutang peminjam.

e. Kredit Macet

 terdapat tunggakan angsuran pokok dan/ atau bunga yang telah melampaui 270 hari; atau

 kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru; atau dari segi hukum maupun kondisi

pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar.

 memenuhi kriteria diragukan seperti tersebut di atas, tetapi dalam jangka waktu 21 bulan sejak

digolongkan diragukan belum ada pelunasan atau usaha penyelamatan kredit; atau

 kredit tersebut penyelesaiannya telah diserahkan kepada Pengadilan Negeri atau Kantor

Pelayanan Pengurusan Piutang dan Lelang Negara atau diajukan penggantian ganti rugi

kepada perusahaan asuransi kredit.

7. Tolak Ukur Kinerja Perbankan

a. Analisis Rasio Likuditas

Analisis rasio likuiditas adalah analisis yang dilakukan terhadap kemampuan bank dalam

memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo.

 Cash Ratio

 Reserve Requirment

 Loan to Deposit Ratio (LDR)

 Loan to Asset Ratio

 Rasio Kewajiban Bersih Call Money

 Earning Assets to Total Assets Ratio (EATAR)

b. Analisis Ratio Rentabilitas/Profitabilitas


Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat

efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan.

 Return on Asset (ROA)

 Return on Equity (ROE)

 Rasio Biaya Operasional (BOPO)

 Net Profit Margin Ratio

c. Analisis Ratio Solvabilitas

Analisis rasio solvabilitas adalah analisis yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank

dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau kemampuan bank untuk memenuhi

kewajiban-kewajiban jika terjadi likuidasi bank.

 Capital Adequacy Ratio

 Debt to Equity Ratio

 Long Term Dept to Assets Ratio

B. Kasus Kredit Macet Dalam Perbankan Indonesia

Sebelumnya telah dipaparkan oleh penulis mengenai pengertian dari berbagai macam

hal yang berkaitan dengan jasa kredit perbankan. Pada subbab ini penulis akan memaparkan

beberapa kasus kredit macet yang terjadi di Indonesia. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa

kredit macet/bermasalah (non-performing loans) merupakan suatu keadaan dimana nasabah

sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti

yang telah diperjanjikannya. Di Indonesia sendiri beberapa kali telah terjadi kasus kredit

macet yang bernilai cukup fantastis berkisar milyaran rupiah. Diantaranya adalah kasus yang

terjadi di Kejati Jawa Timur pada 2014 lalu. Berdasarkan beritajatim.com, “Yudi Setiawan,

Direktur PT Cipta Inti Parmindo, terbelit kasus dugaan korupsi (kredit macet) di Bank Jatim

cabang HR Muhammad Rp 52,3 miliar dan BJB cabang Surabaya Rp 58,2 miliar. Di kasus

yang pertama dia sudah divonis majelis hakim Pengadilan Tipikor Surabaya 17 tahun
penjara. Sementara di kasus kedua dia dituntut JPU Kejati 10 tahun penjara. Adapun Eddy,

Direktur PT SBA, terbelit kasus korupsi (kredit macet) di Bank Mandiri Rp 172 miliar”. Bila

diperhatikan kasus diatas melibatkan pengusaha besar yang tentunya mengajukan kredit yang

besar pula, hal tersebut dapat dilihat dari jumlah kredit macet yang mencapai milyaran

rupiah. Penyebab kredit macet tersebut tentu bukan dari tingkat ekonomi nasabah yang

rendah, akan tetapi lebih kepada etikad tidak baik yang dimiliki nasabah yang berkaitan.

Mengingat bank yang terlibat lebih dari satu. Pengelolaan yang kurang tepat terhadap kredit

yang sudah diberikan menjadi sumber utama kredit macet tersebut.

Kredit macet tidak hanya identik dengan uang bernominal besar akan tetapi juga

dengan nominal uang yang kecil serta berkaitan dengan nyawa seseorang. Berdasarkan

TEMPO.co pada Juni 2015 di Makassar terjadi kasus dimana penagih telah menewaskan

nasabah. “Kasus itu berawal saat tiga penagih utang, yakni Syarifuddin, 30 tahun; Fatahillah,

31 tahun, dan Alvikran, 30 tahun, yang berusaha menarik kendaraan milik Masyhuri pada

Ahad lalu. Kendaraan itu diambil dari rumah Masyhuri, di Kampung Batu Tambung,

Kelurahan Pai, Biringkanayya, Makassar. Masyhuri menolak menyerahkan kendaraannya,

sehingga terjadi adu fisik. Salah seorang penagih menikam dada kiri korban hingga tewas”.

Kasus yang terjadi di Makassar tersebut memang tidak melibatkan uang dengan nilai

milyaran rupiah, akan tetapi justru menghilangkan nyawa sesorang. Dapat dicermati bahwa

kasus ini terjadi karena ketidakmampuan nasabah untuk melunasi kreditnya, sehingga justru

nyawa yang menjadi gantinya.

Kredit macet yang banyak terjadi tentu sangat merugikan bagi pihak bank yang telah

memberikan kreditnya. Bahkan dalam suatu bank bisa saja terdapat lebih dari 2 atau 3

orang/pihak/nasabah yang kreditnya macet. Seperti yang pernah diberitakan Liputan6.com

pada februari 2014 lalu, bahwa Bank Mutiara masih memiliki lima debitur kelas kakap yang

diakuinya merupakan debitur yang bermasalah.Lima perusahaan yaitu PT Selalang Prima


Inter, PT Polymer Spectrum sentosa, PT Trio Irama, PT Catur Karya Manunggal dan PT

Enerindo. Dari data terakhir total kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) Bank

Mutiara per September 2013 mencapai Rp 1,02 triliun. Dari jumlah tersebut, sebagian besar

atau 82,8% senilai Rp 840,21 miliar berasal dari warisan debitur manajemen lama tersebut.

Dapat dicermati bahwa kredit macet yang terjadi bernilai cukup fantastis hingga mencapai

nilai triliun rupiah.

Kredit macet atau kredit bermasalah tidak hanya terjadi karena adanya itikat tidak

baik dari nasabah maupun dari intern bank, akan tetapi juga bisa disebabkan karena bencana

alam. Salah satunya adalah kredit macet yang disebabkan oleh banjir yang melanda Manado

pada januari 2014 yang lalu dan mengakibatkan masyarakat kehilangan harta bendanya. PT

Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebagai salah satu bank penyedia layanan kredit terbesar

di Manado mencatat sebanyak 357.597 debiturnya yang menjadi korban banjir dengan total

pinjaman mencapai Rp 18,2 triliun.

Dikutip Liputan6.com dari data BRI Senin (27/1/2014) dari total debitur yang

menjadi korban tersebut sebanyak 8.251 debitur yang paling berpotensi terancam menjadi

kredit bermasalah dengan total pinjaman sebesar Rp 272,8 miliar. Jumlah debitur yang

terancam meningkatkan kredit macet (nett performing loan/NPL) tersebut berasal dari empat

kantor cabang yaitu kantor cabang Bitung, kantor cabang Pinaesaan, kantor cabang Manado

dan kantor cabang Tondano. Dengan adanya potensi kredit bermasalah akibat banjir manado

tersebut maka total NPL yang akan dikontribusiakan sebesar 2,3%.

Pemberian kredit yang dilakukan oleh bank seharusnya bisa dimanfaatkan dengan

baik oleh nasabah penerima kredit. Bukan malah dimanfaatkan secara tidak bijaksana dan

tidak bertanggungjawab. Jasa kredit yang diberikan oleh bank dimaksudkan untuk

mendukung kegiatan perekonomian sehari-hari bagi nasabah yang mengalami kesulitan

dalam hal finansial.


Apabila kasus kredit macet/bermasalah tersebut berlangsung tentu akan berdampak

pada kinerja dari bank yang bersangkutan. Akibat dari adanya kredit macet/bermasalah yang

dialami bank adalah terjadinya ketidaklancaran perputaran kas di dalam bank yang

bersangkutan. Apabila terus berlanjut maka bank tidak akan lagi bisa untuk memberikan

kredit kepada nasabah lain dalam jumlah yang besar dikarenakan pihak bank sendiri

mengalami kesulitan dalam perputaran arus kas yang disebabkan oleh kredit

macet/bermasalah tadi. Keadaan seperti ini membuat bank tidak lagi mampu membayar utang

jangka pendeknya sehingga bank tidak lagi dapat memenuhi likuiditasnya atau dalam

keadaan tidak likuid.Selain bank menjadi tidak likuid, terjadinya kredit macet/bermasalah

akan mengurangi laba dari bank yang bersangkutan. Siswanto Sutoyo (2008:25) “Sebuah

bank yang dirongrong oleh kredit bermasalah dalam jumlah besar cenderung menurun

profitabilitasnya, Return on assets (ROA) yaitu salah satu tolok ukur profitabilitas akan

menurun, dengan akibat nilai kesehatan operasi di masyarakat dan di dunia perbankan pada

khususnya akan ikut menurun”. Kredit bermasalah dan Kualitas aktiva produktif akan

berdampak pada tingkat kemampuan bank untuk memperoleh profitabilitas.

Akan tetapi beberapa penelitian berpandapat bahwa kredit macet/bermasalah (NPL)

hanya mempengaruhi tingkat Solvabilitas serta Profitabilitas perbankan saja. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Andi Priyo Utomo, ST. Rasio likuiditas (Quick Ratio, Asset to

Loan Ratio, Cash Ratio, dan LDR) tidak dipengaruhi oleh NPL, hal ini disebabkan karena

bank selalu menjaga tingkat likuiditas demi menjaga kepercayaan masyarakat.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Dampak dari adanya kredit macet/bermasalah (NPL) yang terjadi di perbankan menyebabkan

perputaran kas di dalam perusahaan perbankan menjadi terhambat.

2. Persediaan kas bank menurun seiring pertambahan nasabah yang mengalami kredit

bermasalah.

3. Laba perusahaan akan menurun apabila nasabah yang mengalami kredit macet/bermasalah

tidak segera di atasi

4. Rasio likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitas secara langsung maupun tidak langsung

terpengaruh dengan adanya kredit macet/bermasalah (NPL)

B. Saran

1. Apabila terjadi adanya kredit macet/bermasalah (NPL) sebaiknya pihak bank segera untuk

mengatasinya agar tidak semakin berlarut-larut dan menjadi semakin parah.

2. Pihak bank sudah seharusnya tetap menjaga likuiditas perusahaan perbankan agar nasabah

tetap memiliki kepercayaan terhadap kinerja perbankan bersangkutan.


DAFTAR PUSTAKA

Asih, N. (2015, Juni 7). Kasus Kredit Macet Bank Negara Masuk Ranah Korupsi. Retrieved from

Berita Jatim:

http://m.beritajatim.com/hukum_kriminal/220178/kejati_:_kasus_kredit_macet_bank_negara

_masuk_ranah_korupsi.html

Dewi, C. S. (n.d.). PENGARUH KREDIT BERMASALAH DAN KUALITAS AKTIVA

PRODUKTIF TERHADAP PROFITABILITAS BANK PADA SEKTOR PERBANKAN

GO PUBLIK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010-2012.

Joko, M. (n.d.). Aspek Hukum Perkreditan Dalam Kredit Bermasalah. Semarang: Universitas Kristen

Satya Wacana.

Kartika Wahyu Sukarno, M. S. (2006). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KINERJA BANK UMUM DI INDONESIA. JURNAL STUDI MANAJEMEN &

ORGANISASI Volume 3, Nomor 2, Juli, Tahun 2006, Halaman 46.

Kurniawan, T. Y. (2015, Juni 7). Penagih Tewaskan Nasabah Ini Reaksi OJK. Retrieved from

TEMPO.co: http://nasional.tempo.co/read/news/2015/06/03/058671649/penagih-tewaskan-

nasabah-ini-reaksi-ojk

Lista. (2015, Juni 5). GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARANBANK & LEMBAGA

KEUANGAN 1. Retrieved from staff.gunadarma.ac.id:

http://lista.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/22317/IX+Kredit+Perbankan.pdf

Praditya, I. I. (2015, Juni 7). 8.251 Nasabah BRI di Manado Terancam Tak Bisa Bayar Kredit.

Retrieved from Liputan6.com: http://bisnis.liputan6.com/read/810484/8251-nasabah-bri-di-

manado-terancam-tak-bisa-bayar-kredit

Praditya, I. I. (2015, Juni 7). Bank Mutiara Ancam Lima Debitur Bermasalah. Retrieved from

Liputan6.com: http://bisnis.liputan6.com/read/2016003/bank-mutiara-ancam-lima-debitur-

bermasalah
Putri, F. S. (2008). PENGARUH RISIKO KREDIT DAN TINGKAT KECUKUPAN MODAL

TERHADAP TINGKAT PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN PERBANKAN

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA. Jurnal Skripsi.

Putri, V. R. (2015, Juni 5). Penanganan Kredit Bermasalah. Retrieved from www.fh.unsri.ac.id:

http://www.fh.unsri.ac.id/userfiles/6%20-%20PENANGANAN%20KREDIT

%20BERMASALAH.pdf.

Sari, N. F. (2012). ANALISIS KEBIJAKAN PEMBERIAN KREDIT DAN PENGARUH NON

PERFORMING LOAN TERHADAP LOAN TO DEPOSIT RATIO PADA PT. BANK

RAKYAT INDONESIA (PERSERO), TBK CABANG RANTAU, ACEH TAMIANG.

(PERIODE 2007-2011). Jurnal Ekonomi dan Keuangan, Vol.1, No.1, Desember 2012.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1993 tentang Perbankan

Utomo, A. P. (2008). PENGARUH NON PERFORMING LOAN TERHADAP KINERJA

KEUANGAN BANK BERDASARKAN RASIO LIKUIDITAS, RASIO SOLVABILITAS,

DAN RASIO PROFITABILITAS PADA PT BANK MANDIRI (PERSERO), TBK.

Yusnita, R. T. (n.d.). PENGARUH KREDIT BERMASALAH TERHADAP PERPUTARAN KAS

DAN DAMPAKNYA TERHADAP LIKUIDITAS. (Studi Kasus Pada PT. BPR Mitra

Anda mungkin juga menyukai