Anda di halaman 1dari 16

RISIKO KREDIT

Kelompok 6:
C1180294 Syah Rizal
C1180304 Yunita Parida
C1180308 Helmy Zerryanto
C1180311 Ihsan Taufik
Pengertian Risiko dan Kredit
• Risiko adalah bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat terjadi
akibat sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang
akan datang.
• Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani “Credere” yang berarti
kepercayaan. Kredit dalam arti ekonomi yang sederhana yaitu
penundaan pembayaran. Artinya, barang atau uang yang diterima
sekarang dikembalikan pada masa yang akan datang.
Pengertian Risiko Kredit
• Risiko Kredit adalah suatu risiko kerugian yang disebabkan oleh
ketidak mampuan (gagal bayar) dari debitur atas kewajiban
pembayaran utangnya baik utang pokok maupun bunganya ataupun
keduanya.
• Pada aktivitas pemberian kredit, terdapat kemungkinan debitur tidak
dapat memenuhi kewajiban kepada bank karena berbagai alasan,
seperti kegagalan bisnis atau karakter dari debitur yang tidak
mempunyai itikad baik untuk memenuhi kewajiban kepada bank.
Jenis-jenis Kredit Menurut Firdaus Dan
Ariyanti (2004)
a. Kredit berdasarkan kegunaan:
1. Kredit investasi, merupakan kredit jangka panjang yang digunakan untuk keperluan investasi. Sebagai
contoh, kredit ini digunakan untuk pembangunan gedung kantor, gudang, jalan dan lain-lain. Kredit investasi
dapat pula digunakan untuk pembelian barang-barang modal untuk keperluan produksi atau usaha. Contoh:
kredit pembelian tanah untuk perkebunan, kredit pembangunan gedung pabrik, kredit pembelian mesin
produksi.
2. Kredit modal kerja, erupakan kredit yang digunakan untuk keperluan modal kerja operasional
perusahaan. Contoh: kredit untuk membeli bahan baku, kredit untuk membeli pupuk. Kredit untuk kontraktor
bangunan yang memperoleh proyek.

b. Kredit berdasarkan tujuan:


1. Kredit produktif, digunakan untuk meningkatkan usaha atau produksi, dapat menimbulkan faedah karena
bentuk, tempat, waktu, maupun kepemilikan.
2. Kredit konsumtif, digunakan untuk konsumsi secara pribadi, kredit yang digunakan untuk membiayai
pembelian barang dan jasa yang dapat memberi kepuasan langsung terhadap kebutuhan manusia.
c. Kredit berdasarkan jangka waktu:
1. Kredit Jangka Pendek , memiliki jangka paling lama 1 tahun, misalnya kredit modal kerja.
2. Kredit Jangka Menengah, Memiliki jangka waktu kredit antara 1 – 3 tahun, misalnya kredit mikro.
3. Kredit Jangka Panjang, memiliki jangka waktu pengembalian di atas 3 tahun, misalnya KPR.

d. Kredit berdasarkan ketersediaan dana:


1. Cash, kredit dengan dana langsung dicairkan kepada nasabah. Contoh: kredit modal kerja, kredit
investasi, kredit konsumsi.
2. Non cash, kredit yang tidak langsung ditarik dalam bentuk tunai tetapi didalamnya telah
terkandung adanya suatu kesanggupan untuk melakukan pembayaran di kemudian hari. Sebagai
contoh: Fasilitas bank garansi (bid bond, performance bond), Fasilitas pembukaan Letter of Credit (L/C)
impor, Fasilitas L/C dalam negeri.

e. Kredit berdasarkan valuta:


1. Kredit Valuta Rupiah, pinjaman yang diberikan dalam mata uang rupiah
2. Kredit Valuta Asing, pinjaman yang diberikan dalam mata uang asing.
Macam-Macam Risiko Kredit
• Risiko Konsentrasi Kredit, risiko yang timbul akibat konsentrasi penyediaan dana kepada satu
pihak atau sekelompok pihak, industri, sektor dan atau area geografis tertentu yang berpotensi
menimbulkan kerugian cukup besar yang dapat mengancam kelangsungan usaha lembaga
keuangan yang memberikan kredit.
• Risiko Akibat Kegagalan Pihak Lawan, timbul karena pihak lawan gagal dalam memenuhi
kewajibannya dan timbul dari jenis transaksi yeng memiliki karakteristik tertentu, misalnya
transaksi yang dipengaruhi oleh pergerakan nilai wajar atau nilai pasar.
• Risiko Akibat Kegagalan Settlemen, risiko yang timbul akibat kegagalan penyerahan kas dan atau
instrumen keuangan pada tanggal penyelesaian yang telah disepakati dari transaksi penjualan
dan atau pembelian instrumen keuangan.
• Country Risk, adalah risiko yang timbul dari ketidakpastian karena memburuknya kondisi
perekonomian negara dalam membayar utang, gejolak sosial politik, serta kebijakan suatu
negara, antara lain rasionalisasi atau pengambilalihan aset, kontrol nilai tukar, dan atau
devaluasi nilai tukar.
Penilaian Risiko
Untuk kegiatan perkreditan, penilaian risiko kredit perlu
memperhatikan kondisi keuangan debitur (pihak yang memiliki utang),
khususnya kemampuan membayar secara tepat waktu, jaminan atau
agunan yang diberikan sebagai pagar terakhir jika terjadi gagal bayar.
Gagal bayar dapat disebabkan berbagai faktor. Penilaian debitur
mencakup analisis lingkungan debitur, karakteristik mitra usaha dari
debitur, kualitas pemegang saham dan pengelola usaha, kondisi laporan
keuangan beberapa tahun terakhir, kualitas strategi usaha dan proyeksi
keuangan, dan dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk
mendukung analisis yang menyeluruh terhadap kondisi dan kredibilitas
debitur
Teknik-Teknik Pengukuran Risiko Kredit
Penilaian kualitatif: Kerangka 3R dan 5C digunakan dalam menganalisis kemampuan melunasi kewajiban
dari calon nasabah bank, namun bisa juga dipakai untuk menganalisis risiko kredit perusahaan.
Pedoman 3R, yaitu : Pedoman 5C, yaitu :
1. Returns, adalah hasil yang diperoleh dari 1. Character, adalah kemauan ( sifat dan watak ) peminjam
penggunaan kredit yang diminta, apakah kredit (debitur) untuk memenuhi kewajibannya.
tersebut bisa menghasilkan return (pendapatan) 2. Capacity, adalah kemampuan peminjam untuk melunaasi
yang memadai untuk melunasi hutang dan kewajiban hutangnya, melalui pengelolaan perusahaannya
bunganya. dengan efektif dan efisien.
2. Repayment capacity, adalah kemampuan 3. Capital, adalah posisi keuangan perusahaan (peminjam)
perusahaan mengembalikan pinjaman dan secara keseluruhan dapat dilihat dari analisis rasio. Bank
bunganya pada saat pembayaran tersebut jatuh atau lembaga harus memperhatikan komposisi hutang
dengan modal sendiri.
tempo.
4. Collateral, adalah aset yang dijaminkan untuk suatu
3. Risk-bearing ability, adalah kemampuan pinjaman. Lembaga harus meminta jaminan yang nilainya
perusahaan menanggung risiko kegagalan atau melebihi jumlah pinjaman.
ketidakpastian yang berkaitan dengan
penggunaan kredit. Jaminan perlu 5. Conditions, adalah sejauh mana kondisi perekonomian akan
mempengaruhi kemampuan mengembalikan pinjaman.
dipertimbangkan oleh kreditor.
• Penilaian Kuantitatif: pada bagian ini menyajikan analisis risiko kredit
yang bersifat kuantitatif, salah satunya adalah dengan melakukan
rating perusahaan.
• Perusahaan atau negara seperti Indonesia akan menerbitkan surat
hutang, baik dalam jangka panjang ( obligasi ) atau jangka pendek
( commercial paper ) kemudian perusahaan pe-rating akan me-rating.
• Rating menunjukan tingkat risiko perusahaan. Dari sini calon pembeli
obligasi memperoleh gambaran mengenai risiko perusahaan.
Tabel klasifikasi Rating :
Rating Keterangan
AAA Instrument hutang dengan tingkat resiko sangat rendah. Tingkat pengembalian teramat baik(excellent);
perubahan pada kondisi keuangan, bisnis atau ekonomi tidak akan berpengaruh secara signifikan terhadap
resiko investasi.
AA Instrument hutang dengan resiko sangat rendah. Tingkat pengembalian yang sangat baik, perubahan pada
kondisi keuangan, bisnis, atau ekonomi barangkali akan berpengaruh pada resiko investasi , tetapi tidak
terlalu besar.
A Pengembalian hutang dengan resiko rendah. Tingkat pengembalian yang baik, meskipun perubahan pada
kondisi keungan , bisnis atau ekonomi akan meningkatakan resiko investasi.
BBB Tingkat penegmbalian yang memadai. Perubahan pada kondisi keuangan , bisnis, atau ekonomi mempunyai
kemungkinan besar meningkatkan resiko investasi dibandingkan dengan kategori yang lebih tinggi.

BB Investasi. Perusahaan mempunyai kemampuan membayar bunga dan pokok pinjaman, tetapi kemampuan
tersebut rawan terhadap perubahan pada kondisi ekonomi, bisnis, dan keuangan.
B Instrument hutang saat ini mengandung resiko investasi. Tingkat pengembalian tidak terlindungi secara
memadai terhadap kondisi ekonomi, bisnis , dan keuangan.
C Instrument keuangan yang bersifat spekulatif dengan kemungkinan besar bangkrut.
D Instrument keuangan sedang default/bangkrut
Kebijakan dan Prosedur Kredit
Kebijakan dan Prosedur Perkreditan merupakan pedoman kerja dibidang
perkreditan yang memuat rangkaian peraturan untuk menjamin kegiatan
perkreditan dapat berjalan dengan baik.
Beberapa unsur yang perlu diperhatikan dalam menetapkan kebijakan
perkreditan yaitu:
• Asas likuiditas, bank harus dapat menjaga tingkat likuiditas termasuk
memenuhi permintaan penarikan kredit nasabah.
• Asas solvabilitas, bank dapat melakukan penempatan dana sesuai dengan
kemampuan mengumpulkan dana pihak ketiga, dan sejauh mungkin
menghindari risiko kegagalan kredit.
• Asas rentabilitas, bank harus memperoleh laba secara optimal.
Penyebab Kegagalan Kredit
• Self Dealing (berusaha untuk kepentingan • Informasi kredit tidak lengkap
diri sendiri), yaitu adanya keterlibatan • Lambat dalam mengambil tindakan
• pegawai bank dalam kegiatan usaha likuidasi sesuai perjanjian.
nasabah karena adanya kepentingan pribadi • Menggampangkan permasalahan yang
• atas pemberian kredit tersebut. terjadi
• Anxiety for Income (haus akan laba) namun • Tidak terdapat pengawasan kredit yang
kurang mengupayakan sumber konsisten
• pengembalian. • Kurang memiliki kemampuan teknis
• Kompromi terhadap prinsip pemberian • Ketidakmampuan melakukan seleksi atas
kredit yang sehat risiko
• Tidak tersedia kebijakan dan prosedur • Pemberian kredit yang melampaui batas
perkreditan yang memenuhi syarat.
• Tekanan persaingan usaha.
Metode Manajemen Risiko Kredit
• Tujuan Manajemen Risiko Kredit adalah untuk memastikan bahwa
aktivitas penyediaan dana lembaga keuangan tidak terekspos pada risiko
kredit yang dapat menimbulkan kerugian pada lembaga keuangan.
b. Metode manajemen risiko kredit bagi bank:
• Penyaringan, manajemen risiko sebaiknya telah diterapkan sedini
mungkin, yaitu pada saat pengajuan kredit. Menempatkan orang-orang
a. Metode manajemen risiko kredit terbaik untuk melakukan analisa dan mengolah data calon debitur
bagi perusahaan: merupakan langkah yang bisa diambil. Calon debitur yang tidak
memenuhi kriteria yang ditetapkan bisa langsung dikeluarkan dari daftar
• Pengawasan aktif dewan direksi dan penerima kredit.
komisaris • Pembatasan, manajemen risiko selanjutnya yang sering diterapkan oleh
• Kebijakan dan prosedur manajemen kreditur adalah pembatasan besarnya kredit. Setiap perusahaan maupun
serta penetapan limit individu yang mengajukan kredit diberikan batas kredit yang bisa diambil
dalam waktu tertentu. Hal ini bertujuan untuk membatasi pemberian
• Proses identifikasi, pengukuran, kredit yang berlebihan dan di luar kemampuan kepada debitur.
pemantauan, dan pengenalan risiko • Diversifikasi, untuk memperkecil risiko, perlu dilakukan juga diversifikasi
atau penyebaran kredit yang diberikan. Diversifikasi pemberian kredit ini
• Sistem pengendalian intern dapat berupa penyebaran kredit berdasarkan perusahaan, jenis industri,
ukuran perusahaan, maupun penyebaran kredit berdasarkan sektor
usaha.
Kasus Risiko Kredit
• Kasus kredit macet Bank Mandiri terjadi sejak lama. Kredit senilai Rp 1 T lebih itu
kemudian direkapitulasi dan di refinancing, namun macet lagi. Anehnya bank
pemerintah terbesar ini kemudian mengambil alih kredit tersebut, padahal
manajemen Bank Mandiri mengetahui perusahaan penerima kredit tersebut sudah
tidak layak dibantu.
• BPK sebagai pihak pengaudit mengungkapkan, ada 36 modus penyimpangan
penyaluran kredit bermasalah di bank BUMN ini. Dari hasil audit investigasi BPK
ditemukan keganjilan dan penyimpangan dalam penyaluran kredit, terutama
kepatuhan pihak manajemen tentang sikap kehati-hatian dalam penyaluran kredit.
• Kredit tersebut dikucurkan kepada 28 perusahaan, diantaranya PT Lativi Media Karya
senilai Rp 300 M, PT Siak Zamrud Pusaka Rp 24,8 M dan PT Cipta Graha Nusantara Rp
161 M. Masyarakat Profesional Madani menduga masih ada kredit macet lain di Bank
Mandiri sebesar Rp 5-12 T.
Analisa Kasus dan Cara Penyelesaian
• Dari kasus bank Mandiri tersebut ada beberapa hal yang harus diperbaiki agar
kedepannya bisa meminimalisir terjadinya kredit macet dalam Bank Mandiri maupun
dalam perbankan lainnya
• Pihak manajemen Perbankan harus lebih berhati-hati lagi dalam menyalurkan kredit,
jika perusahaan penerima kredit tidak layak untuk di biayai, sebaiknya tidak usah di
ambil, karena jika macet pasti akan berdampak ke perbankan itu sendiri.
• Pihak Bank Indonesia (BI) juga harus lebih bisa bergerak cepat dalam menangani kasus
seperti ini. Sehingga tidak berimbas kepada menurunnya kredibilitas BI. Karena fungsi
dari Bank Indonesia (BI) adalah sebagai pengawas perbankan yang ada di Indonesia,
Oleh karena itu BI harus lebih meningkatkan lagi dalam pengawasan dan antisipasinya
untuk kasus-kasus yang mungkin akan terjadi di dunia perbankan. Jika BI lamban dalam
merespon kasus-kasus yang ada, akan sangat berpengaruh kepada dunia perbankan
nasional. Dan mengakibatkan menurunnya kepercayaan masyarakat kepada perbankan.
Simpulan
Risiko kredit merupakan bentuk ketidakmampuan suatu
perusahaan, institusi, lembaga maupun pribadi dalam menyelesaikan
kewajiban-kewajibannya secara tepat waktu baik pada saat jatuh
tempo maupun sesudah jatuh tempo sesusai dengan aturan dan
kesepakatan yang berlaku. Pengukurannya dapat dilakukan dengan
pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
Risiko kredit yang timbul selalu memberikan pengaruh bagi
perusahaan khususnya bagi kreditur. Salah satu cara untuk
meminimaliskan risiko adalah dengan cara memperkuat perjanjian
kredit.

Anda mungkin juga menyukai