Anda di halaman 1dari 9

Makalah Perbankan Kredit Jaminan, Prinsip, Aspek, dan Prosedur

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di dalam dalam pemberian kredit, Bank harus memperhatikan asas-asas
perkreditan yang sehat termasuk resiko yang harus dihadapi atas pengembalian
kredit. Untuk memperoleh keyakinan sebelum memberikan kredit, Bank harus
melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan
dan prospek usaha Debitur. Agunan merupakan salah satu unsur jaminan kredit
agar Bank dapat memperoleh tambahan keyakinan atas kemampuan Debitur untuk
mengembalikan utangnya. Bank juga harus memperhatikan prinsip-prinsip dan
aspek penilaian yang ada dalam prosedur memberikan kredit kepada debitur.

1.2 Identifikasi Masalah


1.2.1

Apa saja yang dapat dijadikan jaminan perkreditan?

1.2.2

Apa saja prinsip-prinsip yang terdapat dalam perkreditan?

1.2.3

Apa saja aspek-aspek yang harus dinilai dalam memberikan kredit?

1.2.4

Bagaimana prosedur dalam memberikan kredit?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1

Untuk mengetahui jenis jaminan yang diberikan debitur kepada kreditur

1.3.2
kredit

Untuk mengetahui bagaimana cara melakukan kredit dalam pemberian

1.4 Metodologi Penulisan


Metode yang kami lakukan untuk menulis makalah ini adalah mencari bahan
informasi yang berkaitan dengan tema yang setelah itu kami edit sehingga menjadi
suatu makalah yang memiliki keguanaan dan tujuan terhadap pembaca.

1.5 Sistematika Penulisan

Rancangan sistematika makalah ini terdiri atas beberapa bab yang kami rinci
sebagai berikut.
BAB I

: PENDAHULUAN
Berisi mengenai latar belakang, identifikasi masalah, dan tujuan

penulisan.
BAB II

: PEMBAHASAN

Berisi mengenai materi yang kami bahas, yaitu jaminan, prinsi-prinsip, aspek
penilaian, dan prosedur pemberian kredit.
BAB III

: PENUTUP

Berisi mengenai kesimpulan dari keseluruhan isi makalah dan saran yang kami
berikan untuk debitur.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Jaminan Pemberian Kredit


Jaminan dalam arti luas adalah jaminan yang bersifat materil maupun yang bersifat
immateril. Jaminan yang bersifat materil misalnya bangunan, tanah, kendaraan,
perhiasan, surat berharga. Sedangkan jaminan yang bersifat immateril misalnya
jaminan perorangan (borgtocht).
2.1.1 Jaminan Kebendaan
Dalam Hukum mengenai pengikatan jaminan, penggolongan atas benda bergerak
dan tidak bergerak mempunyai arti yang penting sekali. Adanya perbedaan
penggolongan tersebut juga akan menentukan jenis lembaga jaminan/pengikatan
jaminan mana yang dapat dibebankan atas benda jaminan yang diberikan untuk
menjamin pelunasan. Sifat perjanjian jaminan adalah accessoir, yaitu tergantung
pada perjanjian pokoknya. Pemberian jaminan dari Debitur kepada Kreditur
menimbulkan 2 (dua) sifat hak jaminan yang dikenal secara umum, yaitu:
1.
Hak jaminan yang bersifat umum, yaitu jaminan yang diberikan oleh Debitur
kepada Kreditur, tanpa memberikan hak saling mendahului (konkuren) antara
kreditur yang satu dengan kreditur lainnya.
2.
Hak jaminan yang bersifat khusus, yaitu jaminan yang diberikan oleh Debitur
kepada Kreditur, dengan memberikan hak mendahului dari kreditur lainnya,
sehingga ia berkedudukan sebagai kreditur privillege (preferent).

Jaminan kebendaan dibagi menjadi 2, yaitu sebagai berikut.


a.

Benda Tetap / Tidak Bergerak

tetap atau barang tidak bergerak adalah suatu benda atau barang yang tidak dapat
bergerak atau tidak dapat dipindahkan secara fisik, yaitu misalnya tanah dan
bangunan, pekarangan dan apa yang didirikan diatasnya, pohon dan tanaman
ladang, mesin yang melekat pada tanah dimana mesin tersebut berada, kapal laut
serta kapal terbang. Tanah yang dapat dijadikan jaminan ialah tanah hak milik, hak
guna usaha, hak guna bangunan, dan guna pakai atas Negara.
b.

Benda Bergerak

Benda bergerak atau barang bergerak adalah barang yang karena sifatnya dapat
berpindah atau dipindahkan, yaitu misalnya kendaraan bermotor, deposito, barangpersediaan (inventory), barang-barang inventaris kantor, mesin, hewan ternak,
tagihan, hak tagih atas klaim asuransi, dan sebagainya. Benda-benda tersebut di
atas dapat dijadikan jaminan atas pelunasan utang Debitur. Sedangkan pengikatan
jaminan atas benda-benda tersebut di atas adalah dengan Gadai atau Fidusia.
Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang Kreditur atas suatu barang
bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang Debitur atau oleh seseorang
lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada si-Kreditur itu untuk
mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada Kreditur
lainnya. Sedangkan Fidusia adalah pengalihan hak milik atas benda sebagai
jaminan atas dasar kepercayaan, sedangkan bendanya sendiri tetap berada dalam
tangan si-Debitur, dengan kesepakatan bahwa Kreditur akan mengalihkan kembali
kepemilikan tersebut kepada Debitur bilamana hutangnya telah dibayar lunas.
2.1.2 Jaminan Non Kebendaan
Jaminan Perorangan atau Perusahaan diberikan oleh seseorang atau Perusahaan
untuk menjamin hutang pihak ketiga. Jaminan Perorangan atau Jaminan Perusahaan
ini biasanya hanya merupakan jaminan tambahan dari jaminan pokok, artinya selain
jaminan ini Bank biasanya meminta jaminan lainnya. Demikian pula dalam
melakukan eksekusi, Bank akan mendahulukan jaminan pokok dulu sebagai
pelunasan hutang, apabila ternyata masih belum cukup barulah Bank melakukan
eksekusi terhadap jaminan perorangan atau perusahaan.
2.2 Prinsip Prinsip Pemberian Kredit
2.2.1 Prinsip 5C
a.

Character

Character merupakan sifat atau watak seseorang. Sifat atau watak dari
seseorang yang akan diberikan kredit benar-benar harus dipercaya. Dalam hal ini
bank meyakini benar bahwa calon debiturnya memiliki reputasi baik, artinya selalu
menepati janji dan tidak terlibat hal-hal yang berkaitan dengan kriminalitas,
misalnya penjudi, pemabuk, atau penipu. Untuk dapat membaca sifat atau watak
dari calon debitur dapat dilihat sari latar belakang nasabah, baik yang bersifat latar

belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti cara hidup atau gaya
hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hobi dan jiwa sosial.
b.

Capacity

Capacity adalah analisis untuk mengetahui kemampuan nasabah dalam membayar


kredit. Bank harus mengetahui secara pasti atas kemampuan calon debitur dengan
melakukan analisis usahanya dari waktu ke waktu. Pendapatan yang selalu
meningkat diharapkan kelak mampu melakukan pembayaran kembali atas
kreditnya. Sedangkan bila diperkirakan tidak mampu, bank dapat menolak
permohonan dari calon debitur. Capacity sering juga disebut dengan nama
Capability.
c.

Capital

Capital adalah kondisi kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan yang dikelola calon
debitur. Bank harus meneliti modal calon debitur selain besarnya juga strukturnya.
Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dapat dilihat dari laporan
keuangan (neraca dan laporan rugi laba) yang disajikan dengan melakukan
pengukuran seperti dari segi likuiditas dan solvabilitasnya, rentabilitas dan ukuran
lainnya.
d.

Condition

Pembiayaan yang diberikan juga perlu mempertimbangkan kondisi ekonomi yang


dikaitkan dengan prospek usaha calon nasabah. Penilaian kondisi dan bidang usaha
yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik, sehingga
kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil.

e.

Collateral

Collateral merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik
maupun yang nonfisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan.
Jaminan juga harus diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi sesuatu, maka
jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin.
2.2.2 Prinsip 7P
a.

Personality

Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari
maupun kepribadiaannya di masa lalu. Penilaian personality juga mencakup sikap,
emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah dan
menyelesaikannya.
b.

Party

Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi atau golongan-golongan


tertentu berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya sehingga nasabah dapat

digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas kredit yang


berbeda pula dari bank.
c.

Perpose

Yaitu mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit termasuk jenis kredit
yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam
sesuai kebutuhan. Sebagai contoh apakah untuk modal kerja, investasi, konsumtif,
produktif dan lain-lain.
d.

Prospect

Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang apakah
menguntungkan atau tidak dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya.
Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai
prospek, bukan hanya bank yang rugi akan tetapi juga nasabah.
e.

Payment

Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah


diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit. Semakin
banyak sumber penghasilan debitur maka akan semakin baik. Sehingga jika salah
satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh usaha lainnya.
f.

Profitabillity

Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba.


Profitability diukur dari periode ke periode, apakah akan tetap sama atau akan
semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya.
g.

Protection

Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar kredit yang diberikan mendapatkan


jaminan perlindungan, sehingga kredit yang diberikan benar-benar aman.
Perlindungan yang diberikan oleh debitur dapat berupa jaminan barang atau orang
atau jaminan asuransi.
2.3 Aspek Penilaian dalam Pemberian Kredit
Dalam melakukan analisis kredit, sangatlah penting melakukan penilaian
terhadap beberapa aspek yang menyangkut kegiatan usaha calon debitur, yaitu:

a.

Aspek Yuridis/Hukum

Yang dinilai dalam aspek ini adalah masalah legalitas badan usaha serta izin-izin
yang dimiliki perusahaan yang mengajukan kredit. Penilaian dimulai dengan akte
pendirian perusahaan, sehingga dapat diketahui siapa-siapa pemilik dan besarnya
modal masing-masing pemilik.
b.

Aspek Pemasaran

Dalam aspek ini kita nilai adalah permintaan terhadap produk yang dihasilkan
sekarang ini dan di masa yang akan datang prospeknya bagaimana.
c.

Aspek Keuangan

Aspek yang dinilai adalah sumber-sumber dana yang dimiliki untuk membiayai
usahanya dan bagaimana penggunaan dana tersebut. Disamping itu hendaknya
dibuat cash flow dari pada keuangan perusahaan.
d.

Aspek Tehnis/Operasi

Aspek ini membahas masalah yang berkaitan dengan produksii seperti kapasitas
mesin yang digunakan, masalah lokasi, layout ruangan dan mesin-mesin termasuk
jenis mesin yang digunakan.
e.

Aspek Manajemen

Untuk menilai struktur organisasi perusahaan, sumber daya manusia yang dimiliki
serta latar belakang pengalaman sumber daya manusia. Pengalaman
perusahaandalam mengelolah berbagaii proyek yang ada dan pertimbangan
lainnya.
f.

Aspek Sosial Ekonomi

Menganalisis dampak terhadap perekonomian dimasyarakat umum seperti :


1)

Meningkatkan ekspor barang

2)

Mengurangi pengangguran atau lainnya

3)

Meningkatkan pendapatan masyarakat

4)

Tersedianya sarana dan prasarana

5)

Membuka isolasi daerah tertentu

g.

Aspek Amdal

Menyangkut analisis terhadap lingkungan baik darat, air dan udara jika proyek atau
usaha tersebut dijalankan. Analisis ini dilakukan secara mendalam apakah apabila
kredit tersebut disalurkan maka proyek yang dibiayai akan mengalami pencemaran
lingkungan disekitarnya.
h.

Aspek Finansial

Meliputi keadaan keuangan perusahaan debitur yang akan dibiayai.

2.4 Prosedur Pemberian Kredit


Tahapan dalam prosedur pemberian kredit pada setiap bank, pada umumnya
tidaklah jauh berbeda, dimana setiap permohonan kredit dari calon debitur haruslah
wajib dilakukan analisisnya untuk mendapat persetujuan kreditnya.

Menurut Hasibuan (2008:91) bahwa prosedur penyaluran kredit antara lain dengan
skema sebagai berikut:
1. Calon debitur menulis nama, alamat, agunan, dan jumlah kredit yang diinginkan
pada formulir aplikasi permohonan kredit.
2.

Calon debitur mengajukan jenis kredit yang diinginkan

3. Analisis kredit dengan cara mengikuti asas 5C, 7P, dan 3R dari permohonan
kredit tersebut.
4. Karyawan analisis kredit menetapkan besarnya plafond kredit atau Legal Lending
Limit (L3) atau BMPK-nya. Jika BMPK disetujui nasabah, akad kredit (Perjanjian
Kredit) ditandatangani oleh kedua belah pihak.

Sedangkan menurut Firdaus & Ariyanti (2009:91-133) tahapan proses pemberian


kredit yaitu:
1.

Persiapan kredit (credit preparation)

Adalah kegiatan tahap permulaan dengan maksud untuk saling mengetahui


informasi dasar antara
calon debitur dengan bank, terutama calon
debitur baru, baiasanya dilakukan melalui wawancara
atau cara-cara
lain.
2.

Analisis atau penilaian kredit (credit analysis / credit appraisal)

Dalam tahap ini diadakan penilaian yang mendalam tentang keadaan usaha atau
proyek pemohon kredit.
3.

Keputusan Kredit (Credit Desicion)

Atas dasar laporan hasil analisi kredit, maka pihak bank melalui pemutus kredit,
dapat memutuskan permohonan kredit tersebut layak untuk diberi kredit atau tidak.
Jika tidak dapat diberikan, maka permohonan tersebut harus ditolak melalui surat
penolakan, bila permohonan layak untuk diberikan, maka dituangkan dalam surat
keputusan kredit yang memuat beberapa persyaratan tertentu.
4.
Pelaksanaan dan administrasi kredit (credit realization dan credit
administration). Pada tahap ini kedua belah pihak (bank dan calon debitur)
menandatangani perjanjian kredit beserta lampiran-lampirannya.

5.

Supervisi kredit & pembinaan debitur (credit supervision dan follow up)

6.
Supervisi/pengawasan/pengendalian kredit dan pembinaan debitur pada
dasarnya ialah upaya pengamanan kredit yang telah diberikan oleh bank dengan
jalan terus memantau/memonitor dan mengikuti jalannya perusahaan (secara
langsung atau tidak langsung), serta memberikan saran/nasihat dan konsultasi agar
perusahaan/debitur berjalan baik sesuai dengan rencana, sehingga pengembalian
kredit akan berjalan dengan baik pula.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Seorang kreditur tidak asal memberikan kredit kepada debitur sebelum mendapat
kepastian. Kreditur biasanya mensurvey debitur terlebih dahulu tentang usaha yang
dijalani dengan kreditnya. Survey yang dilakukan melalui prinsip prinsip yang
sudah kami jelaskan dan terdapat penilaian yang kami ambil saat memberikan
kredit.

3.2 Saran
Sebaiknya debitur menggunakan kreditnya untuk keperluan usahanya
agar tidak terjadi kesalahgunaaan dan memberikan jaminan yang dapat membuat
pihak Bank percaya atas pinjaman yang diberikannya.

DAFTAR PUSTAKA
Internet
http://translog.co.id/pelaksanaan-pemberian-kredit-dengan-jaminan-haktanggungan-pada-perusahaan-daerah-bank-perkreditan-rakyat/
http://www.researchgate.net/publication/42354305_Jaminan_Benda_Bergerak_Dala
m_Perjanjian_Pemberian_Kredit_Bank_Studi_Pada_PT._Bank_Perkreditan_Rakyat_
%28BPR%29_Tilatang_Kamang__Kab._Agam__Sumatera_Barat
https://legalbanking.wordpress.com/materi-hukum/jaminan-dan-pengikatanjaminan/
https://catatanmarketing.wordpress.com/2012/02/11/prinsip-prinsip-pemberiankredit/
http://nanangbudianas.blogspot.co.id/2013/02/aspek-aspek-penilaian-kredit.html
http://catatan-ekonomi.blogspot.co.id/2009/08/penilaian-kredit.html
http://emirsiregar58.blogspot.co.id/2014/02/prosedur-pemberiankredit-1a.html

Buku

Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor: 7/2/PBI/2005 tanggal 20 Januari


2005
Frianto Pandia, (2012), Manajemen Dana dan Kesehatan Bank, Jakarta, Penerbit:
Rineka Cipta.
Guruh Tika Ferayanti Putri (2010), Tinjauan Atas Prosedur Pemberian Kredit, Jurnal
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Komputer Indonesia,
Bandung.
Kasmir, (2012), Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta, Penerbit: PT Raja Grafindo Persada.
Malayu S. P. Hasibuan, (2008), Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta, Penerbit: PT. Bumi
Aksara,
Maryanto Supriyono, (2011), Buku Pintar Perbankan, Yogyakarta, Penerbit: Andi
Yogyakarta.
Mudrajat Kuncoro dan Suhardjono, (2010), Manajemen Perbankan, Teori Dan
Aplikasi, Edisi Kedua, Yogyakarta, Penerbit: BPFE Yogyakarta.
Republik Indonesia, Undang Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10
Nopember 1998.
Thamrin Abdullah dan Francis Tantri, 2012, Bank dan Lembaga Keuangan, Ed.1-1,
Jakarta, Penerbit: Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai