3.1.1 Pengertian Kredit Kredit merupakan suatu fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang atau badan usaha untuk meminjam uang untuk membeli produk dan membayarnya kembali dalam jangka waktu yang ditentukan. UU No. 10 tahun 1998 menyebutkan bahwa kredit adalah "penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga". Jika seseorang menggunakan jasa kredit, maka ia akan dikenakan bunga tagihan. 3.1.2 Syarat Kredit Ketika bank memberikan pinjaman uang kepada nasabah, bank tentu saja mengharapkan uangnya kembali. Karenanya, untuk memperkecil risiko (uangnya tidak kembali, sebagai contoh), dalam memberikan kredit bank harus mempertimbangkan beberapa hal yang terkait dengan itikad baik (willingness to pay) dan kemampuan membayar (ability to pay) nasabah untuk melunasi kembali pinjaman beserta bunganya. Hal-hal tersebut terdiri dari Character (kepribadian), Capacity (kapasitas), Capital (modal), Col lateral (jaminan), dan Condition of Economy (keadaan perekonomian), atau sering disebut sebagai Analisis 5C (Panca C). a. Character (Kepribadian) Watak, sifat, kebiasaan debitur (pihak yang berutang) sangat berpengaruh pada pemberian kredit. Kreditur (pihak pemberi utang) dapat meneliti apakah calon debitur masuk ke dalam Daftar Orang Tercela (DOT) atau tidak. Untuk itu kreditur juga dapat meneliti biodatanya dan informasi dari lingkungan usahanya. Informasi dari lingkungan usahanya dapat diperoleh dari supplier dan customer dari debitur. Selain itu dapat pula diperoleh dari Informasi Bank Sentral, namun tidak dapat diperoleh dengan mudah oleh masyarakat umum, karena informasi tersebut hanya dapat diakses oleh pegawai Bank bidang perkreditan dengan menggunakan password dan komputer yang terhubung secara on- line dengan Bank sentral. b. Capacity (kapasitas) Kapasitas adalah berhubungan dengan kemampuan seorang debitur untuk mengembalikan pinjaman. Untuk mengukurnya, kreditur dapat meneliti kemampuan debitur dalam bidang manajemen, keuangan, pemasaran, dan lain-lain. c. Capital (modal) Dengan melihat banyaknya modal yang dimiliki debitur atau melihat berapa banyak modal yang ditanamkan debitur dalam usahanya, kreditur dapat menilai modal debitur. Semakin banyak modal yang ditanamkan, debitur akan dipandang semakin serius dalam menjalankan usahanya. d. Collateral (jaminan) Jaminan dibutuhkan untuk berjaga-jaga seandainya debitur tidak dapat mengembalikan pinjamannya. Biasanya nilai jaminan lebih tinggi dari jumlah pinjaman. e. Condition of Economy (keadaan perekonomian) Keadaan perekonomian di sekitar tempat tinggal calon debitur juga harus diperhatikan untuk memperhitungkan kondisi ekonomi yang akan terjadi pada masa datang. Kondisi ekonomi yang perlu diperhatikan antara lain masalah daya beli masyarakat, luas pasar, persaingan, perkembangan teknologi, bahan baku, pasar modal, dan lain sebagainya. 3.1.3 Hal-hal yang harus diperjanjikan dalam Perjanjian Kredit a. Angka waktu kredit b. Suku bunga c. Cara pembayaran d. Agunan/ jaminan kredit e. Biaya administrasi f. Asuransi jiwa dan tagihan 3.1.4 Jenis-Jenis Kredit Berikut ini jenis-jenis kredit berdasarkan pengelompokannnya, yaitu: 3.1.4.1 Berdasarkan Sifat Kegunaan a. Kredit Modal Kerja. Adalah kredit yang tujuannya digunakan sebagai modal kerja atau kegiatan usaha, baik untuk memulai usaha maupun memperluas usaha. Dilihat secara kegunaan jenis kredit ini termasuk dalam kategori jenis kredit produktif, karena tujuannya untuk menciptakan kegiatan usaha dalam rangka menghasilkan sebuah produk barang dan jasa yang bermanfaat sehingga menghasilkan keuntungan dari penyelenggaraan kegiatan tersebut. b. Kredit Investasi. Merupakan jenis kredit yang digunakan untuk kegiatan berinvestasi. Jenis kredit ini sifatnya produktif, yaitu memberikan keuntungan dari kegiatan berinvestasi. Jika dilihat dari namanya yaitu investasi, dapat dikatakan secara umum jenis kredit ini berkaitan dengan jangka waktu yang relatif lama, baik dari segi perolehan keuntungan maupun pengembaliannya. Contoh penggunaan jenis kredit ini adalah untuk investasi perkebunan kelapa sawit atau karet yang umumnya membutuhkan waktu lama untuk menunggu waktu panennya. c. Kredit Konsumtif. Dibandingkan dengan dua jenis kredit lainnya, kredit ini memiliki fungsi yang sangat bertolak belakang. Sesuai dengan namanya jenis kredit ini digunakan untuk keperluan konsumtif atau digunakan untuk mencukupi kebutuhan yang sifatnya personal, yaitu seperti untuk kepemilikan rumah tinggal atau kendaraan pribadi. 3.1.4.2 Berdasarkan jangka waktu pengembalian a. Kredit Jangka Pendek. Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu pengembalian rata-rata dalam 1 tahun. Kredit jangka pendek umumnya diberikan untuk kegiatan yang bersifat menghasilkan keuntungan dalam waktu yang relatif singkat, contohnya kredit untuk pertanian yang dalam 1 musim bisa melakukan panen lebih dari 1 kali. b. Kredit Jangka Menengah. Kredit yang jangka waktu pengembaliannya maksimal 3 tahun. Kredit ini biasanya digunakan untuk membantu permodalan kegiatan usaha UKM dengan nilai kredit yang tidak terlalu besar, umumnya dibawah 100 juta. c. Kredit Jangka Panjang. Kredit yang jangka waktu pengembaliannya kurang lebih dalam 5 tahun, bahkan bisa lebih lama lagi. Kredit ini dikhususkan untuk membiayai kegiatan usaha yang membutuhkan pengembalian modal yang secara perhitungan cukup lama memberikan keuntungan, seperti industri kelapa sawit dan karet. 3.1.4.3 Berdasarkan cara pemberiannya a. Kredit Aksep. Merupakan kredit yang paling umum ditemui dan dikenali oleh masyarakat luas, yaitu kredit yang diberikan oleh bank. Dilihat dari kegiatan perbankan, sistem inilah yang memberikan keuntungan cukup besar dari keseluruhan pendapatan bank per tahunnya. b. Kredit Penjual. Kredit yang diberikan oleh penjual kepada pembeli, dimana barang diterima terlebih dahulu dan cara pembayaran dapat dilakukan secara tertahan. Umumnya yang melakukan kegiatan seperti ini adalah transaksi antara supplier dengan distributor atau transaksi yang umumnya terjadi di pasar grosir. c. Kredit Pembeli. Kredit yang pembayaran dilakukan di awal, atau umumnya disebut dengan pemberian uang muka, sedangkan barang yang akan diterima akan diberikan kemudian hari. Jika ingin melakukan belanja barang-barang impor umumnya cara yang demikian yang sering digunakan oleh para penjual barang impor atau biasanya cara ini digunakan untuk menawarkan program pre-order terhadap produk-produk langka atau produk soft launching. 3.1.4.4 Berdasarkan sektor perekonomian a. Kredit Pertanian. Kredit yang digunakan untuk kegiatan pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan. Biasanya kredit ini diberikan bersamaan dengan program penyuluhan perbaikan kualitas atau peningkatan kemampuan masyarakat dari pemerintah atau lembaga tertentu. b. Kredit Perindustrian. Kredit yang digunakan untuk kegiatan industri, baik untuk skala kecil, menengah, atau besar. Tujuan penggunaan kredit ini biasanya memiliki dua alasan yaitu untuk perluasan kegiatan usaha atau produksi dan untuk membuka usaha baru. c. Kredit Pertambangan. Kredit yang digunakan untuk membiayai kegiatan pertambangan dengan jangka waktu yang lama, seperti batu bara, emas, dan minyak. d. Kredit Ekspor Impor. Kredit yang digunakan untuk kegiatan ekspor impor, yaitu dengan memberikan dana kepada eksportir maupun importir untuk menghasilkan barang yang memiliki demand yang tinggi sehingga memberikan keuntungan maksimal. e. Kredit Koperasi. Kredit yang diberikan untuk berbagai jenis koperasi baik dalam rangka mengerakkan fungsi pendanaan kepada anggota atau permodalan baru sehingga menambah pelayanan kepada anggota atau masyarakat luas. f. Kredit Profesi. Kredit yang diberikan khusus untuk para professional, yaitu guru, dokter, karyawan swasta. Biasanya sudah terdapat desain khusus dari pemerintah untuk pelayanan jenis ini. g. Kredit Perumahan. Kredit ini termasuk jenis yang paling sering diminati dan dicari oleh keluarga baru, yaitu kredit yang digunakan untuk pembelian rumah baru atau pembiayaan pembangunan. 3.1.4.5 Berdasarkan bentuk agunan dan jaminan a. Kredit Jaminan Orang. Pemberian kredit dengan jaminan seseorang, kredit yang semacam ini biasanya bersifat kekeluargaan yang antara masing-masing pihak menaruh kepercayaan penuh. b. Kredit Jaminan Efek. Kredit yang jaminannya berupa saham atau surat berharga tertentu. c. Kredit Jaminan Barang. Kredit yang jaminannya berbentuk barang bergerak, barang tetap, dan logam mulia. d. Kredit Jaminan Dokumen. Kredit yang menggunakan jaminan berupa dokumen, seperti L/C (Letter of Credit), sertifikat tanah, dan BPKB. 3.1.4.6 Berdasarkan tingkat golongan ekonomi a. Kredit Golongan Ekonomi Lemah. Kredit yang khusus diberikan untuk pengusaha yang memiliki jumlah kekayaan total dibawah 600 juta (belum termasuk nilai kekayaan properti), contohnya untuk usaha KUK dan KUT. b. Kredit Golongan Ekonomi Menengah dan Konglomerat. Kredit yang diberikan untuk pengusaha yang memiliki jumlah kekayaan diatas 600 juta, umumnya yang tergolong dalam kelompok ini adalah para developer dan pengusaha besar. 3.1.4.7 Berdasarkan cara penarikan dan pelunasan a. Kredit Rekening Koran. Kredit yang memiliki fleksibilitas tinggi dalam penarikan maupun pelunasan, sehingga pembayaran dapat dilakukan sewaktu-waktu. Cara penarikannya bisa dengan cara cek , bilyet, giro, dan pemindahbukuan. Sedangkan pelunasannya dapat dilakukan dengan cara pembayaran secara berangsur-angsur. Perhitungan bunga disesuaikan dengan jumlah pinjaman per harinya dan penarikannya harus mendapat persetujuan plafond kredit terlebih dahulu. b. Kredit Berjangka. Kredit yang nilainya dapat ditarik sesuai dengan jenis plafondnya. Cara pelunasannya diatur dalam perjanjian yang disepakati bersama, umumnya pelunasan dilakukan setelah tenggang waktu kredit telah berakhir dan pembayarannya dapat dilakukan secara tunai atau angsuran. 3.1.5 KPPB PLUS ( Kredit Pra Purna Bhakti Plus) a. Pengertian kredit KPPB PLUS ( Kredit Pra Purna Bhakti Plus) KPPB Plus adalah pemberian 2 fasilitas kredit kepada debitur PNS yang gajinya telah disalurkan melalui Bank BJB, dimana debitur yang telah menikmati fasilitas BJB KPPB dapat diberikan tambahan BJB KGB, sepanjang jumlah angsuran dari kedua fasilitas tersebut tidak melebihi gaji bersih debitur. b. Fitur Produk 1) Fasilitas ke 1 BJB Kredit Pra Purna Bhakti (G2C) maksimal angsuran 90% x pensiunan pokok (pensiunan pokok = 75% x gaji pokok). 2) Fasikitas ke 2 BJB Kredit Guna Bhakti (G6B) maksimal angsuran = gajibersih – angsuran BJB KPPB (fasilitas ke 1). 3) Maksimal angsuran 2 fasilitas kredit tidak melebihi gaji bersih ledger/slip gaji/yang dipersamakan. 4) Struktur kredit lainnya sesuai ketentuan yang berlaku pada masing-masing jenis kredit 5) Perjanjian kredit dibuat masing-masing sesuai jnis kreditnya (fasiitas). 6) Pemberian BJB KPPB Plus waib direalisasikan di cabang/KCP yang sama tempat. 7) SK asli atau agunan dijaminkan. 8) Pelunasan atas fasilitas yang berjalan, menggunakan sistem bukak tutup fasilitas sebagai mekanisme/ketentuan yang berlaku. 9) Maksimal usia 70 tahun hingga kredit lunas. 10) Maksimal jangka waktu 15 tahun. 11) Blokir tabungan wajib (3x angsuran). c. Jenis-jenis KPPB Plus 1) KGB (Kredit Guna Bhakti) 2) KPB ( Kredit Purna Bhakti) 3) KPPB (Kredit Pra PurnaBhakti) d. Langkah pengajuan Kredit 1) Konsultasi terlebih dahulu. 2) Penuhi syarat-syarat yang diminta oleh Bank. 3) Syarat adminstrasi pengajuan kredit harus dipenuhhi untuk melakukakn pengajuan. Setelah berkas lengkap, baru pihak bank melanjutkan proses pengajuan kredit ke tahap selanjutnya, yaitu menganalisis kredit. 4) Mengisi persyaratan umum. 5) Mengisi persyartan khusus. 6) Konsultasi kepada pihak Bendahara dan kepala sekolah. 7) Akad dilaksankan/pencairan kredit terjadi. e. Persyaratan Pengajuan KPPB Plus 1) Form Permohonan Kredit BJB Kredit Konsumer 2) Asli Surat Keputusan Pegawai: Surat Keputusan Pengangkatan Calon Pegawai Surat Pengangkatan Pegawai Surat Keputusan Kepegawaian/Kepangkatan terakhir Surat Keputusan Gaji Berkala Terakhirg 3) Asli Surat Keputusan Pensiun (diserahkan pada saat SK Pensiun telah diterima oleh debitur) 4) Daftar gaji yang dibuat oleh bendahara gaji dan disetujui oleh atasan langsung 5) Copy Ledger gaji terakhir atau yang dipersamakan yang telah dilegalisir oleh bendahara gaji 6) Copy KARIP (Kartu Identitas Pensiun)/KTPA (Kartu Tanda Peserta ASABRI/ Kartu Identitas Pensiun lainnya 7) Copy NPWP 8) Copy Kartu Keluarga 9) Copy Kartu Pegawai/KPE/Kartu Tanda Anggota 10) Copy Surat/Akta Nikah (untuk pemohon berstatus menikah) 11) Copy Surat/Akta Cerai/Surat Kematian (untuk pemohon berstatus janda/duda cerai hidup) 12) Copy Kartu Tanda Penduduk pemohon beserta suami/istri yang masih berlaku 13) Copy buku tabungan gaji dengan mutasi rekening minimal 3 (tiga) bulan terakhir 14) (dua) lembar pas photo pemohon beserta suami/istri ukuran 3X4 cm 15) Asli Surat Pernyataan yang diketahui oleh bendahara gaji bahwa debitur akan menyalurkan manfaat pensiunnya melaui Bank 3.1 Uraian Kegiatan a. Mengarsipkan dokumen pencairan kredit b. Mengecek kembali berkas lunas c. Menggandakan dokumen d. Membagikan jaminan kredit (Taspen, SK-SK) e. Membantu proses pencairan kredit f. Mencari berkas kredit g. Memindai(scann) syarat pengajuan kredit h. Menyusun berkas pencairan kredit i. Mengikuti perjalanan pembagian Giro j. Membereskan lemari berkas 3.2 Permasalahan Ada beberapa masalah yang dihadapi dalam Kredit Pra Purna Bhakti (KPPB) Plus, diantaranya : 1) Banyak Persyaratan yang dijaminkan sudah rusak 2) Data yang dilampirkan kurang lengkap dan disimpan sembarangan 3.3 Pemecahan Masalah 1) Jaminan kredit seharusnya dilaminating agar tidak terjadi kerusakan. Misalnya sobek. 2) Lampiran data harus dilengkapi lagi dan penyimpanannya tidak dimana saja sehingga ketika diperlukan datanya tidak harus meminta kembali kepada debitur.