Anda di halaman 1dari 19

DAFTAR ISI

A. Pentingnya Analisis Kredit ………………………………………………………………. 2


B. Pengertian ………………………………………………………………………………………. 2
C. Unsur Kredit ……………………………………………………………………………………. 3
D. Tujuan Kredit ………………………………………………………………………………….. 4
E. Jenis – jenis Kredit ………………………………………………………………………….. 5
F. Aspek – Aspek Kredit ……………………………………………………………………… 8
7C ……………………………………………………………………………………………………... 9
7P …………………………………………………………………………………………………….. 11
3R …………………………………………………………………………………………………….. 12
G. Penilaian Laporan Keuangan …………………………………………………………. 14

1
A. Pentingnya Analisis Kredit
 Memelihara dan memberikan kepercayaan timbal balik
 Pos pinjaman adalah pos aktiva terbesar bagi perbankan
 Kontribusi pendapatan terbesar bank
 High risk
 Bank sebagai intermediate antara maskyarakat yang surplus dengan
masyarakat yang membutuhkan dana
 Masalah-masalah kredit perlu untuk dipelajari. Semakin besar volume
pembangunan dan semakin tinggi pertumbuhan ekonomi, semakin besar
pula peranan yang dilakukan oleh bank, baik dari segi pengerahan dana
khususnya maupun dari segi arah dan volume kredit yang
diberikan/disalurkan.

B. Pengertian
Manajemen kredit adalah mengelola pemberian kredit mulai dari kredit tersebut
diberikan sampai dengan kredit dilunasi oleh debitur.
Secara ekonommi, kredit dapat diartikan sebagai ;
a. Pemindah daya beli
b. Penciptanya daya beli
Arti kredit berasal dari bahasa Yunani (Credere) yang artinya, yaitu kepercayaan.
Sedangkan menurut bahasa Latin (Credium) yang berarti kepercayaan dan
kebenaran.
Menurut Anwar (2002:14) Kredit adalah suatu pemberian prestasi oleh suatu
pihak kepada pihak lain dan prestasi (jasa) itu akan dikembalikan lagi pada jangka
waktu tertentu pada masa yang akan dating yang disertai dengan kontraprestasi
(balas jasa) yang berupa uang.

2
Menurut Hasibuan (2001:87) dalam bukunya yang berjudul ‘Dasar – Dasar
Perbankan’, Kredit adalah semua jenis pinjaman yang harus dibayar kembali bersama
bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.
Menurut UU No. 10 Tahun 1998 menyebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang
atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian bunga.
C. Unsur Kredit
1. Adanya dua pihak, yaitu pemberi kredit (kreditur) dan penerima kredit (debitur).
Hubungan pemberi kredit dan penerima kredit meripakan hubungan kerjasama
yang saling menguntungkan.
2. Adanya kerjasama pemberi kredit kepada penerima kredit, bahwa kredit yang
diberikan akan benar – benar diterima kembali di masa tertentu pada masa yang
akan dating. Kepercayaan ini diberikan oleh kreditur, dimana sebelumnya telah
melakukan penelitian penyelidikan tentang nasabah baik secara internal malupun
eksternal.
3. Adanya persetujuan, berupa kesepakatan pada kreditur dengan pihak lainnya
yang berjanji akan membayar dari penerima kredit pada pemberi kredit.
Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing – masing
pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing – masing
4. Adanya penyerahan barang, jasa, atau uang dari pemberi kredit kepada penerima
kredit.
5. Adanya unsur waktu. Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu
tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah
disepakati. 
6. Adanya unsur  resiko (degree of risk), baik di  pihak pemberi kredit maupun
dipihak penerima kredit. Suatu tenggang waktu pengembalian akan
menyebabkan suatu resiko tidak tertagihnya/macet pemberi kredit.  Semakin

3
panjang suatu kredit, semakin besar resiko gagal bayar atau ketidakmampuan
membayar.
7. Adanya unsur bunga sebagai kompensasi kepada pemberi kredit.

D. Tujuan Kredit
Rivai (2006:6) mengatakan bahwa pada dasarnya terdapat dua fungsi yang
saling berkaitan dengan kredit, yaitu profitability dan safety. Profitability, yaitu
bertujuan untuk memperoleh hasil dari kredit berupa keuntungan dari bunga yang
harus dibayar nasabah. Safety, adalah keamanan dari prestasi atau fasilitas
yangdiberikan harus benar – benar terjamin sehingga tujuan profitability dapat
tercapai tanpa hambatan yang berarti.
Tjoekam (1999:3) mengatakan bahwa dalam perkreditan melibatkan beberapa
pihak yaitu: kreditur (bank), debitur (penerima kredit), otorita moneter
(pemerintah) dan masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu, tujuan perkreditan
bagi setiap pihak yang terkait antara lain: 
a.  Bagi Kreditur (bank): 
• Perkreditan merupakan sumber utama pendapatannya. 
• Perkreditan merupakan instrumen penjaga  likuiditas, solvabilitas dan
profitabilitas bank. 
• Kredit dapat memanfaatkan dan memproduktifkan dana-dana yang ada.
b.  Bagi  Debitur : 
• Kredit berfungsi sebagai sarana untuk membuat kegiatan usaha semakin
lancar dan performance  (kinerja) usaha semakin baik daripada
sebelumnya. 
• Kredit meningkatkan minat berusaha dan keuntungan sebagai jaminan
kelanjutan kehidupan perusahaan. 
• Kredit memperluas kesempatan berusaha dan bekerja dalam
perusahaan. 

4
c. Bagi Otorita ( pemerintah ): 
• Kredit sebagai instrumen moneter 
• Kredit dapat menciptakan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja
yang memperluas sumber pendapatan negara. 
• Kredit dapat sebagai instrumen untuk ikut serta meningkatkan mutu
manajemen dunia usaha, sehingga terjadi efisiensi dan mengurangi
pemborosan di semua lini.
d. Bagi masyarakat :
• Kredit dapat mengurangi pengangguran, karena membuka peluang
berusaha, bekerja dan pemerataan pendapatan
• Kredit dapat meningkatkan fungsi pasar, karena ada peningkatan daya
beli
E. Jenis – Jenis Kredit
1. Jenis kredit berdasarkan Jangka Waktu Kredit ;
• Short term credit (kredit jangka pendek), yaitu suatu bentuk kredit yang
berjangka waktu maksimum satu tahun.
• Intermediate term credit (kredit jangka menegah) yaitu, suatu bentuk
kredit yang berjangka waktu satu tahun samapi tiga tahun.
• Long term credit (kredit jangka panjang) yaitu, suatu bentuk kredit yang
berjangka waktu lebih dari tiga tahun.
2. Berdasarkan lembaga yang menerima kredit :
• Kredit untuk badan usaha pemerintah/daerah, yaitu kredit yang diberikan
kepada perusahaan/badan usaha yang dimiliki pemerintah.
• Kredit untuk badan usaha swasta, yaitu kredit yang diberikan kepada
perusahaan/badan usaha yang dimiliki swasta. 
• Kredit perorangan, yaitu kredit yang diberikan bukan kepada perusahaan,
tetapi kepada perorangan. 

5
• Kredit untuk bank koresponden, lembaga pembiayaan dan perusahaan
asuransi, yaitu kredit yang diberikan kepada bank koresponden, lembaga
pembiayaan dan perusahan asuransi. 
3. Berdasarkan tujuan penggunaannya :
• Kredit Modal Kerja (KMK), adalah kredit untuk modal kerja perusahaan
dalam rangka pembiayaan aktiva lancer perusahaan, seperti pembelian
bahan baku, piutang, dan lain – lain.
• Kredit Investasi, adalah kredit yang diberikan kepada usaha – usaha guna
merehabilitas, modernisasi, perluasan ataupun pendirian proyek baru,
misalnya untuk pembelian mesin, bangunan dan tanah untuk pabrik.
• Kredit Konsumtif, adalah kredit yang diberikan bank kepada pihak
ketiga/perorangan untuk keprluan konsumsi berupa barang atau jasa
dengan cara membeli, menyewa atau dengan cara lain.
4. Berdasarkan sector ekonomi :
Kredit menurut sector ekonomi didasari atas kebutuhan untuk menentukan
kebijakan pengarahan kredit bank secara kualitatif yang dititikberatkan pada
sector ekonomi yang diutamakan alam pembiayaan dengan kredit bank. Sector
ekonomi yangdimaksud antara lain adalah ;
a) Sector pertanian
b) Pertambangan
c) Perindustrian
d) Konstruksi
e) Jasa social, jasa dunia usaha, dan lain- lain.
5. Berdasarkan sifat :
• Kredit atas dasar transaksi satu kali (eenmalig), adalah kredit jangka
pendek untuk pembiayaan suatu transaksi tertentu.
• Kredit atas dasar transaksi berulang(revolving), adalah kredit jangka
pendek yang diberikan kepada nasabah untuk usaha yang merupakan
suatu seri transaksi yang sejenis.

6
• Kredit atas dasar plafon terkait, adalah kredit yang diberikan dengan
jumlah dan jangka waktu tertentu dengan tujuan untuk dipergunakan
sebagai tambahan modal kerja bagi suatu unit produksi atas dasar
penilaian kapasitas produksi / kebutuhan modal kerja dimana maksimum
kredit yang diberikan tidak terikat pada kapasitas produksi normal atau
realisasi penjualan.
• Kredit atas dasar plafon terbuka, adalah kredit untuk kebutuhan modal
kerja dimana maksimum kredit yang diberikan tidak terikat pada
kapasitas produksi normal atau realisasi penjualan
• Kredit atas dasar penurunan plafon secara berangsur (aflopend plafond),
adalah kredit yang diberikan kepada nasabah yang pelunasannya harus
dilaksanakan secara berangsur sesuai dengan jadwal pelunasan yang
telah disetujui/ditentukan oleh bank.
6. Berdasrkan sumber dana :
• Kredit dengan dana bank sendiri
• Kredit dengan dana bersama – sama dengan bank lain (sindikasi)
• Kredit dengan dana dari luar negeri
7. Berdasarkan bentuk :
• Cash loan, adalah pinjaman uang tunai yang diberikan oleh bank kepada
nasabahnya sehingga dengan pemberian fasilitas ini, bank telah
menyediakan dana yang dapat digunakan oleh nasabah berdasarkan
ketentuan yang ada dalam perjanjuan kredit
• Non cash loan. Adalah fasilitas yangdiberikan bank kepada nasabahnya,
tetapi fasilitas ini bank belum mau mengeluarkan uang tunai.
8. Berdasarkan sifat fasilitas
• Committed facility, adalah suatu fasilitas yang secara hokum, bank
diperjanjuan kecuali terjadi suatu peristiwa yang memberikan hak kapada
bank untuk menarik kembali fasilitas tersebut sesuai surat atau dokumen
lainnya

7
• Uncommitted facility, adalah suatu fasilitas yang secara hokum, bank
tidak memiliki kewajiban untuk memnuhinya sesuai dengan yang telah
diperjanjikan.
F. Aspek-Aspek Kredit
Dalam dunia bisnis, perusahaan yang berhutang merupakan hal yang wajar.
Bahkan kalau dicermati dalam laporan keuangan, hampir tidak ada perusahaan yang
tidak memiliki hutang. Bahkan pemerintah dengan giat memberikan bantuan-
bantuan dana yang bersifat lunak kepada usaha kecil menengah (UKM) agar UKM
dapat bertahan melalui lembaga perbankan. Dalam pemberian kredit, paling tidak
ada dua pihak yang terkait, yaitu debitur (lembaga yang memberikan pinjaman) dan
kreditur (lembaga/perseorangan yang meminjam dana).
Fungsi bank pemerintah adalah untuk memberikan pelayanan kepada
pemerintah, dunia usaha dan perorangan. Kegiatan yang penting adalah membiayai
proyek – proyek pembangunan yang bertujuan menggairahkan industri baru maupun
yang sedang berkembang, dalam wujud menyediakan dana atau pemberian kredit.
Di satu sisi, perusahaan yang kesulitan dalam pendanaan dapat mengajukan
kredit di bank. Banyak lembaga perbankan yang menawarkan kredit dengan bunga
yang sangat menarik, bonus yang menarik. Bahkan beberapa bank akan
meningkatkan jumlah kreditnya apabila kreditur membayar kredit dengan lancar.
Namun demikian, perusahaan harus selektif dalam memilih lembaga kredit.
Perusahaan harus berhitung secara masak agar tidak terjebak dalam hutang.
Untuk itu perusahaan harus melakukan perhitungan-perhitungan secara masak.
Bagiamana arus kas yang akan datang, kemampuan perusahaan membayar kembali
kreditnya, apakah pinjaman lebih menguntungkan dari pada penambahan modal
sendiri? Bagaimana prospek tambahan investasi tersebut di masa yang akan datang?
Bagaimana pangsa pasar perusahaan setelah ada tambahan investasi? Dan
sebagainya.
Di sisi lain, bagi perbankan, pemberian kredit ini mengandung tingkat risiko
(degree of risk) tertentu. Untuk menghindari ataupun untuk memperkecil risiko kredit

8
yang mungkin terjadi, maka permohonan kredit harus dinilai oleh bank atas dasar
syarat–syarat bank yang terkenal dengan 6C yaitu :

1. Character
Bank mencari data – data tentang sifat – sifat pribadi, watak, dan kejujuran dari
pimpinan perusahaan dalam memenuhi kewajban finansial – finansialnya.
Adapun beberapa petunjuk bagi bank untuk megetahui karakter nasabah adalah :
a. Mengenal dari dekat.
b. Mengumpulkan keterangan mengenai aktivitas calon debitur dalam
perbankan.
c. Mengumpulkan keterangan dan meminta pendapat dari rekan – rekannya,
pegawai, dan saingannya mengenai reputasi, kebiasaan pribadi, pergaulan
sosial, dll.
2. Capacity
Ini menyangkut kemampuan pimpinan perusahaan beserta stafnya, baik
kemampuan dalam hal manajemen maupun keahlian dalam bidang usahanya.
Untuk itu bank harus memperhatikan :
a. Angka – angka hasil produksi.
b. Angka – angka penjualan dan pembelian.
c. Perhitungan laba rugi perusahaan saat ini dan proyeksinya.
d. Data – data finansial diwaktu yang lalu, yang tercermin di dalam laporan
keuangan perusahaan, sehingga dengan demikian dapat diukur kemampuan
perusahaan calon penerima kredit untuk melaksanakan rencana kerjanya di
waktu yang akan datang dalam hubungannya dengan penggunaan kredit
tersebut.
3. Capital
Ini menunjukkan posisi finansial perusahaan secara keseluruhan yang
ditunjukkan oleh ratio finansialnya dan penekanan pada komposisi “ tangible net

9
worth”nya. Dalam hal ini bank harus mengetahui bagaimana perimbangan antara
jumlah hutang dan jumlah modal sendiri.
Untuk itu bank harus :
a. Menganalisis neraca selama sedikitnya dua tahun terakhir.
b. Mengadakan analisis ratio untuk mengetahui : likuiditas, solvabilitas, dan
rentabilitas dari perusahaan calon peminjam kredit.
4. Collateral
Collateral berarti jaman. Ini menunjukkan besarnya aktiva yang akan diikatkan
sebagai jaminan atas kredit yang diberikan oleh bank. Untuk itu bank harus :
a. Meneliti mengenai pemilikan jaminan tersebut.
b. Mengukur stabilitas dari pada nilainya.
c. Mengukur kemampuan untuk dijadikan uang dalam waktu relatif singkat
tanpa terlalu mengurangi nilainya.
d. Memperhatikan pengikatan barang yang benar – benar menjamin
kepentingan bank sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
5. Condition
Bank harus melihat kondisi ekonomi secra umum serta kondisi pada sektor usaha
si peminta kredit. Untuk itu bank harus memperhatikan :
a. Keadaan ekonomi yang akan mempengaruhi perkembangan usaha calon
peminjam.
b. Kondisi uasha calon peminjam, perbandingannya dengan usaha sejenis
lainnya di daerah dan lokasi lingkungannya.
c. Keadaan pemasaran dari hasil usaha calon peminjam.
d. Prospek usaha di masa yang akan datang untuk kemungkinan bantuan kredit
dari bank.
e. Kebijaksanaan pemerintah yang berpengaruh terhadap prospek industri
dimana perusahaan pemohon kredit termasuk didalamnya.

10
6. Constraint
Adalah batasan dan hambatan yang tidak memungkinkan suatu bisnis untuk
dilaksanakan pada tempat tertentu, misalnya pendirian suatu usaha pompa
bensin yang disekitarnya banyak bengkel las atau pembakaran batu bara.
Prinsip 7P
1. Personality
Menilai dari segi kepribadian atau tingkah lakunya sehari – hari maupun
masa lalunya.
2. Party
Mengklasifikasi nasabah ke dalam klasidikasi tertentu atau golongan –
golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya
3. Purpose
Untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis
yang diinginkan nasabah
4. Prospect
Untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan dating, apakah
menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain memiliki prospek atau
sebaliknya
5. Payment
Ukuran bagaimana nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau
dari sumber dana mana saja untuk mengembalikan kredit yang diperolehnya
6. Profitability
Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba
7. Protection
Tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang dikucurkan oleh bank
namaun melalui suatu perlindungan

11
Prinsip 3R
1. Return
Adalah penilaian atas hasul yang akan dicapai olegh perusahaan debitur
setelah dibantu dengan kredit oleh bank
2. Repayment
Menilai berapa lama perusahaan debitur dapat membayar kembali pinjaman
sesuai dengan kemampuan membayar kembali
3. Risk bearing ability
Bank harus mengetahui dan menilai sampai sejauh mana perusahaan
pemohon kredit mampu menanggung risiko kegagalan andaikata terjadi
sesuatu yang tidak diinginkan
Disamping formula prinsip - prinsip diatas, di dalam pemberian kredit bank akan
memperhatikan aspek – aspek pertimbangan kredit untuk menilai kelayakan suatu
usaha yang akan dibiayai oleh kredit bank.
Secara umum aspek – aspek pertimbangan kredit tersebut meliputi :
1. Aspek umum
Meneliti masalah – masalah :
a. Bentuk, nama dan alamat perusahaan
b. Susunan manajemen
c. Bidang usaha
d. Keterangan tentang jumlah pegawai/buruh
e. Kebangsaan
f. Bank langganan
g. Bagan organisasi
2. Aspek ekonomi/komersil
Meliputi masalah :
a. Pemasaran dan keadaan harga
b. Persaingan
c. Jumlah penjualan dari tiap – tiap jenis produk

12
d. Cara penjualan
e. Taksiran permintaan
3. Aspek teknik
Meliputi :
a. Bahan baku dan penolong yang dibutuhkan
b. Tanah dan tempat pabrik
c. Bangunan (milik, umur, sewa, harga)
d. Urut – urutan proses produksi
e. Perincian mesin dan peralatan
f. Jumlah produksi
g. Tersedianyan tenaga kerja (keahlian, pendidikan, tingkat upah)
h. Lain- lain misalnya tenaga penggerak (disel/PLN) tersedianya air
(sumur/PAM)
4. Aspek Yuridis
Memenuhi ketentuan hukum yang berlaku termasuk izin yang diperlukan.

5. Aspek kemanfaatan dan keempatan kerja


Hal – hal yang perlu diperhatikan :
a. Manfaat ekonomi bagi penduduk dan pengaruhnya terhadap struktur
ekonomi setempat.
b. Jumlah tenaga kerja yang diserap oleh proyek yang bersangkutan.
c. Termasuk sektor yang diprioritaskan oleh pemerintah.
6. Aspek keuangan
Aspek untuk mengetahui likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, serta stabilitas
usaha, selain itu juga akan dapat diketahui berapa lama suatu investasi akan
dapat dikembalikan.
Hal – hal yang perlu dinilai dalam penilaian aspek finansial suatu permohonan
kredit :
a. Neraca dan laporan laba / rugi

13
b. Laporan sumber dan penggunaan modal kerja.
c. Rencana penerimaan dan pengeluaran kas (cash budget)
d. Proyeksi dan laporan keuangan
e. Penilaian proyek investasi
f. Perhitungan kebutuhan kredit
g. Rencana angsuran kredit

G. Penilaian Laporan Keuangan


Cara yang umum diterima untuk meneliti keadaan keuangan seorang nasabah,
yaitu dengan jalan memperoleh Neraca, Laporan Laba / Rugi dan keterangan –
keterang an lainnya. Sebaiknya diusahakan agar diperoleh laporan keuangan yang
sudah diaudit, karena auditor dapat memberikan pandangan yang bebas tentang
keadaan keuangan nasabah sebagai hasil dari pemeriksaannya terhadap
pembukuan nasabah secara independen.
Sebelum melangkah dalam penilaian neraca dan laporan laba / rugi, maka perlu
diperhatikan apakah data yang disajikan sudah sesuai dengan prinsip – prinsip
akuntansi yang berlaku dan terjamin kebenarannya. Sedapat mungkin diperoleh
laporan keuangan untuk bebrapa periode atau minimal laporan keuangan dua
periode terakhir. Tergadap laporan keuangan ini antara lain dapat diterapkan teknik
analisis sebagai berikut :
1. Analisis per pos / komponen
Adakah suatu kegiatan meneliti atau menganlisa masing – masing pos yang ada
dalam neraca maupun laporan laba / rugi. Misalnya analisis terhadap pos piutang
dagang, (a) harus diperoleh daftar nama, alamat, jumlah piutang dan analisis
menurut umur (age analysis); terutama untuk piutang – piutang yang jumlahnya
besar, (b) Analisis mutu dari piutang tersebut untuk tahun terakhir dan tahun
sebelumnya (berapa % piutang yang baik, cukup, lemah dan kecil – kecil), (c)
Bagaimana kegiatan penagihan yang dilakukan perusahaan, (d) Sebutkan pula

14
syarat penjualan daerah penjualan, (e) Tentukan kecukupan cadangan kerugian
piutang dan lain sebagainya.
2. Analisis presentase per komponen
Dalam teknik ini laporan keuangan disajikan dalam prosentase – prosentase yaitu
prosentase dari masing – masing pos neraca terhadap total aktiva, sedangkan
untuk pos – pos laporan laba rugi prosentase dihitung terhadap jumlah penjualan
bersih.
Dengan cara ini akan diketahui tentang :
a. Tingkat investasi pada masing – masing pos (over investment atau
sebaliknya under investment)
b. Strutur permodalan
c. Jumlah atau prosentase dari ssetiap rupiah penjualan yang terserap
dalam tiap – tiap jenis biaya.
3. Analisis perbandingan
Dalam anlisa ini kita mengadakan perbandingan pos – pos dalam neraca dan
laporan rugi laba dari suatu periode dengan periode lainnya (periode yang
berurutan). Dengan analisis ini akan dapat diketahui perubahan – perubahan
yang terjadi, dan perubahan mana yang memerlukan penelitian lebih lanjut.
Dalam penelitian terhadap suatu perubahan maka harus diperhatikan
perubahan yang terjadi dalam pos – pos yang lain yang mempunyai hubungan
yang logis / erat dengan pos yang bersangkutan.
4. Analisis ratio
Ratio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu pos atau
kelompok pos yang lain baik yang tercantum dalam neraca maupun dalam
laporan laba rugi.
Dengan mengadakan analisi ratio akan dapat diketahui posisi keuangan
nasabah/calon peminjam kredit. Dibawah ini akan diuraikan beberapa ratio yang
penting dalam hubungannya dengan kepentingan analisis kredit.

15
A. Ratio Likuiditas
Ratio untuk mengetahui kewajiban finansial pada saat ditagih. Ratio – ratio
likuiditas antara lain :
1. Current Ratio : ratio antara aktiva lancar dengan hutang lancar.
2. Cash Ratio : ratio antara (kas + bank) dengan hutang lancar.
3. Quick ratio : ratio antara (aktiva lancar – persediaan) dengan hutang
lancar.
4. Inventory of working capital : ratio antara (persediaan dengan aktiva lancar
–hutang lancar) atau ratio antara persediaan
dengan modal kerja.
B. Ratio Laverage
Ratio untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh
hutang. Dengan mengetahui laverage ratio akan dapat dinilai; posisi
perusahaan terhadap seluruh kewajiban yang bersifst tetap, keseimbangan
antara aktiva tetap dengan modal.
Laverage ratio antara lain :

1) Debt to equity ratio


Yaitu ratio antara total hutang dengan modal sendiri.
Ratio ini menunjukkan bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan
jaminan hutang.
2) Current liabilites to net worth
Yaitu ratio antara hutang lancar dengan modal sendiri.
Ratio ini menunjukkan bahwa dana – dana pinjaman segera akan ditagih ada
sekian kalinya modal sendiri.
3) Tangible asset debt coverage
Yaitu ratio antara aktiva tetap dengan hutang jangka panjang.
Ratio ini menunjukkan besarnya setiap rupiah aktiva tetap berwujud yang
digunakan untuk menjamin hutang jangka panjang.

16
4) Long term debt to equity ratio
Yaitu ratio antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri.
Ratio ini menunjukkan bebrapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang
dijadikan jaminan hutang jangka panjang.
5) Debt service
Yaitu ratio antara (EBIT – Pajak + bunga) dengan (angsuran kredit + bunga)
Ratio ini menunjukkan laba operasi ada sekian kallinya kewajiban membayar
angsuran kredit beserta bunganya (semakin kecil ratio maka makin besar
resikonya).
H. Ratio Aktivitas
Yaitu ratio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan
aktivitas sehari – hari atau kemampuan perusahaan dalam penjualan,
penagihan piutang, atau pemanfaatan aktiva yang dimiliki.
Ratio aktivitas terdiri dari :
a. Perputaran persediaan (inventory turn over)
Yaitu ratio antara penjualan dengan rata – rata persediaan yang
dinilai berdasar harga jual atau kalau memungkinkan ratio ini dihitung
dengan memperbandingkan antara harga pokok penjualan dengan rata
– rata persediaan. Ratio ini menunujukkan berapa kali dana yang
ditanam dalam persediaan ini berputar dalam satu tahun / periode.
Makin besar turn over berarti makin baik.
b. Average collection period
Yaitu ratio antara piutang dengan penjualan neto per hari secara
kredit. Ratio ini menunjukkan berapa lamanya dana peruashaan
ditanamkan dalam komponen piutang atau berapa lama peride
penagihan piutang. Dari artio ini akan dapat diketahui likuiditas piutang.
Maka makin ratio makin baik.

17
c. Perputaran aktiva tetap (fixed asset turn over)
Yaitu ratio antara penjualan neto dengan aktiva tetap. Ratio ini
menunjukkan berapa kai dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap
berputar dalam satu periode.
d. Perputaran modal kerja (Working capital turn over)
Yaitu ratio antara penjualan neto dengan modal kerja. Ratio ini
menunjukkan berapa kali dana yang tertanam dalam modal kerja
berputar dalam satu periode, atau jumlah penjualan yang bisa dicapai
oleh setiap rupiah modal kerja.
I. Ratio Rentabilitas
Yaitu ratio – ratio yang dapat digunakan untuk menilai kemampuan
perusahaan untuk memperoleh keuntungan.
Ratio – ratio yang dapat digunakan untuk menilai rentabilitas antara lain :
a. Profit margin
Dalam hubungannya antara profit margin dengan penjualan.
b. Return of invesment
Yaitu ratio antara laba operasionil dengan total aktiva (%). Ratio ini
menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan (modal asing dan
modal sendiri). Makin tinggi ratio semakin baik.
c. Return of equity
Yaitu ratio antara laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri.
Ratio ini menunjukkan produktivotas dari dana – dana pemilik perusahaan di
dalam perusahaannya sendiri. Ratio ini juga menunjukkan rentabilitas dan
sfisiensi modal sendiri. Makin tinggi ratio ini maka akan semakin baik karena
posisi modal pemilik perusahaan akan semakin kuat atau rentabilitas modal
sendiri semakin kuat.

18
d. Laba per lembar saham
Yaitu ratio antara laba dengan lembar saham yang beredar. Ratio ini akan
memberikan gambaran kepada pemegang saham tentang keuntungan yang
akan diperoleh (seandainya bank akan menanamkan dalam bentuk saham).
Dengan mengadakan anlisis ratio akan dapat diketahui posisi keuangan
perusahaan, lebih–lebih ratio dari bebrapa tahun, maka akan dapat diketahui
perkembangan atau kecenderungan posisi keuangan perusahaan. Tetapi
perlu diingat bahwa hasil analisis tersebut bukanlah merupakan suatu alat
yang dapat memberikan jawaban yang pasti untuk keputusan akhir
pemberian kredit. Bidang– bidang lain juga dapat diteliti dengan seksama
dan analisis ratio haruslah hanya dianggap sebagai langkah permulaan dari
proses pengambilan keputusan untuk memberikan kredit.
Ada tiga hal yang menjadi tujuan dari dilakukannya analisis kredit ini di
antaranya yaitu :
1. Untuk mengetahui bagaimana dana digunakan dan bagaimana
kebutuhan dana tersebut dibelanjai / dipenuhi.
2. Untuk mengetahui dari mana dan untuk apa dana tersebut.
3. Untuk mengetahui kinerja perusahaan dalam pemanfaatan dana yang
dimiliki.

19

Anda mungkin juga menyukai