Anda di halaman 1dari 49

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1 Keputusan Pemberian Kredit

2.1.1.1 Pengertian Kredit

Pengertian sederhana kredit menurut Ismail (2013: 93)

merupakan penyaluran dana dari pemilik dana kepada pihak

yang memerlukan dana. Secara etimologis, istilah kredit

menurut Hermansyah (2014: 56) berasal dari bahasa Latin,

credere, yang berarti kepercayaan. Oleh karena itu dasar

pemikiran persetujuan pemberian kredit oleh suatu lembaga

keuangan kepada seseorang atau badan usaha berlandaskan

kepercayaan.

Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun

1998 dalam Kasmir (2013: 85) kredit adalah penyediaan uang

atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan

persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank

dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi

utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian

bunga. Kent dalam Hasan (2014: 128) menyatakan bahwa kredit

adalah hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk

melakukan pembayaran pada waktu diminta, atau pada waktu

yang akan datang, karena penyerahan barang-barang sekarang.

15
16

Mengacu pada beberapa pendapat ahli di atas, dapat

disimpulkan bahwa kredit adalah suatu perjanjian antara kreditur

dan debitur yang mana dalam hal ini kreditur bersedia untuk

menyediakan sejumlah dana atau pinjaman kepada debitur guna

membiayai suatu keperluan tertentu tetapi debitur berkewajiban

untuk mengembalikan dana atau pinjaman tersebut dalam jangka

waktu tertentu sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati

bersama.

2.1.1.2 Tujuan dan Fungsi Kredit

Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan

tertentu. Tujuan pemberian kredit tersebut tidak akan terlepas

dari misi bank tersebut didirikan. Adapun tujuan utama

pemberian suatu kredit yaitu (Kasmir, 2013: 88):

1. Mencari keuntungan

Pemberian kredit akan menghasilkan bunga kredit yang

diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi

kredit yang dibebankan kepada nasabah. Bunga kredit akan

memberikan keuntungan bagi pihak bank.

2. Membantu usaha nasabah

Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang

memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk

modal kerja, sehingga dana tersebut maka pihak debitur akan

dapat mengembangkan dan memperluas usahanya.


17

3. Membantu pemerintah

Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh

pihak perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin

banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan di

berbagai sektor.

Disamping tujuan yang telah dijelaskan di atas, suatu

fasilitas kredit juga memiliki fungsi. Fungsi kredit menurut

Kasmir (2013: 89) antara lain:

1. Meningkatkan daya guna uang.


2. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.
3. Meningkatkan daya guna barang.
4. Meningkatkan peredaran uang.
5. Sebagai alat stabilitas ekonomi.
6. Menigkatkan kegairahan berusaha.
7. Meningkatkan pemerataan pendapatan.
8. Meningkatkan hubungan internasional.

Adapun fungsi kredit menurut Ismail (2013: 96) secara

terperinci adalah sebagai berikut:

1. Kredit dapat meningkatkan arus tukar menukar barang dan

jasa.

Kredit dapat meningkatkan arus tukar barang, hal ini

seandainya belum tersedia uang sebagai alat pembayaran,

maka kredit akan membantu melancarkan lalu lintas

pertukaran barang dan jasa.


18

2. Kredit merupakan alat yang dipakai untuk memanfaatkan idle

fund

Di dalam kehidupan ekonomi, ada beberapa pihak yang

kelebihan dana dan ada beberapa pihak yang kekurangan

dana. Kredit merupakan salah satu cara untuk mengatasi gap

tersebut. Satu pihak kelebihan dana dan tidak dapat

memanfaatkan dananya tersebut sehingga dananya menjadi

idle, sementara ada pihak lain yang mempunyai usaha tetapi

tidak memiliki dana yang cukup untuk mengembangkan

usahanya, sehingga memerlukan dana. Dana yang berasal

dari golongan yang kelebihan dana, apabila dipinjamkan

kepada pihak yang kekurangan dana, maka akan efektif,

karena dana tersebut dimanfaatkan oleh pihak yang

membutuhkan dana.

3. Kredit dapat meningkatkan alat pembayaran yang baru

Sebagai contoh kredit rekening koran yang diberikan oleh

bank kepada usahawan. Pada dasarnya pada saat bank telah

melakukan perjanjian kredit rekening koran, pada saat itu

debitur sudah memiliki hak untuk menarik dana tersebut

secara tunai dari rekening gironya. Kredit ini dianggap

sebagai alat pembayaran baru.

4. Kredit sebagai alat pengendali harga

Pemberian kredit yang ekspansif akan mendorong


19

meningkatnya jumlah uang yang beredar, dan peningkatan

uang tersebut akan mendorong kenaikan harga. Sebaliknya,

pembatasan kredit, akan berpengaruh pada jumlah uang yang

beredar, dan keterbatasan uang yang beredar di masyarakat

memiliki dampak pada penurunan harga.

5. Kredit dapat mengaktifkan dan meningkatkan manfaat

ekonomi yang ada

Apabila bank memberikan kredit produktif, yaitu kredit

modal kerja atau investasi, maka pemberian kredit tersebut

akan memiliki dampak pada kenaikan makroekonomi. Hal

ini, disebabkan karena pihak pengusaha akan memproduksi

barang, mengolah bahan baku menjadi barang jadi,

meningkatnya volume perdagangan, dan lain-lain. Semua itu

akan mempunyai dampak pada kenaikan potensi ekonomi.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, dapat

disimpulkan bahwa pada dasarnya tujuan lembaga keuangan

menyalurkan kreditnya bukan semata-mata untuk mendapatkan

keuntungan bagi kepentingan bank saja tetapi juga terkandung

misi lembaga keuangan tersebut untuk membantu usaha

masyarakat yang membutuhkan bantuan dana. Oleh karena itu,

perlu dilakukan pengelolaan kredit dengan sebaik-baiknya guna

mendukung tercapainya tujuan dan fungsi lembaga keuangan

sesuai dengan yang diharapkan.


20

2.1.1.3 Jenis-jenis Kredit

Secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai

segi antara lain (Ismail, 2013: 100-108):

1. Kredit dilihat dari tujuan penggunaan

Dilihat dari tujuan penggunaan, kredit dibagi menjadi 3,

yaitu:

a. Kredit Investasi

Kredit investasi merupakan kredit yang diberikan oleh

bank kepada debitur untuk pengadaan barang-barang

modal atau aktiva tetap yang mempunyai nilai ekonomis

lebih dari tahun.

b. Kredit Modal Kerja

Kredit modal kerja merupakan kredit yang digunakan

untuk memenuhi kebutuhan modal kerja yang biasanya

habis dalam satu siklus usaha. Kredit modal kerja ini

biasanya diberikan dalam jangka pendek yaitu lamanya

satu tahun. Kredit modal kerja diberikan untuk membeli

bahan baku, biaya upah, untuk menutup piutang dagang,

pembelian barang dagangan, dan kebutuhan dana lain

yang sifatnya hanya digunakan selama 1 tahun.


21

c. Kredit Konsumtif

Kredit konsumtif merupakan kredit yang diberikan kepada

nasabah untuk membeli barang dan jasa untuk keperluan

pribadi dan tidak dipergunakan untuk keperluan usaha.

2. Kredit dilihat dari jangka waktunya

Sesuai dengan jangka waktunya kredit dibagi menjadi 3,

yaitu:

a. Kredit jangka pendek

Kredit jangka pendek merupakan kredit yang diberikan

dengan jangka waktu maksimal 1 tahun.

b. Kredit Jangka Menengah

Kredit yang diberikan dengan jangka waktu antara satu

tahun sampai tiga tahun.

c. Kredit Jangka Panjang

Kredit yang jangka waktunya lebih dari tiga tahun.

3. Kredit dilihat dari cara penarikannya

a. Kredit sekaligus

Kredit yang dicairkan sekaligus sesuai dengan plafon

kredit yang disetujui.

b. Kredit bertahap

Kredit yang pencairannya tidak sekaligus, akan tetapi

dilakukan secara bertahap 2, 3, 4 kali pencarian dalam

masa kredit.
22

c. Kredit rekening koran

Merupakan kredit yang penyediaan dananya dilakukan

melalui pemindahbukuan.

4. Kredit dilihat dari sektor usaha

a. Sektor industri

Kredit yang diberikan kepada nasabah yang bergerak

dalam sektor industri yang mengubah bentuk dari bahan

baku menjadi barang jadi.

b. Sektor perdagangan

Kredit yang diberikan kepada pengusaha yang bergerak

dalam bidang perdagangan baik perdagangan kecil,

menengah, dan perdagangan besar.

c. Sektor pertanian peternakan, perikanan, dan perkebunan

Kredit ini diberikan dalam rangka meningkatkan hasil di

sektor pertanian, peternakan, perikanan, dan perkebunan.

d. Sektor jasa

Kredit ini diberikan kepada sektor jasa yang meliputi: jasa

pendidikan, jasa rumah sakit, jasa angkutan, dan jasa

lainnya.

e. Sektor perumahan

Bank memberikan kredit kepada debitur yang bergerak di

bidang pembangunan perumahan, diberikan dalam bentuk

kredit konstruksi.
23

5. Kredit dilihat dari segi jaminan

a. Kredit dengan jaminan

Merupakan jenis kredit yang didukung dengan jaminan

atau agunan.

b. Kredit tanpa jaminan

Kredit yang diberikan atas dasar kepercayaan yang

diberikan oleh bank kepada debitur.

6. Kredit dilihat dari jumlahnya

a. Kredit UMKM

Kredit yang diberikan kepada pengusaha dengan skala

usaha sangat kecil.

b. Kredit UKM

Kredit yang diberikan kepada pengusaha dengan batasan

antara Rp 50 juta dan tidak melebih Rp 350 juta.

c. Kredit korporasi

Merupakan kredit yang diberikan kepada debitur dengan

jumlah besar dan diperuntukkan kepada debitur besar atau

korporasi.

2.1.1.4 Pinsip-Prinsip Keputusan Pemberian Kredit

Pelaksanaan analisis kredit berperdoman pada UU No. 7

Tahun 1992 tentang Perbankan, khususnya pasal 1 ayat (11),

pasal 8, dan pasal 29 ayat (3). Analisis kredit yang dilakukan

dapat membantu dalam mengetahui potensi debitur dalam


24

mengembalikan pinjamannya, sehingga akan dapat memperkecil

terjadinya kemungkinan risiko gagal bayar debitur.

Menurut Dendawijaya (2009: 89) analisis kredit dapat

dilakukan berdasarkan 2 prinsip, berdasarkan prinsip 6C dan

6A:

1. Analisis Kredit Berdasarkan Prinsip 6C

Analisis kredit berdasarkan prinsip 6C meliputi:

a. Character (C-1)

Analisis mengenai karakter berkaitan dengan integritas

dari calon debitur. Integritas ini sangat menentukan

kemauan membayar kembali nasabah atas kredit yang

telah dinikmatinya.

b. Capital (C-2)

Penilaian terhadap permodalan sangat erat hubungannya

dengan nilai modal yang dimiliki calon nasabah guna

membiayai proyek yang akan dijalankannya. Besarnya

kemampuan modal calon nasabah dapat diketahui dari

laporan keuangan perusahaan yang dimilikinya.

c. Capacity (C-3)

Penilaian terhadap calon nasabah kredit dalam hal

kemampuan memenuhi kewajiban yang telah disepakati

dalam perjanjian pinjaman atau akad kredit, yakni


25

melunasi pokok pinjaman disertai bunga sesuai dengan

ketentuan dan syarat-syarat yang diperjanjikan.

d. Condition of Economy (C-4)

Faktor-faktor bisnis yang berada di lingkungan sekitar

lokasi proyek akan mempunyai pengaruh yang kuat

terhadap corak bisnis yang akan dijalankan. Dalam rangka

proyeksi pemberian kredit, kondisi perekonomian harus

pula ikut dianalisis karena pada akhirnya akan

mempengaruhi keberhasilan pemanfaatan pengembalian

kredit debitur.

e. Collateral (C-5)

Collateral atau agunan kredit merupakan salah satu syarat

yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum permohonan

kredit disetujui atau dicairkan. Collateral atau agunan

pada umumnya adalah barang-barang yang diserahkan

peminjam kepada bank sebagai jaminan atas kredit atau

pinjaman yang diterimanya.

f. Constraints (C-6)

Constraints merupakan faktor hambatan atau rintangan

berupa faktor-faktor psikologis yang ada pada suatu

daerah atau wilayah tertentu yang menyebabkan suatu

proyek tidak dapat dilaksanakan.


26

2. Analisis Kredit Berdasarkan Prinsip 6A

Metode analisis 6A menganalisis berbagai aspek dari proyek

yang akan dibiayai bank. Analisis ini terdiri atas aspek-aspek

sebagai berikut:

a. Aspek Yuridis (Hukum)

Analisis pada aspek ini pada dasrnya bertujuan untuk

meneliti ketentuan-ketentuan legalitas dari perusahaan

atau badan hukum yang akan memperoleh bantuan kredit

atau pembiayaan dari bank.

b. Aspek Pasar dan Pemasaran

Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk

meneliti kemungkinan pangsa pasar yang dapat diraih bagi

produk atau jasa yang diproduksi dari proyek yang

dibiayai dengan kredit bank serta meneliti strategi

pemasaran apa yang digunakan oleh investor atau

pengelola proyek agar perusahaan dapat memenangkan

persaingan yang cukup kompetitif.

c. Analisis Aspek Teknis

Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk

menilai seberapa jauh kemampuan pengelola proyek

dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembangunan

proyek serta kesiapan teknis perusahaan dalam melakukan

operasinya kelak sebagai suatu business entity.


27

d. Analisis Aspek Manajemen

Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk

menilai kemampuan dan kecakapan dari manajemen

pengelola proyek ataupun manajemen perusahaan dalam

menjalankan bisnisnya.

e. Analisis Aspek Keuangan

Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk

menilai kemampuan dan kecakapan dari manajemen

pengelola proyek atau manajemen perusahaan dalam

bidang keuangan.

f. Analisis Aspek Sosial-Ekonomis

Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk

menilai sejauh mana proyek yang akan dibangun dan

dibiayai dengan kredit bank memiliki value added yang

tinggi dilihat dari sudut pandang sosial maupun makro

ekonomis.

Menurut Ismail (2013: 112-119) prinsip dasar pemberian

kredit meliputi:

1. Prinsip 5 C

a. Character

Menggambarkan watak dan kepribadian calon debitur.


28

b. Capacity

Ditujukan untuk mengetahui kemampuan calon debitur

dalam memenuhi kewajibannya sesuai jangka waktu

kredit.

c. Capital

Capital atau modal yang perlu disertakan dalam objek

kredit perlu dilakukan analisis yang mendalam. Semakin

besar modal yang dimiliki dan disertakan oleh calon

debitur dalam objek pembiayaan akan meyakinkan bagi

bank.

d. Collateral

Collateral merupakan jaminan atau agunan yang diberikan

oleh calon debitur atas kredit yang diajukan.

e. Condition of Economy

Condition of economy merupakan analisis terhadap

kondisi perekonomian.

2. Prinsip 5 P

a. Party (golongan)

Bank mencoba melakukan penilaian terhadap beberapa

golongan yang terdiri dari golongan yang sesuai dengan

character, capacity, capital. Bank akan melihat ketiga

prinsip tersebut dalam mengambil keputusan kredit karena

ketiga prinsip tersebut merupakan prinsip minimal yang


29

harus dianalisis oleh bank sebelum memutuskan kredit

yang diajukan oleh calon debitur.

b. Purpose (tujuan)

Purpose lebih difokuskan terhadap tujuan penggunaan

kredit yang diajukan oleh calon debitur.

c. Payment (pembayaran kembali)

Sebelum memutuskan permohonan kredit nasabah, maka

yang perlu dilakukan oleh bank adalah menghitung

kembali kemampuan calon nasabah dengan melakukan

estimasi terhadap pendapatan dan biaya. Estimasi tersebut

dapat digunakan untuk mengetahui besarnya keuntungan

atau sisa dana yang tidak terpakai sebagai dana yang akan

dibayarkan sebagai angsuran kepada bank. Disamping

menghitung pendapatan, bank perlu memperkirakan

jangka waktu debitur dapat melunasi kreditnya

disesuaikan dengan net cash flow-nya, yaitu perbandingan

antara cash inflow dan cash outflow calon debitur.

d. Profitability (kemampuan perusahaan dalam memperoleh

keuntungan)

Bank akan menghitung jumlah keuntungan yang dicapai

oleh calon debitur dengan adanya kredit dari bank dan

tanpa adanya kredit bank. Disamping itu, bank juga perlu

menghitung jumlah pendapatan yang akan diterima bank


30

dari kredit tersebut. Jumlah tersebut dapat dilihat dari

besarnya bunga yang akan diterima. Selain itu, bank juga

perlu mempertimbangkan pendapatan lain selain bunga,

misalnya pendapatan fee dan komisi karena debitur akan

melakukan setiap transaksinya melalui bank.

e. Protection (perlindungan)

Proteksi merupakan upaya perlindungan yang dilakukan

bank dalam rangka berjaga-jaga apabila calon debitur

tidak dapat memenuhi kewajibannya.

3. Prinsip 3 R

Konsep lain yang perlu mendapat perhatian dalam keputusan

pemberian kredit adalah Prinsip 3 R.

a. Return

Return dapat diartikan sebagai hasil usaha yang dicapai

oleh perusahaan calon debitur.

b. Repayment

Repayment diartikan sebagai kemampuan perusahaan

calon debitur untuk melakukan pembayaran kembali kredit

yang telah dinikmati.

c. Risk Bearing Ability

Risk bearing ability merupakan kemampuan calon debitur

untuk menanggung risiko apabila terjadi kegagalan dalam

usahanya.
31

Hasan (2014:141) menambahkan disamping analisis kredit

dengan menggunakan prinsip 6C dan 6A, penilaian suatu juga

kredit dapat dilakukan dengan analisis 7P, yakni:

1. Personality, yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya

atau tingkah lakunya sehari-hari maupun kepribadiannya

masa lalu. Penilaian personality juga mencakup sikap, emosi,

tingkah laku, dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu

masalah dan menyelesaikannya.

2. Party, yaitu mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi

tertentu atau golongan-golongan tertentu, berdasarkan modal,

loyalitas serta karakternya. Nasabah yang digolongkan

kedalam golongan tertentu akan mendapatkan fasilitas yang

berbeda dari bank.

3. Purpose, yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dimasa

dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang

diinginkan nasabah.

4. Prospect, yaitu untuk menilai usaha nasabah dimasa yang

akan datang, apakah menguntungkan atau tidak, atau dengan

kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya.

5. Payment, merupakan ukuran bagaimana cara nasabah

mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber

mana saja dana untuk pengembalian kredit.


32

6. Profitability, untuk menganalisis bagaimana kemampuan

nasabah dalam mencari laba.

7. Protection, tujuannya adalah bagaimana menjaga agar kredit

yang diberikan mendapat jaminan perlindungan, sehingga

kredit yang diberikan benar-benar aman. Perlindungan yang

diberikan debitur dapat berupa jaminan barang atau orang

ataupun jaminan asuransi.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa

sebelum melakukan penyaluran kredit kepada nasabah, perlu

dilakukan analisis kredit terebih dahulu baik itu berdasarkan

prinsip 5C, 6C, 6A ataupun 7P untuk mengetahui bagaimana

prospek nasabah dimasa mendatang, apakah nasabah tersebut

layak untuk mendapatkan bantuan kredit atau tidak. Pada

penelitian ini, prinsip-prinsip kredit dibatasi pada karakter calon

debitur (character), yang meliputi: karakteristik usaha dan

karakter individu pengusaha serta nilai agunan kredit/jaminan

(collateral).

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pemberian Kredit

Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, maka faktor-faktor

yang mempengaruhi keputusan pemberian kredit dalam penelitian ini

dibedakan menjadi pada karakter calon debitur (character), yang

meliputi: karakteristik usaha (omzet usaha, pengalaman usaha) dan


33

karakter individu pengusaha (jumlah tanggungan keluarga dan tingkat

pendidikan), serta nilai agunan kredit/jaminan (collateral).

2.1.2.1 Karakteristik Usaha

Menurut Arinta dan Djumahir (2014: 5) karaktersitik

usaha yang mempengaruhi keputusan pemberian kredit terdiri

atas:

1. Omzet Usaha

Mengutip pernyataan dari Arinta dan Djumahir (2014:

5) dalam Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB Universitas

Brawijaya yang menyatakan bahwa secara umum, omzet

usaha merupakan keseluruhan dari pendapatan kotor yang

diterima rata-rata per bulan. Omzet usaha yang semakin

tinggi menunjukan kapabilitas usaha yang semakin baik

dalam mengelola usaha, sehingga kemampuan untuk

membayar kredit akan semakin meningkat. Omzet usaha

merupakan sumber pemenuhan kebutuhan hidup bagi pelaku

usaha dan keluarganya. Semakin tinggi pendapatan usaha

seseorang maka semakin tinggi pula kemampuannya dalam

membiayai kebutuhan hidup sehari-hari, sehingga akan

semakin meningkatkan kemakmuran. Kaitannya dengan

pengembalian kredit, pendapatan atau omzet usaha seorang

debitur dapat mencerminkan kemampuannya dalam

memenuhi kewajiban pengembalian kredit dengan lancar


34

karena pendapatan tersebut sebagai sumber dalam membayar

angsuran kredit.

Mengutip pernyataan dari Muhamammah (2008: 90)

dalam skripsi yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Oleh UMKM

(Studi Kasus Nasabah Kupedes PT. BRI, Tbk (Persero) Unit

Cigudeg, Cabang Bogor) dinyatakan bahwa semakin besar

pendapatan usaha debitur maka kemampuannya dalam

melunasi kredit semakin terjamin. Karakteristik usaha yang

mempengaruhi keputusan pemberian kredit adalah laba

usaha.

Laba usaha juga dapat diartikan sebagai profitability

atau kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan.

Profitability tidak terbatas pada keuntungan calon debitur,

akan tetapi juga keuntungan yang akan dicapai oleh bank

apabila kredit tersebut diberikan. Bank akan menghitung

jumlah keuntungan yang dicapai oleh calon debitur dengan

adanya kredit dari bank dan tanpa adanya kredit bank (Ismail,

2013: 117).

2. Pengalaman Usaha

Pengalaman usaha menurut Firdaus dan Ariyanti (2009:

39) bahwa lama usaha berkaitan erat dengan pengalaman

yang menunjang kegiatan usaha. Pengalaman usaha yang


35

semakin lama akan mempengaruhi kemampuan seseorang

dalam mengelola usaha dan menghindari risiko yang

menyebabkan kegagalan.

Pendapat di atas relevan dengan yang disampaikan Luh

Ikka (dalam Firdaus dan Ariyanti, 2009: 9) bahwa

pengalaman kerja akan mempengaruhi ketrampilan karyawan

dalam melaksanakan tugas juga membuat kerja lebih efisien.

Oleh karena itu, lama usaha debitur diduga akan berpengaruh

terhadap kemampuan membayar pembiayaan/pinjaman

secara lancar karena pengalamn usaha yang kini semakin

lama akan dapat meningkatkan pemahaman kemampuan

debitur dalam mengelola usahanya, sehingga mendukung

keberhasilan usaha. Keberhasilan usaha tersebut akan dapat

menjamin perolehan pendapatan/keuntungan sebagai sumber

biaya hidup serta memberikan peluang kemampuan

membayar pembiayaan secara lancar.

Berkaitan dengan kewajiban pengusaha sebagai

nasabah kredit pada lembaga keuangan, maka menurut

Budisantoso & Triandaru (2011: 115) bahwa pengalaman dan

manajemen nasabah sangat mempengaruhi kemampuan

nasabah untuk mengelola kegiatannya sehingga dapat

menghasilkan dana untuk membayar kewajibannya kepada

bank.
36

Hal ini juga relevan dengan yang disampaikan Arinta

dan Djumahir (2014: 6) bahwa lama usaha berkaitan erat

dengan pengalaman yang menunjang usaha. Pengalaman

usaha yang semakin lama akan mempengaruhi kemampuan

seseorang dalam mengelola usaha dan menghidari risiko yang

menyebabkan kegagalan. Pengalaman usaha yang semakin

lama akan meningkatkan pemahaman kemampuan debitur

dalam mengelola usahanya sehingga mendukung

keberhasilan usaha. Keberhasilan usaha tersebut menjamin

perolehan keuntungan sebagai sumber biaya hidup serta

memberikan peluang kemampuan membayar kredit secara

lancar.

Berkaitan dengan waktu atau lama usaha, maka Arinda

dan Maski (2015: 6) menyatakan bahwa pengalaman usaha

merupakan waktu yang telah dihabiskan oleh pemilik usaha

untuk menjalani usahanya dan menjalani pengalaman yang

diperoleh selama menjalankan usahanya sehingga seseorang

dengan pengalaman yang lebih lama lebih berpotensi

mengembalikan kredit secara lancar.

Pengalaman usaha akan mempengaruhi ketrampilan

dalam melaksanakan tugas dan juga membuat kerja menjadi

lebih efisien. Hal ini relevan dengan yang disampaikan

Pradita (2013: 9) bahwa pengalaman usaha yang semakin


37

lama akan membantu dalam mendeteksi kesalahan,

memahami kesalahan, dan mencari sebab munculnya

kesalahan tersebut, sehingga akan semakin mendukung

peluang keberhasilan usaha yang digeluti.

2.1.2.2 Karakteristik Individu

Karakteristik individu yang dapat mempengaruhi

keputusan lembaga keuangan dalam pemberian kredit kepada

nasabah terdiri atas beberapa hal sebagai berikut:

1. Jangka Waktu Pelunasan

Mengutip pernyataan yang disampaikan Pradita (2013:

9) dalam Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan

Bisnis bahwa jangka waktu pelunasan kredit merupakan

waktu jatuh tempo seorang debitur membayar seluruh nilai

pinjaman yang diberikan termasuk didalamnya pembayarn

bunga pinjaman. Setiap kredit yang diberikan memiliki

jangka waktu tertentu, jangka waktu ini meliputi masa

pengembalian kredit yang telah disepakati. Jika ditinjau dari

durasi, maka Kasmir (2013: 87) mengemukakan bahwa

jangka waktu tersebut dapat berbentuk jangka pendek, jangka

menengah atau jangka panjang.

Semakin lama jangka waktu pelunasan, maka

tanggungan angsuran bulanannya relatif lebih kecil sehingga

beban debitur dalam pelunasan kredit akan lebih ringan. Oleh


38

karena itu, menurut Haloho (2010: 49) jangka waktu

pelunasan yang semakin panjang maka peluang

pengembalian kredit secara lancar juga akan semakin tinggi.

Jika ditinjau dari tingkat perputaran dana dan likuiditas

bank, Arinta dan Djumahir (2014: 6) menyatakan bahwa

semakin lama jangka waktu pelunasan kredit akan

menurunkan tingkat perputaran dana dan likuiditas bank,

sehingga pada pihak bank akan melakukan pertimbangan

yang penuh dalam menentukan jangka waktu pengembalian

kredit tersebut.

2. Pengalaman Meminjam Kredit

Pengalaman meminjam kredit merupakan intensitas

debitur memperoleh pinjaman kredit dari bank. Pihak bank

akan memberikan kepercayaan lebih pada debitur yang telah

melunasi seluruh pinjaman kreditnya dengan lancar pada

masa lalu, sehingga pihak bank tidak segan-segan

memberikan pinjaman kembali. Muhamammah (2008: 95)

mengemukakan bahwa bagi debitur yang pernah melakukan

penunggakan kredit dimasa lalu akan lebih sulit memperoleh

pinjaman kembali karena pihak bank tidak mau mengambil

risiko dengan memberikan pnjaman kredit kepada debitur

yang pernah beramasalah dalam mengembalikan kreditnya.


39

Selanjutnya, Haloho (2010: 35) juga menyampaikan

bahwa semakin sering debitur memperoleh pinjaman kredit

menunjukan bahwa kredibilitas debitur tersebut tidak

diragukan lagi dalam memenuhi angsuran kredit, sehingga

peluang debitur dalam mengembalikan kredit secara lancar

juga akan semakin besar.

3. Jumlah Tanggungan Keluarga

Rumah tangga biasanya dikepalai oleh seorang kepala

rumah tangga, yaitu orang yang dianggap paling bertanggung

jawab atas kebutuhan sehari-hari, atau orang yang dituakan

sebagai kepala rumah tangga. Selain kepala rumah tangga

terdapat pula anggota rumah tangga yang mempunyai

hubungan kekerabatan dengan kepala rumah tangga seperti

isteri, anak, menantu, cucu, orang tua, mertua, famili dan

lain-lain (Grazia, 2013: 23).

Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah tanggungan

yang terdiri dari anak, istri, serta famili yang tinggal dalam

satu rumah dan menjadi tanggungan kepala keluarga, tetapi

jumlah anak tidak selalu berarti sama dengan jumlah

tanggungan karena sewaktu-waktu anak dapat memisahkan

diri misalnya membentuk keluarga baru. Beberapa faktor

yang menyebabkan jumlah tanggungan keluarga seperti

berkeluarga dalam usia muda, kelahiran anak yang dekat,


40

adanya anggapan bahwa banyak rejeki dan sanak saudara

yang belum bisa berusaha sendiri sehingga harus tinggal

bersama keluarga yang sudah cukup mantap (Maulana, 2013:

98).

Berkaitan dengan pembayaran angsuran, Firdaus dan

Ariyanti (2009: 38) menyatakan bahwa semakin banyak

jumlah tanggungan dalam keluarga, maka akan semakin

meningkat pula beban hidup yang harus dipenuhi. Hal ini

disebabkan karena pengeluaran konsumsi yang semakin

besar, sehingga semakin banyak jumlah tanggungan keluarga

maka akan semakin besar pengeluaran untuk memenuhi

kebutuhan keluarga sehingga sebagian besar dari jumlah

pendapatan tersebut yang akan teralokasi untuk kebutuhan

sehari-hari bukan untuk memenuhi kewajiban membayar

angsuran pembiayaan.

4. Tingkat Pendidikan

Pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia

untuk membuka kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di

dalam masyarakat dan kebudayaan ataupun sebagai usaha

yang dijalankan oleh seorang atau sekelompok orang lain

agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup yang lebih

tinggi dalam arti mental (Hasbullah, 2008: 32).


41

Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu proses

yang berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam

lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Oleh sebab

itu, pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara

keluarga, masyarakat, dan pemerintah (Ihsan, 2011: 41).

Tingkat pendidikan mampu mempengaruhi kemampuan

masyarakat dalam mempertimbangkan dan mengambil

keputusan untuk menentukan jumlah kredit yang diambil

untuk menambah biaya hidup. Berkaitan dengan kelayaran

angsuran pembayaran kredit, maka Firdaus dan Ariyanti

(2009: 38) menyatakan bahwa tingkat pendidikan yang

rendah akan mengakibatkan daya serap pelaku UKM

terhadap informasi dan pasar semakin lambat, sehingga

usaha-usaha yang mengarah pada peningkatan produksi dan

pendapatan akan bergerak lamban pula. Sebaliknya, semakin

tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki, maka semakin

mudah menerima serta mengembangkan wawasan

pengetahuan teknologi, sehingga akan meningkatkan

produktifitas yang akhirnya akan meningkatkan pendapatan

dan angsuran pembiayaannya yang akan semakin lancar.

2.1.2.3 Nilai Agunan

Agunan menurut ketentuan Pasal 1 butir 23 Undang-

Undang Perbankan (dalam Hermansyah, 2014: 73) adalah


42

jaminan tambahan yang diserahkan nasabah debitur kepada bank

dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan

berdasarkan prinsip syariah.

Selanjutnya, dalam penjelasan Pasal 8 Undang-Undang

Perbankan (dalam Rahmatullah, 2015: 84) disampaikan bahwa

bentuk agunan dapat berupa barang proyek, atau hak tagih yang

dibiayai dengan kredit yang bersangkutan. Tanah yang

kepemilikannya berupa girik, petuk, dan lain-lain yang sejenis

dapat juga digunakan sebagai agunan. Bank tidak wajib

meminta agunan berupa barang yang tidak berkaitan langsung

dengan obyek yang dibiayai, yang lazim dikenal dengan agunan

tambahan.

Definisi agunan menurut Ifham (2017: 70) adalah jaminan

berupa barang baik berupa fisik objek pembiayaan maupun

fidusia, hipotek, dan lain-lain. Agunan bisa berupa sertifikat hak

milik rumah, BPKB kendaraan bermotor maupun agunan

lainnya yang diberikan oleh nasabah pembiayaan kepada pihak

pemberi pembiayaan sebagai agunan atas pembiayaan yang

diberikan.

Berkaitan dengan risiko yang kemungkinan dialami oleh

lembaga keuangan dalam memberikan pembiayaan atau kredit,

menurut Budisantoso dan Triandaru (2011: 101) menyatakan

bahwa dengan adanya jaminan, nasabah diharapkan mempunyai


43

komitmen untuk berperilaku positif sehingga dikemudian hari

bank tidak harus mengelami kerugian karena menanggung risiko

yang timbul. Sedangkan menurut Haloho (2010: 49) semakin

besar nilai jaminan yang diberikan debitur pada saat penerimaan

kredit maka keseriusan debitur dalam mengembalikan kredit

akan semakin tinggi agar jaminannya dapat kembali.

2.2. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu tentang pengaruh karakteristik calon

debitur (character) yang meliputi karakteristik usaha (omzet usaha dan

pengalaman usaha) dan karakteristik individu pengusaha (jangka waktu

pelunasan, pengalaman meminjam kredit, jumlah tanggungan keluarga dan

tingkat pendidikan) serta nilai agunan kredit/jaminan (collateral) terhadap

pemberian kredit modal kerja kepada pengusaha UMKM adalah sebagai

berikut.

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu


Peneliti/Tahun/ Variabel Teknik Analisis
No. Hasil Penelitian
Judul Penelitian Data
1. Wulandari. a. Variabel bebas: a. Jenis penelitian: a. Secara parsial
(2012). 1) Capacity penelitian Character,
Pengaruh Five 2) Capital kuantitatif Capacity, Capital,
“C” of Credit 3) Character b. Populasi: para Colaterall dan
terhadap Proses 4) Collateral pemroses Condition of
Pemberian 5) Condition of pemberian Economy
Kredit pada Economy kredit dari berpengaruh positif
BPR di Kota b. Variabel terikat: divisi kredit dan signifikan
Semarang keputusan pada Bank terhadap keputusan
pemberian Perkreditan pemberian kredit
kredit Rakyat di Kota b. Secara bersama-
Semarang yang sama terbukti
selama periode bahwa variabel
penelitian Character,
berjumlah 20 Capacity, Capital,
44

Peneliti/Tahun/ Variabel Teknik Analisis


No. Hasil Penelitian
Judul Penelitian Data
BPR dengan Collateral dan
jumlah 57 orang Condition of
c. Sampel: 57 Economy
orang yang berpengaruh positif
ditentukan dan
dengan teknik signifikan terhadap
total sampling keputusan
d. Teknik pemberian kredit.
pengumpulan c. Besarnya pengaruh
data: kuesioner Character,
e. Teknik analisis Capacity, capital,
data: uji Colateral dan
validitas dan Condition
reliabilitas, of Economy
analisis regresi terhadap keputusan
linear berganda, pemberian kredit
uji hipotesis (uji adalah 88,6%.
t dan uji F)
2. Hardinata. a. Variabel bebas: a. Jenis penelitian: a. Jumlah agunan dan
(2014). Analisis 1) Nilai agunan penelitian omzet usaha
Keputusan kredit kuantitatif berpengaruh positif
Pemberian 2) Umur usaha b. Populasi: signifikan terhadap
Kredit Modal 3) Omset nasabah keputusan
Kerja Terhadap penjualan perorangan pemberian kredit
Usaha Kecil dan 4) Jumlah yang melakukan modal kerja
Menengah tanggungan pengajuan (KMK)
(Studi Kasus keluarga kredit KMK di b. Umur usaha dan
Pada Bank BRI b. Variabel terikat: Bank BRI KCP jumlah tanggungan
KCP Sukun keputusan Sukun Malang keluarga
Malang pemberian yang berjumlah berpengaruh
kredit 45 orang negatif tidak
nasabah signifikan terhadap
c. Sampel: 25 keputusan
orang yang pemberian kredit
ditentukan modal kerja
dengan rumus (KMK).
Slovin dengan
teknik
pengambilan
sampel non
probability
sampling
d. Teknik
pengumpulan
data:
dokumentasi
45

Peneliti/Tahun/ Variabel Teknik Analisis


No. Hasil Penelitian
Judul Penelitian Data
e. Teknik analisis
data: analisis
regresi logistik
(logistic
regression)
dengan SPSS
3. Arinta, Dwi a. Variabel bebas: a. Jenis penelitian: a. Karakteristik
Yanti dan 1) Karakteristik penelitian usaha, yaitu
Djumahir. individu kuantitatif variabel
(2014). 2) Karakteristik b. Populasi: 251 pengalaman usaha
Pengaruh usaha orang kreditur dan omzet usaha
Karakteristik 3) Karakteristik BPR Jatim berpengaruh
Individu, kredit Cabang terhadap
Karakteristik b. Variabel terikat: Probolinggo kemampuan
Usaha, kemampuan c. Sampel: 72 debitur dalam
Karaktersitik debitur orang yang membayar kredit
Kredit Terhadap membayar ditentukan b. Karakteristik
Kemampuan kredit dengan rumus individu yaitu
Debitur Slovin dengan variabel jumlah
Membayar teknik pengam- tanggungan
Kredit Pada bilan sampel keluarga, tingkat
BPR Jatim probability pendidikan, jangka
Cabang sampling waktu
Probolinggo d. Teknik pengembalian
(Studi Pada pengumpulan c. Jumlah pinjaman
Nasabah data: (plafond) tidak
UMKM Kota dokumentasi berpengaruh
Probolinggo) e. Teknik analisis terhadap
data: analisis kemampuan
regresi logistik debitur dalam
(logistic membayar kredit
regression)
dengan SPSS
4. Arinda dan a. Variabel bebas: a. Jenis penelitian: a. Berdasarkan
Maski. (2015). 1) Usia penelitian karakteristik usaha,
Analisis 2) Jumlah kuantitatif debitur memiliki
Pengaruh Usia, tanggungan b. Populasi: 250 pengalaman usaha
Jumlah keluarga orang nasabah antara 0,5 hingga
Tanggungan 3) Pengalaman UMKM BPR 38 tahun dengan
Keluarga, usaha Ringgit Malang kisaran omzet
Pengalaman 4) Omzet usaha c. Sampel: 100 usaha responden
Usaha, Omzet 5) Jumlah orang dengan antara Rp1,5 juta
Usaha dan pinjaman teknik pengam- hingga Rp 75 juta
Jumlah b. Variabel terikat: bilan sampel per bulan.
Pinjaman kemampuan quota sampling b. Berdasarkan
terhadap tingkat d. Teknik karakteristik kredit,
Tingkat pengembalian pengumpulan nilai pinjaman
Pengembalian kredit data: kuesioner debitur antara Rp 1
46

Peneliti/Tahun/ Variabel Teknik Analisis


No. Hasil Penelitian
Judul Penelitian Data
Kredit oleh e. Teknik analisis juta hingga Rp 30
UMKM (Studi data: analisis juta.
Kasus: BPR regresi logistik c. Hasil penelitian
Ringgit Malang) (logistic menunjukkan
regression) variabel usia,
dengan SPSS jumlah tanggungan
dalam keluarga,
pengalaman usaha,
omzet usaha, dan
jumlah pinjaman
memiliki pengaruh
signifikan terhadap
tingkat
pengembalian
kredit
5. Pradifta, Anisa a. Variabel bebas: a. Jenis penelitian: a. Pengalaman usaha
Erdiana. (2015). 1) Karakteristik penelitian dan omzet usaha
Pengaruh usaha, kuantitatif berpengaruh positif
Karakteristik meliputi: b. Populasi: dan signifikan
Usaha dan pengalaman pedagang yang terhadap
Karakteristik usaha (X1), ada di pasar kelancaran
Kredit terhadap omzet usaha Segamas pengembalian
Tingkat (X2), laba Kabupaten kredit.
Pengembalian usaha (X3), Purbalingga dan b. Laba usaha dan
Kredit Bank jumlah terdaftar resmi nilai agunan
oleh Pedagang karyawan di UPTD Pasar berpengaruh positif
di Pasar (X4) Segamas yakni dan signifikan
Segamas 2) Karakteristik sejumlah 2.180 terhadap
Kabupaten kredit, pedagang kelancaran
Purbalingga meliputi: c. Sampel: 96 pengembalian
jumlah orang yang kredit.
pinjaman ditentukan c. Omzet usaha
(X5), jangka dengan rumus berpengaruh positif
waktu Slovin dengan dan tidak
pelunasan teknik pengam- signifikan terhadap
(X6), bilan sampel kelancaran
pengalaman probability pengembalian
meminjam sampling kredit.
kredit (X7), d. Teknik d. Jumlah pinjaman
nilai agunan pengumpulan berpengaruh
(X8) data: kuesioner negatif dan
b. Variabel terikat: e. Teknik analisis signifikan terhadap
tingkat data: analisis kelancaran
pengembalian regresi logistik pengembalian
kredit bank (logistic kredit.
regression) e. Jumlah karyawan,
dengan SPSS jangka waktu
pelunasan, dan
47

Peneliti/Tahun/ Variabel Teknik Analisis


No. Hasil Penelitian
Judul Penelitian Data
pengalaman
meminjam kredit
berpengaruh
negatif dan tidak
signifikan terhadap
kelancaran
pengembalian
kredit.
f. Nilai agunan
berpengaruh positif
dan tidak
signifikan terhadap
kelancaran
pengembalian
kredit.
6. Oka, a. Variabel bebas: a. Jenis penelitian: a. Dana pihak ketiga
Purnamawati, 1) Dana Pihak penelitian secara parsial
dan Sinarwati. Ketiga kuantitatif berpengaruh positif
(2015). 2) Penilaian 5C b. Populasi: terhadap keputusan
Pengaruh Dana 3) Kualitas karyawan PT. pemberian kredit
Pihak Ketiga, kredit Bank b. Penilaian 5C kredit
Penilaian 5C b. Variabel terikat: Pembangunan secara parsial
Kredit, dan keputusan Daerah Bali berpengaruh positif
Kualitas Kredit pemberian Cabang terhadap keputusan
terhadap kredit Singaraja pemberian kredit
Keputusan sebanyak c. Kualitas
Pemberian 75 orang kredit secara
Kredit di PT. c. Sampel: 70 parsial
Bank orang yang berpengaruh positif
Pembangunan ditentukan terhadap keputusan
Daerah Bali dengan teknik pemberian kredit
Cabang purposive d. Dana pihak ketiga,
Singaraja sampling penilaian 5c kredit,
d. Teknik dan kualitas kredit
pengumpulan secara simultan
data: berpengaruh
dokumentasi terhadap keputusan
dan kuesioner pemberian kredit
e. Teknik analisis
data: analisis
regresi linear
berganda
7. Aziza. (2016). a. Variabel bebas: a. Jenis penelitian: a. Variabel penilaian
Pengaruh 1) Character penelitian kelayakan kredit
Penilaian (watak) kuantitatif terkait character
Kelayakan 2) Capacity b. Populasi: tidak berpengaruh
Kredit terhadap (kemampuan) komite signifikan terhadap
Keputusan 3) Capital kredit pada keputusan
48

Peneliti/Tahun/ Variabel Teknik Analisis


No. Hasil Penelitian
Judul Penelitian Data
Pemberian Modal) Bank pemberian kredit.
Kredit pada 4) Collateral Perkreditan b. Variabel penilaian
Bank (jaminan) Rakyat di kelayakan kredit
Perkreditan 5) Condition of Surabaya terkait capacity
Rakyat di Eceonomy c. Sampel: Bank tidak berpengaruh
Surabaya (kondisi Perkreditan signifikan terhadap
ekonomi) Rakyat di keputusan
b. Variabel terikat: Surabaya yang pemberian kredit.
keputusan ditentukan c. Variabel penilaian
pemberian dengan teknik kelayakan kredit
kredit purposive terkait capital tidak
sampling berpengaruh
d. Teknik signifikan terhadap
pengumpulan keputusan
data: kuesioner pemberian kredit.
e. Teknik analisis d. Variabel penilaian
data: uji kelayakan kredit
validitas dan terkait collateral
reliabilitas, tidak
analisis regresi berpengaruhsignifi
linear berganda, kan terhadap
uji hipotesis (uji keputusan
t dan uji F) pemberian kredit.
e. Variabel penilaian
kelayakan kredit
terkait condition of
economy
berpengaruh
signifikan terhadap
keputusan
pemberian kredit
8. Dwitami, a. Variabel bebas: a. Jenis penelitian: a. Kemampuan usaha
Sujana, dan 1) Kemampuan penelitian secara parsial
Diatmika. usaha kuantitatif berpengaruh positif
(2017). 2) Karakteristik b. Populasi: terhadap keputusan
Pengaruh debitur karyawan yang pemberian Kredit
Kemampuan 3) Repayment bertugas pada Usaha Rakyat.
Usaha, Capacity bagian b. Kakteristik debitur
Karakteristik 4) Informasi Kredit di PT. secara parsial
Debitur, Akuntansi Bank berpengaruh positif
Repayment b. Variabel terikat: Pembangunan terhadap keputusan
Capacity, dan tingkat Daerah pemberian Kredit
Informasi keputusan Bali Cabang Usaha Rakyat.
Akuntansi pemberian Singaraja yang c. Repayment
terhadap kredit berjumlah 32 capacity secara
Keputusan orang parsial
Pemberian c. Sampel: 32 berpengaruh positif
Kredit Usaha responden terhadap keputusan
49

Peneliti/Tahun/ Variabel Teknik Analisis


No. Hasil Penelitian
Judul Penelitian Data
Rakyat (KUR) yangd itentukan pemberian Kredit
Pada PT. Bank dengan teknik Usaha Rakyat.
Pembangunan pengambilan d. Informasi
Daerah Bali sampel akuntansi secara
Cabang purposive parsial
Singaraja sampling berpengaruh positif
d. Teknik terhadap keputusan
pengumpulan pemberian Kredit
data: kuesioner Usaha Rakyat.
e. Teknik analisis e. Kemampuan usaha,
data: analisis karakteristik
regresi linear debitur, repayment
berganda, uji capacity, dan
hipotesis (uji t informasi
dan uji F) akuntansi secara
simultan
berpengaruh positif
terhadap keputusan
pemberian Kredit
Usaha Rakyat.
f. Variabel
kemampuan usaha
berpengaruh paling
dominan terhadap
keputusan
pemberian Kredit
Usaha Rakyat.
9. Handayani. a. Variabel bebas: a. Jenis penelitian: a. Secara simultan
(2018). 1) Nilai penelitian dan parsial
Analisis jaminan kuantitatif menunjukkan
Keputusan 2) Omset usaha dengan metode bahwa variabel
Pemberian 3) Umur usaha studi kasus nilai jaminan,
Kredit Modal 4) Jumlah b. Populasi: omset usaha
Kerja Terhadap tanggungan nasabah yang b. Umur usaha
Usaha Kecil keluarga mengajukan berpengaruh positif
Menengah b. Variabel terikat: kredit pada terhadap keputusan
(Study Kasus keputusan BPR Bank pemberian kredit
Pada PD BPR pemberian Daerah modal kerja.
Bank Daerah kredit Lamongan c. Jumlah tanggungan
Lamongan) c. Sampel: 100 keluarga tidak
orang yang berpengaruh
ditentukan negatif terhadap
dengan teknik keputusan
pengambilan pemberian kredit
sampel modal kerja. Umur
purposive usaha calon debitur
sampling menjadi
pertimbangan
50

Peneliti/Tahun/ Variabel Teknik Analisis


No. Hasil Penelitian
Judul Penelitian Data
d. Teknik tertinggi dalam
pengumpulan pengambilan
data: keputusan
dokumentasi pembelian kredit
e. Teknik analisis
data: analisis
regresi logistik
(logistic
regression)

2.3. Kerangka Berpikir

Kerangka pemikiran merupakan model konseptual tentang bagaimana

teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai

masalah yang penting. Kerangka pemikiran yang baik akan menjelaskan

secara teoritis pertautan antara variabel yang diteliti. Jadi secara teoritis perlu

dijelaskan hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.

Berkaitan dengan permasalahan permodalan pada pengusaha UMKM,

KSP Sendang Artha Mandiri Madiun telah memberikan peluang usaha

kepada UMKM untuk membantu memberikan kemudahan dalam

memperoleh modal usaha dengan syarat yang mudah dengan suku bunga

yang cukup ringan. Pada KSP Sendang Artha Mandiri, keputusan pemberian

kredit yang berjalan selama ini dilakukan juga dengan memperhatikan prinsip

5C (Character, Capital, Capacity, Collateral, Condition of Economic).

Namun, dari kelima prinsip tersebut yang paling utama diterapkan pada KSP

Sendang Artha Mandiri yaitu karakter calon debitur (character) dan nilai

agunan kredit/jaminan (collateral).


51

Mengacu pada fenomena di atas, maka faktor-faktor yang

mempengaruhi keputusan pemberian kredit modal kerja kepada pengusaha

UMKM di KSP Sendang Artha Mandiri Madiun, meliputi: karakteristik usaha

yang terdiri dari omzet usaha dan pengalaman usaha, karakteristik individu

pengusaha yang meliputi: jangka waktu pelunasan, pengalaman meminjam

kredit, jumlah tanggungan keluarga, tingkat pendidikan, dan nilai agunan

kredit/jaminan. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pemberian

kredit modal kerja di atas telah diteliti oleh beberapa penelitian terdahulu.

Penelitian yang dilakukan Hardinata (2014) menemukan bahwa omset

usaha berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan pemberian kredit

modal kerja. Penelitian yang dilakukan Arinda dan Maski (2015) juga

membuktikan bahwa omzet usaha memiliki pengaruh signifikan terhadap

tingkat pengembalian kredit. Namun, pada penelitian yang dilakukan Pradifta

(2015) ditemukan bahwa omzet usaha berpengaruh positif dan tidak

signifikan terhadap kelancaran pengembalian kredit.

Berkaitan dengan pengalaman usaha, pada penelitian yang dilakukan

Arinta dan Djumahir (2014) menemukan bahwa pengalaman usaha

berpengaruh terhadap kemampuan debitur dalam membayar kredit. Arinda

dan Maski (2015) dalam penelitiannya juga membuktikan bahwa pengalaman

usaha memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian kredit.

Pada penelitian yang dilakukan Pradifta (2015) terbukti bahwa pengalaman

meminjam kredit berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap

kelancaran pengembalian kredit.


52

Faktor lain yang dapat mempengaruhi keputusan pemberian kredit

adalah jangka waktu pelunasan. Pada penelitian yang dilakukan Arinta dan

Djumahir (2014) ditemukan bahwa jangka waktu pelunasan berpengaruh

signifikan terhadap kemampuan debitur dalam membayar kredit. Sedangkan

pada penelitian yang dilakukan Pradifta (2015) terbukti bahwa jangka waktu

pelunasan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kelancaran

pengembalian kredit.

Pada penelitian yang dilakukan Arinta dan Djumahir (2014) ditemukan

bahwa pengalaman meminjam kredit pada debitur berpengaruh signifikan

terhadap kemampuan debitur dalam membayar kredit. Penelitian yang

dilakukan Pradifta (2015) terbukti bahwa pengalaman meminjam kredit

berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kelancaran pengembalian

kredit.

Jika ditinjau dari jumlah tanggungan keluarga debitur, maka penelitian

yang dilakukan Hardinata (2014) menemukan bahwa jumlah tanggungan

keluarga berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap keputusan pemberian

kredit modal kerja. Arindan dan Maski (2015) dalam penelitiannya

menemukan bahwa jumlah tanggungan dalam keluarga memiliki pengaruh

signifikan terhadap tingkat pengembalian kredit. Pada penelitian yang

dilakukan Handayani (2018) ditemukan bahwa jumlah tanggungan keluarga

tidak berpengaruh terhadap keputusan pemberian kredit modal kerja.

Faktor selanjutnya yang dapat mempengaruhi keputusan pemberian

kredit adalah tingkat pendidikan debitur. Pada penelitian yang dilakukan


53

Arinta dan Djumahir (2014) ditemukan bahwa tingkat pendidikan debitur

berpengaruh terhadap keputusan pemberian kredit. Dwitami, dkk. (2017) juga

menemukan bahwa karakteristik tingkat pendidikan debitur juga berpengaruh

terhadap keputusan pemberian kredit. Sedangkan pada penelitian yang

dilakukan Handayani (2018) ditemukan bahwa tingkat pendidikan debitur

tidak berpengaruh terhadap keputusan pemberian kredit modal kerja.

Pada penelitian yang dilakukan Hardinata (2014) terbukti bahwa jumlah

agunan berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan pemberian kredit

modal kerja. Penelitian yang dilakukan Pradifta (2015) juga menemukan

bahwa nilai agunan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kelancaran

pengembalian kredit. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan Aziza (2016)

menemukan bahwa penilaian kelayakan kredit terkait collateral tidak

berpengaruhsignifikan terhadap keputusan pemberian kredit.

Berpijak pada hasil beberapa penelitian terdahulu, dapat diketahui

bahwa diantara beberapa peneltiian terdahulu masih terdapat gap research

berupa hasil penelitian yang berbeda. Berkaitan dengan hal tersebut maka

pada penelitian ini dilakukan untuk menganalisis keputusan pemberian Kredit

Modal Kerja kepada debitur pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

(UMKM) ditinjau dari karakter calon debitur (character) dan nilai agunan

kredit/jaminan (collateral) di KSP Sendang Artha Mandiri.

Menurut Kasmir (2013: 101), untuk mendapatkan kredit harus melalui

prosedur yang telah ditentukan oleh bank/lembaga keuangan bukan bank.

Agar kegiatan pelaksanaan dapat berjalan dengan lancar dan sehat adapun
54

faktor yang mempengaruhi keputusan pemberian kredit yaitu dikenal dengan

5C (Character, Capital, Capacity, Colleteral, Condition of Economic).

Mengacu pada fenomena yang ada serta beberapa hasil penelitian terdahulu,

maka analisis keputusan pemberian kredit modal kerja terhadap UMKM di

KSP Sendang Artha Mandiri dibatasi pada: omzet usaha, pengalaman usaha

debitur, jangka waktu pelunasan kredit yang dipilih debitur, pengalaman

meminjam kredit pada debitur, jumlah tanggungan keluarga debitur, tingkat

pendidikan debitur, serta nilai agunan kredit/jaminan yang diajukan debitur.

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan diatas maka

dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut:

Omzet usaha (X1)


H1
Pengalaman usaha (X2)
H2
Jangka waktu pelunasan (X3)
H3

H4 Keputusan Pemberian
Pengalaman meminjam kredit (X4) Kredit Modal Kerja
H5 (Y)
Jumlah tanggungan keluarga (X5) H6

Tingkat pendidikan (X6)


H7
Nilai agunan (X7)

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual


55

2.4. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul

(Arikunto, 2010: 110). Hipotesis tersebut berisi hubungan antar variabel

independen dengan variabel dependen. Sesuai dengan judul penelitian

hipotesis yang ada, hubungan antar variabel dalam penelitian ini sebagai

berikut:

1. Pengaruh Omzet Usaha terhadap Keputusan Pemberian Kredit

Modal Kerja Kepada Pengusaha UMKM di KSP Sendang Artha

Mandiri Madiun

Secara umum, omzet usaha merupakan keseluruhan dari pendapatan

kotor yang diterima rata-rata per bulan (Arinta dan Djumahir, 2014: 5).

Omzet usaha merupakan sumber pemenuhan kebutuhan hidup bagi pelaku

usaha dan keluarganya. Semakin tinggi pendapatan usaha seseorang maka

semakin tinggi pula kemampuannya dalam membiayai kebutuhan hidup

sehari-hari, sehingga akan semakin meningkatkan kemakmuran.

Omzet usaha yang semakin tinggi menunjukan kapabilitas usaha

yang semakin baik dalam mengelola usaha, sehingga kemampuan untuk

membayar kredit akan semakin meningkat. Kaitannya dengan

pengembalian kredit, pendapatan atau omzet usaha seorang debitur dapat

mencerminkan kemampuannya dalam memenuhi kewajiban pengembalian

kredit dengan lancar karena pendapatan tersebut sebagai sumber dalam

membayar angsuran kredit.


56

Penelitian yang dilakukan Hardinata (2014) menemukan bahwa

omset usaha berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan pemberian

kredit modal kerja (KMK). Handayani (2018) dalam penelitiannya juga

membuktikan bahwa omzet usaha berpengaruh terhadap keputusan

pemberian kredit. Berdasarkan uraian teori, kerangka berpikir, dan hasil

penelitian terdahulu, hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah:

H1 : Omzet usaha berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan

pemberian kredit modal kerja kepada pengusaha UMKM di KSP

Sendang Artha Mandiri Madiun.

2. Pengaruh Pengalaman Usaha terhadap Keputusan Pemberian Kredit

Modal Kerja Kepada Pengusaha UMKM di KSP Sendang Artha

Mandiri Madiun

Pengalaman usaha menurut Firdaus dan Ariyanti (2009: 5)

pengalaman usaha akan berpengaruh terhadap kemampuan membayar

pembiayaan/pinjaman secara lancar karena pengalaman usaha yang kini

semakin lama akan dapat meningkatkan pemahaman kemampuan debitur

dalam mengelola usahanya, sehingga mendukung keberhasilan usaha.

Keberhasilan usaha tersebut akan dapat menjamin perolehan

pendapatan/keuntungan sebagai sumber biaya hidup serta memberikan

peluang kemampuan membayar pembiayaan secara lancar. Semakin lama

pengalaman usaha yang telah dijalani debitur maka pemahaman dan

ketrampilan debitur dalam menghadapi gejolak dunia usaha menjadi

semakin terasah, karena dari pengalaman usaha seorang debitur dapat


57

belajar dari kesalahan-kesalahan terdahulu agar tidak terulang lagi di

kemudian hari.

Arinta dan Djumahir (2014) dalam penelitiannya menemukan

pengalaman usaha berpengaruh terhadap kemampuan debitur dalam

membayar kredit. Penelitian yang dilakukan Arinda dan Maski (2015) juga

menunjukkan bahwa pengalaman usaha memiliki pengaruh signifikan

terhadap tingkat pengembalian kredit. Pradifta (2015) dalam penelitiannya

juga membuktikan bahwa pengalaman usaha berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kelancaran pengembalian kredit.

Berdasarkan realita dan hasil penelitian terdahulu, hipotesis yang

diuji dalam penelitian ini adalah:

H2 : Pengalaman usaha berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan

pemberian kredit modal kerja kepada pengusaha UMKM di KSP

Sendang Artha Mandiri Madiun.

3. Pengaruh Jangka Waktu Pelunasan terhadap Keputusan Pemberian

Kredit Modal Kerja Kepada Pengusaha UMKM di KSP Sendang

Artha Mandiri Madiun

Menurut Pradita (2013: 9) “jangka waktu pelunasan kredit

merupakan waktu jatuh tempo seorang debitur membayar seluruh nilai

pinjaman yang diberikan termasuk didalamnya pembayarn bunga

pinjaman.” Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu,

jangka waktu ini meliputi masa pengembalian kredit yang telah disepakati.
58

Jangka waktu tersebut dapat berbentuk jangka pendek, jangka menengah

atau jangka panjang.

Semakin lama jangka waktu pelunasan, maka tanggungan angsuran

bulanannya relatif lebih kecil sehingga beban debitur dalam pelunasan

kredit akan lebih ringan. Oleh karena itu, jangka waktu pelunasan yang

semakin panjang maka peluang pengembalian kredit secara lancar juga

akan semakin tinggi.

Arinta dan Djumahir (2014) dalam penelitiannya menemukan bahwa

jangka waktu pengembalian tidak berpengaruh terhadap kemampuan

debitur dalam membayar kredit. Penelitian yang dilakukan Pradifta (2015)

menemukan bahwa jangka waktu pelunasan berpengaruh negatif dan tidak

signifikan terhadap kelancaran pengembalian kredit.

Berdasarkan realita dan hasil penelitian terdahulu, hipotesis yang

diuji dalam penelitian ini adalah:

H3 : Jangka waktu pelunasan berpengaruh negatif signifikan terhadap

keputusan pemberian kredit modal kerja kepada pengusaha UMKM

di KSP Sendang Artha Mandiri Madiun.

4. Pengaruh Pengalaman Meminjam Kredit terhadap Keputusan

Pemberian Kredit Modal Kerja Kepada Pengusaha UMKM di KSP

Sendang Artha Mandiri Madiun

Semakin sering debitur memperoleh pinjaman menunjukan bahwa

tingkat kepercayaan bank terhadap debitur semakin tinggi, artinya bahwa

kredibilitas debitur dalam melunasi pinjamannya sudah tidak diragukan


59

lagi oleh pihak bank, dengan demikian semakin berpengalaman dalam

meminjam kredit maka debitur tersebut semakin berpotensi dalam

mengembalikan kredit secara lancar. Pengalaman meminjam kredit diduga

berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian kredit karena

debitur yang telah berpengalaman memperoleh pinjaman kredit

sebelumnya maka kemampuan debitur dalam mengelola dana pinjamannya

akan semakin baik.

Penelitian yang dilakukan Pradifta (2015) menemukan bahwa

pengalaman meminjam kredit berpengaruh negatif dan tidak signifikan

terhadap kelancaran pengembalian kredit. Berdasarkan realita dan hasil

penelitian terdahulu, hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah:

H4 : Pengalaman meminjam kredit berpengaruh negatif signifikan

terhadap keputusan pemberian kredit modal kerja kepada pengusaha

UMKM di KSP Sendang Artha Mandiri Madiun.

5. Pengaruh Jumlah Tanggungan Keluarga terhadap Keputusan

Pemberian Kredit Modal Kerja Kepada Pengusaha UMKM di KSP

Sendang Artha Mandiri Madiun

Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah tanggungan yang terdiri

dari anak, istri, serta famili yang tinggal dalam satu rumah dan menjadi

tanggungan kepala keluarga, tetapi jumlah anak tidak selalu berarti sama

dengan jumlah tanggungan karena sewaktu-waktu anak dapat memisahkan

diri misalnya membentuk keluarga baru. Keadaan dimana jumlah anggota

atau tanggungan keluarga cukup besar sedangkan pendapatan keluarga


60

tidak memadai, maka anggota keluarga terpaksa harus mencari dan

melakukan pekerjaan tambahan untuk memenuhi kebutuhan mereka,

termasuk dengan pengajuan kredit modal kerja kepada lembaga keuangan.

Berkaitan dengan pembayaran angsuran, Firdaus dan Ariyanti (2009:

38) menyatakan bahwa semakin banyak jumlah tanggungan dalam

keluarga, maka akan semakin meningkat pula beban hidup yang harus

dipenuhi. Hal ini disebabkan karena pengeluaran konsumsi yang semakin

besar, sehingga semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka akan

semakin besar pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehingga

sebagian besar dari jumlah pendapatan tersebut yang akan teralokasi untuk

kebutuhan sehari-hari bukan untuk memenuhi kewajiban membayar

angsuran pembiayaan.

Penelitian yang dilakukan Hardinata (2014) menemukan jumlah

tanggungan keluarga berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap

keputusan pemberian kredit modal kerja (KMK). Arinta dan Djumahir

(2014) jumlah tanggungan keluarga tidak berpengaruh terhadap

kemampuan debitur dalam membayar kredit.

Berdasarkan realita dan hasil penelitian terdahulu, hipotesis yang

diuji dalam penelitian ini adalah:

H5 : Jumlah tanggungan keluarga berpengaruh negatif signifikan terhadap

keputusan pemberian kredit modal kerja kepada pengusaha UMKM

di KSP Sendang Artha Mandiri Madiun.


61

6. Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Keputusan Pemberian Kredit

Modal Kerja Kepada Pengusaha UMKM di KSP Sendang Artha

Mandiri Madiun

Pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membuka

kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

kebudayaan ataupun sebagai usaha yang dijalankan oleh seorang atau

sekelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup

yang lebih tinggi dalam arti mental. Tingkat pendidikan mampu

mempengaruhi kemampuan masyarakat dalam mempertimbangkan dan

mengambil keputusan untuk menentukan jumlah kredit yang diambil untuk

menambah biaya hidup. Maka, dengan kemampuan yang dimiliki,

masyarakat mempunyai kemampuan untuk mengambil kredit yang

dibutuhkan.

Berkaitan dengan kelayaran angsuran pembayaran kredit, maka

Firdaus dan Ariyanti (2009: 38) menyatakan bahwa tingkat pendidikan

yang rendah akan mengakibatkan daya serap pelaku UKM terhadap

informasi dan pasar semakin lambat, sehingga usaha-usaha yang mengarah

pada peningkatan produksi dan pendapatan akan bergerak lamban pula.

Sebaliknya, semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki, maka

semakin mudah menerima serta mengembangkan wawasan pengetahuan

teknologi, sehingga akan meningkatkan produktifitas yang akhirnya akan

meningkatkan pendapatan dan angsuran pembiayaannya yang akan

semakin lancar.
62

Hasil penelitian yang dilakukan Arinta dan Djumahir (2014)

menemukan bahwa tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap

kemampuan debitur dalam membayar kredit. Berdasarkan realita dan hasil

penelitian terdahulu, hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah:

H6 : Tingkat pendidikan tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan

pemberian kredit modal kerja kepada pengusaha UMKM di KSP

Sendang Artha Mandiri Madiun.

7. Pengaruh Nilai Agunan Kredit/Jaminan terhadap Keputusan

Pemberian Kredit Modal Kerja Kepada Pengusaha UMKM di KSP

Sendang Artha Mandiri Madiun

Agunan menurut Ifham (2017: 70) adalah jaminan berupa barang

baik berupa fisik objek pembiayaan maupun fidusia, hipotek, dan lain-lain.

Agunan bisa berupa sertifikat hak milik rumah, BPKB kendaraan bermotor

maupun agunan lainnya yang diberikan oleh nasabah pembiayaan kepada

pihak pemberi pembiayaan sebagai agunan atas pembiayaan yang

diberikan.

Berkaitan dengan risiko yang kemungkinan dialami oleh lembaga

keuangan dalam memberikan pembiayaan atau kredit, menurut

Budisantoso dan Triandaru (2011: 101) menyatakan bahwa dengan adanya

jaminan, nasabah diharapkan mempunyai komitmen untuk berperilaku

positif sehingga dikemudian hari bank tidak harus mengalami kerugian

karena menanggung risiko yang timbul.


63

Semakin besar nilai agunan yang digunakan sebagai jaminan kredit

maka akan memotivasi debitur untuk bekerja lebih giat lagi agar dapat

melunasi semua pinjamnnya, sehingga agunan yang telah dijanjikan pada

saat penerimaan kredit dapat kembali, dengan demikian semakin besar

nilai agunan kredit maka peluang debitur mengembalikan pinjamanannya

juga semakin tinggi. Nilai agunan berpengaruh terhadap kelancaran

pengembalian kredit karena nilai agunan dapat mencerminkan keseriusan

debitur dalam melunasi pinjamannya.

Penelitian yang dilakukan Hardinata (2014) menemukan bahwa

jumlah agunan berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan

pemberian kredit modal kerja (KMK) yang diterima. Begitu pula

penelitian yang dilakukan Pryanka (2016) juga membuktikan bahwa

agunan (berpengaruh posistif dan signifikan terhadap permohonan kredit

modal kerja.

Berdasarkan realita dan hasil penelitian terdahulu, hipotesis yang

diuji dalam penelitian ini adalah:

H7 : Nilai agunan kredit/jaminan berpengaruh positif signifikan terhadap

keputusan pemberian kredit modal kerja kepada pengusaha UMKM

di KSP Sendang Artha Mandiri Madiun.

Anda mungkin juga menyukai