Anda di halaman 1dari 50

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pasar Modal


2.1.1 Pengertian Pasar Modal

Pasar modal umumnya adalah tempat pertemuan antara penawaran dengan

permintaan surat berharga. Di tempat inilah para pelaku pasar yaitu individu-

individu atau badan usaha yang mempunyai kelebihan dana (surplus fund)

melakukan investasi dalam surat berharga yang ditawarkan oleh emiten

(Sunariyah, 2011:5). Pasar modal berperan dalam menunjang pelaksanaan

pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan,

dan stabilitas ekonomi nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat.

Selain memiliki peranan penting bagi perekonomian Indonesia, pasar

modal juga menjalankan dua fungsi yaitu pertama sebagai sarana pendanaan

usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari

masyarakat pemodal (investor). Kedua menjadi sarana bagi masyarakat untuk

berinvestasi pada instrument keuangan (Martalena dan Malinda, 2011:3). Berikut

pengertian tentang pasar modal yang dikemukakan oleh para ahli :

Pengertian pasar modal menurut Martalena dan Malinda (2011:2)

menyatakan bahwa:

“Pasar modal merupakan pasar untuk berbagi instrument keuangan


jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi),
ekuiti (saham), reksadana, instrument derivatif maupun instrument
lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan
maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi
kegiatan berinvestasi, dengan demikian pasar modal memfasilitasi

13
14

berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait
lainnya”.

Adapun pengertian pasar modal menurut Fahmi (2015:48) menyatakan

bahwa :

“Pasar modal adalah tempat dimana berbagai pihak khususnya


perusahaan menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan
dari hasil penjualan tersebut nantinya akan dipergunakan sebagai
tambahan dana atau untuk memperkuat modal perusahaan”.

Menurut UU No. 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan

menyatakan bahwa :

“Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran


umum dan perdagangan efek. Perusahaan publik yang berkaitan
dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek”.

Menurut UU No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal menyatakan bahwa:

“Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran

umum dan perdagangan efek. Perusahaan publik yang berkaitan

dengan efek”.

Maka dapat diambil kesimpulan bahwa pasar modal merupakan

mekanisme transaksi jual beli instrument pasar modal jangka panjang antara

penjual dan pembeli baik itu individu, korporasi maupun pemerintah. Pasar modal

memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara. Selain sebagai sarana

untuk berinvestasi, pasar modal juga merupakan sumber dana bagi perusahaan.

Sekaligus berperan dalam menjalankan kedua fungsinya yaitu fungsi ekonomi dan

fungsi keuangan.
15

2.1.2 Manfaat Pasar Modal

Menurut (Hadi, 2013:14) sebagai wadah yang terorganisir berdasarkan

Undang-undang untuk mempertemukan antara investor sebagai pihak yang

surplus dana untuk berinvestasi dalam instrument keuangan jangka panjang, pasar

modal memiliki manfaat antara lain :

1. Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha

sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal.

2. Alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan resiko

yang bisa diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas, dan

diversifikasi investasi.

3. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan

mempunyai prospek, keterbukaan dan profesionalisme, menciptakan

iklim berusaha yang sehat.

4. Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik.

5. Memberikan akses control social.

6. Menyediakan leading indicator bagi trend ekonomi negara.

2.1.3 Fungsi Pasar Modal

Menurut (Hadi, 2013:16) Pasar modal juga memberikan fungsi besar bagi

pihak-pihak yang ingin memperoleh keuntungan dalam investasi. Fungsi pasar

modal tersebut antara lain :


16

1. Bagi perusahaan

Pasar modal memberikan ruang dan peluang bagi perusahaan untuk

memperoleh sumber dana yang relatif memiliki resiko investasi (cost of

capital) rendah dibandingkan sumber dana jangka pendek dari pasar uang.

2. Bagi investor

Alternatif investasi bagi pemodal, terutama pada instrument yang

memberikan likuiditas tinggi. Pasar modal memberikan ruang investor dan

profesi lain memanfaatkan untuk memperoleh return yang cukup tinggi.

3. Bagi Perekonomian Nasional

Dalam daya dukung perekonomian nasional, pasar modal meliki peran

penting dalam rangka meningkatkan dan mendorong pertumbuhan dan

stabilitas ekonomi. Hal tesebut ditunjukan dengan fungsi pasar modal yang

memberikan sarana bertemunya antara lender dengan borrower.

2.1.4 Jenis – Jenis Pasar Modal

Umumnya penjualan instrument pasar modal dilakukan sesuai dengan

jenis ataupun bentuk pasar modal dimana instrument tersebut diperjual-belikan.

Jenis – jenis pasar modal menurut (Sunariyah, 2011:12) adalah sebagai berikut :

1. Pasar Perdana (Primary Market)

Pasar perdana adalah penawaran saham dari perusahaan yang menerbitkan

saham (emiten) kepada pemodal selama waktu yang ditetapkan oleh pihak

sebelum saham tersebut diperdangankan di pasar sekunder.


17

2. Pasar Sekunder (Secondary Market)

Pasar sekunder didefinisikan sebagai perdagangan saham setelah melewati

masa penawaran pada pasar perdana. Jadi, pasar sekunder dimana saham

dan sekuritas lain diperjual-belikan secara luas, setelah melalui masa

penjualan di pasar perdana. Harga saham di pasar sekunder ditentukan

oleh permintaan dan penawaran antara pembeli dan penjual.

3. Pasar Ketiga (Third Market)

Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain di luar

bursa (over the counter market). Bursa paralel merupakan suatu sistem

perdagangan efek yang terorganisasi di luar bursa efek resmi, dalam

bentuk pasar sekunder yang diatur dan dilaksanakan oleh Perserikatan

Perdagangan Uang dan Efek dengan diawasi dan dibina oleh lembaga

keuangan.

4. Pasar Keempat (Fourth Market)

Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antar pemodal atau

dengan kata lain pengalihan saham dari satu pemegang saham ke

pemegang saham lainnya tanpa melalui perantara perdagangan efek.

Bentuk transaksi dalam perdagangan semacam ini biasannya dilakukan

dalam jumlah besar (block sale).


18

Tabel 2.1
Jenis Pasar Modal
Pasar Perdana Pasar Sekunder Pasar Ketiga Pasar Keempat

Harga saham tetap Harga saham Harga saham Harga terbentuk


berfluktuasi terbentuk oleh dari tawar
sesuai kekuatan market atau menawar
permintaan dan disebut dealer investor beli dan
penawaran driven jual
Tidak dikenakan Dikenakan komisi Tidak dikenakan Tidak dikenakan
komisi biaya biaya komisi biaya komisi biaya
Hanya untuk Berlaku untuk Investor membeli Investor jual dan
pembeli pembeli maupun dan menjual dari investor beli
saham/obligasi penjual saham market maker bertransaksi
langsung melalui
(Electronic
Communication
Network)
Pemesanan Pemesanan Pemesanan Investor menjadi
dilakukan melalui dilakukan dilakukan melalui anggota ECN,
agen penjual anggota bursa anggota bursa Central
(pialang/broker) (market maker) Custodian,
Central Clearing
Jangka waktu Jangka waktu Jangka waktu Jangka waktu
terbatas tidak terbatas tidak terbatas tidak terbatas
Sumber : Hermunigsih, Sri. 2012. Pengantar Pasar Modal Indonesia.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN

2.2 Initial Public Offering (IPO)


2.2.1 Pengertian Initial Public Offering (IPO)
Menurut UU No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, yang dimaksud

dengan penawaran umum adalah kegiatan yang dilakukan emiten untuk menjual

efek kepada masyarakat, berdasarkan tata cara yang diatur oleh undang-undang

dan peraturan pelaksanaanya. Kegiatan ini lebih disebut dengan go public. Go

public cara yang dilakukan perusahaan agar mendapatkan tambahan dana baru

yang bersumber dari masyarakat.


19

Perusahaan didirikan dengan harapan bahwa perusahaan tersebut dapat

mempertahankan kelangsungan usahanya. Seiring dengan berjalannya waktu,

persaingan usaha yang semakin meningkat, diperlukan strategi-strategi yang tidak

hanya membuat perusahaan tersebut bertahan. Melainkan menentukan strategi

untuk memenangkan persaingan. Ketika perusahaan akan menerapkan strategi

persaingannya, banyak sekali kendala yang akan dihadapi perusahaan. Salah satu

kendalanya adalah kebutuhan pendanaan.

Penambahan modal dari para pendiri dan pihak ketiga hanya mampu

memberikan solusi pendanaan sementara, karena keterbatasan para pihak tersebut

untuk menambahkan dananya bagi perusahaan tersebut. Maka dengan adanya

pasar modal memfasilitasi perusahaan untuk melakukan penawaran kepada

publik, diharapkan perusahaan tersebut mendapatkan tambahan dana dari

masyarakat untuk keperluan pengembangan usahanya. Emiten adalah pihak

(perusahaan) yang melakukan penawaran umum dengan tujuan untuk memperoleh

dana melalui pasar modal. Sedangkan masyarakat memberikan dana kepada

perusahaan dengan membeli saham atau obligasi yang diterbitkan dan dijual oleh

perusahaan disebut pemodal (investor).

2.2.2 Manfaat Melakukan IPO

Manfaat yang diperoleh perusahaan dengan melakukan go public, diambil

dalam (http://www.idx.co.id/Portals/0/StaticData/Information/ForCompany/Panduan-Go

Public.pdf) yaitu :
20

1. Memperoleh Sumber Pendanaan Baru

Dana untuk pengembangan, baik untuk penambahan modal kerja maupun

untuk ekspansi usaha adalah faktor yang sering menjadi kendala banyak

perusahaan. Dengan menjadi perusahaan publik, kendala pendanaan tersebut

akan lebih diselesaikan.

2. Memberikan Keunggulan Kompetitif Untuk Pengembangan Usaha

Perusahaan akan memperoleh banyak competitive advantages untuk

pengembangan usaha di masa yang akan datang yaitu melalui penjualan

saham kepada publik. Perusahaan berkesempatan untuk mengajak para

partner kerjanya seperti pemasok dan pembeli untuk turut menjadi pemegang

saham perusahaan.

3. Melakukan Merger Atau Akuisisi Perusahaan Lain Dengan Pembiayaan

Melalui Penerbitan Saham Baru

Pengembangan usaha melalui merger atau akuisisi merupakan salah satu cara

yang cukup banyak diminati untuk mempercepat pengembangan skala usaha

perusahaan.

4. Peningkatan kemampuan Going Concern

Kemampuan going concern bagi perusahaan adalah kemampuan untuk tetap

dapat bertahan dalam kondisi apapun termasuk dalam kondisi yang dapat

mengakibatkan likuidasi perusahaan. Dengan menjadi perusahaan publik,

kemampuan perusahaan untuk dapat mempertahankan kelangsungan

hidupnya akan jauh lebih baik dibandingkan dengan perusahaan tertutup.


21

5. Meningkatkan Citra Perusahaan

Go public suatu cara agar perusahaan akan selalu mendapat perhatian media

dan komunitas keuangan. Hal ini memberikan keuntungan bagi perusahaan

tersebut untuk mendapat publikasi secara cuma-cuma, sehingga dapat

meningkatkan citra perusahaannya.

6. Meningkatkan Nilai Perusahaan

Perusahaan publik sahamnya diperdagangkan di Bursa, setiap saat dapat

diperoleh valuasi terhadap nilai perusahaan. Setiap kinerja operasional dan

kinerja keuangan umumnya akan mempunyai dampak terhadap harga saham

di Bursa, yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan secara

keseluruhan.

2.2.3 Kegiatan dan Tahap Melakukan IPO

Perusahaan yang akan melakukan penawaran umum, perlu mempersiapkan

persiapan internal dan dokumen-dokumen sesuai dengan persyaratan untuk

melakukan penawaran umum serta syarat yang telah ditetapkan oleh OJK.

Kegiatan yang dilakukan dalam proses penawaran umum yang diakses dalam

(http://www.idx.co.id/Portals/0/StaticData/Information/ForCompany/Panduan-Go

Public.pdf), mencakup tahapan sebagai berikut :

1. Periode Pasar Perdana, yaitu ketika efek ditawarkan kepada pemodal

oleh penjamin emisi melalui para agen penjual yang ditunjuk.

2. Penjatahan Saham, yaitu pengalokasian efek pesanan para pemodal

sesuai jumlah efek yang tersedia.


22

3. Pencatatan Efek di Bursa, yaitu efek tersebut mulai diperdagangkan di

bursa.

Proses penawaran umum dapat dikelompokan menjadi beberapa tahap

seperti disebutkan dalam sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Tahapan ini merupakan awal dalam mempersiapkan segala sesuatu yang

berkaitan dengan proses penawaran umum. Hal yang pertama kali dilakukan

oleh calon perusahaan tercatat adalah melakukan Rapat Umum Pemegang

Saham (RUPS) untuk meminta persetujuan para pemegang saham dalam

rangka penawaran umum saham. Setelah mendapat persetujuan, calon

perusahaan tercatat melakukan penujukan lembaga dan profesi penunjang

pasar modal, antara lain :

a. Penjamin emisi (underwriter).

b. Akuntan Publik (Auditor Independen).

c. Penilaian independen.

d. Konsultan hukum merupakan pihak yang memberikan pendapat

dari segi hukum (legal opinion).

e. Notaris

f. Biro Administrasi Efek

2. Tahapan Pengajuan Pernyataan Pendaftaran

Dalam tahap ini, calon perusahaan tercatat melengkapi dokumen pendukung

untuk menyampaikan pernyataan pendaftaran kepada OJK sampai dengan

OJK menyatakan bahwa pernyataan pendaftaran telah menjadi efektif.


23

3. Tahap Penawaran Saham

Tahap ini merupakan tahap utama karena calon perusahaan tercatat

menawarkan sahamnya kepada masyarakat (investor). Investor dapat membeli

saham melalui agen penjual yang telah ditunjuk. Masa penawaran umum ini

paling kurang 1 hari kerja dan paling lama 5 hari kerja.

4. Tahapan Pencatatan Saham Di Bursa Efek.

Setelah selesainya penjualan saham di pasar perdana, selanjutnya saham

tersebut dicatatkan dan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.

2.3 Underpricing
2.3.1 Pengertian Underpricing

Underpricing merupakan salah satu fenomena yang sering ditemui ketika

perusahan akan melakukan IPO (Initial Public Offering). Saham yang nanti nya

akan ditawarkan di pasar sekunder sebelumnya akan ditawarkan di pasar perdana.

Harga saham yang ditawarkan pada saat IPO ditentukan oleh emiten dengan

underwriter. Fenomena harga rendah terjadi karena harga penawaran perdana ke

publik secara rerata murah (Hartono, 2014:36). Banyak para ahli mengemukakan

tentang underpricing, berikut pengertian yang dipaparkan:

Menurut Manurung (2013:8) mengemukakan pengertian underpricing

sebagai berikut :

”Bila harga Initial Public Offering (IPO) saham lebih rendah dari

harga penutupan saham pada hari pertama diperdagangkan”.


24

Adapun menurut Purwanto dkk (2015:92) menyatakan bahwa :

“Underpricing adalah suatu keadaan dimana harga saham pada saat

penawaran perdana lebih rendah dibandingkan ketika diperdagangkan

di pasar sekunder”.

Sedangkan Menurut Risqi dan Harto (2013:1) menyatakan bahwa :

“Apabila harga saham pada saat IPO lebih rendah dibandingkan

dengan harga saham di pasar sekunder hari pertama, makan akan

terjadi fenomena yang disebut underpricing”.

Pada penelitian terdahulu, underpricing diukur dengan initial return.

Initial return adalah keuntungan yang didapat pemegang saham karena perbedaan

harga saham yang dibeli di pasar perdana dengan harga jual saham yang

bersangkutan di pasar sekunder (Retnowati, 2013:183). Sedangkan menurut

Hartono (2014:37) initial return adalah return dari aktiva dipenawaran perdana

mulai dari saat dibeli di pasar primer sampai pertama kali di daftarkan di pasar

sekunder. Menurut Purwanto dkk (2015:98) initial retun dihitung berdasarkan

selisih antara harga saham pada hari pertama penutupan (closing price) pada pasar

sekunder dibagi dengan harga saham perdana (offering Price). Dapat dirumuskan

Initial Return Sebagai berikut :


25

Keterangan :
IR = Initial Return
OP = Offering Price
CP = Closing Price

2.3.2 Teori Underpricing

Peneliti sebelumnya meneliti tentang underpricing dari berbagai teori.

Berikut merupakan teori-teori yang berhubungan dengan underpricing :

1. Asimetri Informasi Antara Underwriter Dengan Emiten.

Underwriter menjalankan tugasnya untuk menjual saham perdana yang

diterbitkan oleh emiten. Kondisi asimetri informasi menyebabkan

underpricing, dimana underwriter merupakan pihak yang memiliki banyak

informasi dan menggunakan ketidaktahuan emiten untuk memperkecil resiko

(Purwanto dkk, 2015:92). Artinya underwriter memiliki kemampuan untuk

meyakinkan emiten untuk menjual harga saham perdananya lebih murah.

Seperti dibahas dalam Isfatun dan Hatta (2010:67) mengenai model

baron bahwa, penjamin emisi dianggap memiliki informasi yang lebih baik

mengenai permintaan saham-saham perusahaan emiten dibandingkan

perusahaan emiten sendiri. Model ini mengimplikasikan bahwa ketidakpastian


26

yang besar dari suatu perusahaan emiten tentang harga saham maka

permintaan terhadap jasa penjamin saham akan semakin besar. Semakin tinggi

ketidakpastian maka akan semakin banyak masalah dalam penentuan harga

dan akan semakin besar underpricing.

2. Asimetri Informasi antara informed investor dengan uniformed investor.

Asimetri informasi antara investor dengan invetor lainnya yaitu terjadi

ketika salah satu investor memiliki informasi lebih mengenai prospek

perusahaan kedepannya. Seperti dibahas dalam Isfatun dan Hatta (2010:67)

mengenai model Rock menyatakan bahwa terdapat 2 kelompok invetor yaitu

informed dan uninformed. Kelompok informed memiliki banyak informasi

mengenai kewajaran harga saham sehingga mereka akan membeli saham-

saham perusahaan IPO yang underpriced. Artinya, informed investor

mempunyai informasi sempurna tentang realisasi nilai dari penawaran saham

baru. Sebaliknya kelompok uninformed melakukan penawaran secara

sembarangan, baik pada saham-saham IPO yang underpriced maupun

overpriced. Artinya, uninformed investor mempunyai informasi yang terbatas

tentang prospek perusahaan baru dibandingkan dengan investor lainnya.

3. Signalling Theory

Signalling Theory yang dibahas dalam Risqi dan Harto (2013:1) adalah

informasi mengenai perusahaan merupakan sinyal bagi investor dalam

keputusan berinvestasi. Sinyal dapat berupa informasi bersifat financial

maupun non financial yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik
27

daripada perusahaan lain. Menurut Kim (1999) dalam Hapsari (2012:39)

tentang signal yang baik harus dapat memenuhi 2 syarat yaitu :

1. Signal tersebut harus dapat ditangkap oleh investor sehingga biaya

yang dikeluarkan tidak sia-sia.

2. Signal tersebut sulit atau terlalu mahal untuk dapat ditiru oleh

perusahaan yang berkualitas rendah.

Signal positif yang dibuat oleh emiten dengan underwriter dapat

mengurangi tingkat ketidakpastian bagi investor, sehingga investor dapat

membedakan perusahaan yang baik dan yang kurang baik. Perusahaan yang baik

akan memberi sinyal positif bagi investor dengan melakukan IPO yang

underpricing. Sedangkan perusahaan yang kurang baik tidak menginginkan

kondisi underpricing. Hal ini dilakukan untuk menghindari biaya underpricing

yang terlalu tinggi.

2.4 Prospektus

Ketika perusahaan akan melakukan go public, perusahaan perlu membuat

informasi dan dokumen-dokumen yang diwajibkan oleh hukum dan peraturan

yang berlaku. Salah satu dokumen itu adalah prospektus. Prospektus adalah

dokumen yang berisi informasi tentang perusahaan penerbit sekuritas dan

informasi lainnya yang berkaitan dengan sekuritas yang ditawarkan (Hartono,

2014:66).
28

Menurut UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal menyatakan bahwa :

“Prospektus adalah setiap informasi tertulis sehubungan dengan

penawaran umum dengan tujuan agar pihak lain membeli efek”.

Menurut Hermuningsih (2012:60) penyusunan prospektus harus mengacu

kepada hal-hal berikut :

1. Prospektus harus memuat semua rincian dan fakta material

mengenai penawaran umum.

2. Prospektus harus dibuat sedemikian rupa sehingga jelas dan

komunikatif.

3. Fakta-fakta dan pertimbangan-pertimbangan yang paling penting

harus dibuat ringkasannya dan diungkapkan pada bagian awal

prospektus.

Jadi prospektus berguna saat perusahaan akan melakukan go public,

sebagai dokumen yang berisikan informasi mengenai perusahaan. Informasi

berisikan mengenai keuangan dan non keuangan perusahaan yang dapat

dipublikasikan kepada investor, sebagai pertimbangan pemilihan investasi yang

akan dipilihnya.

2.5 Saham

2.5.1 Pengertian Saham

Pengertian saham secara umum adalah tanda penyertaan modal seseorang

atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas.

Menurut Fahmi (2015:80) saham adalah :


29

1. Tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/dana pada suatu

perusahaan.

2. Kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan

dan diikuti dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap

pemegangnya.

3. Persediaan yang siap untuk dijual

Sedangkan pengertian saham menurut Hermuningsih (2012:78) saham

adalah :

“Saham merupakan salah satu surat berharga yang diperdagangkan di

pasar modal yang bersifat kepemilikan”.

Menurut Martalena dan Malinda (2011:12) saham adalah:

“Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang


atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan
terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut maka pihak tersebut
memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset
perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS)”.

2.5.2 Jenis Saham

Dalam pasar modal ada dua jenis saham yang paling umum dikenal oleh

publik yaitu saham biasa (ordinary shares) dan saham istimewa (preference

shares). Seperti disebutkan dalam Kieso, Donald E et al. (2013:527) menyatakan

bahwa:
30

“Share capital is cash and other assets paid in to the corporation by

shareholders in exchange for shares. As noted earlier, when a

corporation has only one class of shares, it is ordinary shares”.

Jadi dapat dikatakan bahwa, modal saham dapat berupa kas maupun aset

lainnya yang dibayarkan untuk perusahaan oleh pemegang saham, dengan harapan

mendapatkan imbalan dari hasil investasinya tersebut. Ketika suatu perusahaan

memiliki hanya satu kelas saham maka disebut dengan saham biasa. Sedangkan

Menurut Fahmi dan Hadi (2012:68) menyebutkan bahwa :

“Saham biasa adalah suatu surat berharga yang dijual oleh suatu
perusahaan yang menjelaskan nilai nominal, dimana pemegangnya
diberi hak untuk mengikuti RUPS dan RUPSLB serta berhak untuk
menentukan membeli right issue atau tidak, yang selanjutnya diakhir
tahun akan memperoleh dividen”

Adapun pengertian preference shares menurut Kieso, Donald E et al.

(2013:536) menyatakan bahwa :

“Preference shares have provisions that give them some preference or

priority over ordinary shares”

Jadi, preference shares dikatakan mempunyai ketentuan yang memberi

mereka beberapa prioritas atas saham biasa. Sedangkan pengertian preference

shares menurut Fahmi dan Hadi (2012:68) menyatakan bahwa :

“Saham istimewa adalah suatu surat berharga yang dijual oleh suatu
perusahaan yang menjelaskan nilai nominal dimana pemegangnya
akan memperoleh pendapatan tetap dalam bentuk dividen yang akan
diterima setiap kuartal (tiga bulanan).

Adapun menurut Kieso, Donald E et al. (2014:716) beberapa karakteristik

preference shares:
31

1. Cumulative Preference Shares

2. Participating Preference Shares

3. Convertible Preference Shares

4. Callable Preference Shares

5. Redeemable Preference Shares

2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Underpricing

2.6.1 ROE (Return On Equity)

Menurut Kasmir (2014:115) ROE merupakan rasio untuk mengukur laba

bersih sesudah pajak dan modal sendiri. Rasio ini menunjukan efisiensi modal

sendiri, semakin tinggi rasio ini maka semakin baik. Artinya, posisi pemilik

perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya. Tingginya minat investor

akan meningkatkan harga saham sehingga perubahan harga diantara transaksi

yang terjadi semakin kecil (Hapsari dan Mahfud, 2012:3). Profitabilitas

perusahaan yang tinggi akan mengurangi ketidakpastian IPO sehingga

mengurangi tingkat underpricing (Purwanto dkk, 2015:96). ROE mengkaji sejauh

mana suatu perusahaan menggunakan sumber daya yang dimiliki agar mampu

memberikan laba atas ekuitas (Fahmi, 2015:95). Menurut Fahmi (2015:96)

perhitungan dirumuskan sebagai berikut:


32

Dalam memperhitungkan pengaruh ROE dalam penelitian ini. Peneliti

akan menggunakan rumus tersebut sebagai perhitungan terhadap tingkat

underpricing pada perusahaan Sektor Property dan Real Estate yang melakukan

Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia.

2.6.2 DER (Debt to Equity Ratio)

Leverage rasio dalam penelitian ini menggunakan DER (Debt to Equity

Ratio). DER merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan

ekuitas, rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan

peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan (Kasmir, 2014:112). DER

memberi jaminan tentang seberapa besar hutang-hutang perusahaan dijamin

modal sendiri yang digunakan sebagai sumber pendanaan. Semakin besar DER

mencerminkan resiko perusahaan yang relatif tinggi, akibatnya para investor

cenderung menghindari saham-saham yang memiliki nilai DER yang tinggi

(Indriyanti, Isti dkk, 2013:4). Menurut Kasmir (2014:124) rumus DER yang

digunakan sebagai berikut:

Dalam memperhitungkan pengaruh DER dalam penelitian ini. Peneliti

akan menggunakan rumus tersebut sebagai perhitungan terhadap tingkat

underpricing pada perusahaan Sektor Property dan Real Estate yang melakukan

Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia.


33

2.6.3 EPS (Earning Per Shares)

Menurut Fahmi (2015:93) adalah bentuk pemberian keuntungan yang

diberikan kepada pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki.

Menurut Kasmir (2014:115) EPS disebut juga dengan rasio nilai buku, merupakan

rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi

pemegang saham. EPS menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk

setiap lembar saham biasa atau laba bersih per lembar saham biasa (Retnowati,

2013:185). Sedangkan menurut Kieso, Donald E et al. (2014:770) menyatakan

bahwa :

“Earning per share indicates the income earned by each ordinary

share. Thus, companies report earnings per share only for ordinary

shares”.

Jadi laba per lembar saham menunjukan pendapatan yang diterima oleh

setiap saham biasa. Dengan demikian, perusahaan melaporkan laba bersih per

saham hanya untuk saham biasa. Informasi mengenai kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan pendapatan, dapat membantu investor untuk menilai

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan arus kas yang baik. Menurut Kieso,

Donald E et al. (2014:775) EPS dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Basic EPS
34

2. Diluted EPS

Net Income – Impact of


Preference dividend Impact of Option,
EPS= Convertible Warrant, and
Weighted Average Other Dilutives
Shares Outsanding Securities

Dalam memperhitungkan pengaruh EPS dalam penelitian ini. Peneliti akan

menggunakan pengaruh Basic EPS sebagai perhitungan terhadap tingkat

underpricing pada perusahaan Sektor Property dan Real Estate yang melakukan

Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia.

2.6.4 Reputasi Underwriter

Menurut Fahmi (2015:53) Underwriter adalah penjamin emisi bagi setiap

perusahaan yang akan menerbitkan sahamnya di pasar modal. Penentuan harga

saham pada saat IPO ditentukan oleh emiten dengan underwriter. Sedangkan

menurut Pasal No.17 UU No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal menyatakan

bahwa :

“Underwriter adalah pihak yang membuat kontrak dengan emiten

untuk melakukan penawaran umum perdana bagi kepentingan emiten

dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang terjual”.

Dalam IPO, underwriter bertanggungjawab terhadap terjualnya seluruh

saham yang dikeluarkan oleh emiten. Dalam praktiknya, underwriter akan

membantu suatu sindikasi penjaminan yang terdiri dari beberapa underwriter


35

dengan porsi penjaminan yang berbeda-beda. Underwriter mengambil keuntungan

dari selisih harga beli dan harga jual dari saham yang disebut spread.

Menurut Fahmi (2015:53-54) disebutkan bahwa ada 2 tipe penjamin yaitu:

1. Agen Best Efforts, berarti penjaminan emisi hanya sebatas pada

saham yang terjual saja.

2. Full Commitment, berarti penjamin emisi menjamin penjualan

seluruh saham yang ditawarkan. Bila ada yang tidak terjual, maka

penjamin emisi yang membelinya.

Jadi, tipe penjaminan emisi yang biasa diberikan oleh undewriter yaitu

tipe penjaminan Agen Best Efforts dan Full Commitment. Underwriter yang belum

bereputasi biasanya cenderung menghindari resiko tidak terjualnya saham, sedangkan

underwriter bereputasi tinggi berani menetapkan harga saham yang tinggi sebagai

konsekuensi dari kualitas penjaminannya (Yasa, 2008) dalam Cahyanda (2013:7).

Berdasarkan hal tersebut maka dengan menggunakan underwriter berkualitas baik

dapat menurunkan tingkat resiko perusahaan sehingga dapat mengurangi initial

return bagi investor. Pengukuran untuk menilai reputasi underwriter ini ditentukan

berdasarkan top 50 most active brokerage house quarterly IDX berdasarkan total

frekuensi perdagangan yang dilihat dalam (http://www.idx.co.id/id-

id/beranda/publikasi/statistik.aspx). Pengukuran dilakukan dengan memberi nilai

1 untuk underwriter yang masuk top 10 sedangkan nilai 0 diberikan untuk

underwriter non top 10. Skala pengukuran ini juga pernah diteliti oleh Purwanto

dkk (2015).
36

2.6.5 Reputasi Auditor

Salah satu syarat untuk go public adalah penjelasan dan pernyataan bahwa

kondisi kinerja keuangan perusahaan layak (fesible) untuk go public (Fahmi,

2012:7). Menurut Balvers dkk (1998) dalam Johnson (2011:2) ketika suatu

auditor memiliki reputasi tinggi, maka akan memberikan tingkat kepercayaan

yang lebih besar terhadap kebenaran informasi dalam laporan keuangan.

Pemakaian auditor yang berkualitas akan diinterpretasikan oleh investor, bahwa

emiten mempunyai informasi yang tidak menyesatkan mengenai prospeknya

dimasa mendatang.

Perusahaan menyewa auditor independen untuk memeriksa kesesuaian

laporan keuangan berdasarkan standar keuangan. Hal ini akan memberikan

pendapat atas keabsahan laporan keuangannya. Sehingga diharapkan hal ini akan

mengurangi ketidakpastian yang akan berpengaruh mengurangi terjadinya

underpricing. Auditor bereputasi baik mempunyai peran meningkatkan

kepercayaan masyarakat akan keakuratan informasi yang disajikan dalam

prospektus sebagai dasar analisis untuk mengambil keputusan untuk berinvestasi.

Maka, jika emiten menggunakan auditor bereputasi baik maka akan mengurangi

tingkat underpricing (Risqi dan Harto, 2013:2). Dalam hal ini, reputasi auditor

dipertaruhkan karena jika suatu saat perusahaan yang dijamin tersebut bermasalah

pada laporan keuangannya, maka auditor beserta KAP tersebut yang akan

mengalami efek negatifnya, seperti turunnya reputasi yang dimiliki (Fahmi,

2015:54).
37

Pengukuran untuk menilai reputasi auditor ini ditentukan berdasarkan

KAP yang berafiliasi dengan KAP Big Four dan KAPA (Kantor Akuntan Publik

Asing) yang dilihat dalam :

1.(https://en.wikipedia.org/wiki/Big_Four_%28audit_firms%29)

2.(http://pppk.kemenkeu.go.id/Publikasi/GetPdfFile?fileName=Profil%20

AP%20dan%20KAP%202015.pdf).

Pengukuran dilakukan dengan memberikan nilai 1 untuk KAP yang

berafiliasi dengan KAP Big Four dan KAPA, sedangkan 0 untuk KAP yang tidak

berafiliasi dengan KAP Big Four dengan KAPA. Skala pengukuran ini juga

pernah diteliti oleh Yustisia dan Roza (2012).


40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54

2.8 Kerangka Pemikiran

Perusahaan akan membutuhkan dana untuk operasionalnya sesuai dengan

bertambahnya perkembangan perusahaan tersebut. Pendanaan didapat dari

internal maupun eksternal perusahaan. Pendanaan cukup besar dengan waktu yang

cukup singkat diperoleh perusahaan dengan cara melakukan IPO (Initial Public

Offering) atau biasa disebut dengan Go public. Saat melakukan IPO perusahaan

memilih underwriter sebagai penjamin emisi yang ditetapkan pada RUPS (Rapat

Umum Pemegang Saham). Serta menyiapkan persiapan internal dengan

menerbitkan prospektus.

Penentuan Harga saham pada saat IPO ditentukan oleh kesepakatan antara

emiten dengan underwriter. Namun, harga saham pada saat IPO cenderung lebih

rendah dibandingkan dengan harga saham pada hari pertama di pasar sekunder,

kondisi tersebut biasa disebut dengan Underpricing. Menurut Prastica (2012:99)

adanya Asimetri Informasi terjadi jika salah satu pihak dari suatu transaksi

memiliki informasi lebih banyak dibandingkan dengan pihak lainnya.

Asimetri informasi dapat terjadi antara Emiten, Underwriter, dan Investor.

Underwriter merupakan pihak yang memiliki banyak informasi dan menggunakan

ketidaktahuan emiten untuk memperkecil resiko (Purwanto dkk, 2015:92).

Artinya underwriter memiliki kemampuan untuk meyakinkan emiten untuk

menjual harga saham perdananya lebih murah. Isfatun dan Hatta (2010:67)

membahas mengenai Model Rock menyatakan bahwa terdapat 2 kelompok

invetor yaitu informed dan uninformed. Kelompok informed memiliki banyak

informasi mengenai kewajaran harga saham sehingga mereka akan membeli


55

saham-saham perusahaan IPO yang underpriced. Sebaliknya, kelompok

uninformed melakukan penawaran secara sembarangan, baik pada sahm IPO yang

underpriced maupun overpriced.

Signalling Theory yang dibahas dalam Risqi dan Harto (2013:1) adalah

informasi mengenai perusahaan merupakan sinyal bagi investor dalam keputusan

berinvestasi. Sinyal positif yang dibuat oleh emiten dengan underwriter dapat

mengurangi tingkat ketidakpastian bagi investor, sehingga investor dapat

membedakan perusahaan yang baik dan yang kurang baik. Penerbitan prospektus

dilakukan oleh emiten yang akan go public untuk memberikan sinyal positif nya

bagi investor. Informasi yang dimuat dalam prospektus akan membantu investor

dalam membuat keputusan yang rasional mengenai resiko nilai saham yang

sesungguhnya yang ditawarkan emiten (Kim, Krinsky dan Lee, 1995) dalam

Retnowati (2013:183).

2.8.1 Pengaruh ROE Terhadap Tingkat Underpricing

Menurut Kasmir (2014:115) menyatakan bahwa ROE merupakan rasio

untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dan modal sendiri. Rasio ini

menunjukan efisiensi modal sendiri, semakin tinggi rasio ini maka semakin baik.

Artinya, posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya. ROE

mengkaji sejauh mana suatu perusahaan menggunakan sumber daya yang dimiliki

agar mampu memberika laba atas ekuitas (Fahmi, 2015:95). Profitabilitas

perusahaan yang tinggi akan mengurangi ketidakpastian IPO sehingga

mengurangi tingkat underpricing (Purwanto dkk, 2015:96).


56

Pengujian ROE ini pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yaitu

Hapsari dan Mahfud (2012) yang menunjukan bahwa hasil ROE berpengaruh

negatif terhadap tingkat underpricing. Penelitian ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Kurniawan (2008) dan Hapsari (2012) yang menunjukan

hasil ROE berpengaruh negatif terhadap tingkat underpricing. Berdasarkan hasil

dari penelitian terdahulu serta teori yang bersangkutan, maka semakin tinggi ROE

semakin rendah tingkat underpricing.

2.8.2 Pengaruh DER Terhadap Tingkat Underpricing

DER merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan

ekuitas, rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan

peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan (Kasmir, 2014:112). DER

memberi jaminan tentang seberapa besar hutang-hutang perusahaan dijamin

modal sendiri yang digunakan sebagai sumber pendanaan. Semakin besar DER

mencerminkan risiko perusahaan yang relatif tinggi, akibatnya para investor

cenderung menghindari saham-saham yang memiliki nilai DER yang tinggi

(Indriyanti, Isti dkk : 2013).

Faktor ini pernah diteliti oleh Ihsany (2013) yang menunjukan hasil bahwa

DER berpengaruh positif terhadap underpricing. Penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2011) dan Wahyusari (2013) yang

menunjukan hasil bahwa DER berpengaruh positif terhadap underpricing.

Berdasarkan hasil dari penelitian terdahulu serta teori yang bersangkutan, maka

semakin tinggi DER semakin rendah tingkat underpricing.


57

2.8.3 Pengaruh EPS Terhadap Tingkat Underpricing

Menurut Fahmi (2015:93) adalah bentuk pemberian keuntungan yang

diberikan kepada pemegang saham dari setiap lembar saham yang dimiliki.

Menurut Kasmir (2014:115) EPS disebut juga dengan rasio nilai buku, merupakan

rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi

pemegang saham. Menurut Kieso, Donald E et al. (2014:770) menyatakan bahwa:

“Earning per share indicates the income earned by each ordinary

share. Thus, companies report earnings per share only for ordinary

share”.

Informasi mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

pendapatan, dapat membantu investor untuk menilai kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan arus kas yang baik. EPS ini pernah diteliti oleh Retnowati

(2013) menunjukan bahwa EPS berpengaruh negatif signifikan terhadap

underpricing. Penelitian yang dilakukan oleh Wijayanto (2010) bahwa EPS

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap initial return. Berdasarkan hasil dari

penelitian terdahulu serta teori yang bersangkutan, maka semakin tinggi EPS

semakin rendah tingkat underpricing.

2.8.4 Pengaruh Reputasi Underwriter Terhadap Tingkat Underpricing

Underwriter yang memiliki reputasi tinggi biasanya memiliki informasi

lebih mengenai pasar modal. Dalam IPO, underwriter bertanggung jawab

terhadap terjualnya seluruh saham yang dikeluarkan oleh emiten. Ketika


58

underwriter memiliki reputasi yang tinggi dan berpengalaman, maka yang

diharapkan oleh emiten adalah memberikan pelayanan terbaik bagi para investor.

Semakin banyaknya perusahaan go public yang memakai jasa penjaminan emisi

dari suatu perusahaan underwriter yang dipilih menunjukan bahwa mereka puas

akan jasa yang diberikan (Prastica, 2012:100).

Penelitian yang dilakukan oleh Purwanto, dkk (2015) menunjukan bahwa

variabel reputasi underwriter berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat

underpricing, Penelitian ini sejalan dengan Risqi dan Harto (2013), Junaeni dan

Agustian (2013), Razzafindrambinina dan Kwan (2013), Yustisia dan Roza

(2012), Hapsari dan Mahfud (2012). Berdasarkan hasil dari penelitian terdahulu

serta teori yang bersangkutan, maka semakin tinggi reputasi underwriter semakin

rendah tingkat underpricing.

2.8.5 Pengaruh Reputasi Auditor Terhadap Tingkat Underpricing

Menurut (Balvers dkk,1998) dalam Johnson (2011:2) ketika suatu auditor

memiliki reputasi tinggi maka akan memberikan tingkat kepercayaan yang lebih

besar terhadap kebenaran informasi dalam laporan keuangan. Pemakaian auditor

yang berkualitas akan diinterpretasikan oleh investor, bahwa emiten mempunyai

informasi yang tidak menyesatkan mengenai prospeknya dimasa mendatang. Hal

ini akan mengurangi ketidakpastian sehingga akan berpengaruh pada tingkat

underpricing saham. Auditor bereputasi baik mempunyai peran meningkatkan

kepercayaan masyarakat akan keakuratan informasi yang disajikan dalam

prospektus sebagai dasar analisis untuk mengambil keputusan untuk berinvestasi.


59

Maka, jika emiten menggunakan auditor bereputasi baik maka akan mengurangi

tingkat underpricing (Risqi dan Harto, 2013:2).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Johson (2011) menyatakan bahwa

reputasi auditor berpengaruh negatif dan signifikan, sejalan dengan penelitian

Hapsari dan Mahfud (2012), Razzafindrambinina dan Kwan (2013). Berdasarkan

hasil dari penelitian terdahulu serta teori yang bersangkutan, maka semakin tinggi

reputasi auditor semakin rendah tingkat underpricing.


60

`
Emiten

Internal Pendanaan Eksternal

Kreditor
Investor

IPO
Prospektus Underwriter
(Initial Public Offering)

Informasi Informasi
Keuangan Non Keuangan

Reputasi Reputasi
ROE DER EPS Underwriter Auditor

H1: (-) H2: (+) H3: (-) H4: (-) H5: (-)

Underpricing

Gambar 2.1
Keterangan : Kerangka Pemikiran
: Diteliti
: Tidak Diteliti
61

H6

H1: (-)
ROE
H2: (+)
DER
H3: (-)
Underpricing
EPS
H4: (-)
Reputasi
Underwriter
H5: (-)
Reputasi
Auditor

Gambar 2.2
Paradigma Penelitian

2.9 Hipotesis Penelitian

Dari kerangka pemikiran yang telah diuraikan oleh peneliti, maka peneliti

menarik hipotesis untuk diteliti sebagai berikut :

H1 : Return on Equity secara parsial berpengaruh negatif terhadap tingkat

underpricing.

H2 : Debt to Equity Ratio secara parsial berpengaruh positif terhadap

tingkat underpricing.

H3: Earning Per Shares secara parsial berpengaruh negatif terhadap tingkat

underpricing.
62

H4: Reputasi Underwriter secara parsial berpengaruh negatif terhadap

tingkat underpricing.

H5: Reputasi Auditor secara parsial berpengaruh negatif terhadap tingkat

underpricing.

H6: ROE, DER, EPS, Reputasi Underwriter, dan Reputasi Auditor

berpengaruh secara simultan terhadap tingkat underpricing.

Anda mungkin juga menyukai