TINJAUAN PUSTAKA
“Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang
dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa datang.”
18
19
sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan
sebagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya.
“Pasar modal (capital market) adalah pertemuan antara pihak yang memiliki
kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjual-
belikan sekuritas. Dengan demikian, pasar modal juga dapat diartikan sebagai pasar
untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu
tahun, seperti saham, obligasi, dan reksadana.”
“Pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk instrumen keuangan (atau
sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang
ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan pemerintah, public authorities,
maupun perusahaan swasta.”
“Pasar modal sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.”
kondusif bagi mereka. Salah satu iklim investasi yang kondusif adalah
likuidnya pasar modal. Semakin baik pasar modal, semakin banyak
perusahaan yang akan masuk ke pasar modal dan semakin banyak
investor baik nasional maupun asing yang bersedia menginvestasikan
dananya melalui pembelian surat berharga di pasar modal.
1. Investor
Investor merupakan instansi atau individu yang melakukan jual beli
instrumen investasi di pasar modal yang tujuan pemilikan efeknya untuk
jangka panjang.
23
2. Spekulator
Spekulator merupakan instansi atau individu yang melakukan jual beli
instrumen investasi di pasar modal untuk tujuan jangka pendek.
3. Acquisitor
Acquisitor merupakan instansi yang membeli saham dengan tujuan
untuk ikut mengendalikan perusahaan yang mengeluarkan saham.
Biasanya acquisitor ini akan masuk pasar modal bila terjadi penjualan
saham secara besar-besaran melalui tenderover, sehingga bisa membeli
dalam jumlah yang besar dan bisa ikut dalam manajemen perusahaan.
1. Saham (Stock)
Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang
atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroran
terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut maka pihak tersebut
memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas aset perusahaan
dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
2. Obligasi (Bond)
Obligasi merupakan surat hutang yang dikeluarkan oleh perusahaan
dengan nilai nominal tertentu yang akan dibayarkan saat jatuh tempo
dan memberikan bunga tertentu.
3. Right Issue
Right issue merupakan sekuritas yang memberikan hak kepada
pemiliknya untuk membeli saham baru perusahaan dengan harga dan
dalam periode tertentu. Hak tersebut diperdagangkan dalam waktu yang
sangat singkat yaitu selama dua minggu.
24
4. Waran
Waran merupakan sekuritas yang melekat pada penerbitan saham
maupun obligasi yang memberikan hak kepada pemiliknya untuk
membeli saham perusahaan dengan harga dan pada jangka waktu
tertentu. Waran dapat diperdagangkan enam bulan setelah diterbitkan
dengan masa berlaku sekitar 3-5 tahun.
5. Reksadana
Reksadana merupakan saham, obligasi, atau efek lain yang dibeli oleh
sejumlah investor dan dikelola oleh sebuah perusahaan investasi
profesional.
2.1.3 Saham
2.1.3.1 Pengertian Saham
Saham merupakan salah satu instrumen pasar modal yang paling banyak
diminati oleh investor karena mampu memberikan tingkat pengembalian yang
menarik. Berikut adalah pengertian saham menurut para ahli:
“Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak
(badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroran terbatas.”
“Saham adalah kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan,
disertai dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap pemegangnya.”
2) Income Stocks
Income Stocks adalah saham umum yang cenderung lebih tua,
dimiliki oleh perusahaan yang sudah mapan (mature) yang
membayar dividen cukup tinggi dan yang tidak tumbuh secara cepat.
3) Blue-chip Stocks
Blue-chip Stocks merupakan saham umum perusahaan besar yang
memiliki kemampuan finansial mapan dengan sejarah pembayaran
dividen yang bagus dan memiliki pertumbuhan keuntungan yang
konsisten. Saham perusahaan berjenis ini cenderung memiliki risiko
kegagalan yang kecil.
4) Speculative Stocks
Speculative Stocks merupakan kebalikan dari blue-chip stocks.
Saham berjenis ini cenderung lebih berisiko dan memiliki tingkat
voltalitas jangka pendek yang tinggi. Jika respon pasar berlebihan,
harga saham bisa meningkat tajam. Sebaliknya, pasar akan dapat
dengan mudah melepas kepemilikan dengan segera jika prospek
perusahaan kurang meyakinkan.
5) Cyclical Stocks
Cyclical Stocks merupakan saham-saham yang cenderung bergerak
mengikuti siklus usaha (business cycle). Bila perekonomian sedang
baik, saham berjenis inipun akan baik, sebaliknya bila perekonomian
mengalami resesi, saham jenis inipun akan terimbas dan juga
mengalami penurunan harga.
6) Defensive Stocks
Defensive Stocks merupakan kebalikan dari cyclical stocks. Saham
jenis ini biasanya dapat bertahan dengan baik pada saat
perekonomian sedang resesi atau kondisi ekonomi secara umum
kurang baik. Tetapi sebaliknya kurang berprestasi baik saat
perekonomian sedang membaik.
27
“Harga suatu saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan
oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang
bersangkutan di pasar modal.”
Kesimpulan yang dapat diambil dari pengertian di atas bahwa harga saham
adalah nilai suatu saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu. Nilai saham
mencerminkan kekayaan perusahaan. Nilai suatu saham ditentukan oleh permintaan
dan penawaran di pasar bursa atau pasar modal dan biasanya yang digunakan adalah
harga penutupan.
"Return saham merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi
dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas
investasi yang dilakukannya."
"Return saham adalah hasil yang diperoleh dari investasi dan return dapat berupa
return aktual (actual return) atau disebut juga return realisasi (realization return)
yang sudah terjadi atau return ekspektasian (expected return) yang diharapkan
terjadi di masa mendatang."
1. Yield
Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas atau
pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Jika kita
berinvestasi pada sebuah organisasi misalnya, maka besar yield
ditunjukkan dari bunga obligasi yang dibayarkan. Demikan pula halnya
jika kita membeli saham, yield ditunjukkan oleh besarnya dividen yang
kita peroleh.
30
1. Yield
Keterangan :
Dₜ = Dividend yield selama tahun t
Pₜ₋₁ = Harga saham per lembar pada awal tahun
Keterangan :
Pₜ = Harga saham per lembar pada akhir tahun ₜ
Pₜ₋₁ = Harga saham per lembar pada awal tahun ₜ
1. Technical Analysis
Menurut Sutrisno (2012) analisis teknikal merupakan pendekatan
investasi dengan cara mempelajari data historis dari harga saham serta
menghubungkannya dengan trading volume yang terjadi dan kondisi
ekonomi pada saat itu. Analisis ini hanya mempertimbangkan
pergerakan harga saham saja tanpa memperhatikan kinerja perusahaan
yang mengeluarkan saham tersebut. Pergerakan harga saham tersebut
dihubungkan dengan kejadian-kejadian pada saat itu. Analisis teknikal
digunakan oleh para spekulator.
Beberapa indikator teknis yang sering dipergunakan dalam analisis
teknikal menurut Husnan (2005), terdiri atas moving average, new highs
and lows, volume perdagangan, dan short interest ratio.
32
a. Moving average
Merupakan pergerakan saham harian yang dihitung berdasarkan
sejumlah hari tertentu dan digambarkan dalam grafik. Apabila harga
saham asli berbeda di bawah harga moving average, harga tersebut
kemudian naik memotong harga moving average dengan volume
perdagangan yang cukup tinggi, maka saham tersebut merupakan
kandidat untuk dibeli. Sebaliknya, apabila harga saham di atas
moving average, dan harga saham tersebut turun memotong moving
average, maka saham tersebut merupakan kandidat untuk dijual.
b. New Highs and Lows
Merupakan harga saham tertinggi dan terendah selama periode
tertentu.
c. Volume Perdagangan
Kegiatan perdagangan dalam volume yang sangat tinggi di suatu
bursa akan ditafsirkan sebagai tanda pasar akan membaik (bullish).
d. Short Interest Ratio
Short interest untuk suatu saham menunjukkan jumlah saham yang
dilakukan short selling tetapi belum dilakukan pembelian kembali.
Rasio ini menunjukkan berapa hari perdagangan yang diperlukan
agar short selling tersebut dapat diselesaikan.
2. Fundamental Analysis
Menurut Sutrisno (2012) analisis fundamental merupakan
pendekatan analisis harga saham yang menitikberatkan pada kinerja
perusahaan yang mengeluarkan saham dan analisis ekonomi yang akan
mempengaruhi masa depan perusahaan. Kinerja perusahaan dapat
dilihat dari perkembangan perusahaan, neraca perusahaan dan laporan
laba ruginya, proyeksi usaha dan rencana perluasan dan kerjasama. Pada
umumnya apabila kinerja perusahaan mengalami perkembangan yang
baik, maka harga saham akan meningkat.
Menurut Samsul (2015), secara fundamental harga suatu jenis saham
dipengaruhi oleh ekspektasi kinerja perusahaan dan kemungkinan risiko
yang dihadapi perusahaan. Kinerja perusahaan tercermin dari laba
operasional dan laba bersih per unit saham serta beberapa rasio
keuangan yang dapat menggambarkan kekuatan manajemen dalam
mengelola perusahaan. Risiko perusahaan tercermin dari daya tahan
perusahaan dalam menghadapi siklus ekonomi maupun faktor
makroekonomi dan makro nonekonomi. Dengan kata lain kinerja
perusahaan dan risiko yang dihadapi dipengaruhi oleh faktor
makroekonomi dan mikroekonomi. Data keuangan masa lalu serta
faktor makro dan mikro bisa dipakai untuk memprediksi kinerja
perusahaan di masa datang. Faktor-faktor fundamental yang
mempengaruhi return saham menurut Samsul (2015), terdiri atas faktor
makroekonomi dan faktor mikroekonomi.
a. Faktor Makroekonomi
Merupakan faktor yang berada di luar perusahaan, tetapi mempunyai
pengaruh terhadap kenaikan atau penurunan kinerja perusahaan baik
secara langsung maupun tidak langsung. Faktor makroekonomi
secara langsung dapat mempengaruhi kinerja saham maupun kinerja
perusahaan, antara lain tingkat bunga umum, tingkat inflasi,
34
a. Analisis pertumbuhan
Menurut Budiman (2018:36) perusahaan yang bagus adalah
perusahaan yang memiliki pertumbuhan positif dari tahun ke tahun.
35
“Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang meliputi dua
laporan utama yakni neraca dan laporan laba-rugi. Laporan keuangan disusun
dengan maksud untuk menyediakan informasi keuangan suatu perusahaan kepada
37
1. Neraca
Merupakan laporan tentang harta atau kekayaan dan kewajiban atau
beban suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu.
2. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi menunjukkan kinerja operasi suatu perusahaan dalam
suatu periode akuntansi tertentu. Laporan laba rugi juga menunjukkan
seberapa jauh perusahaan mampu menjalankan kegiatan usaha serta
seberapa efisien perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.
3. Laporan Perubahan Modal
Laporan perubahan modal menunjukkan berapa besar bagian atau porsi
dari keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan yang diinvestasikan
kembali ke perusahaan yang mempengaruhi besaran modal secara
keseluruhan.
38
besarnya perbandingan antara jumlah dana yang disediakan oleh kreditor dengan
jumlah dana yang berasal dari pemilik perusahaan. Semakin tinggi nilai debt to
equity ratio (DER) maka semakin kecil jumlah modal pemilik perusahaan yang
dapat dijadikan sebagai jaminan utang, sehingga tingkat risiko perusahaan semakin
besar karena bisa saja mengalami kegagalan keuangan. Hal ini membawa dampak
pada menurunnya harga saham di bursa, sehingga return saham juga akan menurun
yang berarti return saham bernilai negatif (Hery,2018).
Total Utang
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 (DER) =
Total Ekuitas
Menurut Abdul Halim dalam Indah Purnama Sari (2005), price earning
ratio (PER) adalah:
Rasio ini diperoleh dari harga pasar saham biasa dibagi dengan laba per saham
(EPS), maka semakin tinggi rasio ini akan mengindikasikan bahwa kinerja
perusahaan juga semakin membaik, sebaliknya jika price earning ratio (PER)
terlalu tinggi juga dapat mengindikasikan bahwa harga saham yang ditawarkan
sudah sangat tinggi atau tidak rasional.
41
Rasio harga per saham terhadap laba per saham menunjukkan jumlah yang rela
dibayarkan oleh investor untuk setiap dolar laba yang dilaporkan.
Perbandingan antara market price pershare (harga pasar per lembar saham) dengan
earning per share (laba perlembar saham) terhadap kenaikan pertumbuhan laba
yang diharapkan juga akan mengalami kenaikan.
Laba Bersih
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒 (EPS) =
Jumlah Saham Beredar
2001). price to book value (PBV) adalah rasio yang digunakan untuk menentukan
harga wajar dari suatu saham dengan menghitung harga saham terakhir pada nilai
buku dari laporan keuangan tahunan terakhir perusahaan.
Total Ekuitas
Nilai Buku Perlembar =
Jumlah Saham Beredar
perusahaan semakin baik dan meningkatkan return saham yang dibagikan pada
pemegang saham dalam suatu perusahaan.
Penjelasan tersebut didukung oleh penelitian Andriasari, Miyasto, &
Mawardi (2016) menyatakan bahwa pertumbuhan penjualan berpengaruh positif
terhadap return saham, dan penelitian Muslih & Fitriah (2019) menyatakan bahwa
pertumbuhan penjualan memiliki arah positif dan berpengaruh terhadap return
saham. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan penjualan memiliki hubungan
dengan return saham.
Penjelasan tersebut didukung oleh penelitian Latifah & Pratiwi (2019) yang
menyatakan bahwa Return on equity (ROE) berpengaruh positif signifikan terhadap
return saham dan penelitian Sadikin, Yulianto, & Dahniar (2019) menyatakan
bahwa return on equity (ROE) berpengaruh positif signifikan terhadap return
saham. Hal ini menunjukkan bahwa return on equity (ROE) memiliki hubungan
dengan return saham.
2.2.1.3 Hubungan antara Debt to Equity Ratio (DER) dengan Return Saham
Dalam analisis utang dapat menggunakan rasio Debt to Equity Ratio (DER)
yakni membandingkan total utang perusahaan dengan total ekuitas atau dana dari
pemegang saham (Budiman, 2018). Debt to equity ratio (DER) merupakan salah
satu dari aspek yang dinilai dalam mengukur kinerja perusahaan yaitu aspek
leverage atau utang perusahaan. Utang merupakan komponen penting perusahaan
khususnya sebagai salah satu sarana pendanaan. Debt to equity ratio (DER)
merupakan rasio yang mengukur sejauh mana besarnya utang dapat ditutupi oleh
modal sendiri (Harjadi, 2013). Hery (2018) menyatakan bahwa semakin tinggi nilai
debt to equity ratio (DER) maka semakin kecil jumlah modal pemilik perusahaan
yang dapat dijadikan sebagai jaminan utang, sehingga tingkat risiko perusahaan
semakin besar karena bisa saja mengalami kegagalan keuangan. Hal ini membawa
dampak pada menurunnya harga saham di bursa, sehingga return saham juga akan
menurun yang berarti return saham bernilai negatif. Penjelasan tersebut didukung
oleh penelitian Nurmasari (2018) yang menyatakan bahwa debt to equity ratio
(DER) secara parsial berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham dan
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap return saham dan penelitian
Wahyu & Permata (2019) menyatakan bahwa debt to equity ratio (DER)
berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham.
bahwa jika menggunakan lebih banyak utang maka perusahaan tersebut pada
umumnya akan mendapatkan modal tambahan yang dapat digunakan untuk
mengembangkan usahanya. Dengan pengembangan usaha tersebut, pendapatan
perusahaan dapat meningkat dan hal ini akan memperbesar laba yang diharapkan.
Tentunya dengan laba yang besar akan menarik perhatian investor untuk terus
berinvestasi pada perusahaan tersebut. Semakin banyaknya investor yang akan
berinvestasi, maka harga saham akan menjadi naik dan return saham menjadi
tinggi. Penjelasan tersebut didukung oleh penelitian Rahayu, Junaidi & Hariri
(2018) menyatakan bahwa debt to equity ratio (DER) berpengaruh terhadap return
saham dan penelitian Saraswati (2020) menyatakan bahwa debt to equity ratio
(DER) secara parsial berpengaruh terhadap return saham. Hal ini menunjukkan
bahwa debt to equity ratio (DER) memiliki hubungan dengan return saham.
2.2.1.4 Hubungan antara Price Earning Ratio (PER) dengan Return Saham
Price earning ratio (PER) dihitung dengan cara membandingkan harga
saham di pasar dengan laba bersih per saham atau earning per share (EPS). Earning
per share (EPS) dihitung membagi laba bersih dengan jumlah saham beredar
(Budiman, 2018:47). Price earning ratio (PER) adalah rasio yang digunakan untuk
melihat bagaimana pasar menghargai kinerja saham suatu perusahaan terhadap
kinerja perusahaan. Menurut Sugiyanto (2008) semakin tinggi rasio ini akan
mengindikasikan bahwa kinerja perusahaan juga semakin membaik. Price earning
ratio (PER) merupakan rasio yang mengukur bagaimana investor menilai prospek
pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang (Sudana, 2011:23). Semakin
tinggi rasio ini semakin tinggi pertumbuhan laba yang diharapkan oleh pemodal
(Husnan, 2011). Investor menilai perusahaan yang memiliki price earning ratio
(PER) tinggi menunjukkan bahwa harga saham perusahaan tersebut tinggi, selain
itu price earning ratio (PER) yang tinggi juga menunjukkan semakin mahal saham
tersebut terhadap pendapatannya. Harga saham yang tinggi disebabkan oleh
peningkatan permintaan atas saham tersebut. Harga saham yang meningkat akan
meningkatkan nilai price earning ratio (PER) perusahaan tersebut dan return saham
perusahaan juga ikut meningkat (Ryadi dan Sudjana, 2014).
51
2.2.1.5 Hubungan antara Price to Book Value (PBV) dengan Return Saham
Price to book value (PBV) merupakan rasio yang penting sebagai salah satu
indikasi perusahaan dalam upaya komitmen yang tinggi terhadap pasar. Menurut
Brigham dan Houston (2010:151), rasio harga pasar suatu saham terhadap nilai
bukunya atau price to book value (PBV) memberikan indikasi pandangan investor
atas perusahaan. Perusahaan yang dipandang baik oleh investor yang artinya
perusahaan dengan laba dan arus kas yang aman serta terus mengalami
pertumbuhan dijual dengan rasio nilai buku yang lebih tinggi dibandingkan
perusahaan dengan pengembalian yang rendah. Upaya peningkatan rasio price to
book value (PBV) berarti merupakan upaya peningkatan nilai perusahaan (Martono,
2009). Semakin tinggi rasio ini, berarti pasar percaya akan prospek perusahaan
tersebut. Price to book value (PBV) juga menunjukkan seberapa jauh suatu
perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan yang relatif terhadap jumlah
modal yang dinvestasikan. Perusahaan yang dapat beroperasi dengan baik,
umumnya memiliki rasio price to book value (PBV) di atas satu, yang menunjukkan
nilai pasar saham lebih tinggi dari nilai bukunya. Semakin tinggi rasio price to book
value (PBV), maka semakin tinggi pula perusahaan dinilai oleh investor. Apabila
suatu perusahaan dinilai lebih tinggi oleh investor, maka harga saham akan semakin
meningkat di pasar, yang pada akhirnya return saham tersebut akan meningkat.
Pertumbuhan Penjualan
X1
Keterangan : = Parsial
= Simultan
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
54