Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PASAR UANG & MODAL

DISUSUN OLEH:

Andi Renanda Az zahra

A021181518

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2020
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Dengan menyebut nama Allah subhanahu wa ta’ala yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan
makalah tentang “Pasar Uang & Modal”

Makalah ini telah di susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya
bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu dengan senang hati saya menerima saran dan kritik dari pembaca agar
saya dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata, saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi bagi setiap pembacanya.

Bontang, 29 Agustus 2020

Andi Renanda Az zahra

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Semakin berkembangnya perekonomian di dunia mengakibatkan
perubahan yang signifikan di berbagai bidang kehidupan. Orang mulai
melakukan transaksi ekonomi melalui berbagai cara, salah satunya adalah
dengan menginvestasikan harta atau uangnya melalui pasar modal. Pasar modal
dibentuk untuk mempermudah para investor mendapatkan asset dan
mempermudah perusahaan menjual asset.

Kehidupan yang semakin kompleks akan mendorong berbagai pihak untuk


mencapai segala sesuatu secara instan, mudah dan terorganisasi. Dalam hal ini,
untuk memepermudah transaksi produk pasar modal maka dibentuk Bursa Efek.
Fungsinya sangat membantu berbagai pihak yang terkait. Perkembangan pasar
modal dari tahun ke tahun mengalami kenaikan. Aktivitas yang dilakukan sangat
banyak guna membantu para investor dan perusahaan melakukan transaksi
ekonomi.

B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana sejarah Pasar modal ?

C. TUJUAN
Mengetahui Sejarah pasar modal.

BAB II

3
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pasar Modal


Pasar modal adalah bagian dari pasar keuangan (financial market),
dimana kegiatan pasar keuangan ini meliputi:

1. Pasar uang (money market)


2. Pasar modal (capital market)
3. Lembaga pembiayaan lainnya seperti sewa beli (leasing), anjak piutang
(factoring), modal ventura (venture capital), kartu kredit (credit card).
Sehingga pasar modal merupakan konsep yang lebih sempit atau bagian
dari pasar keuangan. Pasar modal sering disebut sebagai pasar tempat
dilakukannya penawaran umum atau diperdagangkannya berbagai bentuk
instrumen keuangan jangka panjang, berbeda dengan pasar uang yang
merupakan tempat diperdagangkannya dana jangka pendek.

Pasar modal (capital market) mempertemukan pemilik dana (supplier of


funds) dengan pengguna dana (user of funds) untuk tujuan investasi jangka
menengah (middle-term investment) dan jangka panjang (long-term investment).
Pemilik dana menyerahkan sejumlah dana sedangkan penerima dana
(perusahaan terbuka) menyerahkan surat bukti kepemilikan berupa efek. Pasar
(market) adalah sarana / tempat yang mempertemukan pembeli dan penjual
untuk melakukan transaksi atas suatu komoditas atau jasa. Pengertian modal
(capital) dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:

1. Barang modal (capital goods), misalnya: tanah, bangunan/gedung, mesin.


2. Modal uang (fund) yang berupa financial assets.
Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan pengertian
bahwa pasar modal adalah seluruh kegiatan yang mempertemukan penawaran
dan permintaan atau merupakan aktifitas yang memperjualbelikan surat-surat
berharga.

Pendapat lain menyatakan bahwa pasar modal berarti suatu pasar dimana
dana-dana jangka panjang baik utang maupun modal sendiri diperdagangkan.
Dana-dana jangka panjang yang merupakan utang biasanya berbentuk obligasi,

4
sedangkan dana jangka panjang yang merupakan modal sendiri biasanya
berbentuk saham.

Abdulbasith Anwar yang mengutip pernyataan Hugh T. Patrick dan U Tun Wai
membedakan pengertian pasar modal menjadi 3 (tiga), yaitu:

1. Dalam arti luas: ”Pasar modal adalah keseluruhan sistem keuangan yang
terorganisir, termasuk bank-bank komersial dan semua perantara di bidang
keuangan, surat berharga/klaim panjang pendek primer dan yang tidak
langsung.”
2. Dalam arti menengah: ”Pasar modal adalah semua pasar yang terorganisir
dan lembaga-lembaga yang memperdagangkan warkat-warkat kredit
(biasanya berjangka lebih dari satu tahun) termasuk saham, obligasi,
pinjaman berjangka, hipotik, tabungan dan deposito berjangka.”
3. Dalam arti sempit: ”Pasar modal adalah tempat pasar uang terorganisir yang
memperdagangkan saham dan obligasi dengan menggunakan jasa makelar
dan underwriter.” Dalam pasal 1 butir 13 Undang-Undang Pasar Modal
tentang ketentuan umum menyatakan bahwa: ” Pasar Modal adalah kegiatan
yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan Efek,
perusahaan publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta
lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek ”

Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka pasar modal dapat


diartikan sebagai pasar tempat bertemunya pemilik dana yang akan
menyerahkan sejumlah dana kepada pengguna dana untuk tujuan investasi
dengan pengguna dana yang akan memberikan surat bukti kepemilikan
berupa efek kepada pemilik dana, dimana mereka akan melakukan transaksi
berbagai bentuk instrumen keuangan jangka panjang. Dana-dana jangka
panjang yang merupakan utang biasanya berbentuk obligasi, sedangkan
dana jangka panjang yang merupakan modal sendiri biasanya berbentuk
saham.

Pemilik dana, baik perorangan maupun suatu lembaga atau badan


hukum menginvestasikan kelebihan dana yang dimilikinya agar lebih produktif
dan lebih berkembang. Mereka mengharapkan memperoleh suatu

5
keuntungan di masa datang (future earning) yang memberikan nilai tambah
atas dana yang diinvestasikannya selama periode waktu tertentu dalam
bentuk efek di pasar modal.

Menurut Tandelilin (2001), dalam konteks perekonomian ada beberapa


motif mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain adalah:

a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang
Kebutuhan untuk mendapatkan hidup yang layak di masa depan merupakan
keinginan setiap manusia, sehingga upaya-upaya untuk mencapai hal
tersebut selalu akan dilakukan.
b. Mengurangi tekanan inflasi, faktor inflasi tidak pernah dapat dihindari dalam
kehidupan ekonomi, yang dapat dilakukan adalah meminimalisir risiko akibat
adanya inflasi. Investasi dalam sebuah bisnis tentunya dapat dikategorikan
sebagai langkah yang efektif .
c. Sebagai usaha untuk menghemat pajak, di beberapa negara banyak
diberlakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di
masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan tersendiri kepada
masyarakat yang melakukan investasi pada suatu usaha tertentu.

B. Sejarah Pasar Modal Di Indonesia


Sejarah Pasar Modal Indonesia Dalam pembangunan ekonomi nasional
suatu negara, diperlukan pembiayaan baik dari pemerintah maupun dari
masyarakat. Kebutuhan pembiayaan pembangunan di masa mendatang akan
semakin besar. Kebutuhan ini tidak akan dapat dibiayai oleh pemerintah saja
melalui penerimaan pajak dan penerimaan lainnya. Kadang kala pemenuhan
kebutuhan ini dapat diperoleh dari bantuan luar negeri. Seperti halnya negara-
negara berkembang lainnya, Indonesia sering kali memperoleh pinjaman luar
negeri untuk mendukung pembangunan nasional. Namun bagi pemerintah
pinjaman luar negeri bukan merupakan cara yang strategis untuk pembangunan,
potensi dana masyarakat Indonesia harus bisa dioptimalkan untuk digunakan.
Untuk itu, dibentuk pasar modal yang dimaksudkan sebagai wahana untuk
memenuhi kebutuhan pembiayaan pembangunan. Fungsi strategis dan penting
pasar modal membuat pemerintah amat berkepentingan atas perkembangan dan

6
kemajuan pasar modal, karena berpotensi untuk penghimpunan dana secara
masif, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memperbesar volume kegiatan
pembangunan.

Dalam era globalisasi, setiap negara harus tunduk pada peraturan


ekonomi regional dan organisasi ekonomi dunia serta tidak bebas lagi atau
terlarang menentukan aturan main yang bertentangan atau yang tidak sesuai
dengan aturan internasioanl yang telah disepakati. Misalnya, dengan WTO, suatu
negara terikat oleh hukum internasional dan tidak mungkin lagi membuat
perundangan sendiri yang bertentangan dengan hukum internasional walaupun
untuk tujuan yang baik, yaitu mengatur kepentingan negara sendiri oleh karena
hal tersebut merupakan pelanggaran terhadap hukum internasional yang akan
menghapai hukuman internasional yang serius. Alasan seperti inilah yang
mendorong setiap negara akan berusaha melakukan efisiensi atau
menghilangkan ekonomi biaya tinggi agar dapat bersaing ataupun melakukan
merger, konsolidasi, akuisisi, aliansi, dan kerajsama bilateral antarperusahaan
dalam bentuk apa pun agar dapat menang dalam persaingan. Salah satu cara
untuk menekan biaya tinggi adalah menggiring perusahaan swasta masuk ke
pasar modal agar struktur modal perusahaan menjadi lebih baik, lebih efisien,
dan lebih terkendali oleh masyrakat, serta privatisasi Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) untuk menghapuskan beban berat yang ditanggung oleh Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), karena kebanyakan BUMN menderita
kerugian yang disebabkan oleh salah urus. Pada hakikatnya, yang dimaksud
dengan struktur permodalan adalah pencerminan dari perimbangan antara
hutang jangka panjang dan modal sendiri dari suatu perusahaan.

Untuk dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan globalisasi


ekonomi dan pembangunan nasional secara bersamaan, pasar modal sebagai
salah satu alternatif pembiayaan pembangunan, harus dapat memfasilitasi
perkembangan ekonomi pasar. Sistem ekonomi pasar di Indonesia dianggap
hanya memakmurkan sebagian kecil golongan masyarakat. Di banyak negara
tetangga, sistem ekonomi pasar berhasil memakmurkan sebagian besar
rakyatnya, sehingga banyak negara yang sebelumnya beralih ke sistem ekonomi
pasar sejak tahun 1988. Negara yang menganut paham sosialis pun, seperti
RRC, dalam kehidupan perekonomiannya sudah mengarah kepada praktik yang

7
umum terdapat di negara kapitalis. Hal ini berarti kegagalan di Indonesia dapat
disebabkan oleh unsur manusianya yang tidak beres, pengelolaan negara yang
salah urus, atau subsistem ekonomi yang tidak komplit, dan bukan kesalahan
sistem ekonomi pasar itu sendiri. Mengingat pentingnya pasar modal bagi
pembangunan nasional, pemerintah hendaknya melalui Bapepam mengatur
pasar modal Indonesia dengan baik sehingga dapat bermanfaat bagi kehidupan
bangsa dan negara.

Sejarah perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dibagi dalam


beberapa periode. Pembagian tersebut dimaksudkan karena ada hal-hal khusus
yang terjadi dalam periode perkembangannya baik dilihat dai sisi peraturan
maupun dari sisi ekonomi, bahkan juga dari sisi politik dan keamanan. Adapun
periode yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Periode Permulaan (1878-1912)


2. Periode Pembentukan Bursa (1912-1925)
3. Periode Awal Kemerdekaan (1925-1952)
4. Periode Kebangkitan (1952-1977)
5. Periode Pengaktifan Kembali (1977-1987)
6. Periode Deregulasi (1987-1995)
7. Periode Kepastian Hukum (1995-sekarang)
8. Periode Menyonsong Independensi Bapepam
Untuk lebih jelas perkembangan dinamika pasar modal Indonesia akan ditinjau pada
masing-masing periode:

1. Periode Permulaan (1878-1992)


Di Indonesia, kegiatan transaksi saham dan obligasi dimulai pada abad ke
-19. Menurut buku Effectengids yang dikeluarkan Vereniging voor den
Effectenhandel pada tahun 1939, transaksi efek telah berlangsung sejak 1880.
Berhubung bursa belum dikenal, maka perdagangan saham dan obligasi
dilakukan tanpa organisasi resmi sehingga catatan resmi tentang transaksi
tersebut tidak lengkap.

Menurut perkiraan, bahwa yang diperjualbelikan waktu itu adalah saham


atau obligasi yang listing di bursa Amsterdam yang dimiliki oleh investor yang
ada di Batavia, Surabaya, dan Semarang. Dengan demikian, karena belum ada
8
bursa resmi, dapat dikatakan bahwa periode ini adalah periode permulaan
sejarah pasar modal Indonesia.

2. Periode Pembentukan Bursa (1912-1925)


Perkembangan transaksi efek semakin meningkat, tetapi bursa yang resmi
belum ada. Akhirnya, pada tanggal 14 Desember 1912, Amserdamse
Effectenbueurs mendirikan cabang bursa di Batavia. Bursa ini merupakan bursa
tertua keempat di Asia, setelah Bombay, Hongkong dan Tokyo. Bursa yang
dinamakan Vereniging voor de Effectenhandel, memperjualbelikan saham dan
obligasi perusahaan/perkebunan Belanda yang beroperasi di Indonesia, obligasi
yang diterbitkan pemerintah (propinsi dan kotapraja), sertifikat saham
perusahaan-perusahaan Amerika yang diterbitkan oleh kantor administrasi di
negeri Belanda serta efek perusahaan Belanda lainnya. Pada saat awal terdapat
13 anggota bursa yang aktif (makelar) yaitu : Fa. Dunlop & Kolf; Fa. Gijselman &
Steup; Fa. Monod & Co.; Fa. Adree Witansi & Co.; Fa. A.W. Deeleman; Fa. H.
Jul Joostensz; Fa. Jeannette Walen; Fa. Wiekert & V.D. Linden; Fa. Walbrink &
Co; Wieckert & V.D. Linden; Fa. Vermeys & Co; Fa. Cruyff dan Fa. Gebroeders.
Setelah berdirinya Bursa Efek Batavia, maka periode ini pada tanggal 11 Januari
1925 terbentuk Bursa Efek Surabaya. Pada tanggal 1 Agustus 1925 terbentuk
Bursa Efek Semarang.

3. Periode Awal Kemerdekaan (1925-1952)


Perkembangan perdagangan efek pada periode ini berlangsung marak,
namun tidak bertahan lama karena dihadapkan pada resesi ekonomi pada tahun
1929 dan pecahnya Perang Dunia II (PD II). Pada saat PD II, bursa efek di negeri
Belanda tidak aktif karena sebagian saham-saham milik orang Belanda dirampas
oleh Jerman. Hal ini sangat berpengaruh terhadap bursa efek di Indonesia.
Keadaaan makin memburuk dan tidak memungkinkan lagi Bursa Efek Jakarta
untuk beroperasi, sehingga pada tanggal 10 Mei 1940, Bursa Efek Jakarta resmi
ditutup. Bursa Efek Surabaya dan Semarang telah lebih dulu ditutup.

Setelah tujuh bulan ditutup, pada tanggal 23 Desember 1940 Bursa Efek
Jakarta kembali diaktifkan, karena selama PD II Bursa Efek Paris tetap berjalan,
demikian pula halnya dengan Bursa Efek London yang hanya ditutup beberapa
hari saja. Akan tetapi, aktifnya Bursa Efek Jakarta tidak berlangsung lama,

9
karena Jepang masuk ke Indonesia pada tahun 1942, Bursa Efek Jakarta
kembali ditutup. Pada tanggal 17 Agustus 1945, Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia dikumandangkan ke seluruh pelosok negeri, tetapi keadaan ekonomi
begitu buruk. Republik Indonesia yang baru merdeka berada dalam kondisi
keuangan yang amat memprihatinkan, sementara di sisi lain, operasionalisasi
pemerintahan tidak dapat ditunda. Kesulitan itu masih ditambah dengan
persoalan moneter. Di tengah-tengah masyarakat beredar tiga jenis mata uang
yaitu, mata uang Republik, mata uang penjajahan Belanda, dan mata uang
pendudukan Jepang. Supaya roda pemerintahan dapat berjalan, pemerintah RI
meminta persetujuan Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BPKNIP)
untuk melakukan pencarian pinjaman nasional. Dengan Undang-Undang No. 4
Tahun 1946, pinjaman dari masyarakat mulai dihimpun.

Berdasarkan alasan itu, pada tahun 1947 pemerintah berencana untuk


membuka kembali Bursa Efek Jakarta. Akan tetapi, rencana ini tertunda karena
terhambat oleh situasi ekonomi yang memburuk. Sejak penyerahan kedaulatan
kepada pemerintah RI oleh pemerintah Belanda pada tahun 1949, beban utang
luar negeri dan dalam negeri kian membengkak sehingga menyebabkan defisit
yang sangat besar. Keadaan tersebut membuat pemerintah Indonesia
memprioritaskan pembukaan kembali Bursa Efek Jakarta dalam program
kerjanya, agar masyarakat tidak dirugikan. Untuk menunjang maksud itu,
pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang Darurat No 13. Tahun
1953 yang kemudian ditetapkan menjadi Undang-Undang No. 15 Tahun 1952
yang mengatur tentang Bursa Efek. Selanjutnya, berdasarkan Keputusan Menteri
Keuangan No. 289737/UU tanggal 1 November 1951 penyelenggaraan bursa
diserahkan kepada Perserikatan Uang dan Efekefek (PPUE). Bank Indonesia
(BI) ditunjuk sebagai penasihat dan selanjutnya dipilih pengurus.

4. Periode Kebangkitan (1952-1976)


Tanggal 3 Juni 1952 seperti yang telah diputuskan oleh rapat umum
PPUE, Bursa Efek Jakarta kembali dibuka secara resmi oleh Menteri Keuangan,
Sumitro Djojohadikusumo. Selanjutnya, pada tanggal 26 September 1952
merupakan salah satu tonggak sejarah pasar modal Indonesia, ditandai dengan
dikeluarkannya Undang-Undang Darurat yang kemudian ditetapkan menjadi

10
Undang-Undang Bursa. Memasuki tahun 1958 keadaan perdagangan efek
menjadi lesu karena beberapa hal:

a. Banyaknya warga Belanda yang meninggalkan Indonesia.


b. Adanya nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda oleh pemerintah RI
sesuai dengan Undang-Undang No. 86 Tahun 1958 tentang Nasionalisasi.
c. Tahun 1960 Badan Nasionalisasi Persuahaan Belanda (BANAS) melakukan
larangan memperdagangkan efek-efek yang diterbitkan oleh perusahaan-
perusahaan yang beroperasi di Indonesia termasuk efek-efek dengan nilai
mata uang Belanda (Nf).
Kemudian kondisi ini diperparah dengan adanya sengketa Irian Barat
dengan Belanda (1962) dan tingginya inflasi menjelang akhir pemerintahan Orde
Lama (1966) yang mencapai 650%. Keadaan itu mengguncangkan sendi
perekonomian dan kepercayaan masyarakat menjadi berkurang terhadap pasar
modal. Akibatnya, Bursa Efek Jakarta ditutup dengan sendirinya. Kondisi ini
berlangsung sampai tahun 1977.

5. Periode Pengaktifan Kembali (1977-1987)


Pasar modal tidak menjalankan aktivitasnya sampai tahun 1977.
Penutupan pasar modal Indonesia tersebut tidak lepas dari orientasi politik
pemerintah Orde Lama yang menolak modal asing dalam kebijakan
nasionalisasi. Setelah pemerintahan berganti kepada Pemerintahan Orde Baru,
kebijakan politik dan ekonomi Indonesia tidak lagi konfrontatif dengan dunia
Barat. Pemerintahan Orde Baru segera mencanangkan pembangunan ekonomi
secara sistematis dengan pola target lima tahunan. Pemerintah Indonesia
bekerja sama dengan Barat untuk membangun. Pertumbuhan mulai,
perekonomian bergerak. Pemerintah pun berencana mengaktifkan kembali pasar
modal.

Dengan surat keputusan direksi BI No. 4/16 Kep-Dir tanggal 26 Juli 1968,
di BI di bentuk tim persiapan (PU) Pasar Uang dan (PM) Pasar Modal. Hasil
penelitian tim menyatakan bahwa benih dari pasar modal di Indonesia
sebenarnya sudah ditanam pemerintah sejak tahun 1952, tetapi karena situasi
politik dan masyarakat masih awam tentang pasar modal, maka pertumbuhan
Bursa Efek di Indonesia sejak tahun 1958 s/d 1976 mengalami kemunduran.

11
Setelah tim menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka dengan surat keputusan
Kep-Menkeu No. Kep- 25/MK/IV/1/72 tanggal 13 Januari 1972 tim dibubarkan,
dan pada tahun 1976 dibentuk Bapepam (Badan Pembina Pasar Modal) dan PT
Danareksa. Bapepam bertugas membantu Menteri Keuangan yang diketuai oleh
Gubernur Bank Sentral. Dengan terbentuknya Bapepam, maka terlihat
kesungguhan dan intensitas untuk membentuk kembali pasar uang dan pasar
modal. Selain sebagai pembantu Menteri Keuangan, Bapepam juga menjalankan
fungsi ganda yaitu sebagai pengawas dan pengelola bursa efek. Akhirnya, pada
tanggal 10 Agustus 1977, Presiden Soeharto meresmikan pasar modal di zaman
Orde Baru.

6. Periode Deregulasi (1987-1995)


Hambatan-hambatan yang merintangi perkembangan pasar modal telah
disadari pemerintah. Pemerintah melakukan perombakan peraturan yang nyata-
nyata menghambat minat perusahaan untuk masuk pasar modal dan investor
untuk melakukan investasi pada pasar modal Indonesia.

7. Periode Kepastian Hukum (1995-sekarang)


Dampak postitif dari kebijakan deregulasi telah menebalkan kepercayaan
investor dan perusahaan terhadap pasar modal Indonesia. Puncak kepercayaan
itu ditandai dengan lahirnya Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal yang berlaku efektif sejak tanggal 1Januari 1996. Undang-undang ini
dapat dikatakan sebagai undang-undang yang cukup komprehensif, karena
mengacu pada aturan-aturan yang berlaku secara internasional.

Undang-undang ini dilengkapi dengan PP No. 45 Tahun 1995 tentang


Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal dan PP No. 46 Tahun 1995
tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal. Kemudian ada beberapa
keputusan menteri dan seperangkat peraturan yang dikeluarkan oleh Bapepam
yang jumlahnya lebih dari 150 buah peraturan.

Salah satu hal yang perlu dicermati dalam Undang-Undang Pasar Modal
adalah diberikannya kewenangan yang cukup besar dan luas kepada Bapepam
selaku badan pengawas. Undang-undang ini dengan tegas mengamanatkan
kepada Bapepam untuk melakukan penyelidikan, pemeriksaan, dan penyidikan
terhadap kejahatan yang terjadi di bidang pasar modal. Selain itu, Bapepam

12
merupakan Self Regulation Organization (SRO) yang menjadikan Bapepam
mudah untuk bergerak dan menegakkan hukum, sehingga menjamin kepastian
hukum.

8. Periode Menyongsong Independensi Bapepam


Menurut UUPM, Bapepam bertugas untuk mencipatakan pasar modal
yang teratur, wajar, dan efisien, serta melindungi kepentingan pemodal dan
masyarakat. Bapepam mempunyai 17 kewenangan yang diberikan UUPM yang
secara sederhana dikategorikan ke dalam tiga macam, yaitu kewenangan untuk
melakukan pembinaan, pengaturan, dan pengawasan. Untuk mengekefktifkan
independensi Bapepam menjadi suatu hal yang amat penting untuk menegakkan
hukum secara konsisten, imparsial, dan adil. Posisi struktural Bapepam sebagai
badan yang berada di bawah Departemen Keuangan menjadi titik perhatian.

Saat ini posisi struktural Bapepam membuka peluang pihak-pihak lain


untuk melakukan intervensi demi kepentingan lain di luar soal penegakan hukum
yang konsisten, tegas, adil dan imparsial. Dengan demikian kinerja dan wibawa
Bapepam akan lebih terjaga lagi. Persiapan menuju independensi Bapepam
harus segera dilaksanakan, karena dasar hukum untuk
mengimplementasikannya sudah ada, yaitu:

a. Amanat GBHN (1999-2004) Bab IV huruf b angka 8.


Mengembangkan pasar modal yang sehat, transparan, efisien, dan
meningkatkan penerapan peraturan perundang-undangan yang sesuai dengan
standar internasional yang diawasi oleh lembaga independen.

b. UU Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia Penjelasan Pasal 34.


Lembaga pengawasan jasa keuangan yang akan dibentuk melakukan
pengawasan terhadap bank dan perusahaan-perusahaan sektor jasa keuangan
lainnya, yaitu asuransi, dana pensiun, sekuritas, perusahaan pembiayaan, dan
badan-badan lain yang menyelenggarakan. pengelolaan dana masyarakat.
Lembaga ini bersifat independen dalam menjalankan tugasnya, kedudukannya
berada di luar kendali pemerintah serta berkewajiban menyampaikan laporan
kepada BPK dan DPR.

c. Amandemen UU Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia telah

13
diselesaikan oleh Panitia Khusus DPR RI. Hasil amandemen tersebut
menyatakan bahwa Otoritas Jasa Keuangan (OJK) harus sudah terbentuk
selambat-lambatnya pada tanggal 31 Desember 2010.
Perkembangan terbaru berkaitan dengan independensi Bapepam yaitu
mengenai pembentukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) seperti yang tersebut
dalam poin huruf c di atas. UU No. 23 Tahun 1999 dan kemudian disempurnakan
melalui UU No. 3 Tahun 2004 yang mengamanatkan fungsi pengawasan
perbankan dan keuangan lainnya akan dialihkan ke Lembaga Pengawas Jasa
Keuangan (LPJK) independen atau sering disebut dengan Otoritas Jasa
Keuangan (OJK). Sesuai dengan UU Nomor 3 Tahun 2004, OJK harus terbentuk
selambat-lambatnya 31 Desember 2010 sebagai lembaga independen yang
mengawasi lembaga keuangan, baik bank maupun bukan bank, seperti
perusahaan sekuritas, anjak piutang, sewa guna usaha, modal ventura,
perusahaan pembiayaan, reksa dana, asuransi, dan dana pensiun serta lembaga
lain yang berkegiatan mengumpulkan dana masyarakat.

Salah satu embrio OJK adalah Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) yang sekarang masih di bawah Kementerian
Keuangan. Dengan adanya OJK maka Bapepam-LK akan lepas dari
Kementerian Keuangan. Ide pembentukan OJK berasal dari pengalaman
Indonesia dalam menghadapi krisis keuangan. Alhasil, setelah munculnya krisis
keuangan global dan ditambah dengan isu panas Bank Century maka
pembentukan OJK semakin ramai dibicarakan. Bahkan UU No 23 Tahun 1999
tentang Bank Indonesia mengamanatkan bahwa sebelum 31 Desember 2010,
OJK sudah harus terbentuk.67 B.

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pasar modal sering disebut sebagai pasar tempat dilakukannya penawaran
umum atau diperdagangkannya berbagai bentuk instrumen keuangan jangka
panjang, berbeda dengan pasar uang yang merupakan tempat diperdagangkannya
dana jangka pendek.

Pasar modal (capital market) mempertemukan pemilik dana (supplier of


funds) dengan pengguna dana (user of funds) untuk tujuan investasi jangka

14
menengah (middle-term investment) dan jangka panjang (long-term investment).
Pemilik dana menyerahkan sejumlah dana sedangkan penerima dana (perusahaan
terbuka) menyerahkan surat bukti kepemilikan berupa efek.

Sejarah perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dibagi dalam


beberapa periode. Pembagian tersebut dimaksudkan karena ada hal-hal khusus
yang terjadi dalam periode perkembangannya baik dilihat dai sisi peraturan maupun
dari sisi ekonomi, bahkan juga dari sisi politik dan keamanan. Adapun periode yang
dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Periode Permulaan (1878-1912)


2. Periode Pembentukan Bursa (1912-1925)
3. Periode Awal Kemerdekaan (1925-1952)
4. Periode Kebangkitan (1952-1977)
5. Periode Pengaktifan Kembali (1977-1987)
6. Periode Deregulasi (1987-1995)
7. Periode Kepastian Hukum (1995-sekarang)
8. Periode Menyonsong Independensi Bapepam

15
DAFTAR PUSTAKA

Hariyani, I dan R. Serfianto. 2010. Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal. Jakarta
Transmedia Pustaka

Nasrudin, M. I., dkk., 2008. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia. Jakarta :
Kencana.

Muhammad, Alfath. “Pasar Uang dan Pasar Modal”. Slide Share. http:// www.


Slideshare.net /alfathhaikalmuhammad/ pasar-uang – pasar
-modal (18september 2012).

16

Anda mungkin juga menyukai