Anda di halaman 1dari 10

PERMASALAHAN DAN PERKEMBANGAN PASAR MODAL

INDONESIA

FanixPratiwi

ProgramZStudiZHukumZEkonomiZSyariah
UniversitasZIslamZNegriZSumateraZUtara
Email: fanyyp05@gmail.com

ABSTRAK

Pasar modal merupakan salah satu metrik untuk mengukur perkembangan ekonomi suatu
negara. Indeks IHSG yang bervariasi menunjukkan bahwa pasar modal Indonesia mengalami
berbagai pasang surut sejak pembentukannya. Kinerja pasar modal sangat dipengaruhi oleh
kesehatan ekonomi lokal, nasional, dan global sebagai akibat dari globalisasi dan integrasi
ekonomi. Untuk mendorong pasar modal Indonesia agar lebih tahan terhadap berbagai krisis
dan guncangan, peran investor lokal harus lebih besar. Kemungkinan untuk mendorong kelas
menengah Indonesia untuk berpartisipasi dalam investasi pasif di pasar modal dapat
dimanfaatkan karena populasi kelas menengah negara ini relatif besar. Terbatasnya jenis
sekuritas yang diperdagangkan, undang-undang yang melindungi hak investor, “permainan”
dalam transaksi saham, dan masih kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pasar modal
merupakan beberapa kendala yang harus diatasi sementara ini.

Kata Kunci: Pasar Modal, Perkembangan, Permasalahan


A. Pendahuluan

Pasar modal memiliki dua peran, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan, sehingga
berperan penting dalam perekonomian suatu negara. Pasar modal memiliki tujuan ekonomi
yaitu mempertemukan dua kepentingan, yaitu pihak yang memiliki uang lebih (investor) dan
pihak yang membutuhkan uang (emiten). Pasar modal memungkinkan pihak yang memiliki
kelebihan uang untuk menginvestasikannya dengan tujuan memperoleh keuntungan (return),
dan memungkinkan pelaku usaha (emiten) menggunakan dana tersebut untuk investasi tanpa
harus menunggu kas operasi perusahaan tersedia.

Sesuai dengan kekhasan investasi yang dipilih, pasar modal menawarkan kesempatan dan
kesempatan kepada pemilik dana untuk memperoleh keuntungan (return). Terbukti banyak
sektor dan dunia usaha yang memanfaatkan lembaga ini sebagai media penyerap investasi
dan sarana untuk meningkatkan posisi keuangannya, sehingga keberadaan pasar modal di
Indonesia menjadi salah satu penentu utama pertumbuhan perekonomian nasional. Pada
kenyataannya, dalam dunia ekonomi modern saat ini, pasar modal telah berkembang menjadi
pusat keuangan; bahkan ekonomi modern tidak akan dapat berfungsi tanpa pasar modal yang
kuat, berdaya saing internasional, dan terorganisasi dengan baik.

Sebagai pasar yang sedang berkembang, pasar modal di Indonesia sangat rentan terhadap
kondisi ekonomi makro secara umum, serta ekonomi global dan pasar modal internasional.
Keberhasilan suatu korporasi tidak secara instan dipengaruhi oleh faktor ekonomi makro,
melainkan secara bertahap dan seiring waktu. Sebaliknya, karena investor merespons lebih
cepat, perubahan faktor ekonomi makro ini akan berdampak langsung pada nilai saham.
Investor akan mempertimbangkan pengaruh perubahan ekonomi makro ini baik dan negatif
terhadap kinerja perusahaan selama beberapa tahun berikutnya sebelum memutuskan apakah
akan membeli, menjual, atau mempertahankan saham yang telah mereka investasikan.
khawatir. Akibatnya, harga saham merespons perubahan faktor ekonomi makro lebih cepat
daripada perubahan kinerja perusahaan.

B. Pembahasan
1. Pengertian Pasar Modal

Pada dasarnya, Pasar Modal (Capital Market), merupakan pasar untuk berbagai instrumen
keuangan jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk utang ataupun
modal sendiri. Instrumen-instrumen keuangan yang diperjual belikan di pasar modal seperti

2
saham, obligasi, waran, right, obligasi konvertibel, dan berbagai produk turunan (derivatif)
seperti opsi (put atau call). Dalam Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, Pasar
modal dijelaskan dengan lebih spesifik sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan
Penawaran Umum dan Perdagangan Efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan Efek
yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek. Dan dalam
Keputusan presiden No. 52 tahun 1976, tentang pasar modal pasar modal adalah Bursa Efek
seperti yang dimaksud dalam Undang-Undang No. 15 tahun 1952. Menurut undang-undang
tersebut, bursa adalah gedung atau ruangan yang ditetapkan sebagai kantor dan tempat
kegiatan perdagangan efek, sedangkan surat berharga yang dikategorikan efek adalah saham,
obligasi serta surat bukti lainnya yang lazim dikenal sebagai efek.

Pengertian lain tentang pasar modal adalah pasar yang mempertemukan permintaan dan
penawaran uang dalam bentuk surat-surat berharga yang berjangka waktu lebih dari satu
tahun. Dalam pasar modal, surat berharga disebut juga dengan istilah "efek”. Berbeda dengan
pasar uang, pasar modal menyediakan sumber pembelanjaan dengan jangka waktu yang lebih
panjang, yang diinvestasikan pada barang modal untuk menciptakan dan memperbanyak alat-
alat produksi, yang akhirnya akan menciptakan pasar, dan meningkatkan kegiatan
perekonomian yang sehat.1

2. Produk-Produk Pasar Modal

Produk-produk investasi yang ditawarkan kepada investor di pasar modal adalah:

a. Reksan Dana

Unit trust dan mutual fund atau investment fund adalah istilahistilah yang memiliki
pengertian sama dengan reksa dana, yaitu bentuk investasi kolektif yang memungkinkan bagi
investor yang memiliki tujuan investasi sejenis untuk mengumpulkan dananya agar dapat
diinvestasikan dalam bentuk portofolio yang dikelola oleh manajer investasi.2

Dengan demikian, reksa dana merupakan wadah yang dapat dipergunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat untuk melakukan investasi di pasar modal, sedangkan
manajer investasi adalah pihak yang melalui usahanya mengelola portofolio efek tersebut.

1
Veithzal Rival, et.al, Financial Institution Management (Manajemen Kelembagaan Keuangan) Disajikan
Secara Lengkap dari Teori Hingga Aplikasi, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm. 90
2
Iggi H. Achsien, Investasi Syariah di Pasar Modal Menggagas Konsep dan Praktek Manajemen Portofolio
Syariah, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003, hlm. 73

3
Dalam pengertian lain, reksa dana (mutual fund) adalah sertifikat yang menyatakan bahwa
pemiliknya menitipkan uang kepada pengelola reksa dana (disebut manajer investasi), untuk
digunakan sebagai modal berinvestasi di pasar uang atau pasar modal. Dengan demikian
membeli reksa dana dapat disamakan dengan menabung. Perbedaannya dalah surat tanda
menabung tidak dapat diperjualbelikan, sedangkan reksa dana bisa diperjualbelikan. Reksa
dana jenis open end bisa dijual kembali kepada manajer investasi, sedangkan reksa dana close
end bisa dijual di pasar investasi.

b. Saham

Secara sederhana saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan
seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Wujud saham adalah selembar kertas yang
menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut merupakan pemilik perusahaan dan yang
menerbitkan kertas tersebut merupakan pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut.
Dengan demikian, sama dengan menabung di Bank. Setiap menabung kita akan mendapatkan
slip ynag menjelaskan bahwa kita menyetor sejumlah uang. Bila kita membeli saham, kita
akan menerima kertas yang menjelaskan bahwa kita memiliki perusahaan penerbit saham
tersebut. Apabila kita membeli saham di BEJ, tidak perlu memperoleh bukti saham tersebut.
Namun, jangan khawatir, apabila kita memang membeli melalui perusahaan sekuritas (efek)
yang resmi terdaftar di BEJ, kepemilikan secara otomatis berpindah ke tangan kita. Hanya
pencatataannya dialkukan secara elektronik di Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).3

c. Saham Praferen

Saham preferen adalah gabungan (hybrid) antara obligasi dan saham biasa. Disamping
memiliki karakteristik seperti obligasi juga memiliki karakteristik saham biasa. Karakteristik
obligasi misalnya saham preferen memberikan hasil yang tetap seperti bunga obligasi.
Biasanya saham preferen memberikan pilihan tertentu atas hak pembagian dividen. Ada
pembeli saham preferen yang menghendaki penerimaan dividen yang besarnya tetap setiap
tahun, ada pula yang menghendaki didahulukan dalam pembagian dividen, dan lain
sebagainya. Pilihan untuk berinvestasi pada saham preferen didorong oleh keistimewaan alat
investasi ini, yaitu memberikan penghasilan yang lebih pasti. Bahkan kemungkinan
keuntungan tersebut lebih besar dari suku bunga deposito apabila perusahaan penerbit

3
Veithzal Rival, et.al, Op.Cit, hlm. 147

4
mampu menghasilkan laba yang besar, dan pemegang saham preferen memiliki keistimewaan
mendapatkan dividen yang dapat disesuaikan dengan suku bunga.

d. Obligasi

Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara pemberi pinjaman
dengan penerima pinjaman. Surat obligasi adalah selembar kertas yang menyatakan bahwa
pemilik kertas tersebut memberikan pinjaman kepada perusahaan yang menerbitkan obligasi.
Pada dasarnya memiliki obligasi sama persis dengan memiliki deposito berjangka. Hanya
saja obligasi dapat diperdagangkan.

e. Waran

Waran adalah hak untuk membeli saham biasa pada waktu dan harga yang sudah
ditentukan. Biasanya waran dijual bersamaan dengan surat berharga lainnya, misalnya
obligasi atau saham. Penerbit waran harus memiliki saham yang nantinya dikonversi oleh
pemegang waran. Namun setelah obligasi atau saham yang disertai waran memasuki pasar
baik obligasi, saham maupun waran dapat diperdagangkan secara terpisah.

f. Right Issue

Right issue merupakan hak bagi pemodal membeli saham baru yang dikeluarkan emiten.
Karena merupakan hak, maka investor tidak terikat untuk membelinya. Ini berbeda dengan
saham bonus atau dividen saham, yang otomatis diterima oleh pemegang saham. Right issue
dapat diperdagangkan. Pilihan terhadap alat investasi ini karena kemampuannya memberikan
penghasilan yang sama dengan membeli saham, tetapi dengan modal yang lebih rendah.
Biasanya harga saham hasil right issue lebih murah dari saham lama. Karena membeli right
issue berarti membeli hak untuk membeli saham, maka kalau pemodal menggunakan haknya
otomatis pemodal telah melakukan pembelian saham. Dengan demikian maka imbalan yang
akan didapat oleh pembeli right issue adalah sama dengan membeli saham, yaitu dividen dan
capital gain.

3. Peluang Pasar Modal Di Indonesia

Peluang yang ditawarkan oleh perekonomian Indonesia harus dimanfaatkan oleh para
pembuat kebijakan untuk terus meningkatkan kinerja pasar modal di negara tersebut.
Pertumbuhan kelas menengah di Indonesia merupakan salah satu peluang bagi pemangku
kepentingan untuk mendapatkan keuntungan dari kebijakan pasar modal. Indonesia memiliki

5
peningkatan populasi kelas menengah yang relatif signifikan. Pada tahun 2003, terdapat 81
juta kelas menengah Indonesia, atau 37,7% dari populasi negara. Menurut artikel Bank Dunia
di Majalah SWA, 134 juta penduduk Indonesia, atau sekitar 56,5% dari penduduk Indonesia,
tergolong kelas menengah pada tahun 2012.

Tidak diragukan lagi, kelas menengah (kadang-kadang dikenal sebagai kelas konsumen)
mengacu pada sekelompok individu yang mampu terlibat dalam kegiatan investasi dan
konsumsi. Lebih mencengangkan lagi, diprediksi Indonesia akan memiliki ekonomi terbesar
ketujuh di dunia pada tahun 2030, dengan 135 juta anggota kelas menengah (konsumen), 113
juta pekerja dalam angkatan kerja terampil, dan lebih banyak lagi (McKinsey Research 2012,
dalam presentasi Direktur Pengembangan Bisnis BEI, Friderica Widyasari Dewi, di FEUI).
Sayangnya, media tanam per kelas di Indonesia kurang didukung oleh pemahaman
berinvestasi di pasar modal.

Hanya sejumlah kecil kelas menengah Indonesia yang melakukan investasi jangka
panjang di pasar modal, demikian menurut sebuah studi pemantauan riset kelas menengah
bulanan yang diterbitkan dalam sebuah majalah pemasaran terkemuka di Indonesia (Majalah
Marketers). Kenyataannya, sebuah studi tentang jenis investasi yang dilakukan oleh kelas
menengah Indonesia pada tahun 2012 (n=600) mengungkapkan bahwa hanya 5,5% dari uang
mereka yang diinvestasikan pada instrumen saham dan obligasi di pasar modal. Tabungan
(87,3%), real estate (49,5%), asuransi dengan keuntungan investasi (48,8%), rencana
tabungan (24,2%), dan persentase sisanya adalah emas.

Dengan demikian, Indonesia dapat mengubah masyarakatnya dari masyarakat yang


menghargai menabung menjadi masyarakat yang menghargai investasi. Ekonomi Indonesia
pasti akan tumbuh sebagai hasilnya di masa depan. Ada sejumlah kebijakan yang harus
ditempuh untuk mendongkrak pengaruh pasar dan kekuatan kelas menengah dalam
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pertama, pemutakhiran peraturan dan perundang-undangan
seperti Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 untuk mencerminkan kemajuan di pasar modal Ini.
Kedua, mendorong investor lokal untuk berinvestasi di pasar modal (ini juga bisa dilakukan
untuk memberdayakan kelas menengah). Ketiga, meningkatkan edukasi pasar modal
korporasi. Keempat, menawarkan hadiah kepada bisnis yang go public. Kelima, memperluas
pasar derivatif dan pasar instrumen derivatif. Perekonomian Indonesia akan terus
berkembang dan mampu menyalip Amerika Serikat sebagai ekonomi terbesar ketujuh di

6
dunia pada tahun 2030 dengan upaya meningkatkan kinerja dan fungsi pasar modal dalam
mendukung pembiayaan proyek bagi pengusaha swasta dan pemerintah.

4. Permasalahan Pasar Modal

Globalisasi dan integrasi ekonomi memiliki efek membuat pasar modal lebih tergantung
pada keberhasilan ekonomi lokal, nasional, dan global. Berbagai variabel makroekonomi,
termasuk tingkat inflasi, tingkat bunga, tingkat perubahan mata uang, dan besarnya indikator
makro lainnya, juga mempengaruhi tingkat pertumbuhan pasar modal. Karena akan
menentukan besaran modal tingkat pertumbuhan pasar, maka persoalan ini menjadi dasar
yang krusial bagi pertumbuhan pasar modal di masa mendatang. Beberapa faktor ekonomi,
antara lain, berdampak pada seberapa baik kinerja pasar modal: suku bunga, inflasi, dan nilai
tukar mata uang.

Meningkatnya transaksi di pasar sekunder merupakan salah satu permasalahan kinerja


pasar modal. Pertumbuhan indeks harga saham menunjukkan bahwa pasar saham Indonesia
berkinerja sangat baik. situasi subprime ketika Indeks harga saham turun cukup tajam pada
tahun 2008 dan hampir mencapai 1100. Untuk itu diperlukan sweetener agar pasar sekunder
tetap aktif dan bergairah berdagang. Menjadi salah satu negara dengan penduduk terpadat di
dunia, peningkatan investor lokal merupakan salah satu elemen yang memperkuat daya tahan
pasar terhadap volatilitas jangka pendek dalam arus modal. Pasar modal Indonesia lebih siap
karena basis modal lokalnya yang substansial.

Pasar modal Indonesia sebagai pasar modal kategori emerging market di hadapkan pada
masalah-masalah berikut ini:

1. Masih minimnya investor domestik.

Saat ini jumlah investor dalam negeri sudah mencapai 363.000 orang, namun rasionya
dibandingkan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 240 juta orang masih sangat kecil.
Investor domestik dapat mencegah anjloknya pasar modal saat adanya penarikan modal
secara besar-besaran (capital reversals) dari investor asing.

2. Jumlah emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang memiliki kinerja bagus masih
relatif sedikit.

Saat ini, jumlah emiten yang terdaftar di pasar modal Indonesia sudah mencapai 462
perusahaan. Angka ini memang besar tapi tidak setara dengan instrumen investasi yang ada.

7
Untuk itu pasar modal Indonesia masih memerlukan lebih banyak emiten berkualitas, tidak
hanya sekadar menjadi perusahaan terbuka dan mendapatkan modal dari publik.

3. Produk investasi pasar modal masih terbatas.

Tantangan yang ada salah satunya diversifikasi produk investasi. Investasi saham dan
SBN kini masih mendominasi, meski terdapat pula obligasi korporasi. Alternatif investasi
seperti derivatif juga masih terbatas.

4. Sistem aturan yang belum sinkron.

Keberadaan pasar modal tidak lepas dari industri jasa keuangan. Kedepan dengan
hadirnya OJK BEI memerlukan sinkronisasi aturan, karena industri pasar modal akan
bersinggungan dengan industri perbankan dan jasa keuangan non baik lainnya. Aturan yang
ada disinkronkan. Sekarang masih terpisah-pisah hingga sulit koordinasi.

5. Masih banyak jebakan emiten gorengan.

Kenaikan saham menjadi pendorong naiknya IHSG, tapi yang patut di perhatikan adalah
masih ditemui banyak saham berstatus 'gorengan'. OJK berniat memerangi hal ini karena
saham gorengan merupakan investasi yang tidak sehat mengingat pergerakannya bersifat
semu. Saham naik dan turun didorong oleh pihak-pihak yang saling terkait atau sama.

KESIMPULAN

Pasar modal Indonesia dalam perjalanannya mengalami beberapa kali guncangan yang
hebat. Namun, dengan semakin membaiknya kondisi makro ekonomi Indonesia, maka krisis
tersebut dapat dilalui. Selanjutnya pasar modal Indonesia memiliki peluang yang sangat besar
menjadi pasar modal yang kuat dan tangguh dengan banyaknya kelas menengah Indonesia
yang potensial untuk berinvestasi di pasar modal. Tantangannya adalah pengetahuan mereka
masih minim terkait investasi dipasar modal, sehingga keterlibatan masyarakat Indonesia
berinvestasi di pasar modal masih sangat rendah dibandingkan dengan negaranegara tetangga
seperti Malaysia dan Singapura.

SARAN

Adapun saran berdasarkan kesimpulan di atas yaitu: bagi mahasiswa sebelum berinvestasi
di laboratorium pasar modal alangkah baiknya selalu belajar dan memperluas informasi
yang berkaitan dengan pengetahuan tentang pasar modal dan diharapkan agar pelatihan pasar

8
modal dapat ditingkatkan lagi dengan lebih aktif memberikan pelatihan atau edukasi tentang
investasi di pasar modal kepada investor sehingga investor mendapatkan tambahan wawasan
dan pengetahuannya yang dapat menumbuhkan motivasi dan semangat mahasiswa atau
investor dalam berinvestasi karena tidak sedikit investor yang tidak melanjutkan kegiatan
transaksi dalam berinvestasi sebab kurangnya pengetahuan yang dimiliki.

9
DAFTAR PUSTAKA

Sholihin, Ahmad Ifham, Ahmad. Pedoman Umum Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: PT
Gramedia, 2010.

Jogiyanto, Hartono. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta : BPFE, 2014.

Huda, Nurul dan Mustafa Edwin Nasution. Investasi Pada Pasar Modal Syariah. Jakarta:
Kencana, 2008.

Sudarsono, Heri. Bank & Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi. Yogyakarta:
Ekonisia, 2012.

Earning Management in Brazil, Advanced in Scientific and Applied Accounting, 5 (3): 305-
324, 2012.

Beneish, M. D. Earnings Management: A Perspective. Kelley School of Business. Indiana


University, 2001.

Darmadji, Tjiptono & Hendy M Fachruddin. Pasar Modal Indonesia: Pendekatan Tanya
Jawab. Jakarta : Salemba Empat, 2000.

Dede, Abdul Fatah. Perkembangan Obligasi Syariah (Sukuk) Di Indonesia, Jakarta : Al-
‘Adalah, 2011.

Ali, Mohd Salsiah, Norman Mohd Salleh, and Mohamat Sabri Hasan. Ownership Structure
and Earning Management in Malaysia Listed Company: The Size Effect. Asian
Journal of Business and Accounting, 1 (2) : 89-116, 2008.

10

Anda mungkin juga menyukai