Dosen Pengampu :
Di Susun Oleh :
Ivan Renaldo - B10016083
ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JAMBI
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala
limpahan rahmat, karunia serta hidayah-Nya tim penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah ini tepat pada waktunya. Makalah yang berjudul PASAR MODAL
DI INDONESIA ini disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Hukum
Investasi, Tentunya tak lupa kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu terselesaikannya tugas ini, maka dalam kesempatan ini kami
ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Muskibah, S.H., M.H. dan Ibu Lili Naili Hidayah, S.H., M.H.
selaku dosen pengampu mata kuliah Hukum Surat Berharga, Fakultas
Hukum, Universitas Jambi yang telah memberikan arahan, bimbingan
serta dukungan kepada kami dalam menulis dan menyelesaikan tugas
makalah ini.
2. Teman-teman kelas D khususnya dan teman-teman universitas umunnya
yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan motivasi dan
masukan kepada kami dalam penulisan dan menyelesaikan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................3
BAB II ISI.............................................................................................................................4
2.1 Pengertian Pasar Modal.....................................................................................4
3.2 Saran................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
ternyata pasar modal masih didominasi oleh pemodal asing. Idealnya, dalam pasar
modal perlu ada keseimbangan antara pemodal asing dengan pemodal lokal.
Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen
keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi),
equitas (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar
modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain
(misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan
demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual
beli dan kegiatan terkait lainnya.
Instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal merupakan
instrumen jangka panjang (jangka waktu lebih dari 1 tahun) seperti saham,
obligasi, waran, right, reksa dana, dan berbagai instrumen derivatif seperti option,
futures, dan lain-lain.
Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal
mendefinisikan pasar modal sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan
Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan
dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan Efek”.
Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara
karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi
pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana
dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat
digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan
lain-lain, kedua pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi
pada instrument keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain.
Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai
dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing instrument.
iii
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka terdapat beberapa hal yang
akan dibahas, yaitu :
1) Apa yang dimaksud dengan pasar modal ?
2) Bagaimana perkembangan pasar modal di Indonesia ?
3) Apa saja produk yang ada di pasar modal yang menjadi tujuan para
investor dan perusahaan untuk bertransaksi ?
3
BAB II
ISI
iii
angka 13 mendefinisikan pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan
Penawaran Umum dan Perdagangan Efek Perusahaan Publik yang berkaitan
dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan efek.
Di dalam menjalankan fungsinya setiap pelaku pasar modal dituntut untuk
memahami dan menguasai system hukum yang menjadi landasan bergeraknya
industry pasar modal Indonesia. Dalam kaidah hukum kalau ditinjau dari isinya,
maka akan terdapat perintah, yang mau tidak mau harus dijalankan atau ditaati,
ada larangan, dan ada kebolehan atau perkenan, yang sifatnya dapat memaksa,
mengikat dan ada pula sifatnya melengkapi. Peraturan perundang-undangan di
bidang pasar modal juga mengacu kepada kaidah hukum tersebut secara umum.
Dalam sejarah Pasar Modal Indonesia, kegiatan jual beli saham dan
obligasi dimulai pada abad ke-19. Menurut buku Effectengids yang dikeluarkan
oleh Verreninging voor den Effectenhandel pada tahun 1939, jual beli efek telah
berlangsung sejak 1880. Pada tanggal Desember 1912, Amserdamse
Effectenbeurs mendirikan cabang bursa efek di Batavia. Di tingkat Asia, bursa
Batavia tersebut merupakan yang tertua keempat setelah Bombay, Hongkong, dan
Tokyo.
Aktivitas yang sekarang diidentikkan sebagai aktivitas pasar modal sudah
sejak tahun 1912 di Jakarta. Aktivitas ini pada waktu itu dilakukan oleh orang-
orang Belanda di Batavia yang dikenal sebagai Jakarta saat ini. Sekitar awal abad
ke-19 pemerintah kolonial Belanda mulai membangun perkebunan secara besar-
besaran di Indonesia. Sebagai salah satu sumber dana adalah dari para penabung
yang telah dikerahkan sebaik-baiknya. Para penabung tersebut terdiri dari orang-
orang Belanda dan Eropa lainnya yang penghasilannya sangat jauh lebih tinggi
dari penghasilan penduduk pribumi. Atas dasar itulah maka pemerintahan kolonial
waktu itu mendirikan pasar midal. Setelah mengadakan persiapan akhirnya berdiri
secara resmi pasar midal di Indonesia yang terletak di Batavia (Jakarta) pada
tanggal 14 Desember 1912 dan bernama Verreninging voor den Effectenhandel
5
(bursa efek) dan langsung memulai perdagangan. Efek yang dperdagangkan pada
saat itu adalah saham dan obligasi perusahaan milik perusahaan Belanda serta
obligasi pemerintah Hindia Belada. Bursa Batabia dihentikan pada perang dunia
yang pertama dan dibuka kembali pada tahun 1925 dan menambah jangkauan
aktivitasnya dengan membuka bursa paralel di Surabaya dan Semarang. Aktivitas
ini terhenti pada perang dunia kedua.
Setahun setelah pemerintah Belanda mengakui kedaulatan RI, tepatnya
pada tahun 1950, obligasi Republik Indonesia dikeluarkan oleh pemerintah.
Peristiwa ini menandai mulai aktifnya kembali Pasar Modal Indonesia. Didahului
dengan diterbitkannya Undang-undang Darurat No. 13 tanggal 1 September 1951,
yang kelak ditetapkan senagai Undang-undang No. 15 tahun 1952, setelah terhenti
12 tahun. Adapun penyelenggarannya diserahkan kepada Perserikatan
Perdagangan Uang dan Efek-efek (PPUE) yang terdiri dari 3 bangk negara dan
beberapa makelar efek lainnya dengan Bank Indonesia sebagai penasihat.
Aktivitas ini semakin meningkat sejak Bank Industri Negara mengeluarkan
pinjaman obligasi berturut-turut pada tahun 1954, 1955, dan 1956. Para pembeli
obligasi banyak warga negara Belanda, baik perorangan maupun badan hukum.
Semua anggota diperbolehkan melakukan transaksi abitrase dengan luar negeri
terutama dengan Amsterdam.
Menjelang akhir era 50-an, terlihat kelesuan dan kemunduran perdagangan
di bursa. Hal ini diakibatkan politik konfrontasi yang dilancarkan pemerintah RI
terhadap Belanda sehingga mengganggu hubungan ekonomi kedua negara dan
mengakibatkan banyak warga begara Belanda meninggalkan Indonesia.
Perkembangan tersebyut makin parah sejalan dengan memburuknya hubungan
Republik Indonesia denan Belanda mengenai sengketa Irian Jaya dan
memuncaknya aksi pengambil-alihan semua perusahaan Belanda di Indonesia,
sesuai dengan Undang-undang Nasionalisasi No. 86 Tahun 1958. Kemudian
disusul dengan instruksi dari Badan Nasonialisasi Perusahaan Belanda (BANAS)
pada tahun 1960, yaitu larangan Bursa Efek Indonesia untuk memperdagangkan
semua efek dari perusahaan Belanda yangberoperasi di Indonesia, termasuk
iii
semua efek yang bernominasi mata uang Belanda, makin memperparah
perdagangan efek di Indonesia.
Pada tahun 1977, bursa saham kembali dibuka dan ditangani oleh Badan
Pelaksana Pasar Modal (Bapepam), institusi baru di bawah Departemen
Keuangan. Unuk merangsang perusahan melakukan emisi, pemerintah
memberikan keringanan atas pajak persetoan sebesar 10%-20% selama 5 tahun
sejak perusahaan yang bersangkutan go public. Selain itu, untuk investor WNI
yang membeli saham melalui pasar midal tidak dikenakan pajar pendapatan atas
capital gain, pajak atas bunga, dividen, royalti, dan pajak kekayaan atas nilai
saham/bukti penyertaan modal.
Pada tahun 1988, pemerintah melakuka deregulasi di sektor keuangan dan
perbankan termasuk pasar modal. Deregulasi yang memengaruhi perkembangan
pasar midal antara lain Pakto 27 tahun 1988 dan Pakses 20 tahun 1988. Sebelum
itu telah dikeluarkan Paker 24 Desember 1987 yang berkaitan dengan usaha
pengembangan pasar modal meliputi pokok-pokok:
a. Kemudahan syarat go public antar lain laba tidak harus mencapai
10%.
b. Diperkenalkan Bursa Paralel.
c. Penghapusan pungutan seperti fee pendaftaran dan pencatatan di
bursa yang sebelumya dipungut oleh Bapepam.
d. Investor asing boleh membeli saham di perusahaan yang go public.
e. Saham boleeh dierbitkan atas unjuk.
f. Batas fluktuasi harga saham di bursa efek sebesar 4% dari kurs
sebelum ditiadakan.
g. Proses emisi sudah diselesaikan Bapepem dalam waktu selambat-
lambatnya 30 hari sejak dilengkapinya persyaratan.
Pada tanggal 13 Juli 1992, bursa saham dswastanisasi menjadi PT Bursa
Efek Jakarta. Swastanisasi bursa saham menjadi PT BEJ ini mengakibatkan
beralihnya fungsi Bapepam menjadi Badan Pengawas Pasar Modal.
7
2.3 Produk dalam Pasar Modal Indonesia
1. Reksa Dana
iii
perbandingan antara total nilai investasi yang dilakukan manajer investasi
dengan total volume reksa dana yang diterbitkan.
Kemungkinan untuk mendapatkan kenaikan aktiva bersih ini
sangat tergantung pada jenis reksa dana yang dibeli. Reksa dana terbuka
akan dibeli kembali dengan harga nilai aktiva bersih baru. Reksa dana
tertutup tidak akan dibeli kembali oleh penerbitnya. Setelah terjadi
transaksi di pasar perdana, selanjutnya reksa dana akan diperjualbelikan di
pasar sekunder. Harga yang terbentuk merupakan pertemuan dari
permintaan dan penawaran. Harga inilah yang merupakan nilai aktiva
bersih yang baru.
2. Saham
9
Saham memberikan kemungkinan penghasilan yang tidak
terhingga. Sejalan dengan itu, risiko yang ditanggung pemilik saham juga
relatif paling tinggi. Investasi memiliki risiko yang paling tinggi karena
pemodal memiliki hak klaim yang terakhir, bila perusahaan penerbit
saham bangkrut. Secara normal, artinya diluar kebangkrutan, risiko
potensial yang akan dihadapi pemodal hanya dua, yaitu tidak menerima
pembayaran dividen dan menderita capital loss.
3. Saham Preferen
4. Obligasi
iii
dasarnya memiliki obligasi sama persis dengan memiliki deposito
berjangka. Hanya saja obligasi dapat diperdagangkan. Obligasi
memberikan penghasilan yang tetap, yaitu berupa bunga yang dibayarkan
dengan jumlah yang tetap pada waktu yang telah ditetapkan. Obligasi juga
memberikan kemungkinan untuk mendapatkan capital gain, yaitu selisih
antara harga penjualan dengan harga pembelian. Kesulitan untuk
menentukan penghasilan obligasi disebabkan oleh sulitnya memperkirakan
perkembangan suku bunga. Padahal harga obligasi sangat tergantung dari
perkembangan suku bunga. Bila suku bunga bank menunjukkan
kecenderungan meningkat, pemegang obligasi akan menderita kerugian.
Disamping menghadapi risiko perkembangan suku bunga yang
sulit dipantau, pemegang obligasi juga menghadapi risiko kapabilitas
(capability risk), yaitu pelunasan sebelum jatuh tempo. Sebelum obligasi
ditawarkan di pasar, terlebih dahulu dibuat peringkat (rating) oleh badan
yang berwenang. Rating tersebut disebut sebagai credit rating yang
merupakan skala risiko dari semua obligasi yang diperdagangkan. Skala
ini menunjukkan seberapa aman suatu obligasi bagi pemodal. Keamanan
ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk membayar bunga dan melunasi
pokok pinjaman.
Salah satu varian produk obligasi adalah obligasi konversi.
Obligasi konversi, sekilas tidak ada bedanya dengan obligasi biasa,
misalnya memberikan kupon yang tetap, memiliki jatuh tempo dan
memiliki nilai nominal atau nilai pari (par value). Hanya saja obligasi
konversi memiliki keunikan yaitu dapat ditukar dengan saham biasa. Pada
obligasi konversi selalu tercantum persyaratan untuk melakukan konversi.
Misalnya setiap obligasi konversi bisa dikonversi menjadi 3 saham biasa
setelah 1 Januari 2005 dengan harga konversi yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Sama dengan alat investasi yang lain, obligasi konversi tidak
ubahnya dengan menabung. Bedanya, surat tanda menabung tidak dapat
diperjualbelikan; sebaliknya obligasi konversi dapat diperjualbelikan.
11
Pilihan terhadap alat investasi ini karena mampunya memberikan
penghasilan optimal sebab obligasi konversi bisa digunakan sebagai
obligasi atau saham. Bila suku bunga yang ditawarkan obligasi konversi
lebih tinggi dari suku bunga bank atau perusahaan tidak membagikan
dividen yang besar, maka pemegang obligasi konversi tidak perlu
mengonversikan obligasi konversinya. Bila diperkirakan emiten berhasil
mendapatkan laba yang tinggi sehingga mampu membagi dividen yang
lebih besar daripada bunga obligasi konversi, pemegang obligasi konversi
lebih baik mengonversi obligasinya menjadi saham guna mendapatkan
dividen.
Imbalan yang dapat diperoleh pemegang obligasi konversi dapat
terdiri bunga (bila mempertahankan sebagai obligasi), dividen (bila
melakukan konversi), capital gain (bila berhasil menjual obligasinya
dengan harga lebih tinggi dari harga perolehannya, atau mendapat diskon
saat membeli. Capital gain juga bisa didapat jika pemegang obligasi
konversi melakukan konversi, kemudian berhasil menjual saham tersebut
diatas harga perolehannya).
Risiko yang dihadapi pemegang obligasi konversi adalah kesalahan
didalam mengambil keputusan konversi, antara lain:
Seandainya pada saat yang ditentukan pemodal menggunakan haknya
menukar obligasi konversi menjadi saham, dan ternyata kondisi
menunjukkan suku bunga bank cenderung naik.
Bila emiten tidak berhasil meraih keuntungan, sehingga tidak membagikan
dividen. Dengan demikian pemodal menghadapi risiko tidak mendapatkan
kesempatan untuk memperoleh suku bunga. Seandainya ia tidak
menggunakan haknya, maka ia akan memperoleh kesempatan itu.
5. Waran
Waran adalah hak untuk membeli saham biasa pada waktu dan
harga yang sudah ditentukan. Biasanya waran dijual bersamaan dengan
iii
surat berharga lainnya, misalnya obligasi atau saham. Penerbit waran harus
memiliki saham yang nantinya dikonversi oleh pemegang waran. Namun
setelah obligasi atau saham yang disertai waran memasuki pasar baik
obligasi, saham maupun waran dapat diperdagangkan secara terpisah.
Memiliki waran tidak ubahnya menabung. Hanya saja, waran dapat
diperjualbelikna. Selain itu waran dapat ditukar dengan saham. Pilihan
terhadap alat investasi ini karena kemampuannya memberikan penghasilan
ganda, terutama waran yang menyertai obligasi. Karena disamping akan
mendapatkan bunga obligasi kelak setelah waran dikonversi menjadi
saham akan mendapatkan dividan dan capital gain.
Pendapatan bunga diperoleh pemodal yang membeli waran yang
menyertai obligasi. Dengan membeli obligasi otomatis pemodal akan
mendapatkan bunga. Bahwa obligasi ini disertai waran yang yang bisa
dikonversi menjadi saham di waktu-waktu mendatang, itu tidak
mempengaruhi hak pemodal atas bunga obligasi. Suku bunga obligasi
yang disertai waran biasanya lebih rendah dari suku bunga bank.
Kalau pemodal ingin mendapatkan dividen, terlebih dahulu ia
menggunakan waran untuk membeli saham. Untuk mendapatkan dividen,
ia harus bersedia menahan saham dalam waktu yang relatif lama. Capital
gain bisa didapat bila pemegang obligasi yang disertai waran menjualnya
dengan harga yang lebih tinggi dari harga ketika memperolehnya. Capital
gain juga bisa didapat jika pemegang obligasi yang disertai waran
mendapatkan diskon pada saa melakukan pembelian. Pada saat jatuh
tempo ia akan mendapatkan pelunasan sebesar harga pari. Capital gain
juga bisa didapat bila setelah melakukan konversi saham biasa, pemodal
bisa menjual sahamnya diatas harga perolehan.
6. Right Issue
13
terikat untuk membelinya. Ini berbeda dengan saham bonus atau dividen
saham, yang otomatis diterima oleh pemegang saham. Right issue dapat
diperdagangkan. Pilihan terhadap alat investasi ini karena kemampuannya
memberikan penghasilan yang sama dengan membeli saham, tetapi dengan
modal yang lebih rendah. Biasanya harga saham hasil right issue lebih
murah dari saham lama. Karena membeli right issue berarti membeli hak
untuk membeli saham, maka kalau pemodal menggunakan haknya
otomatis pemodal telah melakukan pembelian saham. Dengan demikian
maka imbalan yang akan didapat oleh pembeli right issue adalah sama
dengan membeli saham, yaitu dividen dan capital gain.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
iii
risiko yang dihadapi maka semakin tinggi pula permintaan investor untuk
menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Bentuk yang paling umum
dalam investasi pasar modal adalah saham dan obligasi.
Definisi pasar modal menurut Kamus Pasar Uang dan Modal
adalah pasar konkret atau abstrak yang mempertemukan pihak yang
menawarkan dan memerlukan dana jangka panjang, yaitu jangka satu
tahun ke atas. Umumnya yang termasuk pihak penawar adalah perusahaan
asuranssi, dana pensiun, bank-bank tabungan sedangkan yang termasuk
peminat adalah pengusaha, pemerintah dan masyarakat umum.
Produk yang Terdapat di Pasar Modal :
1. Reksa Dana
2. Saham
3. Saham Preferan
4. Obligasi
5. Waran
6. Right Issue
3.2 Saran
15
memberikan saran. Terima kasih atas perhatiannya, kami tunggu saran dari
pembaca.
Semoga yang sedikit ini bermanfaat bagi kita semua, sebagai
sumber referensi dan tolak ukur dalam pembuatan makalah selanjutnya
yang lebih baik lagi oleh penulis lainnya. Penulis menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis senantiasa
dengan lapang dada menerima bimbingan dan arahan serta saran dan kritik
yang sifatnya membangun demi perbaikan makalah berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Press
Nasarudin, M. Irsan dan Indra Surya. 2007. Aspek Hukum Pasar Modal
Ghalia Indonesia
iii
http://sabinadacosta.blogspot.co.id/2014/10/tugas-makalah.html. diakses
pada tanggal 10 Oktober 2019 pukul 23.30 WIB
https://zulidamel.wordpress.com/2008/01/25/delivery-order-surat-ialan/.
diakses pada tanggal 10 Oktober 2019 pukul 06.06 WIB
17