Anda di halaman 1dari 18

TUGAS INDIVIDU

HUKUM PERBANKAN

OLEH:

MUH.GAURIZ NAMAS KHABISAT : H1A119485

KELAS: I

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS HALU OLEO

2021

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI….........................................................................................................2

KATA PENGANTAR..............................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................4

A. Latar Belakang………………………………………………………….…….4

B. Tujuan……………………………………………………………………..….4

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………….11

A. Pengertian Perbankan ……………………………………………………......11

B. Pengertian lembaga perbankan……………………………………………....12

C. Sejarah Perbankan di Indonesia……………………………………………...13

D. Fungsi Lembaga Perbankan................……………………………………….14

BAB III PENUTUP……………………………………………………………...….16

A. Kesimpulan……………………………………………………………..…....16

B. Saran………………………………………………………………………….17

2
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah Subhanahuwa Ta’ala, karena
atas berkat dan limpahan rahmat-Nya-lah maka kami bisa menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu.

Berikut ini kami mempersembahkan sebuah makalah dengan judul "Problematika


perbankan di indonesia selama masa pandemi covid 19", yang menurut kami dapat
memberikan manfaat yang besar bagi kita guna mengelola perbankan di dalam suatu
organisasi agar memberikan dampak positif.

Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami buat
kurang tepat.

Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih
dan semoga Allah Subhanahuwa Ta’ala memberkahi makalah ini sehingga dapat
memberikan manfaat.

Kendari, 27 Desember 2021

Penulis

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perbankan merupakan salah satu penggerak utama perekonomian suatu
negara yang meliputi konsumsi, investasi, serta kegiatan ekspor impor.
Perbankan juga berperan besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dalam
negeri karena di semua aktivitas ekonomi ada peran perbankan disana. Salah
satunya sebagai sektor penggerak utama Produk Domestik Bruto (PDB)
Indonesia. Selain itu, peran perbankan sebagai lembaga intermediary merupakan
peran terbesarnya yang fungsinya menyalurkan dana dari pihak yang mengalami
surplus kepada pihak yang mengalami defisit. Apabila peran yang telah
disebutkan tadi dapat dijalankan secara efisien dan efektif, maka akan mampu
meningkatkan taraf hidup orang banyak. Oleh karena itu, setiap Perusahaan
Bank wajib menjaga dan meningkatkan kinerjanya agar nilai perusahaan yang
didapatkan maksimal. Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen
keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan baik surat utang (obligasi),
ekuiti (saham), reksadana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya
(Martalena dan Maya Malinda, 2011). Menurut UU Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal, pasar modal merupakan sumber pembiayaan dunia usaha
dan sebagai wahana investasi bagi para pemodal yang memiliki peranan yang
strategis untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional. Dari penjelasan
diatas, pasar modal memiliki peran sebagai saranaperusahaan mendapatkan dana
dari investor yang kemudian digunakan untuk pengembangan usaha, yang
nantinya akan berbagi keuntungan atas laba perusahaan tersebut kepada para
investor yang telah menanamkan modalnya ke perusahaan tersebut. Pasar modal
di Indonesia adalah Bursa Efek Indonesia (BEI) dapat menjadi media pertemuan
dari investor dan industri (Rosyadi, 2002) Di Bursa Efek Indonesia (BEI) pihak
berkepentingan bisa memperoleh informasi yang sangat banyak yang disediakan
oleh BEI. Informasi yang disediakan di BEI sangatlah beragam, seperti data
perdagangan Saham, Obligasi dan Derivatif, jasa market reference, laporan
4
keuangan perusahaan terdaftar, hingga informasi-informasi lain yang berkaitan
dengan Efek yang disajikan secara real time, delayed dan end of day serta
publikasi. Salah satu informasi penting lainnya yang disediakan adalah
pengumuman pemecahan saham (stock split). Informasi ini dapat memiliki
makna atau nilai jika keberadaan informasi tersebut menyebabkan investor
melakukan transaksi di pasar modal, yang tercermin dalam perubahan harga
saham, volume perdagangan dan indikator atau karakteristik pasar lainnya
(Fatmawati dan Asri dalam (Kurniawan, 2009) ). Saham menurut Kasmis (2016)
adalah surat berharga yang bersifat kepemilikin. Artinya pemilik saham
merupakan pemilik perusahaan, semakin besar saham yang dimilikinya maka
semakin besar pula kekuasaannya di perusahaan tersebut. Menurut (Hartono,
Teori Portofolio dan Analisis Investasi, 2016) jenis saham dibagi menjadi tiga
jenis, yaitu saham biasa (common stocks), saham preferen (prefered stock) dan
saham treasuri (treasury stock). Perbedaan dari ketiga saham tersebut terletak
pada keistimewaan saham preferen yang memiliki hak khusus melebihi
pemegang saham biasa yaitu hak atas deviden tetap dan hak pembayaran terlebih
dahulu jika terjadi likuidasi, sedangkan saham treasuri (treasury stock)
merupakan saham yang pernah dikeluarkan dan beredar kemudian dibeli
kembali oleh perusahaan. Para investor yang telah memiliki saham juga
merupakan pemilik perusahaan dimana nantinya penghasilan dari investasi ini
adalah deviden dari saham tadi dan bisa juga dari kenaikan harga saham tersebut
(capital gains). Seorang investor sebelum membeli saham tentu akan
mempertimbangkan beberapa hal, salah satunya adalah harga saham. Harga
saham adalah harga pada pasar riil, dan merupakan harga yang paling mudah
ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang sedang
berlangsung atau jika pasar ditutup, maka harga pasar adalah harga
penutupannya (Aziz, Mintarti, & Nadir, 2015). Bila harga saham dinilai terlalu
tinggi oleh pasar, jumlah permintaannya akan berkurang (Ciptaningsih, 2010).
Investor pastinya akan lebih melirik perusahaan yang memiliki harga saham
lebih rendah namun memiliki prospek ke depan yang sama-sama menjanjikan.
Pergerakan harga saham menurut (Alwi, 2008) dipengaruhi oleh faktor internal
dan eksternal. Salah satu faktor internal yaitu adanya pengumuman tentang

5
penjualan seperti laporan penjualan. Sedangkan faktor eksternal salah satu
contohnya yaitu adanya pengumuman berbagai isu yang ada baik dari dalam
maupun luar negeri.
Volume perdagangan merupakan suatu instrumen yang dapat digunakan
untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter volume
saham yang diperdagangkan di pasar (Sutrisno, 2010). Volume perdagangan
juga merupakan hasil dari analisis harga saham yang akan datang dengan
analisis teknikal. Volume perdagangan saham merupakan rasio antara jumlah
lembar saham yang diperdagangkan pada waktu tertentu terhadap jumlah saham
yang beredar pada waktu tertentu (Husna dalam (Pratama, 2014). Dengan
mengetahui nilai volume perdagangan saham suatu perusahaan maka bisa
mengetahui tingkat penawaran dan permintaan saham perusahaan tersebut pada
periode yang dimaksud. Pada dasarnya peningkatan volume perdagangan saham
akan diikuti oleh naiknya harga saham di bursa karena menunjukkan saham
tersebut semakin diminati oleh masyarakat. Para investor harus mengetahui
volume perdagangan saham perusahaan yang dituju sebelum menginvestasikan
dananya. Hal ini dikarenakan dari informasi volume perdagangan saham
perusahaan tersebut akan diketahui kondisi harga saham perusahaan yang akan
datang sehingga keputusan yang dibuat investor tidak salah. Dan dimasa
pandemi covid-19 saat ini menjadi tantangan besar bagi setiap perusahaan bank
untuk menemukan upaya agar dapat mempertahankan nilai perusahaannya.
Pandemi covid-19 memberikan dampak yang besar di setiap negara dalam
segala sektor termasuk sektor perbankan. Keleseuan ekonomi yang terjadi di
masa pandemi ini tentu akan mengurangi konsumsi masyarakat dan terjadi
penurunan daya beli di masyarakat. Mengingat peran bank sebagailembaga
intermediasi, tentu kejadian ini sangat berpengaruh terhadap perbankan karena
apabila ekonomi masyarakat menurun, maka mereka cenderung akan
mengurangi pengeluaran yang kurang penting, menghindari investasi atau
bahkan akan sering mengambil uang di bank. Tidak hanya itu, masalah lainnya
adalah ketika ekonomi masyarakat menurun, maka nasabah akan kesulitan
dalam membayar kredit ditengah pandemi. Dan perlu diingat bahwa perbankan
sangat penting perannya dalam pertumbuhan ekonomi di setiap negara. Kelesuan

6
ekonomi yang terjadi di Indonesia kurang lebih hampir sama di setiap negara
karena pandemi covid-19 juga menyerang di berbagai negara lainnya. Hal yang
ditakutkan dari melemahnya perekonomian nasional bahkan internasional ini
mengingatkan kita pada krisis moneter yang terjadi di tahun 1997-1998. Ketika
harga barang melonjak tinggi yang membuat turunnya daya beli masyarakat,
banyaknya bank yang gulung tikar karena situasi tersebut, sampai pada nilai
rupiah semakin tidak berharga di kala itu. Hal itulah yang ditakutkan terjadi
kembali karena pandemi covid-19 yang tidak tahu kapan berakhirnya dan dapat
mengkhawatirkan sistem perbankan di Indonesia. Kasus covid pertama yang
ditemukan di Indonesia disampaikan langsung oleh Presiden Joko Widodo pada
hari Senin, 2 Maret 2020 di Jakarta. Dampak pandemi covid-19 membuat
banyak aktivitas jual beli terpaksa dihentikan, karena kawasan wisata tutup
membuat orang yang biasa mencari nafkah disana pun ikut terdampak, driver
ojek online pun ikut terdampak dengan menurunnya penghasilan akibat tidak
adanya aktivitas di luar rumah. Tidakhanya itu, namu juga digegerkan dengan
banyaknya perusahaan yang gulung tikar, hingga PHK (Pemutusan Hubungan
Kerja) besar-besaran yang terjadi di beberapa kota. Menurut data Kementerian
Ketenagakerjaan (Kemnaker) pada 27 Mei 2020, mencatat jumlah pekerja yang
terkena aksi pemutusan hubungan kerja (PHK) dan dirumahkan akibat pandemi
virus covid-19 mencapai sekitar 1,7 juta orang. (Santia, 2020) Bank merupakan
lembaga intermediasi yang menyalurkan dana dari pihak yang kelebihan dana ke
pihak yang kekurangan dana. Pandemi covid-19 memberikan dampak kepada
perekonomian di Indonesia, tentunya akan berdampak pula sampai sektor
perbankan. Melemahnya fungsi intermediasi ini diakibatkan karena
pertumbuhan kredit yang merupakan penghasilan terbesar bank terpaksa dibatasi
dengan lebih cermat memberikan kredit kepada nasabah. Ketika pemerintah
memberikan keringanan Kredit Usaha Rakyat (KUR) selama 6 bulan, maka
Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) menyatakan membutuhkan likuiditas
Rp 144 triliun untuk penundaan pokok selama 6 bulan. Hal ini dikarenakan,
walau nasabah menunda pembayaran pokok, namun banktidak boleh menunda
pembayaran deposito yang telah jatuh tempo kepada deposan. Dikutip dari
cnbcindonesia.com NPL (non-performing Loan) perbankan per Juni 2020

7
tercatat 3,11% dari 2,53% per Desember 2019. Sedangkan NPF (non-performing
financing) mencapai 5,12% per Juni 2020 dari 4,41% per Mei 2020.
“Berdasarkan Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) sejumlah bank
sudah merasakan tekanan dari pandemi Corona. Bank buku 3 Maybank misalnya
mengaku terganggu oleh COVID-19. Imbasnya perusahaan melakukan
pembatasan operasional dengan masa kurang dari 3 bulan.” (Sumber:tirto.id)
Pemerintah tidak hanya tinggal diam, banyak kebijakan-kebijakan untuk
menjaga stabilitas ekonomi indonesia melalui perbankan. Beberapa diantaranya
adalah Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 11/POJK.03/2020
tentang Stimulus Perekonomian sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak
Penyebaran Coronavirus Disease 2019 di industri perbankan yang mengatur
tentang restruktur kredit baik perorangan, UMKM, maupun korporasi.
Kemudian Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor
18/POJK.03/2020 tentang Perintah Tertulis Untuk Penanganan Permasalahan
Bank yang mengatur kewenangan OJK memberikan perintah tertulis untuk
melakukan penggabungan, peleburan, pengambilalihan dan/atau integrasi (P3I)
maupun menerima P3I. Kebijakan-kebijakan tersebut bertujuan untuk menjaga
stabilitas sistem keuangan ditengah pandemi covid-19. Berdasarkan penelitian
terdahulu dari (He, Sun, Zhang, & Li, 2020) menemukan bahwasannya dampak
Covid-19 pada sektor keuangan berdasarkan data sampel dari Shenzhen Stock
Exchange dan Shanghai Stock Exchange mengalami dampak penurunan negatif,
namun masih dalam kategori “less affected impact by Covid-19”. Kemudian
pada penelitian (Saputro, Analisis Harga Saham Syariah dan Volume
Perdagangannya Sebelum dan Sesudah Pengumuman Covid 19, 2020) dengan
judul “Analisis Harga Saham Syariah dan Volume Perdagangannya Sebelum
dan Sesudah Pengumuman Covid 19” menemukan bahwa Jakarta Islamic Index
mengalami penurunan setelah pengumuman covid 19, sedangkan volume
perdagangan mengalami kenaikan setelah diumumkannya covid-19 di Indonesia.
Pada penelitian tersebut memiliki beberapa persamaan yaitu harga saham,
volume perdagangan, variabel independennya pengumuman covid-19 dan
rentang waktu yang digunakan yaitu 60 hari efektif perdagangan saham. Namun
pada penelitian kali ini lebih dispesifikasikan dengan perusahaan perbankan dan

8
variabel independennya adalah pengumuman pasien pertama covid-19 di
Indonesia. Pada penelitian (Machmuddah, Utomo, Suhartono, Ali, & Ghulam,
2020) yang berjudul “Stock Market Reaction to COVID-19: Evidence in
Customer Goods Sector with the Implication for Open Innovation” yang
meneliti Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesa dengan
rentang tiga bulan sebelum (-90 hari) terjadinya pandemi COVID-19 (20
September hingga 20 Desember 2019) hingga tiga bulan setelah (+90 hari)
munculnya COVID-19, dari 21 Desember 2019 hingga 20 Maret 2020
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara harga penutupan harian
saham dan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah pandemi Covid-19.
Persamaannya terletak pada variabel independenya, yaitu meneliti terkait harga
saham (harga penutupan) dan volume perdagangan saham. Selain variabel, studi
peristiwanya pun sama, perbedaannya adalah pada sampel yang digunakan yaitu
perusahaan manufaktur dan periode sampelHarga saham dan volume
perdagangan saham merupakan salah satu informasi yang penting bagi beberapa
pihak terutama investor dan perusahaan itu sendiri. Kedua variabel ini sangat
berhubungan karena volume perdagangan saham merupakan nominal saham
yang terjual hari itu yang bisa menganalisis harga saham kedepannya, dimana
ketika volume perdagangan suatu perusahaan mengalami penurunan selama
beberapa waktu, maka ada besar kemungkinan harga saham perusahaan tersebut
akan mengalami penurunan beberapa waktu. Penelitian mengenai harga saham
dan volume perdagangan perusahaan perbankan sebelum dan setelah
pengumuman pasien pertama covid-19 di Indonesia juga penting sebagai
pedoman terhadap peningkatan ekonomi atas kontribusi bank dalam menjaga
stabilitas dan pertumbuhan ekonomi. Dampak penyebaran Corona Virus Disease
terhadap dunia perbankan akan terlihat ketika langsung membandingkan kondisi
nilai perusahaan perbankan sebelum adanya covid-19 dan setelah
diumumkannya covid-19 pertama di Indonesia, yaitu tanggal 2 Maret 2020.
Dalam hal ini, peneliti memfokuskan pada harga saham dan volume
perdagangan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
dengan total 47 perusahaan. Mengingat diumumkannya covid-19pertama di
Indonesia tanggal 2 Maret 2020, maka penelitian ini akan memfokuskan kondisi

9
harga saham dan volume perdagangan saham 30 hari sebelum dan 30 hari
setelah (hari efektif perdagangan saham) yaitu mulai dari 20 Januari 2020
hingga 15 April 2020 tidak terhitung tanggal 2 Maret 2020 saat peristiwa
diumumkannya pasien pertama covid-19 di Indonesia. Dari uraian diatas dan
dari hasil penelitian terdahulu terkait perbedaan harga saham dan volume
perdagangan saham sebelum dan sesudah peristiwa tertentu, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “HARGA SAHAM DAN
VOLUME PERDAGANGAN SAHAM SEBELUM DAN SETELAH
PENGUMUMAN PASIEN PERTAMA COVID-19 DI INDONESIA (STUDI KASUS
PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan tersebut dapat dirumah
sebagai berikut:
1. Apakah ada perbedaan harga saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia sebelum dan setelah pengumuman pasien pertama covid-19 di
Indonesia?
2. Apakah ada perbedaan volume perdagangan saham pada perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebelum dan setelah pengumuman pasien pertama
covid-19 di Indonesia?

10
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perbankan
Pengertian Bank Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang dimaksud
dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangkah meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Menurut Dictionary of Banking an Services by Jerry Rosenbeg bahwa : Bank
adalah lembaga yang menerima simpanan giro, deposito, dan membayar atas
dokumen yang tertarik pada satu orang atau lembaga tertentu, mendiskonto surat
berharga, memberikan pinjaman dan menanamkan dananya dalam surat berharga.
Menurut Kasmir, SE, MM (2008:25), secara sederhana bank dapat diartikan
sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta
memberikan jasa-jasa bank lainnya. Menurut Lukman Dendawijaya (2005:14),
mengemukakan “ Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai
lembaga perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyelurkan dana
dari pihak yang kelebihan dana (surplus unit) kepada pihak yang membutuhkan
dana atau kekurangan dana (deficit unit) pada waktu yang ditentukan.” Menurut
berbagai pendapat mengenai pengertian bank yang telah dijelaskan di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa bank adalah lembaga/perusahaan yang aktifitasnya
menghimpun dana berupa giro, deposito, tabungan, dan simpanan yang lain dari
pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian melemparkan kembali
kepada masyarakat yang membutuhkan dana (deficit spending unit) dalam bentuk
kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangkah meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak. Arus perputaran uang yang ada di bank dari masyarakat kembali ke
masyarakat, dimana bank sebagai perantara dapat djelaskan sebagai berikut :
1. Nasabah (masyarakat) yang kelebihan dana menyimpan uangnya di bank dalam
bentuk simpanan Giro, Tabungan, dan Deposito. Bagi bank dana yang disimpan
oleh masyarakat adalah sama artinya dengan membeli dana. Dalam hal ini nasabah

11
sebagai penyimpan dan bank sebagai penerima titipan. Nasabah dapat memilih
sendiri untuk menyimpan dana dalam bentuk Giro, Tabungan, dan Deposito.
2. Nasabah penyimpan akan memperoleh balas jasa dari bank berupa bunga bagi
bank konvensional dan bagi hasil bagi bank yang berdasarkan Prinsip Syariah.
Besarnya jasa bunga dan bagi hasil tergantung dari besar kecilnya dana yang
disimpan dan faktor lainnya.
3. Kemudian oleh bank, dana yang disimpan oleh nasabah di bank yang
bersangkutan disalurkan kembali (dijual) kepada masyarakat yang kekurangan atau
membutuhkan dana dalam bentuk pinajaman/kredit
4. Bagi masyarakat yang memperoleh pinjaman atau kredit dari bank, diwajibkan
untuk mengembalikan pinjaman tesebut beserta bunga yang telah ditetapkan sesuai
perjanjian antara bank dengan nasabah. Khusus bagi bank yang berdasarkan prinsip
syariah pengembalian pinjaman disertai dengan sistem bagi hasil sesuai hukum
islam.
B. Pengertian Lembaga Perbankan
Berdasarkan UU No. 14 tahun 1967 yang digantikan dengan UU No.7 tahun
1992 pasal 1,
Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
usahanya.
Lembaga keuangan adalah semua badan yang melalui kegiatan-kegiatannya di
bidang keuangan, menarik uang dari dan menyalurkan ke dalam masyarakat.
Sedangkan menurut Kep. SK Menkeu RI no. 792 tahun 1990, lembaga keuangan
adalah semua badan usaha yang ada di bidang keuangan, di mana lembaga-lembaga
tersebut melakukan penghimpunan dana, menyalurkan kepada masyarakat dan
memberikan biaya investasi pembangunan.
Jasa atau layanan yang diberikan oleh lembaga keuangan kepada masyarakat
adalah jasa pemindahan uang, jasa penagihan, jasa penjualan mata uang asing, jasa
kliring, dan lain-lain.

12
C. Sejarah Perbankan di Indonesia
Lembaga perbankan yang hadir di Indonesia pertama kali tentunya tidak terlepas
dari kolonial Hindia Belanda. pada tahun 1746, VOC mendirikan De Bank van
Leening untuk mempermudah aktivitas perdagangan VOC di Indonesia.
Seiring perjalanannya, De Bank van Leening tidak beroperasi dengan baik.
AKhirnya pada tanggal 1 september 1752 didirikan De Bank Courant en Bank van
leening. Namun, De Bank Courant en Bank van leening juga tidak berhasil
beroperasi dengan baik yang berakhir dengan kebangkrutan.
Pada akhir abad ke-18, VOC di Indonesia diambil oleh pemerintahan kerajaan
Belanda. Hindai Timur jatuh ke tangan inggris setelah masa pemerintahan Herman
William Daendels dan Janssen. Sejarah mencatat ada beberapa bank yang memiliki
peran penting di Hindia Belanda. Bank tersebut adalah De Javasce NV, De Post Poar
Bank, Hulp en Spaar Bank, De Escompto bank NV nationale Handles Bank, De,
Algemenevolks Crediet Bank dan Nederland Handles Maatschappij.
Bank Belanda yang berhasil berkembang dan menjadi cikal bakal bank sentral
Indonesia adalah De Javasche Bank. De Javasche Bank didirikan pada tahun 1828.
Pemerintah Hindia Belanda memberikan monopoli kepada De Javasche Bank untuk
mengeluarkan uang yang mana pengedaran uangnya ditangani oleh pemerintahannya
sendiri. Sejak saat itu, De Javasche Bank dikenal dengan bank of issue atau bank
sirkulasi. Meski belum menjadi bank sentral secara penuh, De Javasche Bank
memiliki fungsi sebagai bankir untuk pemerintah Hindia Belanda. Hal ini disebabkan
De Javasche Bank hanya menjalankan beberapa tugas yang bisa dilakukan oleh bank
sentral. Beberapa tugas yang dijalankan oleh De Javasche Bank antara lain,
mendiskonto wesel dan surat utang jangka pendek, mengeluarkan uang kertas,
menjadi kasir pemerintah, menyimpang dana devisa dan menjadi pusat kliring.
Seiring berjalannya waktu dan perkembangan perekonomian Indonesia, bank asing
lainnya akhirnya mulai beroperasi. Beberapa diantaranya yaitu, The Chartered Bank
of India, Australia and China, Hong Kong and Shanghai Banking Corporation,
Yokohama Specie Bank, taiwan Bank, Mitsui Bank, China and Southern Ltd, dan
Overseas China Banking Corporation. Menjelang perang Dunia II, Hindia Belanda
melikuidasi tiga bank Jepang yang beroperasi pada saat itu. namun, ketika Jepang
menguasai Asia Pasifik, bank-bank Belanda, Inggris dan beberapa bank China

13
dilikuidasi oleh pihak Jepang. Pada saat itu Jepang hanya ingin mengendalikan
seluruh keuangan pada satu bank. Bank tersebut adalah Bank Rakyat Indonesia, bank
yang dioperasikan oleh putra Indonesia.
Setelah Indonesia merdeka, De javasche Bank mulai beroperasi kembali dan
berfungsi sebagai bank sentral. Meskipun pada saat itu De javasche Bank masih
menjadi badan usaha swasta dan beberapa bagian sahamnya masih dimiliki oleh
tangan asing. Akhirnya pada tahun 1951, De Javasche Bank dinasionalisasi
berdasarkan Undang-Undang nomor 24 tahun 1951.
Sejak Indonesia merdeka dan sekutu berhasil mengalahkan Jepang, akhirnya bank-
bank Belanda dan bank-bank asing kembali beroperasi. Pada tanggal 2 Januari 1946,
Gubernur Jenderal Hindia Belanda memberikan izin pembukaan kembali bank
Belanda yang ada di Indonesia. De Javasche Bank masih beroperasi sebagai bank
sentral dengan berkedudukan sebagai badan usaha swasta. Akhirnya pada tahun 1953
untuk memberikan kemudahan menjalankan kebijakan moneter dan kebijakan
perekonomian lainnya, ditetapkan Undang-Undang Pokok Bank Indonesia yang tertera
dalam Undang-Undang no. 11 Tahun 1953. Undang-undang tersebut dikeluarkan
karena mengingat bahwa De Javasche Bank masih berbadan hukum sebagai Perseroan
Terbatas dan belum bisa leluasa dalam menerapkan kebijakan perekonomian.
Pada tahun-tahun berikutnya, Pemerintah Indonesia meresmikan Bank Rakyat
Indonesia sebagai Bank pemerintah pertama di Indonesia. Bank Rakyat Indonesia
sempat berhenti beroperasi, namun bank tersebut beroperasi kembali setelah
dibentuknya perjanjian Renville. Pada waktu tahun 1960, Bank Koperasi Tani dan
Nelayan dibentuk. Bank Koperasi Tani dan Nelayan merupakan hasil peleburan dari
Bank Rakyat Indonesia, Bank Tani Nelayan dan Nederlandsche Maatschappij.
Pada tahun 1946, Bank Negara Indonesia didirikan, dengan berkedudukan sebagai
bank sentral. Yayasan Poesat Bank Indonesia dilebur ke dalam Bank Negara
Indonesia. Seiring waktu berjalan pemerintah Indonesia melakukan pemantapan
kedudukan Bank Negara Indonesia. Akhirnya ketika Konferensi Meja Bundar,
Pemerintah Indonesia dan Belanda setuju untuk mengubah fungsi Bank Negara
Indonesia menjadi bank umum, yang awalnya menjadi bank sentral.

14
D. Fungsi Lembaga Perbankan
Berikut adalah beberapa fungsi yang dimiliki lembaga perbankan, yaitu:

1. Sebagai Lembaga Perantara


Lembaga perbankan memiliki fungsi sebagai lembaga perantara. Lembaga perantara
yang dimaksud adalah lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dengan memberikan deposit kepada masyarakat. Misalnya seperti tabungan
haji, deposito, tabungan sekolah dan tabungan lainnya.

2. Sebaga Penyalur dana ke Masyarakat


Lembaga perbankan selain menjadi lembaga perantara juga memiliki manfaat sebagai
lembaga yang menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk produk pinjaman.
Pinjaman ini juga ditetapkan oleh suku bunga kredit yang berguna untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara.

3. Membantu Perekonomian Rakyat


Lembaga perbankan bisa menjadi elemen yang membantu perekonomian rakyat supaya
bisa mengatasi masalah ekonomi modern yang kerap dihadapi oleh pebisnis.

4. Sebagai Sistem Pembayaran


Lembaga perbankan menjadi penyedia sistem pembayaran seperti giro, cek,
pemindahan uang, kartu kredit, kliring antar bank dan-lain lain, sehingga bisa
membantu dalam pembayaran antar pebisnis.

5. Sebagai Penyedia Jasa Kegiatan Perekonomian


Lembaga perbankan menjadi penyedia jasa-jasa yang berkaitan erat dengan kegiatan
perekonomian. Jasa-jasa bank seperti penitipan barang berharga, jasa penyelesaian
tagihan dan jasa pemberian jaminan.

6. Sebagai agen Pengembangan


Lembaga perbankan menjadi agen pengembangan. Bank memiliki tugas sebagai
pengumpul dana dan penyalur dana kepada masyarakat yang mana sangat penting untuk
kelancaran berjalannya sektor riil. Kegiatan tersebut memungkinkan masyarakat untuk
berinvestasi, dan juga konsumsi yang berkaitan dengan uang.

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dampak covid-19 terhadap sektor perbankan serta Antisipasi Dari Para Ahli
Pandemi Covid-19 ini juga diperkirakan bakal melemahkan sektor perbankan di
Indonesia. Dalam riset yang disampaikan pada Selasa (24/3/2020), lembaga rating
global, Fith Rating baru-baru ini telah merevisi peringkat operasional (operating
environment mid-point score) bank-bank di Indonesia menjadi ‘BB+’ dari
sebelumnya ‘BBB-‘. Revisi skor operational Fitch ini artinya mencerminkan
adanya ketidakpastian seputar tingkat keparahan dan durasi pandemi corona dan
dampaknya terhadap operasional bank-bank di Indonesia. Menurut J.P Morgan Ada
tiga risiko yang membayangi industri perbankan dalam masa pandemi covid-19
yaitu penyaluran kredit, penurunan kualitas aset dan pengetatan margin bunga
bersih. Dari ketiga risiko tersebut mari kita analisa apakah bank syariah lebih kuat
dalam menghadapi krisis ekonomi akibat pandemi covid-19 dibandingkan bank
konvensional atau malah sebaliknya. 1) Penyaluran kredit (pembiayaan) Dalam hal
ini bank syariah maupun bank konvensional akan mengalami kondisi yang sama.
Baik bank syariah maupun bank konvensional akan sama- sama mengalami
pelambatan penyaluran kredit (pembiayaan). 2) Penurunan kualitas aset Dalam hal
ini baik bank syariah maupun bank konvensional akan sedikit terbantu dengan
adanya POJK No.11/POJK.03/2020. POJK tersebut akan membantu bank syariah
maupun bank konvensional terutama dalam pencadangan penyisihan penghapusan
aktiva produktif. Bank syariah diprediksi akan memiliki keunggulan dibandingkan
dengan bank konvensional. 3) Pengetatan margin bunga bersih Hal tersebut
dikarenaka bank syariah menggunakan sistim bagi hasil seperti yang disampaikan
dalam penjelasan di atas. Dengan sistim bagi hasil maka kondisi neraca bank pada
mas krisis akibat pandemi covid-19 ini akan elastis karena besarnya biaya yang
diperuntukkan buat pembayaran bagi hasil maka kondisi neraca bank pada mas
krisis akibat pandemi covid-19 ini akan elastis karena besarnya biaya yang
diperuntukkan buat pembayaran bagi hasil juga akan ikut menurun dengan
penurunan pendapatan yang diperoleh bank . Hal ini berbeda dengan bank
konvensional yang mana disaat pendapatan bunga kredit menurun tidak diikuti

16
dengan penurunan biaya bunga untuk deposan, inilah yang akan menjadi
permaslahan serius dari bank konvensional. Melihat tiga risiko yang akan dihadapi
oleh perbankan seperti disampaikan oleh JP Morgan di atas maka bank harus jeli
untuk menentukan strategi di tengah pandemi covid-19. Melakukan ekspansi yang
terukur ke segmen digital adalah opsi yang cukup menantang yang bisa diambil
oleh bank .
Philip Kotler dan Hermawan Kertajaya menjelaskan bahwa globalisasi telah
menciptakan lapangan permainan yang sepadan. Daya saing perusahaan tidak akan
lagi ditentukan oleh ukuran, negara asal, atau keunggulan di masa lalu mereka.
Disampaikan juga bahwa saat ini pengaruh kesesuaian sosial semakin meningkat,
pendapat semakin peduli dengan pendapat orang lain. Para pelanggan juga berbagi
pendapat mereka dan mengumpulkan sejumlah ulasan besar. Secara bersama-sama
pelanggan melukis gambar perusahaan dan merek mereka sendiri, yang kerap
sangat berbeda dari citra yang hendak dproyeksikan oleh perusahaan sam merek.
Internet, terutama media sosial, memfasilitasi pergeseran besar ini dengan
menyediakan platform dan alatnya.
Fenomena Work From Home (WFH) selama masa pandemi covid-19 ini bisa
dijadikan momentum bank syariah untuk melatih pegawainya menjadi marketing
digital yang handal. Keahlian pegawai bank syariah dalam marketing digital akan
menjadi diferensiasi. Hal ini juga harus diimbangi dengan produk-produk digital
yang yang menarik bagi para customer. Apabila bank syariah bisa mengoptimalkan
potensi pegawainya untuk melakukan pemasaran 4.0 serta didukung dengan
produk-produk digital perbankan syariah yang handal, maka bukan tidak mungkin
akan terjadi penambahan Market Share yang signifikan terhadap perbankan di
Indonesia.
B. Saran

Melihat situasi ditengah pandemi ini penulis menyarankan untuk pelaku bank
syariah harus jeli untuk menentukan strategi di tengah pandemi covid-19. Melakukan
ekspansi serta terobosan yang terukur ke segmen digital yang bisa diambil oleh bank
syariah. Serta momentum bank syariah untuk melatih pegawainya menjadi marketing
digital yang handal.

17
DAFTAR PUSTAKA

Adi Kusumo Yulianto. 2008. Analisis Kinerja Keuangan Bank Syariah. Mandiri
Periode2002-2007. Jurnal Ekonomi Islam, Vol. II, No. 1,.Juli 2008
Antonio, Muhammad Syafi'i. 2001. Bank Syariah Dari Teori kePraktik. Jakarta:
GemaInsani Press.
Arifin, Zainul.2006. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Pustaka Alvabet.
Ascarya. 2007. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.
Isretno, Evita. 2011. Pembiayaaan mudharabah dalam Sistem Perbankan Syariah.
Jakarta :Cintya Press
Kasmir, 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.Jakarta : PT. Raja. Grafindo
Persada.
A. Karim adiwarman. 2004. Bank Islam Analisi Fiqih dan Keuangan. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada
Lubis, Suhrawardi K. 2004. Hukum Ekonomi Islam. Jakarta: Sinar Grafika.
M. Syafe’I Antonio. 2000. Bank Islam : Teori dan Praktek. Jakarta : Gema Insani Press.

Muhammad. 2002. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Sedarmayanti Dan Sarifudin Hidayat. 2001. Metodologi Penelitian. Bandung:


MandarMaju.

Sudarsono, Heri. 2003. Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: Ekonisia.

18

Anda mungkin juga menyukai