Anda di halaman 1dari 18

1.

Uraikanlah sejarah singkat dari Notaris di Indonesia


Notariat mulai masuk di Indonesia pada permulaan abad ke-17 dengan
adanya “Oost Ind. Compagnie” di Indonesia. Pada tanggal 27 Agustus 1620,
Melchior Karchem diangkat sebagai Notaris pertama di Indonesia walaupun
pada saat itu beliau masih menjabat sebagai Sekretaris dari College Van
Schepenen. Lima tahun kemudian yakni pada tanggal 16 Juni 1625,
setelah jabatan notaries public dipisahkan dari jabatan secretarius van den
gerechte dengan surat keputusan Gubernur Jenderal tanggal 12
November 1620, maka dikeluarkanlah instruksi pertama untuk para
Notaris di Indonesia, yang hanya berisikan 10 pasal, diantaranya ketentuan
bahwa para Notaris terlebih dahulu diuji dan diambil sumpahnya..
Di tahun 1654 jumlah Notaris di Batavia bertambah lagi menjadi 3 dan
di tahun 1751 jumlahnya menjadi 5 orang dengan ditentukan bahwa 4
daripadanya harus bertempat tinggal di dalam kota (yakni 2 di bagian barat
dan 2 di bagian timur), sedangkan yang seorang lagi harus tinggal di luar
kota.
Sejak masuknya notariat di Indonesia sampai dengan tahun 1822,
notariat ini hanya diatur oleh 2 buah reglemen yang terperinci, yakni dari
tahun 1625 dan 1765. Reglemen tersebut sering mengalami perubahan oleh
karena apabila dirasakan ada kebutuhan, bahkan sering terjadi peraturan
yang tidak berlaku lagi, diperbaharui, dipertajam atau dinyatakan berlaku
kembali atau diadakan peraturan tambahannya.
Peraturan-peraturan lama di bidang notariat yang berasal dari Republiek
der Vereenigde Nederlanden tetap berlaku dan bahkan setelah berakhirnya
kekuasaan Inggris di Indonesia, peraturan-peraturan lama tersebut tetap
berlaku tanpa perubahan sampai dengan tahun 1822. Dalam hal ini perlu
diperhatikan bahwa Ventosewet tidak pernah dinyatakan berlaku di
Indonesia.
Pada tahun 1822 (Stb No 11) dikeluarkan Instructie voor de Notarissen
in Indonesia yang terdiri dari 34 pasal. Ketentuan dalam Instructie tersebut
ternyata merupakan resume dari peraturan yang ada sebelumnya, suatu
bunga rampai dari plakkat-plakkat yang lama. Selama 38 tahun
usianya, Instructie tersebut tidak banyak mengalami perubahan.
Pada tanggal 26 Januari 1860 diundangkanlah Peraturan Jabatan
Notaris (Notaris Reglement Stb No 3) yang mulai berlaku tanggal 1 Juli
1860. Peraturan Jabatan Notaris ini terdiri dari 66 pasal dimana 39
diantaranya mengandung ketentuan mengenai hukuman, disamping
banyak sanksi untuk membayar penggantian biaya, ganti rugi dan bunga.
Ke-39 pasal tersebut terdiri dari 3 pasal mengenai hal-hal yang
menyebabkan hilangnya jabatan, 5 pasal tentang pemecatan, 9 pasal
tentang pemecatan sementara dan 22 pasal mengenai denda.
Berdasarkan UUJN, Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk
membuat akta autentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang tersebut atau berdasarkan undang-undang lainnya.
2. Apa saja bentuk pengaturan mengenai notaris yang pernah ada baik di
zaman penjajahan Belanda maupun sudah merdeka?

 Penjajahan Belanda

Pada tahun 1822 dikeluarkan “Instructie voor de notarissen in


Indonesia” (Stb. no 11), yang terdiri dari 34 pasal. Dalam instruksi
tersebut dinyatakan mengenai batas-batas tugas dan wewenang dari
seorang notaris dan yang kiranya dapat dipandang sebagai langkah
pertama di dalam pelembagaan notaris di Indonesia, yaitu dalam Pasal 1
yang menyatakan, bahwa “Notaris adalah pegawai umum yang harus
mengetahui seluruh perundang-undangan yang berlaku, yang dipanggil
dan diangkat untuk membuat akta-akta dan kontrak-kontrak, dengan
maksud untuk memberikan kepadanya kekuatan dan pengesahan,
menetapkan dan memastikan tanggalnya, menyimpan asli atau
minutanya dan mengeluarkan grossenya, demikian juga salinannya
yang sah dan benar.” Namun sebenarnya instruksi tersebut hanya
merupakan resume dari peraturan-peraturan sebelumnya, sehingga
tidak memperlihatkan perbedaan yang nyata dalam pelaksanaannya.
Kemudian pada tahun 1860 Pemerintah Hindia Belanda membuat
perubahan lagi mengenai jabatan Notaris yaitu dengan
dikeluarkannya Reglement op het Notaris-
ambt in Indonesie (Ordonansi 11 Januari 1860) S.1860-3, mb. 1 Juli
1860 (TXVIII-25) yang mengatur mengenai peraturan jabatan Notaris
dan terdiri dari 66 pasal

 Sudah Merdeka
Konsep adanya Peraturan jabatan Notaris pada zaman Belanda masih
dipertahankan hingga sekarang, namun isinya tentu saja telah
disesuaikan dengan identitas baru Bangsa Indonesia yang sudah
merdeka, hingga kemudian dibuat Undang-Undang Jabatan Notaris
Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris yang telah mengalami
sekali perubahan dalam Undang Undang Nomor 2 Tahun 2014
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004
tentang Jabatan Notaris (UUJN).

3. Apa saja garis – garis besar yang diatur dalam UU NO. 30 Tahun 2004
dan UU NO. 2 Tahun 2014 mengenai Undang – Undang Jabatan Notaris

 UU No. 30 Tahun 2004


Dalam UU No. 30 Tahun 2004 diatur mengenai pengangkatan dan
pemberhentian; kewenangan, kewajiban, dan larangan; tempat
kedudukan, formasi, dan wilayah jabatan notaris; cuti notaris dan
notaris pengganti; honorarium; akta notaris, dan pengawasan
notaris.

 UU No. 2 Tahun 2014


Undang-Undang Perubahan tentang Jabatan Notaris yaitu UU 2
tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU 30 tahun 2004 tentang
Jabatan Notaris didalamnya mengatur mengenai :
a. Penguatan persyaratan untuk dapat diangkat menjadi Notaris,
antara lain, adanya surat keterangan sehat dari dokter dan
psikiater serta perpanjangan jangka waktu menjalani magang dari
12 (dua belas) bulan menjadi 24 (dua puluh empat) bulan;
b. Penambahan kewajiban, larangan merangkap jabatan, dan alasan
pemberhentian sementara Notaris;
c. Pengenaan kewajiban kepada calon Notaris yang sedang
melakukan magang;
d. Penyesuaian pengenaan sanksi yang diterapkan pada pasal
tertentu, antara lain, berupa pernyataan bahwa Akta yang
bersangkutan hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai
akta di bawah tangan, peringatan lisan/peringatan tertulis, atau
tuntutan ganti rugi kepada Notaris;
e. Pembedaan terhadap perubahan yang terjadi pada isi Akta, baik
yang bersifat mutlak maupun bersifat relatif;
f. Pembentukan majelis kehormatan Notaris;
g. Penguatan dan penegasan Organisasi Notaris; penegasan untuk
menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi dalam
pembuatan Akta autentik; dan
h. Penguatan fungsi, wewenang, dan kedudukan Majelis Pengawas.

4. Notaris sebagai profesi tergabung dalam organisasi Ikatan Notaris


Indonesia (I.N.I) dimana ditemukan pengaturannya dan pengaturan kode
etiknya.

Kode etik notaris berada di bawah Peraturan Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Nomor 62 Tahun 2016 tentang Peraturan Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia Nomor 25 Tahun 2014 tentang Syarat dan Tata
Cara Pengangkatan, Mutasi, Pemberhentian, dan Perpanjangan Jabatan
Notaris.

Ikatan Notaris Indonesia menyusun kode etik notaris pada tahun 2005
dan diperbarui pada tahun 2015.Pengaturan kode etik Notaris terdapat
pada Perubahan Kode Etik Notaris Kongres Luar Biasa Ikatan Notaris
Indonesia (Banten 29 – 30 Mei 2015)

5. Di dalam praktek kenotariataan, dikenal adanya Akta Autentik (Akta


Notariil) dan Akta dibawah tangan

a. Apa yang dimaksud akta autentik dan akta dibawah tangan serta
dasar hukumnya

 Akta Autentik
Akta Autentik itu sendiri dalam Kitab Undang – Undang Hukum
Perdata pasal 1868 didefinisikan sebagai suatu akta yang didalam
bentuk yang ditentukan oleh Undang – Undang, dibuat oleh atau
dihadapan pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat
dimana akta dibuatnya. Akta otentik juga memberikan bukti yang
sempurna kepada para pihak yang membuat akta serta pihak – pihak
lain yaitu para ahli warisnya maupun orang – orang yang
mendapatkan hak daripada mereka mengenai apa yang tertulis di
dalamnya, seperti dinyatakan dalam pasal 1870 Kitab Undang –
Undang Hukum Perdata.

 Akta Dibawah Tangan


Akta yang dibuat secara dibawah tangan Akta yang dibuat dibawah
tangan adalah akta yang dibuat dan dipersiapkan oleh pihak-pihak
dalam kontrak secara pribadi, dan bukan dihadapan notaris atau
pejabat resmi lainnya. Akta dibawah tangan berdasarkan dengan
Pasal 1874 Kitab Undang – Undang Hukum Perdata adalah akta
yang ditandatangani dibawah tangan, surat, daftar, surat urusan
rumah tangga dan tulisan-tulisan lain yang dibuat tanpa perantara
seorang pejabat umum.

b. Apa unsur –unsur akta autentik, manfaat akta notaril, dan kekuatan
pembuktian suatu akta notaril / autentik

 Unsur-unsur akta autentik yang terdapat dalam Pasal 1868


KUHPerdata adalah sebagai berikut :
1. Bahwa akta itu dibuat dan diresmikan dalam bentuk menurut
hukum;
2. Bahwa akta itu dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum;
3. Bahwa akta itu dibuat dihadapan yang berwenang untuk
membuatnya di tempat dimana dibuat.
 Akta autentikbermanfaat sebagai alat bukti tertulis terkuat dan
terpenuh memberi sumbangan nyata bagi penyelesaian perkara
secara murah dan cepat.
 Akta autentik juga memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna
karena tidak memerlukan penambahan alat bukti lainnya dengan
kata lain akta otentik memiliki kekuatan pembuktian secara
lahiriah, Formal dan materiil. Kekuatan pembuktian Akta
Otentik hanya sampai pada derajat atau kualitas yang sempurna
(volledig) dan mengikat (bidende), jadi derajat kekuatan
pembuktiannya tidak mencapai kualitas menentukan (beslissend)
atau memaksa (dwingende), sehingga terhadapnya dapat diajukan
bukti lawan.

6. Apa pengertian Notaris, landasan filosofis, Yuridis dan sosiologis Notaris,


Penggolongan Notaris, Kewenangan Notaris, Larangan bagi Notaris,
Pemberhentian Notaris dan sanksi terhadap Notaris.
 Notaris
Dalam Undang – Undang Jabatan Notaris nomor 30 tahun
2004 pasal 1 ayat 1, Notaris didefinisikan sebagai pejabat umum
yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan
lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang – Undang tersebut.

 Landasan Filosofis, Yuridis dan Sosiologis Notaris

 Jenis Notaris
1. Notaris civil law yaitu lembaga notariat berasal dari
italia utara dan juga dianut oleh Indonesia.
Ciri-cirinya ialah:
• Diangkat oleh pejabat yang berwenang atau pejabat pemerintah
yang
berwenang
• Tujuan melayani kepentingan masyarakat umum
• Mendapatkan honorarium dari masyarakat umum
 
2. Notaris common law yaitu notaris yang ada di negara
Inggris dan Skandinavia.
Ciri-cirinya ialah:
• Akta tidak dalam bentuk tertentu
• Tidak diangkat oleh pejabat penguasa

 Kewenangan Notaris

Pasal 1 Angka 1 UU Jabatan Notaris

1. Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat


akta autentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang ini atau berdasarkan undang-
undang lainnya.

Pasal 15 ayat (1) UU Jabatan Notaris

(1) Notaris berwenang membuat Akta autentik mengenai semua


perbuatan, perjanjian, dan penetapan yang diharuskan oleh
peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh
yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam Akta autentik,
menjamin kepastian tanggal pembuatan Akta, menyimpan Akta,
memberikan grosse, salinan dan kutipan Akta, semuanya itu
sepanjang pembuatan Akta itu tidak juga ditugaskan atau
dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan
oleh undang-undang.

Pasal 15 ayat (2) dan ayat (3) UU Jabatan Notaris


(2) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Notaris berwenang pula:
1. mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal
surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus
(disebut juga “legalisatie”);
2. membukukan surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam
buku khusus (disebut juga “waarmerken“);
3. membuat kopi dari asli surat di bawah tangan berupa salinan
yang memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan
dalam surat yang bersangkutan (disebut juga “copie
collationnee“);
4. melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat
aslinya (disebut juga “legalisir“);
5. memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan
pembuatan Akta;
6. membuat Akta yang berkaitan dengan pertanahan; atau
7. membuat Akta risalah lelang.
(3) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2), Notaris mempunyai kewenangan lain yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan.

 Larangan bagi Notaris


Larangan etika bagi notaris diatur dalam pasal 4 Kode Etik Notaris
tahun 2015

1. Memiliki lebih dari satu kantor yaitu kantor cabang atau kantor
perwakilan.
2. Mendirikan papan nama atau tulisan bertuliskan “Kantor
Notaris” atau “Notaris” di luar kantor.
3. Untuk mendapatkan klien, notaris bisa bekerja sama dengan
biro jasa, orang, atau badan hukum yang bertindak sebagai
perantara.
4. Penandatanganan akta yang proses pembuatannya telah
disiapkan oleh pihak lain.
5. Kirim minuta klien untuk ditandatangani.

 Pemberhentian Notaris

Pemberhentian notaris diatur dalam ketentuan Pasal 8 – Pasal 14


Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.

Pemberhentian notaris dapat dibedakan menjadi:


1. Pemberhentian
Notaris yang diberhentikan dengan tidak hormat dari
jabatannya oleh Menteri atas usul Majelis Pengawas
Pusat apabila:

 Dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang


telah memperoleh kekuatan hukum tetap;
 Berada di bawah pengampuan terus menerus selama lebih
dari 3 tahun;
 Melakukan perbuatan yang merendahkan kehormatan dan
martabat Jabatan Notaris; atau Contoh perbuatan tersebut
adalah berjudi, mabuk, penyalahgunaan narkoba, dan
berzina.
 Melakukan pelanggaran berat terhadap kewajiban dan
larangan jabatan. Maksudnya adalah tidak memenuhi
kewajiban dan melanggar larangan jabatan Notaris.

Notaris diberhentikan dengan tidak hormat oleh Menteri


karena dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
karena melakukan tindak pidana yang diancam pidana penjara
5 tahun atau lebih.

2. Pemberhentian dengan hormat.


Notaris diberhentikan dari jabatannya dengan hormat
disebabkan hal-hal sebagai berikut :
 Meninggal dunia.
 Telah berumur enam puluh lima tahun.
 Permintaan sendiri.
 Tidak mampu secara rohani dan/atau jasmani untuk
melaksanakan tugas jabatan notaris secara terus menerus
lebih dari tiga tahun.
 Merangkap jabatan baik itu sebagai pegawai negeri, pejabat
egara, advokat, atau memangku jabatan lain yang oleh
undang-undang dilarang untuk dirangkap.
 Pemberhentian notaris dengan alasan telah berumur enam
puluh lima tahun, dapat diperpanjang sampai enam puluh
tujuh tahun dengan mempertimbangkan kesehatan notaris
yang bersangkutan, demikian ditegaskan dalam ketentuan
Pasal 8 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang
Jabatan Notaris.

3. Pemberhentian Sementara
Pemberhentian sementara notaris diatur dalam ketentuan
Pasal 9 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang
Jabatan Notaris sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.Alasan
pemberhentian sementara notaris dari jabatannya adalah
sebagai berikut:

 Dalam proses pailit atau penundaan kewajiban pembayaran


utang.
 Berada di bawah pengampuan.
 Melakukan perbuatan tercela.
 Melakukan pelanggaran terhadap kewajiban dan larangan
jabatan serta kode etik notaris.
 Sedang menjalani masa penahanan.
Sebelum dilakukan pemberhentian sementara terhadap
notaris oleh menteri melalui majelis pengawas pusat, yang
bersangkutan diberi kesempatan untuk melakukan pembelaan
diri dihadapan majelis pengawas secara berjenjang.
Notaris yang telah diberhentikan sementara dikarenakan
dalam proses pailit dan berada dalam pengampuan dapat
diangkat kembali menjadi notaris oleh menteri setelah
dipuluhkan haknya. Demikian juga notaris yang alasan
pemberhentian sementaranya berdasarkan melakukan
perbuatan tercela dan pelanggaran kewajiban, larangan, dan
kode etik dapat diangkat kembali menjadi notaris oleh menteri
setelah masa pemberhentian sementara untuk alasan tersebut
berakhir, yaitu paling lama enam bulan.

 Sanksi terhadap Notaris


Sanksi yang diberikan kepada notaris yang melakukan
pelanggaran berupa:
1. Teguran
2. Peringatan
3. Pemberhentian sementara dari keanggotaan Perkumpulan
4. Pemberhentian dengan hormat dari keanggotaan
Perkumpulan
5. Pemberhentian dengan tidak hormat dari keanggotaan
Perkumpulan

7. Apa pengertian bentuk akta dan jelaskan struktur akta notaris.

 Bentuk Akta Notaris

Akta Relaas
Yaitu akta yang dibuat oleh notaris memuat uraian secara
otentik dari notaris mengenai suatu tindakan yang dilakukan atau
suatu keadaan yang dilihat atau disaksikan oleh notaris. Misalnya
akta berita acara/risalah rapat RUPS suatu perseroan terbatas,
akta pencatatan budel, dan lain-lain.
 
Akta yang dibuat di hadapan notaris (akta partij)
Yaitu akta yang dibuat di hadapan notaris memuat uraian
dari apa yang diterangkan atau diceritakan oleh para pihak yang
menghadap kepada notaris, misalnya perjanjian kredit, dan
sebagainya.

 Struktur Akta Notaris

Dalam Pasal 38 UUJN, mengenai bentuk dan sifat akta notaris,


yang berisi:
A. Awal akta atau kepala akta memuat: Judul akta, nomor akta, jam,
hari, tanggal, bulan, tahun, dan nama lengkap dan tempat
kedudukan
notaris.
B. Badan akta memuat:
 Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, kewarganegaraan,
pekerjaan, jabatan, kedudukan dan tempat tinggal para
penghadap dan/atau orang yang mereka wakili;
 Keterangan mengenai kedudukan bertindak penghadap;
 Isi akta yang merupakan kehendak dan keinginan dari
pihak yang
berkepentingandan;
 Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, serta pekerjaan,
jabatan,
kedudukan,dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi pengenal.

C. Akhir atau penutup akta memuat:


 Uraian tentang pembacaan akta sebagaimana dimaksud
dalam
Pasal 16 ayat (1) huruf I atau Pasal 16 ayat (7).
 Uraian tentang penandatanganan dan tempat
penandatanganan atau
penerjemahan akta apabila ada.
 Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, jabatan,
kedudukan dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi akta, dan;
 Uraian tentang tidak adanya perubahan yang terjadi dalam
pembuatan akta atau uraian tentang adanya perubahan
yang dapat
berupa penambahan, pencoretan, atau penggantian.
8. Apa pengertian akta relaas, dasar hukum dan jenis-jenis akta relaas
serta struktur akta relaas disertai contohnya.

 Akta Relaas

Akta yang dibuat oleh notaris (akta relaas atau akta


pejabat)Akta ini disebut juga akta berita acara. Yaitu akta yang
dibuat oleh notaris memuat uraian secara otentik dari notaris
mengenai suatu tindakan yang dilakukan atau suatu keadaan
yang dilihat atau disaksikan oleh notaris di dalam
menjalankan jabatannya sebagai notaris.

Akta pejabat adalah akta yang dibuat oleh pejabat yang diberi
wewenang untuk itu dengan mana pejabat menerangkan apa yang
dilihat serta apa yang dilakukannya, jadi inisiatif tidak berasal
dari orang yang namanya diterangkan di dalam akta. Pembuatan
akta pejabat merupakan tanggungjawab penuh dari notaris,
karena di dalam akta pejabat notaris melaporkan apa yang dilihat
dan dilakukannya saat terjadi peristiwa hukum.

Akta pejabat tidak memiliki komparisi sebagaimana akta


otentik pada umumnya, selain tidak memiliki komparisi, notaris
dalam membuat akta pejabat juga tidak diperbolehkan melakukan
penilaian atau argumentasi sepanjang dibuatnya akta pejabat
tersebut. Akta ini disebut juga akta berita acara, yaitu akta yang
dibuat oleh notaris. Memuat uraian secara otentik dari notaris
mengenai suatu tindakan yang dilakukan, atau suatu keadaan
yang dilihat, atau disaksikan oleh notaris di dalam menjalankan
jabatannya sebagai notaris.

 Dasar Hukum
Pasal 1 angka 7 UU NO. 2 Tahun 2014

 Jenis - Jenis Akta Reelas


1. Akta berita acara/risalah rapat RUPS suatu perseroan
terbatas
2. Akta pencatatan budel, dan lain-lain.

 Struktur Akta Relaas disertai Contoh


9. Pengertian akta partij (akta para pihak), dasar hukum dan jenis-jenis
akta partij serta struktur akta partij disertai contoh.

 Akta Yang Dibuat Notaris


Akta yang dibuat dihadapan Notaris (partij akta) merupakan
akta yang dibuat dihadapan pejabat yang diberi wewenang untuk itu
dan akta itu dibuat atas permintaan pihak-pihak yang
berkepentingan, sehingga akta pihak dibuat oleh notaris berdasarkan
apa yang para pihak tersebut kehendaki. Anatomi bentuk akta pihak,
merupakan bentuk akta otentik pada umumnya, yakni memiliki
komparisi,
Akta pihak dalam penandatanganannya wajib untuk
ditandatangani para pihak yang terkait dengan akta pihak tersebut,
namun ada pengecualian apabila salah satu pihak dianggap cacat
fisik sehingga tidak dapat turut serta memberikan tanda tangannya
notaris tetap memberikan keterangan bahwa pihak tersebut cacat
fisik sehingga akta tersebut tetap berlaku sah. Bentuk akta harus
mengikuti anatomi akta sesuai dengan ketentuan peraturan
perudang-undangan.
 Dasar Hukum
Pasal 1 Angka 7 UU No. 2 Tahun 2014
 Jenis – Jenis Akta Partij
1. Akta Perjanjian Jual Beli
2. Akta Perjanjian Kredit
3. Akta Perjanjian Sewa Menyewa
4. Akta Yayasan
5. Akta Koperasi dan lain sebagainya

 Struktur Akta Partij disertai contoh


10. Apa pengertian Minuta Akta dan Dasar Hukum serta bagaimana
kekuatan mengikat Minuta Akta

 Pasal 1 Angka 8 UU Nomor 2 Tahun 2014 Tentang


PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004
TENTANG JABATAN NOTARIS menjelaskan bahwa, “Minuta Akta
adalah asli akta yang mencantumkan tanda tangan para
penghadap, saksi, dan Notaris, yang disimpan sebagai bagian dari
protokol notaris”.

 Bagaimana Kekuatan Mengikat Minuta Akta

Notaris wajib membuat Akta dalam bentuk Minuta Akta


(Pasal 16 ayat (1) huruf b UUJN 2014) sebagai asli Akta yang
mencantumkan tanda tangan para penghadap, saksi, dan Notaris,
yang disimpan sebagai bagian dari Protokol Notaris (Pasal 1 ayat
(8) UUJN 2/2014). Minuta Akta sebagai asli akta merupakan
jaminan dari Notaris mengenai kepastian hukum berupa waktu,
isi, maksud, tanda tangan para pihak, saksi, serta Notaris.
Jaminan kepastian hukum dari Notaris selaku pejabat umum
yang berwenang tersebut merupakan wujud pemberian alat bukti
akta otentik, sempurna dan mengikat para pihak. Minuta Akta
juga menjadi pedoman bagi Notaris sebab Notaris wajib
melakukan pencocokan, pengeluaran salinan akta atau kutipan
akta berdasarkan Minuta Akta (Pasal 16 ayat (1) huruf d UUJN
2/2014)

Minuta Akta memiliki sifat harus dibuat satu dan dibuat


sekali untuk perbuatan hokum, maka tidak aka nada suatu
perbuatan hokum yang memiliki dua minuta akta. Penjelasan
tersebut memberikan makna krusial suatu minuta akta yaitu
sebagai satu-satunya alat bukti bahwa benar apa yang dituangkan
dalam akta terjadi dengan dengan segala uraiannya

11. Pengertian Salinan Akta, dasar hukum Salinan akta, siapa yang berhak
menerima Salinan akta dan apa perbedaan antara minuta akta dengan
Salinan akta.

 “Salinan Akta adalah salinan kata demi kata dari seluruh akta
dan pada bagian bawah salinan akta tercantum frasa “diberikan
sebagai salinan yang sama bunyinya”. (Pasal 1 Angka 9 UU
Nomor 2 Tahun 2014 Tentang PERUBAHAN ATAS UNDANG-
UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN
NOTARIS).
 Yang berhak menerima Salinan Akta

Pasal 54 ayat (1) Undang-undang Jabatan Notaris memberikan


batasan dan penegasan kepada Notaris bahwa Notaris hanya
dapat memberikan, memperlihatkan, atau memberitahukan isi
akta, grosse akta, salinan akta atau kutipan akta kepada orang
yang berkepentingan langsung pada akta, ahli waris, atau
orang yang memperoleh hak. Apabila Notaris melanggar
ketentuan tersebut maka dia dapat dikenakan sanksi
administrasi.

12. Apa pengertian Akta in Originali, dasar hukum, jenis-jenis akta in


originali, apakah akta in originali dapat dibuat lebih dari 1 (satu)
rangkap dan apa syaratnya, serta coba saudara buat contoh akta in
originali

 Yudo Diharjo Lantanea berpendapat akta in originali ialah :


“salah satu akta kuasa dimana asli akta diserahkan oleh Notaris
kepada pihak pembuat kuasa dapat dibuat sebanyak para pihak
perlukan, dan pada setiap akta terdapat ketentuan berlaku
sebagai satu dan satu berlaku untuk semua”.

 Akta originali dapat dibuat lebih dari 1 (satu) rangkap,


ditandatangani pada waktu, bentuk, dan isi yang sama, dengan
ketentuan pada setiap akta tertulis kata-kata “berlaku sebagai
satu dan satu berlaku untuk semua". (Pasal 16 ayat 4 UU
Nomor 2 Tahun 2014 Tentang PERUBAHAN ATAS UNDANG-
UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN
NOTARIS).

 Akta dapat diklasifikan sebagai akta in originali, jika syarat-syarat


terpenuhi yang terdapat dalam UUJN meliputi :

a. Akta in originali dapat dibuatkan lebih dari 1 (satu) jika para


pihak menghendaki dan akta bersama-sama ditandatangani
oleh para pihak, para saksi yaitu karyawan Notaris serta
seorang Notaris pada saat waktu yang sudah ditentukan
dengan bentuk serta isi yang sama.
b. Setiap akhir akta terdapat kalimat : ”berlaku sebagai satu dan
satu berlaku untuk semua”.
c. Hanya boleh dibuatkan dalam 1 (satu) rangkap apabila kuasa
itu belum dilengkapi oleh nama dari yang memberi kuasa.
d. Apabila penghadap sudah terlebih dahulu membaca kemudian
memahami isinya pembacaan akta tidak harus untuk
dilakukan, jadi di dalam penutup akta harus terdapat
pernyataan oleh para penghadap kemudian oleh setiap
penghadap diparaf,selanjutnya diparaf untuk tiap-tiap halaman
minuta aktanya oleh saksi dan Notaris

Ketentuan mengenai syarat-syarat dibuatnya akta in orginali


didalam UUJN telah diatur, apabila tidak terpenuhi salah satu
syarat-syaratnya maka akta in originali mempunyai kekuatan
pembuktian dibawah tangan.

 Contoh Akta in Origanali


13. Terangkan mengenai Grosse Akta, dasar hukum dan contoh Grosse Akta

 Grosse Akta adalah salah satu salinan akta untuk pengakuan


utang dengan kepala akta “DEMI KEADILAN BERDASARKAN
KETUHANAN YANG MAHA ESA”, yang mempunyai kekuatan
eksekutorial. (Pasal 1 Angka 11 UU Nomor 2 Tahun 2014
Tentang PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30
TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS).

 Contoh Grosse Akta


14. Apa pengertian perubahan akta atau renvoi, bentuk-bentuk renvoi dan
siapa yang berhak melakukan renvoi, akibat hukum dan konsekuensi
renvoi yang tidak memenuhi prosedur.

 Perubahan Akta

Perubahan yang dilakukan sebelum akta ditandatangani disebut


dengan renvoi. Hal ini diatur dalam Pasal 48 – Pasal 50 UU
2/2014.

 Bentuk – bentuk Renvoi

1. Berupa Tambahan
2. Berupa Coretan biasa

Coretan ini dapat dilakukan pada huruf, angka, kata, atau


kalimat yang telah ada, tetapi tidak terdapat pengganti

3. Berupa Coretan Pengganti

Coretan ini dilakukan jika memang terdapat huruf, angka, kata,


atau kalimat yang perlu diganti. Apabila tidak diganti, dapat
menimbulkan adanya perubahan makna dalam akta notaris
tersebut

 Akibat Hukum dan Konsekuensi Renvoi yang tidak memenuhi


prosedur

Pada dasarnya, isi akta dilarang untuk diubah dengan:


a.    Diganti;
b.    Ditambah;
c.    Dicoret;
d.    Disisipkan;
e.    dihapus; dan/atau
f.     ditulis tindih.
 
Akan tetapi, dapat dilakukan perubahan isi Akta dalam huruf
a, huruf b, huruf c, dan huruf d di atas dan sah jika perubahan
tersebut diparaf atau diberi tanda pengesahan lain oleh
penghadap, saksi, dan Notaris. Jadi sebenarnya salah ketik,
selama akta belum ditandatangani, dapat diperbaiki dengan
renvoi.
Jika yang dimaksud dengan “terdapat banyak salah ketik dan
para pihak tidak mengetahui adanya renvoi” adalah ada renvoi
karena salah ketik namun para pihak tidak mengetahuinya yang
berarti tidak diparaf oleh para pihak, maka ini merupakan
pelanggaran. Pelanggaran atas ketentuan mengenai perubahan isi
akta/renvoi mengakibatkan akta hanya mempunyai kekuatan
pembuktian sebagai akta di bawah tangan dan dapat menjadi
alasan bagi pihak yang menderita kerugian untuk menuntut
penggantian biaya, ganti rugi, dan bunga kepada Notaris. Jadi
para pihak dapat menuntut si Notaris jika para pihak
menderita kerugian karena kesalahan Notaris ini.
Jika yang dimaksud adalah terdapat banyak salah ketik, tetapi
karena para pihak tidak mengetahui ada yang dinamakan renvoi,
sedangkan akta telah ditandatangani, maka perlu perlu diingat
bahwa setelah akta ditandatangani, tidak dapat dilakukan renvoi
lagi
Setelah akta ditandatangani, jika ada kesalahan yang tidak
bersifat substansial, seperti salah penulisan huruf, Notaris
berwenang untuk membetulkan kesalahan tulis dan/atau
kesalahan ketik yang terdapat pada Minuta Akta yang telah
ditandatangani.
Pembetulan ini dilakukan di hadapan penghadap, saksi, dan
Notaris yang dituangkan dalam berita acara dan memberikan
catatan tentang hal tersebut pada Minuta Akta asli dengan
menyebutkan tanggal dan nomor akta berita acara pembetulan.
Salinan akta berita acara-nya wajib disampaikan kepada para
pihak.
Jika Notaris tidak melakukan ketentuan pembetulan di atas,
maka mengakibatkan akta hanya mempunyai kekuatan
pembuktian sebagai akta di bawah tangan dan dapat menjadi
alasan bagi pihak yang menderita kerugian untuk menuntut
penggantian biaya, ganti rugi, dan bunga kepada Notaris.

15. Pengertian Protokol Notaris, dasar hukum dan jenis-jenisnya, kapan


dilakukan penyerahan protokol notaris.

 Protokol Notaris adalah kumpulan dokumen yang merupakan


arsip negara yang harus disimpan dan dipelihara oleh Notaris
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (Pasal
1 Angka 13 UU Nomor 2 Tahun 2014 Tentang PERUBAHAN
ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG
JABATAN NOTARIS).
 Protokol notaris terdiri dari atas : Minuta akta, Daftar akta atau
Repertorium, Buku daftar akta dibawah tangan yang
penandatangannya dilakukan dihadapan Notaris atau akta
dibawah tangan yang didaftar, Buku Daftar nama penghadap atau
klapper, Buku Daftar protes, Buku daftar wasiat, Buku daftar lain
yang disimpan oleh Notaris.
 Protokol notaris harus diserahkan paling lama 30 (tigapuluh)
hari dengan pembuatan berita acara penyerahan protokol notaris
yang ditandatangani oleh yang menyerahkan dan yang menerima
protokol notaris. Apabila Protokol Notaris tidak diserahkan oleh
ahli waris, maka Majelis Pengawas Daerah melakukan Upaya
hukum yaitu memberikan kesempatan kepada ahli waris,
memberikan peringatan secara tertulis dan mengusulkan notaris
pemegang protokol serta menyampaikan kepada Menteri. (Pasal
63 UU Nomor 2 Tahun 2014 Tentang PERUBAHAN ATAS
UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN
NOTARIS).

Anda mungkin juga menyukai