misalnya Amerika Serikat, di negara tersebut notaris adalah tukang membuat akta,
sedangkan di Indonesia sebagai penganut civil law, notaris mempunyai fungsi sebagai
seorang pejabat umum yang bertugas melayani masyarakat umum dalam pembuatan
akta. Pada negara common law dikenal sebagai notaris publik dan tidak diangkat oleh
pejabat berwenang serta tidak ada keharusan bentuk akta harus diatur oleh undang-
undang seperti dalam sistem civil law. Tugas notaris publik lebih
perjanjian.
Oleh karena itu penerapan konsep cyber notary pada sistem common law tidak akan
civil law yang memandang bahwa akta yang dibuat oleh dan/atau dihadapan notaris
adalah akta yang otentik. Akta otentik berdasarkan Pasal 1870 KUHPerdata merupakan
Selanjutnya dalam Pasal 1867 KUHPerdata dinyatakan bahwa bukti tulisan ada 2 (dua)
1. Akta dibawah tangan yang dibuat oleh para pihak (private deeds); dan
2. Akta otentik yang dibuat oleh pejabat yang berwenang (authentic deeds).
Akta dibawah tangan adalah semua tulisan yang ditandatangani, yang sengaja dibuat
untuk alat bukti. Akta di bawah tangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1880
KUHPerdata tidak akan dapat mempunyai kekuatan pembuktian keluar terhadap pihak
ketiga terkecuali sejak hari dibubuhi pernyataan oleh seorang notaris atau seorang
pejabat lain yang ditunjuk oleh undang-undang dan dibukukan menurut aturan
undang-undang atau sejak hari meninggalnya si penanda tangan atau salah seorang
penanda tangan; atau sejak hari dibuktikannya adanya akta di bawah tangan itu dari
akta-akta yang dibuat oleh pejabat umum; atau sejak hari diakuinya akta di bawah
tertulis oleh pihak ketiga yang dihadapai akta itu. Sedangkan akta otentik seperti yang
dijelaskan pada Pasal 1868 KUHPerdata, yaitu: “Suatu akta otentik ialah suatu akta
2009: 72):
halal.
akta otentik sesuai Pasal 15 ayat (1) UUJN dan kewenangan lainnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) dan (3) UUJN dan untuk melayani
yang ada padanya dapat diketahui dari penggunaan frasa kata Openbare
7. Notaris adalah pejabat umum yang satu-satunya berwenang untuk membuat akta
oleh suatu peraturan umum atau oleh yang berkepentingan dikehendaki untuk
9. Pasal 1 angka (1) UUJN menyebutkan : Notaris adalah Pejabat Umum yang
10. Menurut Kamus Hukum salah satu arti dari Ambtenaren adalah Pejabat.
kepentingan publik, dan kualifikasi seperti itu diberikan kepada Notaris. Aturan
memberikan batasan atau definisi mengenai Pejabat Umum, karena sekarang ini
yang diberi kualifikasi sebagai Pejabat Umum bukan hanya Notaris saja, Pejabat
Pembuat Akta Tanah (PPAT) juga diberi kualifikasi sebagai Pejabat Umum,
Pejabat Lelang. Pemberian kualifikasi sebagai Pejabat Umum kepada pejabat lain
11. Dengan demikian PJN merupakan peraturan pelaksanaan dari Pasal 1868 KUH
Perdata itu; Dan oleh karena itu, yang dimaksud dengan Pejabat Umum dalam
pasal 1868 KUH Perdata itu adalah notaris, yang didefinisi otentiknya termuat
dalam pasal 1 PJN. Disinilah letak hubungan pasal 1 PJN dengan Pasal 1868
KUH Perdata.
Dalam jabatan tersimpul suatu sifat atau ciri khas yang membedakannya
grossen, afschrif akten en uittreksels uit te geven; alles voorzoover het opmaken dier
akten door ene algemene verordening niet ook aan andere ambtenaren of personen
Istilah Openbare Amtbtenaren yang terdapat dalam Art. 1 dalam Regelement op het
Notaris
Ambt in Indonesia (Ord. Van Jan. 1860) S.1860-3, diterjemahkan menjadi Pejabat
Lumban Tobing, op.cit., hlm. V. Istilah Openbare Amtbtenaren yang terdapat dalam
Pasal 1868 BW diterjemahkan menjadi Pejabat Umum tidak juga ditugaskan atau
dikecualikan kepada pejabat atau orang lain). Pasal 1868 KUH Perdata menyebutkan :
Suatu akta otentik ialah suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan undang-
undang oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu, di
dari pemerintah; misal: Pengacara, Dokter yang mana sifat dari pengangkatan
lisensi untuk menjalankan sesuatu jabatan dan tidak mempunyai sifat sebagai
Notaris, dan pengawasan dalam kode etik dilakukan oleh Dewan Kehormatan
dan kekuatan pembuktian dari akta otentik yang dibuatnya, dapat dikatakan
membuat akta baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja maka notaris
wajib mempertanggungjawabkannya,
diketahui dimulai dari masa pemerintahan Hindia Belanda yang semula dengan
dibuatnya perkumpulan notaris atau paguyuban yang menghimpun para notaris yang
ada pada waktu itu telah menjadi perkumpulan satu-satunya bagi notaris Indonesia di
para Notaris yang pada waktu itu menjadi anggotanya dan ternyata kemudian
dan Broederschap der Notarissen di Negeri Belanda telah diakui sebagai badan hukum
(sekarang dikenal sebagai ibu kota Jakarta) tertanggal 01 Juli 1908 (Anggaran Dasar Ex
momentum yang dijadikan dasar hukum keberadaan Organisasi Notaris sebagai satu-
dilahirkan pada tanggal 01 Juli 1908. Pada masa itu Pengurus notaris berkebangsaan
Belanda yaitu LM.Van Sluijters, E.H. Carpentir Alting, H.G. Denis, H.W. Roebey, W. an
Der Meer dan anggota perkumpulan terdiri dari notaris dan calon notaris Indonesia
November 1958 untuk mengubah Anggaran Dasar (statuten) perkumpulan itu dan
diakui berdiri semenjak tanggal 1 Juli 1908, diakui sebagai Badan Hukum
September 1908 Nomor 9, merupakan satu-satunya wadah pemersatu bagi semua dan
setiap orang yang memangku dan menjalankan tugas jabatan sebagai pejabat umum di
Indonesia.
tertanggal 4 Desember 1958 Nomor J.A.5/117/6 dan diumumkan dalam Berita Negara
Republik Indonesia tanggal 6 Maret 1959 Nomor 19, Tambahan Berita Negara Republik
Indonesia Nomor 6 dan perubahan anggaran dasar yang terakhir telah mendapat
persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
03.AH.01.07.Tahun 2009, oleh karena itu sebagai dan merupakan organisasi Notaris
(disingkat : UUJN-P).
UUJN)
P)
Indonesia (INI)
aturan baru juga menetapkan beberapa aturan yang berkenaan dengan jabatan Notaris
Konstitusi Republik lndonesia Nomor : 63/PUU-II/2014 telah menolak uji materi atas
pleno pengurus pusat di banten pada 30 Mei 2015 yang diperluas, dan
2. Perubahan anggaran rumah tangga (ART) tahun 2017, berdasarkan hasil rapat
pleno Pengurus Pusat di Balik papan, 12 Januari 2017 yang diperluas, dan
kemudian
Organisasi perkumpulan Ikatan Notaris Indonesia telah resmi masuk dan tergabung
Union of Latin Notaries - UINL) tanggal 30 Mei 1997 di Santo Dominggo, Dominica.
Umum
Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas
grosse, salinan dan kutipan Akta, semuanya itu sepanjang pembuatan Akta
pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang. Kemudian
oleh Notaris.
khusus;
c. Membuat kopi dari asli surat di bawah tangan berupa salinan yang
bersangkutan;
Akta;
undangan.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), Notaris mempunyai
Penjelasan resmi Ayat (3) Yang dimaksud dengan “kewenangan lain yang
Notaris sebagai pejabat umum dengan tugas pokok dalam pembuatan akta
Jabatan Notaris (SJN) sebagai Mahkota Jabatan Notaris (MJN) dan Kode
Etik Notaris (KEN) yang kesemuanya merupakan tata aturan yang mengikat
secara inklusif dalam keluhuran harkat dan martabat sebagai Pejabat Umum
yang berwenang untuk membuat akta otentik sesuai Pasal 15 ayat (1) UUJN dan
kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) dan (3) UUJN dan
grossen, afschrif akten en uittreksels uit te geven; alles voorzoover het opmaken dier
akten door ene algemene verordening niet ook aan andere ambtenaren of personen
Pemberian predikat jabatan Notaris sebagai Pejabat Umum dengan kewengan yang ada
padanya dapat diketahui dari penggunaan frasa kata Openbare Amtbtenaren yang
Selain itu, dasar kewenangan Notaris sebagai Pejabat Umum dalam menjalankan tugas
Notaris adalah pejabat umum yang satu-satunya berwenang untuk membuat akta
otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan penetapan yang diharuskan oleh
suatu peraturan umum atau oleh yang berkepentingan dikehendaki untuk dinyatakan
dalam suatu akta otentik, menjamin kepastian tanggalnya, menyimpan aktanya dan
memberikan grosse, salinan dan kutipannya, semuanya sepanjang pembuatan akta itu
Istilah Openbare Amtbtenaren yang terdapat dalam Art. 1 dalam Regelement op het
Notaris
Ambt in Indonesia (Ord. Van Jan. 1860) S.1860-3, diterjemahkan menjadi Pejabat
Lumban Tobing, op.cit., hlm. V. Istilah Openbare Amtbtenaren yang terdapat dalam
Pasal 1868 BW diterjemahkan menjadi Pejabat Umum tidak juga ditugaskan atau
dikecualikan kepada pejabat atau orang lain). Pasal 1868 KUH Perdata menyebutkan :
Suatu akta otentik ialah suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan undang-
undang oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu, di
Pasal 1 angka (1) UUJN menyebutkan : Notaris adalah Pejabat Umum yang berwenang
untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam
undang-undang ini.
Menurut Kamus Hukum salah satu arti dari Ambtenaren adalah Pejabat. Dengan
demikian Openbare Ambtenaren adalah pejabat yang mempunyai tugas yang bertalian
dengan kepentingan publik, sehingga tepat jika Openbare Ambtenaren diartikan sebagai
Pejabat Publik. Khusus berkaitan dengan Openbare Ambtenaren yang diterjemahkan
sebagai Pejabat Umum diartikan sebagai pejabat yang diserahi tugas untuk membuat
akta otentik yang melayani kepentingan publik, dan kualifikasi seperti itu diberikan
kepada Notaris. Aturan hukum sebagaimana tersebut di atas yang mengatur keberadaan
Notaris tidak memberikan batasan atau definisi mengenai Pejabat Umum, karena
sekarang ini yang diberi kualifikasi sebagai Pejabat Umum bukan hanya Notaris saja,
Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) juga diberi kualifikasi sebagai Pejabat Umum,
Pejabat Lelang. Pemberian kualifikasi sebagai Pejabat Umum kepada pejabat lain
Dengan demikian PJN merupakan peraturan pelaksanaan dari Pasal 1868 KUH Perdata
itu; Dan oleh karena itu, yang dimaksud dengan Pejabat Umum dalam pasal 1868 KUH
otentiknya termuat dalam pasal 1 PJN. Disinilah letak hubungan pasal 1 PJN
Dalam jabatan tersimpul suatu sifat atau ciri khas yang membedakannya
dari pemerintah; misal: Pengacara, Dokter yang mana sifat dari pengangkatan
lisensi untuk menjalankan sesuatu jabatan dan tidak mempunyai sifat sebagai
tempat dimana mereka bekerja, tidak terikat peraturan cuti dan peraturan
Notaris, dan pengawasan dalam kode etik dilakukan oleh Dewan Kehormatan
dan kekuatan pembuktian dari akta otentik yang dibuatnya, dapat dikatakan
membuat akta baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja maka notaris
wajib mempertanggungjawabkannya,
1977 – 1980
1984 – 1987
2. SOELAIMAN ARDJASMITA
1987 – 1990
3. WAWAN SETIAWAN
1993 – 1996
4. HARUN KAMIL
2000 – 2003
2006 – 2009
6. ADRIAN DJUANI
7. KOLEKTIF KOLEGIAL, dipimpin oleh 5 orang selama masa transisi tahun 2012
yaitu :
a. ADRIAN DJUANI
b. ARRY SUPRATNO
c. HABIB ADJIE
d. PIETER LATUMENTEN
e. ERNI ROHAINI
8. ADRIAN DJUANI
9. YUALITA WIDYADHARI
2019 – 2022
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris yang
menjadi dasar hukum organisasi perkumpulan Ikatan Notaris Indonesia., dan yang
pada pokoknya menegaskan ketentuan Ayat (2) Pasal 82 diubah dan ditambah 3
(tiga) Ayat, yakni Ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) sehingga Pasal 82 berbunyi
sebagai berikut :
Jabatan Notaris yang menjadi dasar hukum organisasi perkumpulan Ikatan Notaris
Indonesia untuk menetapkan dan menegakkan Kode Etik Notaris dan memiliki buku
daftar anggota dan salinannya disampaikan kepada Menteri dan Majelis Pengawas, dan
Notaris.
Notaris
Peran organisasi perkumpulan Ikatan Notaris Indonesia dalam rangka pengawasan
dan pembinaan terhadap anggota Notaris dapat diketahui dari maksud dan tujuan
pendiriannya, yaitu :
kepastian hukum ;
2. Memajukan dan mengembangkan ilmu hokum pada umumnya dan ilmu serta
umum dalam rangka pengabdiannya kepada Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa dan
Negara ;
Selanjutnya lembaga-lembaga atau badan yang bertugas dalam rangka pembinaan dan
permasalahan etika dan prilaku notaris dan keberadaannya hampir ada disetiap
Wilayah Provinsi (dikenal dengan nama Majelis Pengawas Notaris Wilayah) serta
di Ibu Kota Negara (dikenal dengan nama Majelis Pengawas Notaris Pusat), dan
notaris untuk diperiksa dan mengambil photo copy yang berada dalam
yang dikenal dengan nama Majelis Kehormatan Notaris Wilayah dan di Ibu Kota
Negara (dikenal dengan nama Majelis Kehormatan Notaris Pusat), dan dengan
lembaga yang berbeda dan mempunyai kewenangan yang berbeda pula dalam
yang tidak berkaitan secara langsung dengan masyarakat atau hanya bersifat
5. Apabila pelanggaran kode etik yang dilakukan bersifat internal, maka Dewan
pelanggaran tersebut, dan bila sifat pelanggaran yang dilakukan telah merugikan
klien atau masyarakat maka Majelis Pengawas Notaris yang bertugas untuk
melakukan pemeriksaan.
Upaya-upaya yang dilakukan Organisasi perkumpulan Ikatan Notaris Indonesia
derogat legi generali terkait dengan adanya kewenangan Penyidikan yang bersifat
Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris,satu dan lain hal yang terkait dengan
pelaksanaan kerja sama dalam penegakan hukum secara professional yang diikuti
Acara Pidana ?
Jawaban :
Pasal 170 Ayat (1) KUHAP juga menegaskan, bahwa mereka yang karena pekerjaan,
dibebaskan dari kewajiban untuk memberi keterangan sebagai saksi, yaitu tentang
hal yang dipercayakan kepada mereka, dan penjelasan pasal 170 ayat (1)
menentukan sah atau tidaknya segala alasan untuk permintaan tersebut, dan
penjelasan pasal 170 ayat (2), menyebutkan bahwa jika tidak ada ketentuan
yang dimaksud, maka seperti yang ditentukan oleh ayat ini, hakim yang
kebebasan tersebut.
1. Pertanyaan :
memberikan kesaksian ?
Jawaban :
Dalam hal memberikan kesaksian, seorang Notaris tidak dapat mengungkapkan
akta yang dibuatnya baik sebagian maupun keseluruhannya, karena hal ini sesuai
Akta, Salinan Akta dan Kutipan Akta kepada orang yang berkepentingan langsung
pada akta, ahli waris atau orang yang mempunyai hak, kecuali ditentukan lain oleh
peraturan perundang-undangan.
2. Pertanyaan :
a. Anggota biasa;
c. Anggota kehormatan.
a. setiap orang yang menjalankan tugas jabatan Notaris (Notaris aktif) yang
3. Anggota luar biasa adalah setiap orang yang telah lulus dari pendidikan
4. Anggota kehormatan adalah seseorang yang mempunyai jasa yang sangat besar
3. Pertanyaan :
Berdasarkan ketentuan BAB III Pasal 11 Anggaran Rumah Tangga Ikatan Notaris
Jawaban :
1. Rapat anggota :
2. Kepengurusan:
a. Pengurus Pusat;
b. Pengurus Wilayah;
c. Pengurus Daerah.
3. Dewan Kehormatan :
4. Mahkamah Perkumpulan.
4. Pertanyaan :
tahun 2018 ?
Jawaban :
a. Rapat Harian;
b. Rapat Pleno;
a. Rapat Harian;
b. Rapat Pleno;
g. Rapat Pleno.
5. Pertanyaan :
Jawaban :
1. Setiap anggota wajib menjunjung tinggi harkat dan martabat jabatan notaris dan
Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga Dan Kode Etik Notaris, Keputusan
perkumpulan;
2. Setiap anggota biasa dan anggota luar biasa wajib berpartisipasi aktif dalam
perkumpulan;
3. Setiap anggota biasa (dari Notaris aktif) wajib menjalankan jabatan Notaris
secara aktif dan nyata dengan memasang papan nama dan menyampaikan
4. Setiap anggota biasa (dari notaris aktif) yang mengajukan permohonan pindah
(tiga puluh) hari sejak tanggal berita acara sumpah jababan di tempat
kedudukan yang baru dengan melampirkan tanda terima atau bukti pengiriman
kedudukannya yang lama, serta fotocopi berita acara serah terima protokol;
7. Setiap anggota biasa (dari Notaris aktif) wajib membayar uang iuran bulanan
tersebut tidak dipenuhi maka anggota dimaksud tidak dapat menuntut hak-hak
6. Pertanyaan :
a. Meninggal dunia;
b. Mengundurkan diri;
berwenang;
atau
a. Meninggal dunia;
b. Dibawah pengampuan;
a. Meninggal dunia;
b. Dibawah pengampuan;
a. Meninggal dunia;
b. Dibawah pengampuan;
Sebutkan tugas dan kewajiban pengurus pusat ikatan notaris Indonesia berdasarkan
ketentuan Pasal 39 ayat (4) perubahan Anggaran Rumah Tangga Notaris tahun
2017 ?
Jawaban :
serta keputusan yang ditetapkan oleh Kongres, Kongres luar biasa dan
luar Kongres tersebut kepada semua anggota biasa (dari notaris aktif) melalui
3. Membina dan memupuk hubungan baik dengan semua aparat pemerintah serta
langsung maupun tidak langsung dengan bidang notariat dan hukum pada
umumnya;
4. Mengadakan rapat berupa rapat harian, rapat pleno, dan rapat pleno yang
anggota;
8. Pertanyaan :
Sebutkan dan jelaskan sebab jabatan Notaris disebut dengan jabatan yang
Jawaban :
bidang hukum perdata dan juga memliki peran penting dalam membuat alat
pembuktian yang sempurna yaitu akta autentik dan juga karena jabatan notaris
merupakan jabatan yang harus memiliki sikap jujur, seksama, mandiri, tidak
9. Pertanyaan :
Bagaimana pengaturan pencatatan atas sanksi dalam pelanggaran Kode Etik serta
diatur dalam pasal 12 perubahan kode etik notaris di Banten 29-30 Mei 2015.
10. Pertanyaan :
ketentuan Pasal 62 ayat (1) perubahan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Notaris di
Jawaban :
1. lambang yang merupakan suatu rangkaian sehingga menjadi suatu kesatuan dari
unsur-unsur atribut yang ada pada zaman dahulu, diberikan secara simbolis
Jawaban :
1. Anggaran rumah tangga hanya dapat diubah dan/atau ditambah oleh rapat
2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota pengurus pusat, Dewan Kehormatan
sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah suara yang dikeluarkan
2. Apabila dalam pembukaan rapat pleno pengurus pusat yang diperluas tidak
tercapai korum, maka rapat pleno pengurus pusat yang diperluas diundur
selama 30 (tiga puluh) menit dan apabila sesudah pengunduran itu belum juga
tercapai korum yang dipersyaratkan, maka rapat pleno pengurus pusat yang
diperluas dianggap sah dan dapat mengambil keputusan yang sah, dengan tidak
mengindahkan jumlah anggota yang hadir asal saja keputusan itu disetujui oleh
sekurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah suara yang dikeluarkan secara sah.
11. Pertanyaan :
Sebutkan pengertian dari rapat anggota dalam perkumpulan Ikatan Notaris
Indonesia ?
Rapat anggota adalah rapat yang dihadiri oleh seluruh anggota biasa (dari notaris
aktif) perkumpulan di luar konferensi daerah atau konferensi daerah luar biasa.
12. Pertanyaan :
Indonesia berdasarkan ketentuan Pasal 55 ayat (2), (3), dan (4) perubahan
Jawaban :
a. Usulan maksimal 5 (lima) nama bakal calon ketua umum dan maksimal 5
b. Usulan maksimal 5 (lima) nama bakal calon Ketua Pengurus Wilayah dan
2. Undangan untuk menghadiri rapat anggota harus sudah dikirim oleh pengurus
(tujuh) hari sebelum rapat anggota diadakan. undangan tersebut harus secara
tertulis dan disampaikan melalui surat tercatat, atau kurir, atau surat elektronik,
anggota biasa. Apabila pada pembukaan rapat jumlah korum tidak tercapai, maka
3. maka rapat dianggap sah dan rapat dapat mengambil keputusan yang sah.
13. Pertanyaan :
Jawaban :
1. Rapat gabungan pengurus wilayah dan pengurus daerah adalah rapat pleno
pengurus wilayah yang dihadiri oleh pengurus wilayah dan pengurus daerah
Pleno Pengurus Pusat yang diperluas dan Keputusan Pengurus Pusat, sejauh
b. Menetapkan usulan maksimal 5 (lima) nama bakal calon Ketua Umum dan
maksimal 5 (lima) nama bakal calon anggota Dewan Kehormatan Pusat yang
diperoleh dari hasilRapat Anggota yang diselenggarakan oleh Pengurus-
c. Memilih salah seorang dari Wakil Ketua, dalam hal terdapat lebih dari
3. Pada setiap Rapat Gabungan Pengurus Wilayah dan Pengurus Daerah dapat
Daerah harus sudah dikirim oleh Pengurus Wilayah kepada setiap anggota
harus secara tertulis dan disampaikan melalui surat tercatat, atau kurir, atau
surat elektronik, dengan menyebutkan tempat, waktu dan acara Rapat Gabungan
14. Pertanyaan :
ketentuan Pasal 45 ayat (1) Perubahan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Notaris di
Jawaban :
Pengurus Wilayah terdiri dari seorang ketua, seorang wakil ketua atau lebih,
seorang sekretaris, seorang wakil sekretaris atau lebih, seorang bendahara, seorang
wakil bendahara atau lebih dan beberapa koordinator serta anggota bidang.
15. Pertanyaan :
Jawaban :
dalam Pasal 8 ayat (1) huruf b dan ayat (2) Undang-Undang Jabatan Notaris;
16. Pertanyaan :
Jawaban :
b. Membina dan memupuk hubungan baik dengan semua instansi pemerintah serta
kepada atau setiap waktu yang diminta oleh Pengurus Pusat tentang semua
anggota;
keuangan;
kepengurusannya;
17. Pertanyaan :
Apabila karena sebab apapun Ketua Pengurus Wilayah tidak dapat menjalankan
maka Wakil Ketua atau dalam hal terdapat lebih dari seorang Wakil Ketua, salah
seorang di antaranya yang dipilih oleh Rapat Gabungan Pengurus Wilayah dengan
18. Pertanyaan :
Sebutkan yang dimaksud dengan rapat pleno yang diperluas dalam perkumpulan
Jawaban :
Rapat Pleno Pengurus Pusat yang Diperluas adalah Rapat Pleno Pengurus Pusat
b. Organ organisasi lainnya yang dibentuk oleh Pengurus Pusat (Pasal 16 ayat (10
Sebutkan tugas dan kewajiban dari Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia?
Jawaban:
20. Pertanyaan :
serta keputusan yang ditetapkan oleh Kongres, Kongres Luar Biasa dan
di luar Kongres tersebut kepada semua anggota biasa (dari Notaris aktif) melalui
3. Membina dan memupuk hubungan baik dengan semua aparat Pemerintah serta
langsung maupun tidak langsung dengan bidang notariat dan hukum pada
umumnya;
4. Mengadakan rapat berupa Rapat Harian, Rapat Pleno, dan Rapat Pleno Yang
anggota;
21. Pertanyaan :
Notaris Indonesia ?
dalamPasal 8 ayat (1) huruf b dan ayat (2) Undang-Undang Jabatan Notaris;
3. Mentaati peraturan perundangan, peraturan Perkumpulan, Anggaran Dasar,
22. Pertanyaan :
pendapatan ?
Jawaban :
a. Iuran anggota;
23. Pertanyaan :
Jawaban :
hal yang tidakatau belum cukup diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga.
24. Pertanyaan :
Indonesia ?
Jawaban :
25. Pertanyaan :
Sebutkan peserta Rapat Pleno Pengurus Pusat yang diperluas dalam perkumpulan
- Pengurus Wilayah diwakili oleh Ketua dan Sekretaris, dan apabila Ketua atau
PengurusWilayah;
- Pengurus Daerah diwakili oleh Ketua dan Sekretaris, dan apabila Ketua
Daerah;
berhalangan hadir, maka dapat diwakili oleh 1 (satu) orang anggota Dewan
Kehormatan Wilayah lainnya yang ditunjuk secara tertulis oleh Rapat Dewan
Kehormatan Wilayah;
Daerah lainnya yang ditunjuk secara tertulis oleh Rapat Dewan Kehormatan
Daerah.
Menurut Pasal 1 angka 7 UU Nomor 2 Tahun 2014, akta notaris adalah akta autentik
yang dibuat oleh atau di hadapan notaris menurut bentuk dan tata cara yang
ditetapkan dalam Undang-Undang ini. Akta otentik sangat penting dalam hal
Jawaban :
a. Judul akta;
b. Nomor akta;
2. Badan Akta :
mereka wakili;
berkepentingan dan;
d. Uraian tentang adanya perubahan yang terjadi dalam pembuatan akta atau
status dari saksi, keterangan notaris dibaca atau dibacakan dan diterangkan
segera diparaf dan atau ditanda-tangani/dibubuhi cap jempol jari oleh pihak,
fakta tersebut dalam akta betul-betul dilakukan oleh pejabat yang berwenang
benar atau tidaknya isi pernyataan yang ditanda-tangani dalam akta, bahwa
Ps 1868 BW : suatu akta otentik ialah suatu akta yg dibuat dlm bentuk yg ditentukan
Ps 1870 & 1871 KUHPer : Akta otentik adl alat pembuktian yg sempurna bagi kedua
pihak & AW,sekalian org yg mendapat haknya dari akta tsb…..memberikan kpd pihak-
2. Kekuatan pembuktian formil; apa yg dinyatakan dlm akta tsb adl benar.
Kekuatan pembuktian akta Notaris ini berhubungan dengan sifat publik dari jabatan
Notaris. Sepanjang suatu akta notaris tidak dapat dibuktikan ketidak benarannya maka
akta tersebut merupakan akta otentik yang memuat keterangan yang sebenarnya dari
para pihak dengan didukung oleh dokumen-dokumen yang sah dan saksi-saksi yang
berlaku. Dengan konstruksi pemahaman seperti di atas, maka ketentuan Pasal 50 Kitab
dengan tata cara yang sudah ditentukan dalam UUJN, hal ini sebagai perlindungan
hukum terhadap Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya atau merupakan suatu
bentuk imunitas terhadap Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya sesuai aturan
ketentuan ex Pasal 165 HIR jo. 285 Rbg jo. 1868 BW merupakan bukti yang
sempurna bagi kedua belah pihak dan para ahli warisnya dan orang yang
mendapat hak darinya. Pasal 50 KUHP berbunyi : Tidaklah dapat dihukum, barang
undangan.
pengecualian. Dengan mengkategorikan Notaris sebagai pejabat publik. Dalam hal ini
publik yang bermakna hukum, bukan publik sebagai khalayak umum. Notaris sebagai
pejabat publik produk akhirnya yaitu akta otentik, yang terikat dalam ketentuan hukum
sengketa maka akta otentik dapat digunakan sebagai pedoman bagi para pihak yang
bersengketa. Peran Notaris diperlukan di Indonesia karena dilatar belakangi oleh Pasal
1. bukti tulisan;
3. persangkaan-persangkaan;
4. pengakuan;
5. sumpah
Pembuktian tertinggi adalah bukti tulisan. Bukti tertulis ini dapat berupa akta otentik
maupun akta di bawah tangan dan yang berwenang dan yang dapat membuat akta
otentik adalah Notaris. Untuk itulah negara menyediakan lembaga yang bisa membuat
akta otentik. Negara mendelegasikan tugas itu kepada Notaris seperti tertera pada Pasal
1868 KUH Perdata jo S. 1860/3 mengenai adanya Pejabat Umum, yaitu pejabat yang
diangkat oleh negara untuk membantu masyarakat dalam pembuatan akta otentik.
Dalam hal ini pejabat yang dimaksud adalah Notaris dan lambang yang digunakan
sebagai cap para Notaris adalah lambang negara. Notaris adalah Pejabat Umum, hal ini
dapat juga dilihat di dalam pasal 1 angka 1 UUJN. Notaris Dalam Memberikan
Bagaimana kalau notaris dipanggil sebagai saksi akta?
Dalam kedudukan notaris sebagai saksi (perkara perdata) notaris dapat minta
diwajibkan untuk merahasiakannya (Ps 1909 ay 3 BW). Dalam hal ini notaris
mempunyai kewajiban ingkar bukan untuk kepentingan diri notaris tapi untuk
WAJIB MERAHASIAKAN
Adanya Hak Ingkar tersebut membuat Notaris sebagai jabatan kepercayaan wajib untuk
menyimpan rahasia mengenai akta yang dibuatnya dan keterangan pernyataan para
tersebut kepada pihak yang memintanya. Tindakan seperti ini merupakan suatu
kewajiban Notaris berdasarkan ketentuan Pasal 4 ayat (2) UUJN dan Pasal 16 ayat (1)
huruf e UUJN.
Pasal 1909 ayat 3 KUH Perdata menyebutkan bahwa segala siapa yang karena
(1). Mereka yang karena pekerjaan, harkat martabat atau jabatannya diwajibkan
menyimpan rahasia, dapat minta dibebaskan dari kewajiban untuk memberi keterangan
(2). Hakim menentukan sah atau tidaknya segala alasan untuk permintaan tersebut.
Ketentuan dalam KUHAP, secara materil dituangkan Pasal 322 ayat 1 KUH Pidana
Selanjutnya beberapa pasal dalam UUJN mengatur mengenai rahasia jabatan
Notaris, yaitu: Pasal 4 ayat 2 UU Jabatan Notaris (sumpah jabatan) yang berbunyi:
“….Bahwa saya akan merahasiakan isi akta dan keterangan yang diperoleh dalam
saksama, mandiri, tidak berpihak, dan menjaga kepentingan pihak yang terkait dalam
perbuatan hukum; dan (e) merahasiakan segala sesuatu mengenai akta yang dibuatnya
dan segala keterangan yang diperoleh guna pembuatan akta sesuai dengan
ayat (1) huruf e ini menerangkan bahwak Kewajiban untuk merahasiakan segala sesuatu
yang berhubungan dengan akta dan surat-surat lainnya adalah untuk melindungi
kepentingan semua pihak yang terkait dengan akta tersebut. Dengan demikian, dalam
konteks filosofis, maka rahasia jabatan merupakan bagian dari instrumen perlindungan
hak pribadi para pihak yang terkait dengan akta yang dibuat oleh notaris, sehingga tidak
memperlihatkan atau memberitahukan isi akta, Grosse Akta, Salinan Akta dan Kutipan
Akta kepada orang yang berkepentingan langsung pada akta, ahli waris atau orang
Notaris adalah “kebal hukum”. Artinya Notaris tidak dapat dihukum oleh karena
perbuatan hukum yang mereka lakukan dapat dibuktikan dengan akte otentik, kecuali
kalau Notaris yang tidak sedang dalam kapasitas sebagai Notaris adalah sama dengan
orang pada umumnya, yang tunduk pada prinsip equality before the law dan
tidak “kebal hukum….”
Untuk melihat akta notaris, notaris harus dinilai apa adanya, dan setiap orang harus
dinilai benar berkata seperti yang disampaikan yang dituangkan dalam akta tersebut.
Notaris dalam menjalankan jabatannya hanya bersifat formal seperti yang disebutkan
oleh para pihak yang menghadap notaris tersebut. Notaris tidak wajib menyelidiki
merupakan akta otentik, yakni akta yang mempunyai kebenaran lahir, formil dan
Berkaitan dengan masalah rahasia jabatan notaris, pada intinya berisikan kewajiban
Bahwa para notaris wajib untuk merahasiakan, tidak hanya apa yang
Bahwa hak ingkar dari para notaris tidak hanya merupakan hak
notaris wajib untuk tidak bicara. Hal ini tidak didasarkan kepada pasal 1909n
mengundurkan diri sebagai saksi, akan tetapi didasarkan kepada pasal 17 dan
pasal 40 PJN.
Bahwa di dalam menentukan sampai seberapa jauh jangkauan hak ingkar dari
para notaris, harus bertitik tolak dari kewajiban bagi para notaris untuk tidak
bicara mengenai isi akta-aktanya, dalam arti baik mengenai yang tercantum
Sehubungan dengan penjelasan GHSL Tobing tersebut maka jika dikaitkan dengan
ketentuan pasal 4, 16 dan 54 UUJN maka jelas bahwa untuk merahasiakan isi akta
beserta hal-hal yang diberitahukan kepada notaris sehubungan dengan pembuatan akta
tersebut adalah merupakan suatu kewajiban jabatan notaris, sehingga dengan demikian
untuk mengundurkan diri sebagai saksi atau menolak untuk memeberikan keterangan
sebagai saksi bukan hanya merupakan hak tapi juga merupakan suatu kewajiban bagi
notaris. Jadi notaris tidak hanya mempunyai hak ingkar (verschongsrecht) akan tetapi
Brawijaya, Jayabaya, Untag), Dosen Pasca/S2 Hukum, Bareskrim Mabes Polri, Mabes
TNI, Diklat Perbankan, Jimly School at Law and Government ), Nara-sumber Seminar
Hukum, Konstitusi, Politik dan Demokrasi, Saksi Ahli, di Pengadilan dan Polri,
Dalam pelaksanaan tugas jabatannya Notaris sebagai Pejabat Umum selain berwenang
untuk membuat akta autentik dan akan tetapi juga memiliki kewenangan lainnya
kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum sebagai alat bukti tertulis yang bersifat
autentik mengenai perbuatan, perjanjian, penetapan, dan peristiwa hukum yang dibuat
Selain itu, Notaris sebagai Pejabat Umum dalam memberikan pelayanan hukum kepada
kewajiban untuk merahasiakan segala sesuatu yang berhubungan dengan Akta dan
surat-surat lainnya yang tujuannya untuk melindungi kepentingan semua pihak yang
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 1 UU No. 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris
kewenangan Notaris adalah sebagai Pejabat Umum yang berwenang untuk membuat
akta autentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-
maupun surat yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris menurut bentuk dan tata cara
pengamanan baik terhadap Akta itu sendiri maupun terhadap isinya untuk mencegah
selanjutnya disebutkan sebagai Protokol Notaris merupakan arsip negara yang harus
disimpan dan dipelihara oleh Notaris sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Kewajiban menyimpan dan memelihara Minuta Akta berupa asli Akta yang
mencantumkan tanda tangan para penghadap, saksi, dan Notaris yang wajib disimpan
sebagai bagian dari Protokol Notaris yang tujuannya untuk menjaga keautentikan suatu
Akta dengan menyimpan Akta dalam bentuk aslinya yang bertujuan apabila nantinya
dikemudian hari ada pemalsuan atau penyalahgunaan grosse, salinan, atau kutipannya
dapat segera diketahui dengan mudah dengan mencocokkannya dengan aslinya, dan
berbeda dengan Akta in originali yang dibuat oleh Notaris dengan menyerahkan aslinya
sebagai negara hukum (rechtsstaat) sebagaimana bunyi pasal 1 ayat (3) Undang-
Undang Dasar 1945 yang menyatakan “Negara Indonesia adalah negara hukum”,
negara harus menjamin persamaan setiap orang di hadapan hukum serta melindungi
hak asasi manusia. Persamaan di hadapan hukum memiliki arti bahwa semua orang
memiliki hak untuk diperlakukan sama di hadapan hukum (equality before the law).
Persamaan perlakuan di hadapan hukum bagi setiap orang berlaku dengan tidak
membeda-bedakan latar belakangnya (ras, agama, keturunan, pendidikan atau tempat
lahirnya), untuk memperoleh keadilan melalui lembaga peradilan. Oleh karena itu
kedudukan notaris sebagai pejabat umum perlu dikaji apakah sudah mencermikan
persamaan dimata hukum atau tidak. Persamaan di hadapan hukum yang diartikan
secara dinamis ini dipercayai akan memberikan jaminan adanya akses untuk
memperoleh keadilan (access to justice) bagi semua orang tanpa memperdulikan latar
belakangnya.
1945. Dalam Amandemen Undang-undang Dasar 1945, teori Equality Before the Law
termasuk dalam Pasal 27 ayat ( 1 ) yang menyatakan bahwa: Setiap warga Negara
hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Ini merupakan pengakuan
dan jaminan hak kesamaan semua warga negara dalam hukum dan pemerintahan6.
Tujuan utama adanya Equality Before the Law adalah menegakkan keadilan dimana
persamaan kedudukan berarti hukum sebagai satu entitas tidak membedakan siapapun
yang meminta keadilan kepadanya. Diharapkan dengan adanya asas ini tidak terjadi
suatu diskriminasi dalam hukum di Indonesia dimana ada suatu pembeda antara
Equality Before the Law yang artinya menurut Undang-Undang Dasar Tahun 1945,
adalah suatu mata rantai antara hak dan kewajiban yang harus berfungsi menurut
negara harus diperlakukan adil oleh aparat penegak hukum dan pemerintah. Dari hasil
penelitian pendahuluan telah didapat adanya pemanggilan notaris baik sebagai saksi
dalam perkara perdata maupun sebagai terdakwa dalam hukum Pidana harus adanya
KEWENANGAN NOTARIS.
Pasal 15 Ayat (1) UUJN menentukan bahwa, Notaris berwenang membuat Akta autentik
mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan penetapan yang diharuskan oleh peraturan
menyimpan Akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan Akta, semuanya itu
sepanjang pembuatan Akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat
lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang. Rumusan ketentuan Pasal 15
untuk :
2. Menyimpan Akta,
c. Semuanya itu sepanjang pembuatan Akta itu tidak juga ditugaskan atau
dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-
undang.
Jawaban :
2. Dibuat oleh atau di hadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu,
Sebutkan sebab-sebab sebuah akta yang tidak dapat diberlakukan sebagai akta
Jawaban :
Pasal 1869 KUHPerdata juga menyebutkan akibat hukum terkait dengan akta tidak
1. Pejabat umum yang membuatnya tidak berwenang atau tidak cakap sebagai
undang-undang.
1. Pertanyaan :
Sebutkan bunyi Pasal 164 HIR dan Pasal 165 HIR yang mengatur tentang alat
bukti?
Jawaban :
merupakan salah satu alat bukti yang diakui dalam persidangan, sebagaimana
diatur dalam Pasal 164 Herzien Indlansch Reglement. Dalam Pasal 165 Herzien
1. Akta yang dibuat oleh pegawai umum yang memiliki kuasa untuk membuatnya,
bukti lain yang diajukan pihak lawan yang menyatakan sebaliknya. Misalnya
dalam kasus sengketa tanah, di mana pihak lawan mengatakan bahwa akta jual
beli tanah palsu, maka pihak lawan yang mengatakan hal tersebut harus
Akta di bawah tangan (onderhands) adalah merupakan akta atau surat yang
diperbuat oleh seseorang atau para pihak dalam bentuk tertulis dan ditanda tangani
dengan tanpa melibatkan pejabat umum yang ditentuakan untuk itu, dan
keberlakuannya hanya mengikan bagi yang membuatnya atau mereka yang
membuatnya, dan apabila nantinya dikemudian hari diantara mereka mengakui dan
tidak menyangkal akan kebenarannya menurut ketentuan pasal 1857 KUH Perdata
2. Pertanyaan :
Jawaban :
2. Tidak ada kewajiban harus diperbuat dihadapan Pejabat yang ditunjuk secara
hukum;
5. Dapat diperbuat kapan saja, tidak terikat waktu maupun tempat pembuatan.
Selain kewenangan dalam pembuatan akta autentik tugas jabatan Notaris juga memiliki
berwenang pula :
tangan dengan mendaftar dalam buku khusus; Penjelasan Pasal 15 Ayat (2)
terhadap akta di bawah tangan yang dibuat sendiri oleh orang perseorangan atau
oleh para pihak di atas kertas yang bermaterai cukup dengan jalan pendaftaran
c. Membuat kopi dari asli surat di bawah tangan berupa salinan yang memuat
pengangkatan Notaris menjadi Pejabat Lelang Kelas II, diangkat oleh menteri yang
peraturan perundang-undangan.
1. Akta waarmerken, adalah suatu akta atau surat di bawah tangan yang dipebuat
dan ditandatangani oleh seseorang atau mereka para pihak yang atas permintaan
yang berkepentingan didaftarkan dalam buku yang disediakan untuk itu pada
kantor Notaris dan Notaris tidak bertanggung jawab terhadap materi/isi maupun
tanda tangan para pihak dalam dokumen yang dibuat oleh para pihak;
2. Akta legalisasi, adalah suatu akta atau surat di bawah tangan yang dipebuat dan
ditandatangani oleh seseorang atau mereka para pihak yang atas permintaan
bertanggung jawab terhadap kebenaran materi/isi akta atau surat selain dari
pada akan kebenaran penanda tangan dan tanggal pembuatan para pihak dalam
3. Pertanyaan :
Jawaban :
Berdasarkan Pasal 164 HIR, hukum acara perdata di Indonesia mengakui keberadaan
surat sebagai salah satu alat bukti yang sah di pengadilan. Maka dari itu, akta di bawah
tangan tetap diakui sebagai alat bukti yang dapat digunakan di pengadilan ketika terjadi
kekuatan pembuktiannya tetap ada selama akta tersebut tidak disangkal oleh para pihak
yang membuatnya.
3. Notaris mempunyai kewenangan lain yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan lainnya)
Konstruksi Yuridis yang dipergunakan oleh UUJN tentang kewenangan tugas jabatan
Notaris tersebut tidak terbatas kepada pembuatan akta autentik pada Ayat (1) dan
perbuatan hukum lainnya ttersebut dalam Ayat (2) dan akan tetapi juga memiliki
UUJN menegaskan bahwa, Selain kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2), Notaris mempunyai kewenangan lain yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan.
Penjelasan Pasal 15 Ayat (3) menyebutkan bahwa, Yang dimaksud dengan kewenangan
Dengan demikian dalam pelaksanaan tugas dan jabatan Notaris sebagai Pejabat Umum
telah mempunyai kewenangan yang diatur secara limitatif (terinci dan lengkap) dalam
UUJN, sehingga produk Akta maupun produk perbuatan hukum lainnya yang diperbuat
oleh atau dihadapan Notaris dapat dipergunakan sebagai alat pembuktian dikemudian
Selanjutnya berdasarkan UUJN No.2 Tahun 2014 tentang perubahan atas UUJN No.30
Tahun 2004 yang pada pokoknya berisi tentang penegasan kembali arti pentingnya
pelindung hukum bagi Notaris dalam melaksanakan tugas dan jabatannya sebagai
Pejabat Umum dalam menjaga kerahasiaan isi akta dan keterangan-keterangan yang
Melalui ketentuan Pasal 66 UU No. 2 Tahun 2014 (UUJN Revisi) menjadi tongak
sejarah yang memberikan penghargaan kepada pelaksanaan tugas jabatan Notaris yang
harus dilindungi sebagai Pejabat Umum dengan Kewajibannya merahasiakan isi akta
Pasal 66 UU No. 2/2014 merupakan dasar hukum pelaksanaan hak dan kewajiban
Meskipun Kewajiban Ingkar Notaris lebih bersifat memaksa (imperatif) secara hukum
akan menjadi gugur dan tidak dapat dipertahankan apabila menurut ketentuan pasal 66
UUJN yang nantinya apabila atas permintaan dari Penyidik, Penuntut Umum atau
Hakim yang telah mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari MKN untuk
Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : 7 Tahun 2016
Pejabat Umum sebagai jabatan yang bersifat inklusif, terutama dengan merujuk kepada
ketentuan yang diatur dalam Pasal 4 ayat (2) UUJN mengenai sumpah/janji Notaris
dan Pasal 16 ayat (1) huruf f UUJN disebutkan bahwa Notaris berkewajiban untuk
Ketentuan yang diatur dalam Pasal 4 ayat (2) UUJN mengenai sumpah/janji Notaris
ditegaskan bahwa saya akan merahasiakan isi akta dan keterangan yang diperoleh
dalam pelaksanaan jabatan saya.., dan dari rumusan ketentuan sumpah jabatan
merahasiakan :
Dan selanjutnya berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Pasal 16 ayat (1) huruf f
akta sesuai dengan sumpah/janji jabatan, kecuali undang-undang menentukan lain, dan
dari ketentuan tersebut secara tegas dan jelas dirumuskan tentang kewajiban Notaris
Berdasarkan kedua ketentuan pasal 4 ayat (2) Jo. Pasal 16 ayat (1) huruf f dari UUJN
dapat disimpulkan rumusan hukum yang bersifat imperatif tentang kewajiban yang
melekat dalam tugas jabatannya sebagai Notaris dalam rangka merahasiakan isi akta
tidak mungkin diterapkan dengan serta merta sebagaimana yang termuat dalam Pasal 2
Ayat (2) point. c yang secara tegas meneyebutkan Pemantauan Transaksi Pengguna
Jasa.
Hak Ingkar merupakan pengertian tehnis yuridis yang menyebabkan suatu kewajiban
hukum akan menjadi batal apabila digugurkan oleh Hakim berdasarkan Pasal asal 170
KUHAP, Pasal 1909 KUHPerdata, Pasal 146 HIR, dan Pasal 174 RBg.
Dalam pelaksanaan tugasnya sebagai Notaris sesuai formalitas pembuatan akta lebih
bersifat pasif yang tujuannya menerangkan apa yang menjadi maksud dan kehendak
melalui dokumen Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau kartu tanda pengenal lainnya yang
dikeluarkan intansi yang berwenang tentang identitas yang lebih bersifat formil dan
Identifikasi Pengguna Jasa berupa dokumen lainnya sangat tergantung kepada pihak
lain/instansi lain yang oleh Notaris diterima sebagai bukti formal berupa Pembelian
dan penjualan properti terkait dengan Kantor Pertanahan, Pengelolaan terhadap uang,
efek, dan/atau produk jasa keuangan lainnya terkait dengan lembaga keuangan
penjualan badan hukum terkait dengan proses pengesahan dan pendaftaran pada
Mengenali Pengguna Jasa Bagi Notaris sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 2
Ayat (2) yang secara tegas menyebutkan Prinsip mengenali Pengguna Jasa sebagaimana
dimaksud pada Ayat (1) paling sedikit memuat Identifikasi Pengguna Jasa, Verifikasi
Pengguna Jasa dan Pemantauan Transaksi Pengguna Jasa yang tujuannya dalam
Dengan demikian Kontruksi Yuridis dari penggunaan istilah tehnis “Kewajiban Ingkar”
secara langsung berasal dari dan diatur dalam Pasal 4 ayat (2) Jo. Pasal 16 ayat (1) huruf
f UUJN dalam pelaksanaan tugas jabatannya tidak dapat dengan serta merta diberikan
beban dan tanggung jawab kepada Notaris yang bukan menjadi tugas dan
Pengguna Jasa lebih bersifat materiil yang bukan menjadi tugas dan kewenangan
Notaris sebagai Pejabat Umum, dan akan tetapi sebagai warga Negara yang baik
Pengguna Jasa Bagi Notaris yang tujuannya dalam rangka pencegahan dan
pemberantasan tindakpidana pencucian uang yang wajib diterapkan oleh pihak pelapor.
Meskipun ketentuan Undang-undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris dan
UU No. 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Jabatan Notaris, disingkat UUJN tidak secara
limitatif mengatur bentuk perlindungan hukum yang diberikan kepada Notaris sebagai
Pejabat Umum, dan akan tetapi dari beberapa ketentuan pasal terkait dengan
pelaksanaan tugas jabatannya sebagai Pejabat Umum terdapat kewajiban Notaris untuk
merahasiakan segala sesuatu mengenai isi akta dan segala keterangan yang
Notaris tersebutlah yang kemudian dalam doktrin ilmu hukum dikenal sebagai
Kewajiban Ingkar Notaris yang didalamnya juga sekaligus terdapat Hak Ingkar Notaris.
Kewajiban Ingkar Notaris dapat disimpulkan dari ketentuan Pasal 4 Ayat (2) dan juga
berdasarkan ketentuan Pasal 16 ayat (1) huruf f UUJN dengan kewajiban Notaris untuk
(disingkat UUJN) penggunaan hak ingkar belum menjadi pokok bahasan serius yang
akibatnya dalam pelaksanaan tugas jabatannya Notaris sering kali diminta secara
langsung oleh Penyidik, Penuntut umum dan Hakim untuk memberikan kesaksian
mengenai isi akta dan keterangan yang diperoleh dalam pelaksanaan jabatannya.
akta yang mengandung unsur “Kewajiban Ingkar Notaris dan Hak Ingkar Notaris”.
Melalui kententuan yang diatur dalam pasal 66 ayat (1) UUJN dinyatakan pemeriksaan
akta, dan hak ingkar Notaris merupakan salah satu bahagian dari Kewajiban Ingkar
Notaris.
Penggunaan Hak Ingkar Notaris diatur secara sporadis dalam beberapa ketentuan UU,
yaitu Pasal 1909 KUH Perdata, Pasal 146 HIR, Pasal 170 KUHP, serta pasal 89 Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1986, dan dasar hukum pembebasan Notaris dari kewajiban
memberikan kesaksian terdapat dalam Pasal 4 ayat (2), Pasal 16 ayat (1) huruf f, dan
Pasal 54 UUJN dan selanjutnya sanksi Pidana bagi Notaris yang melanggar kewajiban
untuk merahasiakan tersebut diatur dalam Pasal 322 KUHP dan Sanksi Administrasi
Selain itu Pasal 170 Ayat (1) KUHAP juga menegaskan, bahwa mereka yang karena
minta dibebaskan dari kewajiban untuk memberi keterangan sebagai saksi, yaitu
tentang hal yang dipercayakan kepada mereka, dan penjelasan pasal 170 Ayat (1)
menyebutkan bahwa Pekerjaan atau jabatan yang menentukan adanya kewajiban untuk
Kemudian berdasarkan ketentuan Pasal 170 Ayat (2), menyebutkan Hakim menentukan
sah atau tidaknya segala alasan untuk permintaan tersebut, dan penjelasan Pasal 170
Ayat (2), menyebutkan bahwa Jika tidak ada ketentuan peraturan perundang –
undangan yang mengatur tentang jabatan atau pekerjaan yang dimaksud, maka seperti
yang ditentukan oleh ayat ini, Hakim yang menentukan sah atau tidaknya alasan yang
Dalam hal memberikan kesaksian, seorang Notaris tidak dapat mengungkapkan akta
yang dibuatnya baik sebagian maupun keseluruhannya, karena hal ini sesuai dengan
memperlihatkan atau memberitahukan isi akta, Grosse Akta, Salinan Akta dan Kutipan
Akta kepada orang yang berkepentingan langsung pada akta, ahli waris atau orang yang
Berdasarkan UUJN No.2 Tahun 2014 tentang perubahan atas UUJN No.30 Tahun 2004
Pejabat Umum dalam menjaga kerahasiaan isi akta dan keterangan-keterangan yang
diperolehnya dalam pembuatan akta, dan karenanya melalui ketentuan Pasal 66 UU No.
2 Tahun 2014 (UUJN Revisi) menjadi tonggak sejarah yang memberikan penghargaan
kepada pelaksanaan tugas jabatan Notaris yang harus dilindungi sebagai Pejabat Umum
merupakan dasar hukum pelaksanaan hak dan kewajiban ingkar bagi Notaris dalam
perlindungan kepada Notaris dengan Kewajiban Ingkar dan/atau Hak Ingkar dalam
rangka merahasiakan isi akta dan keterangan yang diperolehnya dalam pelaksanaan
(INI) mempunyai peranan yang cukup strategis untuk memberikan Perlindungan dan
Notaris terkait dengan penunjukan anggota dari Notaris yang duduk di MKNW tidak
penunjukannya.
Kemudian perlu menjadi bahan pertimbangan dalam penunjukan anggota MKNW dari
unsur-unsur Notaris sebaiknya berasal dari anggota yang mempunyai intregritas moral
yang baik, mempunyai keluangan waktu dengan tidak kemampuan intelektualnya yang
baik (jangan terkesan menumpuk jabatan), rendah hati, tidak arogan dan mengayomi
serta bersedia hadir dalam setiap persidangan MKNW, dan tetap melakukan
Upaya hukum yang dapat dilaksanakan terkait dengan adanya dugaan MKNW yang
hukumnya bisa saja dilaporkan ke Ombudsman Nasional dengan alasan MKNW tidak
adanya Tindakkan MKNW yang tidak bersidang tersebut sebagai sebuah keputusan
Terkait dengan pelaksanaan tugas anggota MKNW dari unsur-unsur Notaris sapanjang
kepentingan anggota yang ditandai dengan seringkali tidak hadir dalam persidangan
MKNW dengan tanpa alasan, maka sudah seharusnya organisasi perkumpulan Ikatan
anggota Notaris yang lainnya sebagai anggota Pengganti Antar Waktu (PAW) di MKNW
tersebut yang tujuannya diganti dengan yang mau berjuang untuk kepentingan anggota
Notaris.
Dengan adanya ketentuan Pasal Pasal 66 UUJN yang apabila nantinya Majelis
Penuntut Umum atau Hakim, maka Kewajiban Ingkar Notaris (verschoning splicht)
(MKN) tersebut sejalan dengan Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia Nomor : 7 Tahun 2016 Tentang Majelis Kehormatan Notaris yang
menyatakan pemanggilan terhadap Notaris oleh Penyidik, Jaksa Penuntut Umum dan
Hakim harus terlebih dahulu mendapatkan izin dari Majelis Kehormatan Notaris
Dengan demikian norma hukum Pasal 66 UUJN yang menentukan untuk kepentingan
proses Peradilan, Penyidik, Penuntut Umum, atau Hakim harus terlebih dahulu
pengecualian yang dikenal asas hukum Lex specialis derogat legi generali, hukum
khusus mengesampingkan hukum umum, khusunya ketentuan Pasal 7 Ayat (1) huruf g
Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP, UU No. 8 Tahun 1981) terkait
dengan adanya kewenangan yang bersifat imperatif untuk memanggil orang guna
didengar dan diperiksa sebagai Tersangka atau Saksi yang merupakan salah satu
wewenang penyidik di dalam melakukan penyidikan dengan rumusan yangberbunyi
Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 Ayat (1) huruf a karena kewajibannya
Dengan adanya kewenangan Majelis Kehormatan Notaris (MKN) sebagai lex spesialis
derogat legi generali terkait dengan adanya kewenangan Penyidikan yang bersifat
imperatif memanggil seseorang sebagai Saksi atau Tersangka, maka Kepolisian Negara
Republik Indonesia (Polri) bersama Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia (PP-INI)
telah pernah diperbuat sebelumnya oleh kedua belah pihak masing-masing tertanggal 9
01/MOU/PP-INI/V/2006.
2018 lebih merupakan sebagai penyesuaian dengan latar belakang lahirnya Undang-
Undang Jabatan Notaris Tahun Nomor : 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor : 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, satu dan lain hal
yang terkait dengan pelaksanaan kerja sama dalam penegakan hukum secara
professional yang diikuti pedoman kerja bersama untuk mengatur teknis pelaksanaan
minta dibebaskan dari kewajiban untuk memberi keterangan sebagai saksi, yaitu
tentang hal yang dipercayakan kepada mereka, dan penjelasan pasal 170 Ayat (1)
menyebutkan bahwa Pekerjaan atau jabatan yang menentukan adanya kewajiban untuk
Kemudian berdasarkan ketentuan Pasal 170 Ayat (2), menyebutkan Hakim menentukan
sah atau tidaknya segala alasan untuk permintaan tersebut, dan penjelasan Pasal 170
Ayat (2), menyebutkan bahwa Jika tidak ada ketentuan peraturan perundang -
undangan yang mengatur tentang jabatan atau pekerjaan yang dimaksud, maka seperti
yang ditentukan oleh ayat ini, Hakim yang menentukan sah atau tidaknya alasan yang
Dalam hal memberikan kesaksian, seorang Notaris tidak dapat mengungkapkan akta
yang dibuatnya baik sebagian maupun keseluruhannya, karena hal ini sesuai dengan
memperlihatkan atau memberitahukan isi akta, Grosse Akta, Salinan Akta dan Kutipan
Akta kepada orang yang berkepentingan langsung pada akta, ahli waris atau orang yang
Sebutkan pengertian Kode Etik Notaris berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (2)
Perubahan Kode Etik Notaris di Banten 29-30 Mei 2015 ? Kode Etik notaris dan untuk
selanjutnya akan disebut kode etik adalah kaidah moral yang ditentukan oleh
perkumpulan ikatan notaris indonesia yang selanjutnya akan disebut “perkumpulan”
diatur dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang hal itu dan yang
berlaku bagi serta wajib ditaati oleh setiap dan semua anggota perkumpulan dan semua
orang yang menjalankan tugas jabatan sebagai notaris, termasuk di dalamnya para
Bagaimana pengaturan ruang lingkup Kode Etik Notaris berdasarkan ketentuan Pasal 2
Perubahan Kode Etik Notaris di Banten 29-30 Mei 2015 ? Kode Etik berlaku bagi
kehidupan sehari-hari.
ketentuan Pasal 3 Perubahan Kode Etik Notaris di Banten 29-30 Mei 2015 ?
Notaris maupun orang lain (selama yang bersangkutan menjalankan jabatan Notaris)
wajib :
jabatan Notaris;
5. Meningkatkan ilmu pengetahuan dan keahlian profesi yang telah dimiliki tidak
jabatan sehari-hari;
pilihan ukuran yaitu 100 cm x 40 cm, 150 cm x 60 cm atau 200 cm x 80 cm, yang
memuat :
Notaris;
c. Tempat kedudukan;
Dasar papan nama berwarna putih dengan huruf berwarna hitam dan tulisan di
atas papan nama harus jelas dan mudah dibaca. Kecuali di lingkungan kantor
keputusan Perkumpulan;
12. Membayar uang iuran Perkumpulan secara tertib;
13. Membayar uang duka untuk membantu ahli waris teman sejawat yang
meninggal dunia;
ditetapkan Perkumpulan;
tertentu;
17. Memperlakukan setiap klien yang datang dengan baik, tidak membedakan
18. Membuat akta dalam jumlah batas kewajaran untuk menjalankan peraturan
26. Pertanyaan :
ketentuan Pasal 4 Perubahan Kode Etik Notaris di Banten 29-30 Mei 2015 ?
Jawaban :
Notaris maupun orang lain (selama yang bersangkutan menjalankan jabatan
Notaris) dilarang :
1. Mempunyai lebih dari 1 (satu) kantor, baik kantor cabang ataupun kantor
perwakilan;
3. Melakukan publikasi atau promosi diri, baik sendiri maupun secara bersama-
a. Iklan;
b. Ucapan selamat;
c. Ucapan belasungkawa;
e. Kegiatan pemasaran;
f. Kegiatan sponsor, baik dalam bidang sosial, keagamaan, maupun olah raga.
lain;
7. Berusaha atau berupaya dengan jalan apapun, agar seseorang berpindah dari
Notaris lain kepadanya, baik upaya itu ditujukan langsung kepada klien yang
ke arah timbulnya persaingan yang tidak sehat dengan sesama rekan notaris;
10. Menetapkan honorarium yang harus dibayar oleh klien dalam jumlah yang lebih
11. Mempekerjakan dengan sengaja orang yang masih berstatus karyawan kantor
Notaris lain tanpa persetujuan terlebih dahulu dari Notaris yang bersangkutan,
12. Menjelekkan dan/atau mempersalahkan rekan notaris atau akta yang dibuat
termasuk namun tidak terbatas dengan menggunakan internet dan media sosial;
14. Membentuk kelompok sesama rekan sejawat yang bersifat eksklusif dengan
16. Membuat akta melebihi batas kewajaran yang batas jumlahnya ditentukan oleh
Dewan Kehormatan;
27. Pertanyaan :
Sebutkan hal-hal pengecualian yang tidak termasuk pelanggaran Kode Etik Notaris
berdasarkan ketentuan Pasal 5 Perubahan Kode Etik Notaris di Banten 29-30 Mei
2015 ?
Jawaban :
Hal-hal yang tersebut di bawah ini merupakan pengecualian oleh karena itu tidak
2. Pemuatan nama dan alamat Notaris dalam buku panduan nomor telepon, fax
dan telex, yang diterbitkan secara resmi oleh PT. Telkom dan/ atau instansi-
nama notaris serta dipasang dalam radius maksimum 100 meter dari kantor
Notaris;
4. Memperkenalkan diri tetapi tidak melakukan promosi diri selaku Notaris.
28. Pertanyaan :
Jawaban :
a. Pada tingkat Kabupaten/ Kota oleh Pengurus Daerah dan Dewan Kehormatan
Daerah;
b. Pada tingkat Propinsi oleh Pengurus Wilayah dan Dewan Kehormatan Wilayah;
c. Pada tingkat Nasional oleh Pengurus Pusat dan Dewan Kehormatan Pusat.
29. Pertanyaan :
Bagaimana tata cara pemeriksaan dan penjatuhan sanksi pada tingkat pertama
Jawaban :
belas) hari kerja Dewan Kehormatan yang memeriksa wajib memanggil secara
Kode Etik oleh anggota perkumpulan dan memberikan kesempatan kepada yang
bersangkutan untuk memberikan penjelasan dan pembelaan. Pemanggilan
tanggal pemeriksaan.
2. Dalam hal anggota yang dipanggil tidak hadir pada tanggal yang telah
untuk yang kedua kali selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari
3. Dalam hal anggota yang dipanggil tidak hadir pada pemanggilan kedua, maka
ketiga kali selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah
pemanggilan kedua.
4. Apabila setelah pemanggilan ke tiga (3) ternyata masih juga tidak hadir, maka
Etik.
puluh) hari kerja setelah tanggal sidang terakhir, diwajibkan untuk mengambil
dalam ketentuan Pasal 6 Kode Etik yang dituangkan dalam Surat Keputusan.
tersebut kepada anggota yang diperiksa dengan surat tercatat dan tembusannya
9. Dalam hal keputusan Sanksi diputuskan oleh dan dalam Kongres, wajib
Kehormatan Daerah.
memeriksa harus:
bersangkutan;
12. Sidang Dewan Kehormatan yang memeriksa sah jika dihadiri oleh lebih dari ½
(satu perdua) jumlah anggota. Apabila pada pembukaan sidang jumlah korum
tidak tercapai, makasidang diundur selama 30 (tiga puluh) menit. Apabila
setelah pengunduran waktu tersebut korum belum juga tercapai, maka sidang
13. Setiap anggota Dewan Kehormatan yang memeriksa mempunyai hak untuk
14. Apabila pada tingkat kepengurusan Daerah belum dibentuk Dewan Kehormatan
ketentuan BAB IV Tentang Sanksi Pasal 6 Perubahan Kode Etik Notaris di Banten
Jawaban :
a. Teguran;
b. Peringatan;
sanksi terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh anggota biasa (dari Notaris
4. Pelanggaran Kode Etik yang dilakukan oleh orang lain (yang sedang dalam
peringatan.
diajukan banding.
pemberhentian dengan
Kehormatan Pusat.
Kongres.
disertai usulan pemecatan sebagai notaris kepada Menteri Hukum dan Hak
Jelaskan sebab profesi Notaris tidak diperbolehkan untuk bekerja sama dengan biro
Jawaban :
Profesi Notaris merupakan Pejabat Umum bukan bertujuan pencarian uang atau
keuntungan semata serta dasar hukumnya Berdasarkan Pasal 4 ayat (4) Perubahan
Kode Etik Notaris di Banten 29-30 Mei 2015 yang mengatur tentang larangan
31. Pertanyaan :
Bagaimana tata cara pemeriksaan dan penjatuhan sanksi pada tingkat banding
Jawaban :
2. Permohonan banding dikirim dengan surat tercatat atau dikirim langsung oleh
(empat belas) hari kerja setelah menerima surat tembusan permohonan banding
kehormatan pusat;
waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah menerima permohonan tersebut untuk
lambatnya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kerja setelah anggota yang
6. Apabila anggota yang dipanggil tidak hadir, maka dewan kehormatan pusat tetap
akan memutuskan dalam waktu yang ditentukan pada ayat (5) di atas;
anggota yang diperiksa dengan surat tercatat dan tembusannya kepada Pengurus
banding dilakukan oleh anggota yang bersangkutan dalam waktu 30 (tiga puluh)
(empat belas) hari kerja setelah menerima surat tembusan permohonan banding
13. Apabila anggota yang mengajukan banding tidak hadir dalam Kongres, maka
14. Kongres melalui Dewan Kehormatan pusat wajib mengirimkan surat keputusan
tersebut kepada anggota yang diperiksa dengan surat tercatat dan tembusannya
15. Keputusan sanksi sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 ayat (1) mempunyai
tingkat banding.
32. Pertanyaan :
Jelaskan sebab dan dasar hukum notaris tidak boleh melakukan promosi diri ?
Jawaban :
Larangan ini disebabkan dari kedudukan notaris yang merupakan pejabat umum
serta dasar hukumnya, berdasarkan Pasal 4 ayat (3) perubahan kode etik Notaris
di Banten 29-30 Mei 2015 yang mengatur tentang larangan Melakukan publikasi
a. Iklan;
b. Ucapan selamat;
c. Ucapan belasungkawa;
e. Kegiatan pemasaran;
33.
1. Teguran;
2. Peringatan;
4. Onzetting (pemberhentian);
RINGKASAN PUTUSAN
Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, dengan hormat dilaporkan sebagai
berikut:
1. Pemohon :
a.Pengujian Formal
b.Pengujian Material
1) 009/PUU-III/2009:
a....
· Pasal 77
keputusan
cuti;
sebagaimana
· Pasal 78
www.djpp.depkumham.go.id
2) 014/PUU-III/2009:
· Pasal 1 butir 5
a. ..
b.
bersangkutan.
· Pasal 82 ayat (1)
dianggap oleh Pemohon bertentangan dengan Pasal 22A, Pasal 28D ayat
(1) dan ayat (2), Pasal 28E ayat (3), Pasal 28G ayat (1), Pasal 36A dan
· Pasal 22A
hukum.
mengeluarkan pendapat
hak asasi
· Pasal 36A
Tunggal Ika
· Pasal 36C
3. Amar putusan :
www.djpp.depkumham.go.id
a. 009/PUU-III/2009:
unsur Notaris;
b. 014/PUU-III/2005
· bahwa hal itu hanya merupakan penilaian subjektif para Pemohon yang
www.djpp.depkumham.go.id
Organisasi Notaris
I. PEMOHON
1. DR. Raden Mas Soenarto, S.H., SpN, M.H., M.Kn, sebagai Pemohon I;
Kuasa Hukum
30 Mei 2014.
undang-undang adalah:
dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada
umum”.
mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final
tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk: a. menguji
Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik
Pemohon II) dan Badan Hukum Publik (Pemohon III), para Pemohon merasa
dirugikan dengan adanya Pasal 82 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) Undang-
A. NORMA MATERIIL
profesi Notaris.
negaranya.
- Pasal 28D ayat (1) UUD 1945
hukum.
mengeluarkan pendapat.
Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas
manusia dari notaris itu sendiri, yaitu : “ hak atas kebebasan berserikat
dan berkumpul.” Hak demikian merupakan hak yang diakui dan dilindungi
semua instrumen utama hak asasi manusia, baik yang diatur secara
nyata membatasi bahwa hanya boleh ada satu Organisasi Notaris, dalam
kepastian hukum yang adil, suatu hak yang terlindungi oleh konstitusi
UUD 1945.
bahwa mereka memiliki hak untuk memilih organisasi notaris dan tidak
tersebut telah hilang rohnya karena tidak sesuai lagi dengan tujuan hukum
sisi, justru melupakan dan mengabaikan tujuan yang paling hakiki dari
negara.
pada sifat dan tujuan dari Organisasi Notaris itu sendiri yaitu organisasi
yang tetap diakui oleh pemerintah namun dengan tetap tunduk kepada
sifat Organisasi Notaris yang bebas dan mandiri serta memiliki tujuan
tumbuh dan berkembang sebagai organisasi yang lebih bebas dan mandiri
kualitas profesi notaris sebagai seorang pejabat negara di satu sisi dan di
lain pada jaminan atas kepastian hukum, pengawasan yang ketat dan
berlaku dan kode etik sangatlah tidak mendasar. Organisasi Notaris yang
yang melanggar peraturan yang berlaku dan kode etik. Dengan demikian,
notaris.
12. Bahwa dalam hal terjadi dugaan pelanggaran kode etik oleh notaris,
putusan yang final dan mengikat terhadap notaris yang bersangkutan dan
VII. PETITUM
untuk seluruhnya;
ayat (1), Pasal 82 ayat (2) dan Pasal 82 ayat (3) terhadap Undang-undang
Tahun 1945.
Apabila Majelis Hakim Konstitusi berpendapat lain, mohon agar Majelis Hakim
Catatan:
a. Permohonan Awal
Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, yaitu (i) Pasal 82 ayat (1)
sepanjang frasa “satu wadah”, (ii) Pasal 82 ayat (2) yang berbunyi “Wadah
ayat (2), Pasal 28D ayat (1) dan Pasal 28I ayat (2) UUD 1945;
3. Menyatakan Pasal 82 ayat (1) sepanjang frasa “ satu wadah” dari Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris sebagaimana
mengikat;
mestinya.
b. Perbaikan Permohonan
untuk seluruhnya;
ayat (1), Pasal 82 ayat (2) dan Pasal 82 ayat (3) terhadap Undang-
Tahun 1945.
mestinya.
Apabila Majelis Hakim Konstitusi berpendapat lain, mohon agar Majelis Hakim
Nomor 16/PUU-XVIII/2020
I. PEMOHON
1. Persatuan Jaksa Indonesia (PJI), dalam hal ini diwakili oleh Setia Untung
Kuasa Pemohon
Dr. Adnan Hamid, S.H., M.H., M.M., Hasbullah, S.H., M.H.,dkk berdasarkan
Undang-Undang adalah:
2
peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata
pemilihan umum”;
d. lembaga negara”;
pengujian;
lagi terjadi
penegakan hukum;
6. Bahwa Pemohon III, Pemohon IV, dan Pemohon V adalah warga negara
yang terjadi.
5
V. NORMA YANG DIMOHONKAN PENGUJIAN DAN NORMA UUD 1945
dan,
Notaris..
umum, maupun hakim tidak dapat melakukan upaya hukum lebih lanjut;
3. Bahwa kerugian atas pasal a quo dialami secara aktual oleh Pemohon II
umum;
7. Lebih lanjut keterlibatan Notaris dalam tindak pidana sebagai pihak yang
8
10. Bahwa ketentuan pasal a quo bertentangan dengan Asas Equality of Arms
kedudukan hukum para pihak dalam proses peradilan selain itu akibat
and Balance;
VII. PETITUM
hakim berwenang:
Mengetahui,
Mei 2012
tidak perlu lagi meminta izin kepada MPD saat memeriksa Notaris.
pengawas yang dapat lagi melindungi Akta Notaris dan Notaris dari
setiap tahun.
17
4. Ikatan Notaris Indonesia perlu melakukan pembinaan terhadap
Pusat dalam menegakkan Kode etik Notaris yang lebih Tegas Dan
18
Daftar Pustaka
“dengan persetujuan Majelis Pengawas Daerah” Pada Pasal 66 ayat (1) Undang-
peradilan oleh penyidik, penuntut umum, atau hakim. Namun dengan lahirnya
kembali menghadirkan frasa yang pernah dibatalkan oleh putusan MK dengan nama
badan yang berbeda yaitu “Majelis Kehormatan Notaris (MKN)” di pasal yang sama
yang pernah dibatalkan oleh MK yakni Pasal 66 ayat (1). Kemudian pasal tersebut
kembali menjadi pokok gugatan perkara untuk dimohonkan pengujian secara materiil
amar putusan MK ini memunculkan amar yang berbeda dengan putusan sebelumnya,
yang menyatakan bahwa “Pasal 66 ayat (1) UUJNP tidak bertentangan dengan UUD
1945”. Adapun tujuan dari penulisan ini yakni untuk mengetahui perubahan
peraturan jabatan Notaris pasca adanya Putusan MK No. 49/PUU-X/2012 dan untuk
hukum yang dianalisa berupa bahan hukum primer dan sekunder dengan teknik
MPD dalam memberi persetujuan, telah digantikan oleh MKN yang tertuang dalam
Pasal 66 ayat (1) UUJNP. Inkonsistensi yang terjadi dalam Putusan MK No. 49/PUU-
X/2012 dan MK No. 22/PUU-XVII/2019 dalam hal pengujian materiil Pasal 66,
sedangkan pada Putusan terbaru dinyatakan tidak bertentangan dengan UUD 1945.
Nomor 22/PUU-XVII/2019
“Larangan Peninjauan Kembali terhadap Putusan Praperadilan serta Tidak
Penyidik”
I. PEMOHON
ayat (4), Pasal 75 huruf a, dan Pasal 79 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004
Undang-Undang adalah:
pemilihan umum”;
pelindung UUD 1945 (the guardian of constitution). Sehingga atas dasar hal
binding) dan berlaku secara umum (erga omnes). Maka terhadap ketentuan
48/2009), Pasal 66 ayat (1) dan ayat (4), Pasal 75 huruf a, dan Pasal 79
kesatuan RI yang diatur dalam undang-undang, (c) badan hukum publik dan
atau khusus dan aktual atau setidaknya bersifat potensial yang menurut
kerugian konstitusional yang didalilkan tidak akan atau tidak lagi terjadi.
3. Pemohon adalah korban tindak pidana yang menderita kerugian materiel dan
Undang yang mulai berlaku sejak tanggal 20 April 2016. Akibat adanya
negara turut dirugikan dalam hal hak untuk mendapat keamanan, kedamaian
beli hak atas tanah dan sebuah akta jual beli No. 09/2016 yang dibuat oleh
Notaris PPAT N Nurhayati SH, MKn tidak menurut tata cara dan tata aturan
berlakunya Pasal 66 ayat (1) dan (4), Pasal 75 huruf a, Pasal 79 UU 2/2014
penyidik tidak dapat bekerja dengan benar, sedangkan MPW Jabar tidak
kepada Mahkamah Agung, apabila terdapat hal atau keadaan tertentu yang
oleh MKN untuk penyidik, serta tidak dibuatnya keputusan hasil sidang etik
quo.
1. Pasal 24:
dalam undang-undang.
peninjauan kembali.
berwenang:
3. Pasal 75 huruf a:
4. Pasal 79:
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.
atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat
Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan
hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui
sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar
hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat
1. Alasan Pengujian Pasal 66 ayat (1) dan ayat (4), Pasal 75 huruf a, dan Pasal
a. Bahwa menurut substansi dari UUJN, Peraturan Jabatan PPAT, Kode Etik
itu saja sebagai pejabat umum sebab menurut esensi dari Ethics of Rights
hadapan hukum seperti dijamin Pasal 27 ayat (1) dan Pasal 28D ayat (3)
UUD 1945;
ayat (1) tetap bertentangan dengan Konstitusi karena hanya merubah frasa
penuntut umum, atau hakim, utamanya di seluruh daerah luar kota propinsi,
sebab MKN tersebut hanya terdapat di Ibu kota propinsi, selain di Ibu kota
negara;
memeriksa notaris dan yang terjadi malah saling tunjuk menunjuk ke Majelis
langkah konkrit terhadap tidak dibuatnya putusan oleh MPW Jabar meski
Sekretaris MPW Jabar saling tunjuk menunjuk ke KPK pula, karena terkait
menggunakan formulir/ blanko akta yang isi, bentuk dan tata cara pengisian
ditetapkan oleh Kepala BPN RI. Selanjutnya terhadap kasus yang dialami
bukti yang sah menurut Pasal 184 ayat (1) KUHAP, diantaranya sebuah
blanko akta jual beli hak atas tanah berkop Notaris PPAT aktif yang telah
akta disembunyikan;
Bahwa kepalsuan alat bukti blanko akta jual beli hak atas tanah yang di draf
secara ala kadarnya menjadi nyata dan terang karena didraf dan digunakan
oleh selain pejabat umum, dan ternyata Terlapor bukan pemilik objek
perjanjian dan tidak punya hubungan hukum dengan pemilik tanah tapi
yang sah dan memakai akta girik No. 534/CARIU/1997 milik orang lain dan
f. Bahwa setelah blanko akta jual beli disembunyikan lebih dari 120 hari,
Terlapor baru muncul dan serahkan blanko akta jual beli ke Notaris PPAT
Sukamdi, SH, MKn supaya diproses, tapi asli blanko akta jual beli tersebut
mengganti blanko akta jual beli yang palsu tersebut dengan sebuah Akta
No. 09/2016 yang dibuat Notaris PPAT N Nurhayati SH, MKn, tetapi tata
otentik tersebut telah cacat hukum sejak lahir dan setiap saat berpotensi jadi
objek sengketa;
g. Bahwa Akta No 09/2016 telah diresmikan dengan cara diberi nomor akta,
tanggal akta, ada stempel legal formalnya dan telah ditandatangani para
pihak serta Notaris PPAT N Nurhayati SH, MKn namun dalam proses
memisahkan tempat membuat akta bagi ke dua belah pihak, hanya satu foto
dokumentasi yang tersedia tapi tidak tampak pejabat umum hadir secara
wilayah kerja, maka telah memenuhi unsur pidana Pasal 264 juncto Pasal
266 KUHP;
sama yang terkait dengan terlapor, oleh PTUN Jakarta yang terdiri dari tiga
SH, MKn yang meresmikan akta No. 09/2016 untuk kepentingan terlapor,
PPAT N. Nurhayati SH, MKn dengan terlapor dalam proses pembuatan Akta
hakikatnya tentu dibuat dengan semangat dan tujuan yang mulia yaitu
mencermati sejumlah kasus yang terkuak oleh media dan hasil OTT KPK,
10
mantan Bupati Bekasi, Bupati Jepara dimana hakim Lasito turut ditangkap
KPK, dan putusan lain yang melukai rasa keadilan di masyarakat. Demikian
dan keadilan bagi warga negara, karena sejak hakim Sarpin R diberi
VII. PETITUM
tidak menyimpang secara fundamental dan fair trial tidak dilanggar, atau
11
dan Pasal 79 tidak memuat phrasa ‘dalam 7 (tujuh) hari setelah sidang etik
harus segera membuat keputusan, baik Notaris terlapor hadir atau mangkir
di sidang etik’. Alasannya, akan diperoleh kepastian hukum tidak saja bagi
pelapor yang telah dirugikan secara materiel dan immateriel, akan tetapi juga
bagi seluruh warga negara akan terlindungi juga dari potensi ancaman
dibacakan, tentu telah hilang kewenangannya, dan tak ada legitimasi lagi
dan Pasal 79 tidak memuat phrasa ‘dengan tembusan kepada pihak yang
pihak yang menderita kerugian materiel dan immateriel, serta turut hadir
bersidang etik sebagai saksi korban atas dugaan pelanggaran kode etik dan
selaku warga negara dalam proses penegakan hukum pada semua tahapan
dijamin Pasal 27 ayat (1) dan Pasal 28D ayat (3) UUD 1945. Justru setelah
7. Menyatakan ayat (4) dari Pasal 66 UU No. 2 Tahun 2014 sebagai perubahan
tidak secara tegas mengatur tentang apa dan bagaimana bentuk tindak lanjut
hukum;