A. PENGERTIAN
B. KEWENANGAN NEGARA
C. HAK-HAK PENGUASAAN AGRARIA
D. ASAS-ASAS PENGUASAAN DAN PENGGUNAANAAN
SUMBER DAYA AGRARIA
E. HAK-HAK PENGUASAAN ATAS TANAH
F. TANAH UNTUK ORANG ASING
Tolok Ukur:
(1) kemanfaatan BARAK bagi rakyat;
(2) tingkat pemerataan pemanfaatan BARAK bagi rakyat;
(3) tingkat partisipasi rakyat dalam menentukan manfaat SDP-3-K;
(4) penghormatan terhadap hak rakyat secara turun temurun dalam
memanfaatkan SDP-3-K.
Apa maknanya:
Apa maknanya?
Asas Kelima: PENGUTAMAAN KEPADA WNI
➢ psl 9 (1): Hanya warga-negara Indonesia dapat mempunyai hubungan
yang sepenuhnya dengan bumi, air dan ruang angkasa
➢ psl 21 (1): Hanya warga-negara Indonesia dapat mempunyai hak milik.
➢ psl 26: Setiap jual-beli, penukaran, penghibahan, pemberian dengan
wasiat dan perbuatan-perbuatan lain yang dimaksudkan untuk langsung
atau tidak langsung memindahkan hak milik kepada orang asing, kepada
seorang warga-negara yang disamping kewarganegaraan Indonesianya
mempunyai kewarga-negaraan asing atau kepada suatu badan hukum
kecuali yang ditetapkan oleh Pemerintah termaksud dalam pasal 21 ayat
(2),
Asas Keenam: NON-DISKRIMINASI (psl 9 {2})
Ps 2 UUPA
(1) Atas dasar ps 33 (3), BARAK, pd tingkatan tertinggi dikuasai
oleh Negara, sbg organisasi kekuasaan seluruh rakyat.
(2) Hak mengusai dr negara menurut ayat (1) di atas memberi
wewenang utk:
a.mengatur dan menyelenggarakan peruntukan,
penggunaan, persediaan dan pemeliharaan BARAK
b.menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hk
antara org-org dengan BARAK
c. menentukan dan mengatur hubungan-hubung-an hk
antara org-org dgn perbuatan-perbuatan hk mengenai
BARAK
“negara berwenang menentukan dan mengatur hubungan-
hubungan hk antara orang-orang dengan BARAK” (?)
-Apa maksudnya?:
- Tapi, hukum negara (baik statutory law, maupun judge made law)
sdh menentukan macam-macam hak atas tanah yang boleh ada. Jadi
semacam pembatasan jenis-jenis hak (Itu yang dimaksud dgn
numerus clausus, yakni pembatasan jenis-jenis hak atas tanah yang
termasuk hak kebendaan).
- Contoh di Belanda (lihat buku Hukum Pertanahan di Belanda dan
Indonesia).
“hubungan-hubungan hk antara orang-orang dengan
BARAK”
Apa maksudnya?
Bandingkan dengan pengertian property right: “relationships
among/between people that concern things”
“bundle of rights”:
-Right to exclude
-Right to transfer
-Right to possess and to use
Isi/kandungan/muatan property right menurut Hohfeld:
Property right mengandung 4 kategori hubungan
a. Right vs duty
b. Liberty vs. no-right
c. Power vs liability
d. Immunity vs. disability
HAK-HAK PENGUASAAN ATAS TANAH
Khusus:
Kewajiban-kewajiban yang secara khusus dicantumkan dalam surat
keputusan pemberian haknya atau dalam surat perjanjiannya serta
dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, baik peraturan
Pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Misalnya pemberian hak atas tanah kepada perusahaan real estat
disertai kewajiban untuk menyediakan tanah bagi keperluan fasilitas
sosial dan utilitas umum dan memelihara dalam jangka waktu
tertentu prasarana lingkungan dan utilitas umum sebelum nantinya
diserahkan kepada Pemda yang bersangkutan (lihat Permendagri No.
3/1987 tentang Penyediaan dan Pemberian Hak atas Tanah untuk
Keperluan Perusahaan Pembangunan Perumahan).
Ketentuan-ketentuan mengenai subjek haknya
Ketentuan Pokok: pasal 9 UUPA, sebagai manifestasi asas
kebangsaan/kenasionalan (ayat 1) dan asas
demokrasi/penghormatan terhadap HAM (ayat 2);
Pasal 9 ayat 1: Hanya warga-negara Indonesia dapat
mempunyai hubungan yang sepenuhnya dengan bumi,
air dan ruang angkasa, dalam batas-batas ketentuan pasal
1 dan 2.
Pasal 9 ayat 2: Tiap warga-negara Indonesia, baik laki-laki
maupun wanita mempunyai kesempatan yang sama
untuk memperoleh sesuatu hak atas tanah serta untuk
mendapat manfaat dari hasilnya, baik bagi diri sendiri
maupun keluarganya
Ketentuan-ketentuan umum mengenai subjek hak
Karena ketentuan pasal 9 dan ketentuan-ketentuan UUPA lainnya serta peraturan-
peraturan pelaksanaannya, maka berlaku beberapa asas umum yang terkait dengan
subyek hak atas tanah:
a. Dalam hal pemindahan hak atas tanah, ada pembatasan berkenaan dengan
subyek hak, karena bagi tiap hak atas tanah ditentukan syarat yang harus
dipenuhi oleh subyeknya. Misalnya, untuk hak hak milik, subyeknya harus
berstatus WNI tunggal dan badan hukum yang ditunjuk oleh pemerintah (Pasal
21 ayat 1,2 dan 4). Lebih lanjut, berlaku larangan pemindahan hak milik kepada
orang yang bukan WNI tunggal atau badan hukum tertentu tersebut (pasal 26)
b. Tiap WNI diperbolehkan menguasai tanah dengan hak apa pun, kecuali jika
secara tegas ada larangan yang tidak memungkinkannya; Misalnya, Hak
Pengelolaan yang merupakan gempilan dari hak menguasai negara, hanya
dikhususkan bagi badan-badan hukum tertentu (BUMN atau BUMD), dan tidak
mungkin diberikan kepada perorangan WNI.
c. Tidak diadakan permbedaan antara sesama WNI, yang didasarkan atas
perbedaan ras atau kelamin (pasal 9 ayat 2), melainkan atas perbedaan
kedudukan ekonomi yang kuat dan lemah (Pasal 11). Artinya bahwa diberikan
jaminan perlindungan (affirmative action) bagi masyarakat golongan ekonomi
lemah.
.
lanjutan
▪ HMN meliputi semua tanah dalam wilayah RI, baik tanah yang belum dilekati
sesuatu hak atas tanah maupun yang belum.
▪ Jadi, meliptuti dua kategori:
a. Tanah yang dikuasai langsung oleh negara (sering disingkat “tanah negara”
saja), yakni tanah yang belum dilekati oleh hak atas tanah seperti hak milik,
HGU, HGB, hak pakai atas tanah negara, hak pengelolaan, tanah hak ulayat dan
tanah wakaf.
Tanah yang dikuasai langsung oleh negara (“tanah negara”) ini meliputi juga:
1) tanah-tanah yang diserahkan secara sukarela oleh pemiliknya;
2) tanah-tanah hak yang berakhir jangka waktunya dan tidak diperpanjang
lagi;
3) tanah-tanah yang pemegang haknya meninggal dunia tanpa ahli waris;
4) tanah-tanah yang ditelantarkan; dan
5) tanah-tanah yang diambil untuk kepentingan umum
b. Tanah Tanah yang tidak langsung dikuasai oleh negara yakni tanah-tanah yang
sudah dilekati hak atas tanah (sering pula disebut “tanah hak”)
Bagaimana dengan tanah yang dikuasai oleh Departemen dan
Lembaga-lembaga pemerintah non-departemen?
Menurut Sumardjono, apabila definisi tanah negara tersebut di atas
diterima, maka tanah (yang dikuasai oleh) pemerintah tersebut tidak
serta merta masuk dalam pengertian tanah negara, walaupun tanah
tersebut merupakan aset/kekayaan negara, karena tanah-tanah negara
yang dikuasai oleh suatu instansi pemerintah yang dipergunakan sesuai
dengan tugas masing-masing diberikan dengan hak pengelolaan atau
hak pakai sesuai dengan Peraturan Menteri Agraria No. 9 Tahun 1965.
Apabila suatu instansi pemerintah menguasai tanah namun tidak
memegang hak pengelolaan atau hak pakai, maka status tanahnya
adalah tanah negara. Dan menurut Boedi Harsono, tanah-tanah yang
dikuasai departemen-depertemen dan lembaga=lembaga pemerintah
non-departemen dengan Hak Pakai itu, merupakan aset atau bagian
kekayaan negara, yang penguasaannya ada pada Menteri Keuangan
(Boedi Harsono, 1999)
Dalam prakteknya, kekayaan negara berupa tanah tersebut
dapat dipindahtangankan atau dipertukarkan dengan pihak lain
(ruilslag) atau dapat juga dimanfaatkan dengan cara disewakan atau
dipergunakan dengan cara dibangun, dioperasikan, dan
diserahterimakan kepada pihak lain (BOT).
Perbedaan macam hak yg dapat dipunyai oleh kelompok subyek
WNI x x x x
Sendiri
WNI x x x x
Bersama
WNA x
Sendiri
WNA x
Bersama
BH x x x
Swasta Ind
BH Swas x
ta Asing
BH Publik x x (incl
Ind. BUMN)
BH Publik x
Asing
HAK-HAK INDIVIDUAL (PERORANGAN) ATAS TANAH
HAK MILIK
a. Diatur: Pasal 20-27, Pasal 50
b. Pengertian: Psl 20 (1): hak milik adalah HAT yang:
- turun-temurun (maksudnya, jangka waktu-nya tak terbatas atau tidak
dibatasi)
- terkuat (dapat jadi induk HGB, Hak Pakai)
- terpenuh (beri kewenangan untuk brbagi jenis usaha)
- dapat dipunyai orang atau Badan Hukum
- mengingat Pasal 6
2. Tanahnya musnah
e. Menurut UUPA (psl 50 ayat 1), tentang HM perlu diatur lebih lanjut dalam
UU . (Sampai sekarang UU tsb blm dibuat).
HAK GUNA USAHA
Pengertian (Pasal28, 29): HGU adalah HAT untuk:
-mengusahakan tanah negara (hanya dpt diberikan di atas
tanah negara)
-untuk usaha pertanian: perkebunan, perikanan,
peternakan
-jangka waktu 25 tahun atau 35 tahun,dapat diperpanjang
25 tahun (bdk dgn ketentuan PP 40/1996)
-luas: perorangan (5-25 ha), perusahaan (disesuaikan)
(bdk dgn ketentuan PP 40/1996)
Ciri-ciri lain:
-dapat beralih dan dialihkan [Pasal28(3)]
-harus didaftarkan [Pasal 32(1)]
-dapat dibebani hak tanggungan (Pasal33)
Subjek hak guna usaha (HGU) (Pasal30):
1.WNI;
2.Badan Hukum Indonesia (didirikan menurut hukum
Indonesia)
Terjadinya (Pasal31):
karena penetapan pemerintah setelah ada permohonan hak
Hapusnya (Pasal34)
▪ jangka waktu habis
▪ dihentikan karena dlm pelaksanaannya tidak memenuhi
syarat
▪ dilepaskan oleh pemegang hak
▪ diacbut untuk kepent.umum
▪ diterlantarkan
▪ tanahnya musnah
▪ subjek haknya tidak lagi memenuhi syarat berdasarkan psl
30 ayat 2 UUPA.
Pengaturan HGU dalam PP 40/1996
1. Subyek HGU: sama dgn yg diatur dlm UUPA
2. Pemberiannya: hanya di atas tanah negara (spt dlm UUPA); ditambah
ketentuan lebih lanjut:
a. Dalam hal tanah yang akan diberikan dengan HGU adalah tanah
Negara yang merupakan kawasan hutan, maka pemberian HGU
dapat dilakukan setelah tanah itu dikeluarkan dari statusnya
sebagai kawasan hutan.
b. Apabila akan diberikan di atas tanah ulayat, maka pemberian
HGU baru dpt dilakukan kalau sdh ada pelepasan hak;
Setelah keluarnya UU 11/2020 tentang Cipta Kerja jo PP 18/2021, HGU
dapat juga diberikan di atas tanah Hak Pengelolaan.
Luas Tanah HGU (psl 5 PP):
a. Minimum 5 ha; maksimum utk perorangan 25 ha
b. Maksimum utk BH ditetapkan oleh Menteri dengan
memperhatikan pertimbangan dari pejabat yang berwenang di
bidang usaha yang bersangkutan, dengan mengingat luas yang
diperlukan untuk pelaksanaan suatu satuan usaha yang paling
berdayaguna di bidang yang bersangkutan.
Jangka Waktu HGU
Paling lama 35 thn, dpt diperpanjang paling lama 25 tahun, dapat diperbarui
35 tahun (psl 8);
Diperpanjang atau diperbarui, jika memenuhi syarat2 (psl 9):
a. tanahnya masih diusahakan dengan baik sesuai dengan keadaan, sifat
dan tujuan pemberian hak tersebut;
b. syarat-syarat pemberian hak tersebut dipenuhi dengan baik oleh
pemegang hak; dan
c. pemegang hak masih memenuhi syarat sebagai pemegang hak.
Permohonan perpanjangan atau pembaruan diajukan paling lambat 2 tahun
sebelum jangka wkt berakhir (psl 10);
.
Untuk kepentingan penanaman modal, permintaan perpanjangan atau
pembaharuan HGU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dapat
dilakukan sekaligus dengan membayar uang pemasukan yang ditentukan
untuk itu pada saat pertama kali mengajukan permohonan HGU (psl 11)
(Bdk dgn ketentuan Psl 22 UU 25/2007: HGU dapat diberikan dengan jumlah
95 (sembilan puluh lima) tahun dengan cara dapat diberikan dan
diperpanjang di muka sekaligus selama 60 (enam puluh) tahun dan dapat
diperbarui selama 35 (tiga puluh lima) tahun;)
Lihat Putusan MK No. 21-22/PUU-V/2007, terkait judicial review atas UU
25/2007.
Kewajiban2 Pemegang HGU (Pasal 12 PP 40/1996)
(1) Pemegang Hak Guna Usaha berkewajiban untuk :
a. membayar uang pemasukan kepada Negara;
b. melaksanakan usaha pertanian, perkebunan, perikanan dan/atau
peternakan sesuai peruntukan dan persyaratan sebagaimana
ditetapkan dalam keputusan pemberian haknya;
c. mengusahakan sendiri tanah Hak Guna Usaha dengan bik sesuai
dengan kelayakan usaha berdasarkan criteria yang ditetapkan oleh
instansi teknis;
d. membangun dan memelihara prasarana lingkungan dan fasilitas tanah
yang ada dalam lingkungan areal Hak Guna Usaha;
e. memelihara kesuburan tanah, mencegah kerusakan sumber daya alam
dan menjaga kelestarian kemampuan lingkungan hidup sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
f. menyampaikan laporan tertulis setiap akhir tahun mengenai
penggunaan Hak Guna Usaha;
g. menyerahkan kembali tanah yang diberikan dengan Hak Guna Usaha
kepada Negara sesudah Hak Guna Usaha tersebut hapus;
h. menyerahkan sertipikat Hak Guna Usaha yang telah hapus kepada
Kepala Kantor Pertanahan.
(2) Pemegang Hak Guna Usaha dilarang menyerahkan pengusahaan tanah
Hak Guna Usaha kepada pihak lain, kecuali dalam hal-hal diperbolehkan
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Hapusnya Hak Guna Usaha (Pasal 17 PP 40/1996)
(1) Hak Guna Usaha hapus karena :
a. berakhirnya jangka waktu sebagaimana ditetapkan dalam
keputusan pemberian atau perpanjangannya;
b. dibatalkan haknya oleh pejabat yang berwenang sebelum jangka
waktunya berakhir karena :
1. tidak terpenuhinya kewajiban-kewajiban pemegang hak
dan/atau melanggar ketentuan-ketentuan terkait;
2.putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap;
c. dilepaskan secara sukarela oleh pemegang haknya sebelum
jangka waktunya berakhir;
d. dicabut berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961;
e. ditelantarkan;
f. tanahnya musnah;
g. Pemegang hak tidak lagi memenuhi syarat sbg subyek HGU.
(2) Hapusnya Hak Guna Usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
mengakibatkan tanahnya menjadi Tanah Negara.
HAK GUNA BANGUNAN: psl 35 – 40
Pengertian (Pasal 35): hak untuk mendirikan dan mempunyai
bangunan di atas tanah bukan miliknya sendiri (bisa tanah
negara, bisa tanah hak milik orang lain)
Ciri l: -jangka waktu: 30 tahun20 tahun [Pasal35(1)(2)]
-dapat beralih dan dialihkan [Pasal35(3)]
-wajib didaftarkan (Pasal38)
-dapat dibebani hak tanggungan (Pasal39)
Cara terjadinya (Pasal 37), karena:
▪ penetapan pemerintah, kalau di atas tanah negara
▪ perjanjian otentik, kalau di atas tanah HM orang lain
Subjek haknya (Pasal36): 1. WNI 2. Badan Hukum Indonesia
Hapusnya (Pasal 40): sama seperti HGU
Pengaturan HGB dlm PP 40/1996
Tanah yg dapat diberikan dengan HGB (psl 21 & 22)adalah :
a. Tanah Negara: HGB di atas tanah negara diberikan dengan
keputusan pemberian hak oleh Menteri atau pejabat yang
ditunjuk.;
b. Tanah Hak Pengelolaan: HGB di atas tanah Hak Pengelolaan
diberikan dengan keputusan pemberian hak oleh Menteri
atau pejabat yang ditunjuk berdasarkan usul pemegang Hak
Pengelolaan
c. Tanah Hak Milik: HGB di atas tanah HM terjadi dengan
pemberian oleh pemegang Hak Milik dengan akta yang
dibuat oeh Pejabat Pembuat Akta Tanah.
Pertimbangan pembatasan:
Pembatasan hak atas tanah dalam UUPA sesungguhnya
diadopsi dari prinsip hukum adat: larangan untuk
mengalihkan secara permanen tanah ulayat (baik sebagian
apalagi seluruhnya) kepada orang asing (yang bukan warga
masyarakat hukum adat)
HAT BAGI WNA
❑ Dua kemungkinan:
1.Hak pakai dgn jangka waktu
2. Hak Sewa utk Bangunan
❑ Bila dgn Hak Pakai:
▪ Jangka waktunya: 25 tahun, dapat diperpanjang 20 tahun, dan dapat
diperbarui untuk jangka 25 tahun (PP 40/1996, ps 45 ay 1&2)
Syaratnya:
▪ Menurut UUPA (Pasal 42) : WNA harus Berdomisili di Indonesia
▪ Dan juga:
➢WNA berada di Indonesia dengan Izin Singgah/Izin
Kunjungan/Izin Tinggal Sementara/Izin Tinggal Tetap ( UU & PP
Keimigrasian (UU9/1992 + PP 22/1994) ;
➢ Keberadaannya memberikan manfaat bagi pembangunan
Indonesia (ps 1 ayat 2 PP 41/1996 )
❑ Apa makna Memberi Manfaat?
▪ Luas : setiap kegiatan usaha termasuk pembelian rumah + tanah itu sendiri
(Permennag No.7/1996)
▪ Sempit : usaha yg dilakukan harus memberikan kontribusi bagi penciptaan
lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi (SE Menper No.124/1997)
Catatan:
Menurut Sumardjono, sesungguhnya untuk kepentingan WNA, HP sudah
cukup memadai dan fleksibel:
▪ Dibandingkan dengan HGB, jangka waktu HP hanya terpaut lima tahun.
▪ Subyek HP lebih luas, yaitu WNI, Badan Hukum Indonesia (BHI), WNA,
dan BHA.
▪ Penggunaannya pun lebih fleksibel, tidak dibatasi jenisnya.
▪ HP atas tanah negara didaftarkan dan dapat dijadikan jaminan utang dengan
dibebani hak tanggungan (HT).
Namun, banyak pihak masih kurang paham atau kurang percaya terhadap HP,
sehingga memicu terjadinya penyelundupan hukum melalui perjanjian notariil
antara WNI pemegang HM dan WNA, yang memberikan kemungkinan bagi
WNA untuk ”memiliki” HM secara material walaupun secara legal-formal
pihak WNI adalah pemegang HM.
Dalam perjanjian itu, kedudukan WNI adalah trustee atau nominee. Perjanjian
yang dimaksudkan untuk secara tak langsung mengalihkan HM ke WNA itu
melanggar Pasal 26 Ayat (2) UUPA yang berakibat perjanjian batal karena
hukum, tanahnya jatuh kepada negara dan pembayaran yang telah diterima
pihak WNI tak dapat dituntut kembali. Dalam perjanjian semacam ini, WNA
tak memperoleh perlindungan hukum. Namun, penyelundupan hukum
semacam ini tak serta-merta dapat dideteksi kecuali bila di kemudian hari
timbul sengketa dan diproses di pengadilan.
❑ Bila dengan HSUB (Hak Sewa utk Bangunan) (ps 44 dan 45 UUPA)
➢ Seperti HP, HSUB dapat dimiliki WNI, BHI, WNA, dan BHA. HSUB
memberikan hak kepada seseorang untuk menggunakan tanah HM
orang lain yang diserahkan dalam keadaan kosong, untuk mendirikan
bangunan, dengan membayar kepada pemilik tanah sejumlah uang
tertentu.
➢ Namun, HSUB tidak termasuk hak atas tanah yang didaftarkan dan tidak
dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani HT.
➢ HSUB hanya dapat beralih dengan izin pemilik tanahnya. Berbeda
dengan HP, HSUB hanya dapat terjadi di atas tanah HM.
➢ Untuk memperoleh hak mendirikan dan memiliki bangunan di atas
tanah HM harus dibayarkan uang sewa (Sumardjono)
Namun, menurut Sumardjono, penggunaan HSUB berpotensi
menimbulkan penyelundupan hukum. Dapat terjadi, pembuatan
perjanjian antara WNI pemegang HM dan WNA dengan ”kedok” HSUB
itu digunakan untuk menyimpangi ketentuan Pasal 26 Ayat (2) UUPA
dengan cara (1) memberikan HSUB dengan jangka waktu ”sewa” yang
melampaui batas kewajaran; (2) ”uang sewa” yang diberikan sebenarnya
merupakan harga tanah yang sebenarnya; (3) pemilik tanah hanya dapat
meminta kembali tanahnya dengan membayar kembali sebesar harga
tanah. Konstruksi hukum pemberian HSUB bagi WNA semacam ini
akibat hukumnya disebutkan dalam Pasal 26 Ayat (2) UUPA.