Oleh:
Dr. Iing R. Sodikin Arifin, S.H., C.N., M.H., M.Kn
Tenaga Ahli Menteri ATR/Ka. BPN.
Pengertian Hukum Agraria dan Hukum Tanah
• Akker
Belanda • lapangan
• Agros
Yunani • tanah pertanian
• Agger
Latin • tanah atau sebidang tanah
• Agrarius
Latin • perladangan, persawahan, pertanian
• Agrarian
Inggris • tanah untuk pertanian
2
Pengertian Hukum Agraria dan Hukum Tanah
3
Administrasi Pertanahan
2. Domein Verklaring (S. 1870-118 a) / Pernyataan Domein. Domein : Algemene Domein Verklaring (S.
1875-119a), Asas “semua tanah yang tidak dapat dibuktikan adanya hak eligendom atas tanah tersebut oleh
orang lain adalah domein negara”.
a. Domein Verklaring untuk Sumatera Ps 1 dari S. 1874-94 f,
b. Domein Verklaring untuk Residentie Manado dim Ps 1 dari 1877-55
c. Domein Verklaring untuk Residentie Zwider en Ooster fdeling van Borneo (ps 1. S. 1888-8)
Jadi berdasarkan hukum adat, tidak mempunyai bukti otomatis menjadi tanah negara (Domein Negara), oleh
karena itu tidak sama dengan pasal 570 BW
3. Koninklijk Besluit (Keputusan Raja) tgl 16 april 1872 No 29 S. 1872117 dan peraturan pelaksanaannya.
4. Hak Agrarische Eigendom, Hak yang bertujuan memberi kepada pribumi suatu hak yang kuat atas sebidang
tanah. 4
Pengertian Hukum Agraria dan Hukum Tanah
• E. Utrecht, Hukum Agraria dalam arti sempit sama dengan Hukum Tanah.
Hukum Agraria dan Hukum Tanah menjadi bagian Hukum Tata Usaha
Negara.
5
Kompilasi Peraturan Perundang-Undangan Pertanahan
Pengertian
Tujuannya :
Memberikan kemungkinan dan jamainan kepada Pemodal besar asing (kususnya Pengusaha China) agar dapat
berkembang di Indonesia dengan membuka perkebunan besar (hak erfpacht)
“Asas Domein” (Pasal 1 Agrarische Besluit S.1870 : 118).
“Semua tanah yang tidak dapat dibuktikan hak eigendomnya adalah domein/milik Negara”.
PLURALISTIS
KETENTUAN KETENTUAN
POKOK PELENGKAP Ps 163 (1) IS
HUKUM 1. Golongan Indonesia
HUKUM
TANAH ANTAR 2. Golongan Eropa
TANAH ADAT
GOLONGAN
3. Golongan Timur Asing
11
Hak Atas Tanah Milik Adat
Sebelum UUPA
12
Sejarah Hukum Agraria Nasional
1. Dihapuskannya domein dan diakuinya hak ulayat yang harus tunduk pada kepentingan
umum atu negara
2. Asas domein diganti dengan Hak Kekuasaan Negara atas dasar ketentuan dalam Pasal 8
(a) 3 UUDS 1950
3. Dualisme Hukum Agraria dihapuskan, secara sadar diadakan kesatuan hukum yang akan
memuat lembaga-lembaga dan unsur-unsur yang baik, baik yang terdapat dalam hukum
adapt maupun hokum barat. Tidak dipilih salah satu hukum sebagai dasar hokum agararia
yang baru
4. Hak-hak atas tanah : hak milik, sebagai hak yang terkuat yang berfungsi social, kemudian
ada hak usaha, hak banunan dan hak pakai
5. Hak milik hanya boleh dipunyai oleh orang Indonesia. Tidak terdapat perbedaan warga
Negara asli dan tidak asli. Badan-badan hokum pada asasnya tidak boleh mempunyai hak
milik
6. Perlu diadakan penetapan luas maksimum dan minimum yang dapat dimilik oleh
perorangan atau badan hokum
7. Tanah pertanian pada asasnya harus dikerjakan dan diusahakan sendiri oleh pemiliknya
8. Perlu diadakan pendafataran tanah dan penggunana tanah
Masa Pembentukan UUPA (1948 – 1960)
Menurut Soediman Kartohadiprodjo, Bagir Manan, B. Arief S., Otje S., Koesnu dan Iman S.
Latar Belakang
1 Latar Belakang
a. Bumi, air dan ruang angkasa mempunyai fungsi yang sangat penting untuk membangun masyarakat
adil dan makmur
b. Hukum agrarian kolonial bertentangan dengan kepentingan nasional
c. Adanya dualisme hukum
d. Tidak ada kepastian hukum
2 Tujuan
a. Penyusunan Hukum Agraria Nasional
b. Mengadakan kesatuan dan kesederhanaan dalam hukum Pertanahan
c. Memberikan kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah
3 Dasar-dasar Pengaturan
a. Dasar Kenasionalan; (Pasal 1, Pasal 2 (1) dan Pasal 9 UUPA)
b. Dasar Kesatuan dan Kesederhanaan; (Pasal 5 UUPA, diktum pertama UUPA)
c. Dasar Kepastian Hukum; (dikembangkan peraturan pelaksanaan, penyelenggaraan pendaftaran tanah
Pasal 19)
21
Sistematika UUPA
• Hak-hak Atas Tanah, Air dan Ruang Angkasa serta Pendaftaran Tanah
(Pasal 16-51
Asas Pengakuan hukum agraria Asas Persamaan derajat Asas Pelaksanaan refom
nasional berdasarkan hukum sesama WNI dan antara hubungan antara manusia
adat dan pengakuan eksistensi laki-laki dan perempuan dengan tanah atau dengan
hak ulayat; (gender); bumi, air dan ruang angkasa;
Pasal 4 “Atas dasar hak menguasai dari Negara sebagai yang dimaksud dalam pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi,
ayat 1 yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang, baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang-orang
UUPA lain serta badan-badan hukum”.
Tanah
dalam
adalah permukaan bumi, sedangkan hak-hak atas tanah hak atas sebagian tertentu permukaan bumi, yang terbatas, berdimensi dua
pengertian
panjang dan lebar. Sedangkan Ruang dalam pengertian yuridis, yang terbatas, berdimensi tiga, yaitu panjang, lebar dan tinggi yang
yuridis dipelajari dalam Hukum Tata Ruang.
Hak adalah hak yang memberi wewenang kepada pemegang haknya untuk mempergunakan atau mengambil manfaat dari tanah yang
dihakinya. Kata “mempergunakan” berarti hak atas tanah itu digunakan untuk kepentingan mendirikan bangunan. Perkataan
Atas “mengambil manfaat” berarti tanah itu digunakan untuk kepentingan bukan mendirikan bangunan, misalnya pertanian, perikanan,
Tanah peternakan dan perkebunan.
Objek
adalah Hak Penguasaan Atas Tanah, yang berarti hak yang berisi serangkaian wewenang, kewajiban, dan atau larangan bagi pemegang
Hukum haknya untuk berbuat sesuatu mengenai tanah yang dihaki.
Tanah
24
Administrasi Pertanahan
Untuk mengakhiri politik, tujuan, asas-asas hukum agraria jajahan, maka dibentuk hukum tanah nasional yang
2 berdasar hukum adat tentang tanah dengan memberikan wewenang hak menguasai negara atas dasar ketentuan
pasal 33 ayat 3 UUD 1945.
Tanah negara atau tanah yang dikuasai negara, sebagaimana ditegaskan dalam penjelasan UUPA (UU No. 5
3 Tahun 60)
Penjelasan umum, angka II Nomer 2. Negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat (Bangsa) bertindak
selaku badan penguasa dari sudut inilah, harus dilihat arti ketentuan pasal 2 ayat 1”yang menyatakan bumi, airdan
ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya pada tingkat tertinggi dikuasai negara.
Sesuai dengan pangkal pendirian tersebut pengertian dikuasai dalam pasal ini bukanlah dimiliki, akan tetapi
adalah pengertian yang memberi wewenang kepada negara sebagai organisasi kekasaan dari bangsa Indonesia
pada tingkat tertinggi.
Pasal 2 ayat 2 UUPA hak menguasai dari negara memberi wewenang untuk:
4 a. mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air, dan ruang
angkasa tersebut;
b. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang dan bumi luar angkasa.
c. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang
25
mengenai bumi, air, dan ruang angkasa.
Hierarkhi Hak-hak Penguasaan Atas Tanah dalam Hukum Tanah Nasional
Hak Bangsa
Indonesia (Pasal 1
ayat (1))
Hak Menguasai
Negara (Pasal 2 ayat
(1) dan (2))
Hak-Hak
Penguasaan
Tanah dalam
UUPA Hak Ulayat
Masyarakat Hukum
Adat (Pasal 3)
Hak Primer (HM, HGB,
HGU, Hak Pakai)
Hak Perorangan
atas Tanah (Pasal 4
& 6) Hak Sekunder (HGB, Hak
Pakai, Hak Gadai, Hak
Sewa, Hak Usaha Bagi
Hasil, Hak Menumpang
Bentuk-bentuk Hak Kepemilikian Era Kolonial
Sebelum UUPA
27
Tanah Negara Bekas Eigendom Menurut Hukum Tanah
Hak
HGU Memungut
Hasil Hutan
HM
Jenis Hak lain*
Hak
29
Hak-hak lain setelah UUPA
Hak Milik
Satuan Rumah
Susun
Hak Lain
Hak Komunal
30
Hak Milik
100 Ha 1.000 Ha
Pangan Lainnya
20.000 Ha 100.000 Ha
LUAR P. JAWA LUAR P. JAWA
1 PROVINSI
200 Ha 2.000 Ha
32
Hak Guna Usaha
Pasal 28 UUPA jo. PP No. 40/1996 jo. Permen ATR/BPN No. 7/2017
Tata Cara Perolehan Tanah: Tanah Negara, Tanah Hak,
Secara Penetapan
Tanah Negara: Tanah Ulayat, Kawasan Hutan
Original Pemerintah
1. Tidak Terdapat Penguasaan Pihak Lain dibuktikan dengan Negara, HPL Transmigrasi
pernyataan penguasaan fisik (saksi tokoh masyarakat, lurah)
2. Terdapat Penguasaan Pihak Lain ganti rugi Ijin
Secara Jual
Tanah Hak: Peralihan
1. Pelepasan Derivatif Beli, dll Syarat:
Hak
2. Kantah menarik tanda bukti hak atau bukti kepemilikan a. Pencadangan tanah/ijin
lainnya yang sah prinsip dari Bupati
Hapusnya HGU
Tanah Ulayat: b. Izin Lokasi dari Bupati
1. Jangka waktunya berakhir
Persetujuan tertulis dari Masyarakat Hukum Adat diluar c. Amdal dan Izin Lingkungan
2. Dihentikan sebelum berakhir
kawasan yang memiliki nilai sosial budaya, magis dan religious. d. Izin Usaha Perkebunan
karena sesuatu syarat tidak
e. Rekomendasi Kesesuaian
Kawasan Hutan Negara:
1. Pelepasan.
HGU terpenuhi
3. Dilepaskan oleh pemegang
Makro dari Gubernur
2. Bila terdapat hak pihak lain, diselesaikan terlebih dahulu f. Pertimbangan Teknis
haknya sebelum jangka
3. Untuk daerah konservasi, pengelolaan, pemeliharaan dan Ketersediaan Lahan dari
pengawasannya menjadi tanggung jawab pemegang HGU waktunya berakhir
Dinas Kehutanan (jika
dengan mempertahankan fungsinya. 4. Dicabut untuk kepentingan
kawasan hutan)
umum
Hak Pengelolaan Transmigrasi g. Izin Pembukaan Lahan dari
5. Diterlantarkan
1. Belum terbit SHM penyerahan dari Kementerian bidang Adalah hak untuk Bupati (jika disyaratkan)
6. Tanah musnah
transmigrasi mengukuhkan tanah h. Proses pemeriksaan tegakan
yang dikuasai langsung kayu (Cruishing) oleh Dinas
2. Sudah terbit SHM pelepasan hak menjadi TN Diberikan paling lama 35 tahun,
oleh negara, selama Kehutanan
3. Sudah terbit SK Pencadangan Tanah untuk Transmigrasi dan diperpanjang 25 tahun, diberikan
jangka waktu yang
belum ada kegiatan pelaksanaannya persetujuan pembaruan selama 35 tahun
tersebut dan pasal 29,
pemanfaatan tanah dari Kementerian bidang transmigrasi guna perusahaan Subjek HGU:
4. Pelepasan Hak Milik dapat dilakukan setelah memenuhi pertanian, perikanan, WNI (5-25 Ha)
jangka waktu peralihan yang ditetapkan dalam keputusan peternakan.
Badan Hukum Indonesia (> 25 Ha) 33
pemberian Hak Milik
Hak Guna Bangunan
Adalah hak untuk menggunakan dan / atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh negara atau tanah milik orang lain,
yang memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang berwenang memberikannya
atau dan perjanjian dengan pemilik tanahnya, yang bukan perjanjian sewa menyewa atau perjanjian pengolahan tanah, segala sesuatu
asal tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuan UU.
Terjadinya Hak Pakai
1. Selama jangka waktu yang tertentu selama tanahnya Diberikan paling lama 25 tahun, diperpanjang 20 tahun
dipergunakan untuk keperluan tertentu.
2. Dengan cuma-cuma dengan pembayaran atau
pemberian jasa berupa apapun.
3. Pemberian hak pakai tidak boleh dan disertai syarat-
syarat yang mengandung pemerasan Hak Hak Pakai Primer, Hak Pakai yang langsung diberikan
berdasarkan kepada Pemegang Hak
Pakai Hak Pakai Sekunder, Hak Pakai yang diberikan oleh
Subjek Hak Pakai: Pemerintah melalui persetujuan dari pemegang Hak baik
A. Selama Dipergunakan : Hak Milik maupun HPL, contoh Hak Milik diatas Hak Pakai,
1. Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen, HPL diatasnya diberikan Hak Pakai
dan Pemda,
2. Badan-badan Keagamaan dan Sosial Catatan :
3. Perwakilan Negara Asing dan Perwakilan Badan 1. Tanah yang dikuasai Negara: hak pakai kalau mau dialihkan dengan izin pejabat yang berwenang
Internasional 2. Hak pakai atas tanah milik : dapat dialihkan asal dimungkinkan dalam perjanjian yang
B. Dibatasi Waktu : bersangkutan
1. WNI 3. Hak pakai khusus disediakan
2. WNA a. Instansi Pemerintah, Pemda, Desa dsb
3. Badan Hukum Indonesia b. Gedung Kedutaan dan Rumah Tangga Kepala Perwakilan Negara2 sahabat
4. Badan Hukum Asing, c. Badan2 Keagamaan dan Sosial
d. Hak pakai tidak boleh dipakai sebagai Hak Tanggungan. 35
KEWENANGAN PEMBERIAN HAK ATAS TANAH
Berdasarkan Peraturan Kepala BPN No. 2 / 2013
Catatan : Lebih dari luas tanah yang ditentukan di atas, menjadi kewenangan BPN RI
Hak Milik Perorangan :
Pertanian melebihi batas maksimum
Non pertanian > 1 Ha
Hak Pengelolaan
Tidak dibatasi luas
Catatan : Lebih dari luas tanah yang ditentukan di atas, menjadi kewenangan BPN RI
Masyarakat Berpenghasilan Rendah
PP 64 tahun 2016
39
Hak Pengelolaan (HPL)
Penggunaan
Tanah
40
Sejarah Hak Pengelolaan (HPL)
Menurut “domeinverklaring” yang dinyatakan di dalam Pasal 1 HPL adalah istilah baru yang HPL adalah istilah baru yang
“Agrarisch Besluit”, semua tanah yang bebas sama sekali semula disebut didalam PP No. 8 semula disebut didalam PP No. 8
daripada hak-hak seseorang (baik yang berdasar atas hukum Tahun 1953 (LN 1953 No.14) Tahun 1953 (LN 1953 No.14)
adat asli Indonesia, maupun yang berdasar atas hukum barat) tentang Penguasaan Tanah- tentang Penguasaan Tanah-
dianggap menjadi “vrij landsdomein”, yaitu tanah-tanah yang tanah Negara yang diterbitkan tanah Negara yang diterbitkan
dimiliki dan dikuasai penuh oleh Negara. Tanah-tanah demikian sebelum berlakunya Undang- sebelum berlakunya Undang-
itulah yang di dalam Peraturan Pemerintah disebut “Tanah Undang No. 5 Tahun 1960 (LN Undang No. 5 Tahun 1960 (LN
Negara’. 1960 No. 104) Tentang UUPA. 1960 No. 104) Tentang UUPA.
1 2 3 4 5 6
Mengenai tanah-tanah “vrij landsdomein” itu Dalam Penjelasan umum PP No. 8 Tahun Pengertian yang pertama yang
sesungguhnya belum ada sesuatu peraturan yang secara 1953 (LN 1953 No.14) ini adanya prinsip kemudian disebut dengan Hak Pakai
khusus dan tegas mengatur hal penguasaannya. Satu- hukum bahwa pada dasarnya setiap bidang Instansi Pemerintah dengan maksud
satunya peraturan yang memuat ketentuan-ketentuan tanah Negara itu sudah dianggap masuk digunakan sendiri secara langsung
perihal itu ialah Peraturan Pemerintah tentang penguasaan dalam penguasaan suatu Departemen sebagai infrastruktur di dalam
“benda-benda yang tidak bergerak, gedung-gedung dan sekalipun menurut kenyataannya (fisik) menjalankan tugas pemerintahan
lain-lain bangunan milik Negara”, termuat dalam Staatsblad tidak terlihat sesuatu penguasaan sedangkan pengertian yang kedua
1911 Nomor 110 sebagai terakhir diubah dengan (beheersdaad). Keadaan hukum ini disebut adalah cikal bakal hak penguasaan yang
Staatsblad 1940 Nomor 430. “beheersrecht” atau Hak Penguasaan. kemudian menjadi Hak Pengelolaan
41
Peraturan yang berkaitan dengan Hak Pengelolaan
Sebagian wewenang hak menguasai negara pendukung fungsi kawasan atas tempat berupa daratan dan perairan sebagai tempat kegiatan
01 HPL PELABUHAN pemerintah dan ekonomi berfungsi sebagai intra dan moda transportasi pelayaran beserta transportasi penunjangnya (PP. No. 69/2001
tentang Kepelabuhanan).
Sebagian wewenang hak menguasai negara atas kawasan yang merupakan wilayah jurisdiksi pembangunan yang harus dikelola sesuai
02 HPL OTORITA dengan sebagian tugas, fungsi dan kewenangan pemerintahan yang diberikan kepadanya (Keppres No. 41/1973 tentang Daerah Industri
Pulau Batam jo. Keppres No. 94/1998)
03 HPL PERUMNAS
Sebagian wewenang hak menguasai negara dalam rangka menyalurkan tugas pemerintah dibidang pembangunan perumahan dan
mengalihkan asset pemerintah tersebut kepada pihak ketiga (PP. No. 12/1988 tentang Perum Perumnas)
Sebagian hak menguasai negara yang dikuasakan kepada departemen transmigrasi untuk mengelola kawasan lahan usaha, sarana
04 HPL TRANSMIGRASI pemukiman transmigrasi yang akan berakhir sejak diserahkannya bagian-bagian tersebut kepada para transmigrasi (UU No. 15/1997 tentang
Ketransmigrasian)
05 HPL INSTANSI
PEMERINTAH
Sebagian hak menguasai negara yang dikuasakan kepada instansi pemerintah dalam rangka mendayagunakan asset pemerintah sesuai
dengan maksud dan tujuannya (contoh BPGS dengan Keppres No. 79/1999 dan BPKK dengan Keppres No. 73/1999).
06
HPL INDUSTRI/ Sebagian hak menguasai negara yang dikuasakan kepada pemegangnya untuk menjalankan fungsi kawasan industri, pertanian/pariwisata,
PERTANIAN/PARIWISATA/ perdagangan (contoh PP No. 19/1998 tentang pengalihan bentuk perum kereta api menjadi persero)
PERKERETAAPIAN
07 HPL LAINNYA
HPL lainnya (contoh Pp. No. 34/1990 tentang pendirian perusahaan perseroan (persero) dalam bidang pengelolaan kawasan industri tertentu
yang diberikan status sebagai kawasan berikat).
43
Permenag/Ka. BPN No. 9 Tahun 1999
Subjek HPL (Pasal 67)
Dapat diberikan Hak Pengelolaan sepanjang sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya berkaitan dengan
pengelolaan tanah
44
Permenag/Ka. BPN No. 9 Tahun 1999
Permohonan HPL (Pasal 68)
Diajukan secara tertulis Data Yuridis dan fisik : Bukti pemilikan dan bukti perolehan tanah (sertifikat,
penunjukan atau penyerahan dari pemerintah, pelepasan
kawasan hunta dari instansi yang berwenang, akta pelepas
an bekas tanah milik adat atau bukti perolehan tanah
lainnya), Letak, batas, luas, jenis tanah (pertanian atau non
pertanian, rencana penggunaan tanah, status tanah (tanah
hak atau tanah negara)
45
Permenag/Ka. BPN No. 9 Tahun 1999
Permohonan HPL – Lampiran (Pasal 69)
Izin lokasi atau surat izin penunjukan penggunaan tanah atau surat izin pencadangan
tanah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
Lampiran
Bukti pemilikan dan atau bukti perolehan tanah berupa sertifikat, penunjukkan atau
penyerahan dari pemerintah pelepas an kawasan hutan dari instansi yang
berwenang, akta pelepas an bekas tanah milik adat atau surat-surat bukti perolehan
tanah lainnya.
Surat Pernyataan atau bukti bahwa seluruh modalnya dimiliki oleh pemerintah.
46
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang
Wakaf
Batas waktu penyampaian akta
Syarat administrasi tanah pengganti Alasan penggantian Nazhir Syarat administrasi penggantian Nazhir
1. Surat Permohonan a. meninggal dunia, berhalangan tetap, a. surat permohonan;
mengundurkan diri, diberhentikan oleh
2. sertipikat Hak atas Tanah pengganti; Badan Wakaf Indonesia; b. penetapan Nazhir pengganti dari Badan
Wakaf Indonesia;
3. akta peralihan hak atas tanah dari pemilik b. bubar atau dibubarkan sesuai ketentuan
tanah pengganti kepada Nazhir yang Anggaran Dasar Organisasi atau Badan c. surat persetujuan dari Wakif atau ahli waris
berhak untuk atas nama pemegang wakaf; Hukum yang bersangkutan; atau Wakif apabila Wakif sudah meninggal
dunia;
4. surat keputusan persetujuan mengenai c. Nazhir Perseorangan menjadi Nazhir
tukar ganti benda Wakaf dari Menteri yang Organisasi atau Badan Hukum, atau Nazhir d. Anggaran Dasar Organisasi atau Badan
menyelenggarakan urusan agama; Organisasi atau Badan Hukum menjadi Hukum berikut pengesahannya, jika Nazhir
Nazhir Perseorangan. Organisasi atau Badan Hukum;
5. Berita Acara mengenai Tukar Ganti Benda
Wakaf; dan e. sertipikat Wakaf.
6. surat pernyataan dari Nazhir/Wakif atau
surat keterangan dari Kepala
Desa/Lurah/tokoh masyarakat bahwa
tanahnya tidak dalam sengketa, perkara,
sita dan tidak dijaminkan.
Hak Tanggungan
Istilah dalam Pinjam-Meminjam Hapusnya Hak Tanggungan Pencoretan Hak Tanggungan Syarat Peralihan Hak
(Kreditur & Debitur) (Pasal 18) (Pasal 22) Tanggungan
1. sertipikat asli Hak Tanggungan,
a. Perjanjian Hutang Piutang a. Hapusnya utang yang dijamin a. Hapusnya HT dicatat pada buku
2. akta cessie atau akta otentik yang
(sebagai perjanjian pokok); b. Dilepaskannya HT oleh tanah / sertipikat HAT roya menyatakan adanya cessie, atau
yang dilengkapi pemegang HT b. Sertifikat HAT ditarik dan 3. akta subrogasi atau akta otentik
b. Dengan Perjanjian (assesoir) c. Pembersihan HT bersama buku tanah HT yang menyatakan adanya
pemberian jaminan hutang, berdasarkan penetapan dinyatakan tidak berlaku subrogasi, atau
biasanya berbentuk SKMHT pengadilan negeri c. Bila sertifikat HT tidak bisa 4. bukti pewarisan, atau
5. bukti penggabungan atau
(Surat Kuasa Memasang Hak d. hapusnya HAT yang dibebani ditarik dicatat pada Buku Tanah
peleburan perseroan,
Tanggungan). HT HT 6. identitas pemohon
49
UNDANG-UNDANG
NO. 20 TAHUN 2011
TENTANG RUMAH SUSUN
Sistematika UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rusun
Dasar Hukum Definisi
1. UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung; Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang
dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam
2. UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional baik
3. PP No. 4 Tahun 1988 tentang Rumah Susun dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan
4. PP No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksana UU No. 28 Tahun 2002; satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan
5. PerKaBPN No. 2 Tahun 1989 tentang Bentuk dan Tatacara Pengisian serta digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian
Pendaftaran Akta Pemisahan Rumah Susun
yang dilengkapai dengan bagian bersama, benda bersama
dan tanah bersama.
6. PerKaBPN No. 4 Tahun 1989 tentang Bentuk dan Tatacara Pembuatan Buku Tanah
serta Penerbitan Sertipikat Hak Milik atas Satuan Rumah Susun;
7. PerKaBPN No. 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan
Pertanahan
8. Permendagri No. 3 Tahun 1992 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Daerah
tentang Rumah Susun;
9. PerMen PU No. 60/PRT/M/1992 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan
Rumah Susun
10. Keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 11/KPTS/1994 tentang
Pedoman Perikatan Jual Beli Satuan Rumah Susun;
11. Keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 06/KPTS/BKP4N/1995
tanggal 25 Juni 1995 tentang Pedoman Pembuatan Akta Pendirian, Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan Penghuni Rumah Susun;
12. Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 1991 tentang Rumah Susun di DKI
Jakarta;
13. Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 924 Tahun 1991 tentang Peraturan
Pelaksanaan Rumah Susun di DKI Jakarta
Jenis, Penguasaan, dan Fungsi Rusun
Rumah Susun
Fungsi Rusun:
Hunian Campuran
Jenis Rumah Susun
RUSUN
RUSUN
RUSUN
RUSUN
Pasal 47 KOMERSIAL
Sebagai tanda bukti kepemilikan Salinan buku tanah dan surat ukur
atas sarusun di atas tanah hak milik, atas hak tanah bersama
HGB, atau HP di atas tanah negara,
HGB atau HP di atas tanah HPL
Gambar denah lantai pada tingkat
rumah susun bersangkutan yang
menunjukkan sarusun yang dimiliki
merupakan satu kesatuan
diterbitkan SHM sarusun
yang tidak terpisahkan
Pertelaan mengenai besarnya bagian
hak atas bagian bersama, benda
bersama, dan tanah bersama bagi
diterbitkan oleh Kantor dapat dijadikan jaminan yang bersangkutan
Pertanahan kab/kota utang dengan dibebani
hak tanggungan
Tanggung Jawab Pembangunan
RUSUN UMUM
PEMERINTAH
Selain Pemerintah Rusun Komersial
RUSUN KHUSUS
RUSUN NEGARA
>20%
Pelaku pembangunan rumah susun komersial wajib
menyediakan rumah susun umum sekurang-
kurangnya 20% (dua puluh persen) dari total luas
lantai rumah susun komersial yang dibangun.
B C Pertelaan Proporsional
*) Jangka waktu sewa 60 tahun Note: RUSUN diatas aset BMN/BMD tidak dapat diterbitkan SHM
Sarurun (hanya dibuktikan dg SKBG)
Penyediaan Tanah untuk Rumah Susun
Pendayagunaan sebagian
Konsolidasi Tanah oleh tanah negara bekas tanah
pemilik tanah terlantar; dan/atau
1. Perencanaan Lembaga
Penjamin TUGAS & WEWENANG
2. Pembangunan
3. Penguasaan dan pemanfaatan
4. Pengelolaan
5. Pemeliharaan dan perawatan
6. Pengendalian Pemerintah PemProv PemKab/Kot
7. Kelembagaan
8. Pendanaan dan sistem pembiayaan
9. Peran masyarakat KEBIJAKAN
• Menetapkan
• Melaksanakan
Badan Pelaksana • Mengawasi
(Pasal 72) • Memfasilitasi
FUNGSI (Pasal 79-Pasal 85)
•Pelaksanaan pembangunan
•Pengalihan kepemilikan
•Distribusi (terkoordinasi & terintegrasi)
MBR
Pembinaan :
koordinasi, sosialisasi NSPK, bimbingan, supervisi, konsultasi, diklat, litbang, bangsis dan layanan
informasi/ komunikasi serta pemberdayaan stakeholders)
Perencanaan : bagian dari Renbangnas dan terintegrasi dengan Renbangda
Pengaturan : meliputi pembangunan, penguasaan, pemilikan dan pemanfaatan,
pengelolaan, peningkatan kualitas, kelembagaan dan pendanaan dan sistem pembiayaan
Pengendalian : untuk menjamin penyelenggaraan rusun sesuai tujuannya
pengawasan : meliputi pemantauan, evaluasi dan tindakan koreksi
Sewa atau
Sewa 60 tahun Pengaturan baru kerjasama sesuai
Ikrar wakaf
Delegasi UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun
terhadap Peraturan Daerah
meliputi : KEWENANGAN
1. Tidak laik fungsi & tidak dapat diperbaiki PEMERINTAH
2. Dapat menimbulkan bahaya dlm pemanfaatan bangunan/lingkungan DAERAH
Dapat diprakarsai oleh :
• Pemilik sarusun (Rusun Umum)
• PPPSRS (Rusun Komersial)
• Pemerintah,Pemda/ Pemilik (Rusun Sewa & Khusus)
• Pemeintah/Pemda (Rusun Negara)
UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun...[1]
Permasalahan
1.1. Status Tanah Bersama: 1.2. Dokumen-dokumen:
Dokumen-dokumen:
Status HGB
Pada saat HGB HPL tercantum Sertifikat Tanah Akta Pemisahan Sertifikat Laik
Jual beli Dalam Bersama Fungsi/ ILH
SHMSRS
PPRS mengajukan Pertelaan NPP
Perpanjangan
Persetujuan
+
TIDAK DISERAHKAN
Sertifikat HGB tidak Pemegang HPL SHMSRS PENGEMBANG
bisa diserahkan BPN Meminta Biaya
Tinggi
UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun...[2]
Permasalahan
1.3. Perhimpunan Penghuni Rumah Susun (PPRS): 1.4. Pengelolaan:
Pembangunan Selesai
Pemanfaatan Sarusun
sesuai fungsi
Milik Sewa Sewa Beli Sewa Pinjam pakai
Pengelolaan:
PENGELOLA
Kegiatan Pengelolaan BERBADAN HUKUM
DAFTAR PEMDA
Perseorangan dan
Bagian Benda Tanah
Badan Hukum
Bersama Bersama Bersama
KECUALI
Biaya Pengelolaan Dapat RUSUN UMUM SEWA
DISUBSIDI PEMERINTAH RUSUN KHUSUS
RUSUN NEGARA
PELAKU
PEMBANGUNAN
PPPSRS
PPPSRSR = Perhimpunan Penghuni & Pemilik Sarusun
UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun...[9]
Memastikan Ketersediaan
Dana Murah Jangka Panjang
Sistem Pembiayaan:
PENGEMBANGAN
SISTEM PEMBIAYAAN
Perlu
kerja
sama
PPPSRS
UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun...[13]
Biaya Pengelolaan
* one man one vote “setiap anggota berhak memberikan satu suara” sarusun telah dihuni, suara
pemilik dapat dikuasakan kepada setiap penghuni sarusun. Apabila sarusun belum dihuni, setiap nama
pemilik hanya mempunyai satu suara walaupun pemilik yang bersangkutan memiliki lebih dari satu sarusun.
UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun…[14]
1 2 3
4
Pencadangan Pembebasan Perencanaan
Perijinan SIPPT,
Tanah/ Tanah Pembangunan
Ijin Lokasi/SIPPT RTLB dan IMB
Rusun
4a 5
3a Pengesahan Pertelaan
Permohonan Hak Pengajuan Hak/
Sertipikat HGB (Gambar Pertelaan,
atasTanah Uraian Pertelaan dan
a.n.
dan Sertipikat Akta Pemisahan )
Developer
9 8
Jual Beli Sertipikat 6
HMSRS 7 Selesai
HMSRS a.n. Pelaku SLF Membangun
(Akta PPAT) Pembangunan
10 12
11
Pendaftaran
Sertifikat HMSRS
AD/ART
peralihan HMSRS Perhimpunan
a.n. Pembeli
a.n. Pembeli Penghuni
DIAGRAM ALUR PENERBITAN SERTIPIKAT HAK MILIK SATUAN RUMAH SUSUN
YANG DILAKSANAKAN SAAT INI
1 2 3
4
Pencadangan Pembebasan Perencanaan
Perijinan SIPPT,
Tanah/ Tanah Pembangunan
Ijin Lokasi/SIPPT RTLB dan IMB
Rusun
4a
3a 5
Pengajuan Hak/
Permohonan Hak Selesai
Sertipikat HGB
atasTanah Membangun
a.n.
dan Sertipikat Developer
9 7
8 Pengesahan
Jual Beli Sertipikat
Pertelaan (Gambar 6
HMSRS HMSRS
Pertelaan, Uraian
a.n. Developer
SLF
(Akta PPAT) Pertelaan dan Akta
Pemisahan )
10 12
11
Pendaftaran
Sertifikat HMSRS
AD/ART
peralihan HMSRS Perhimpunan
a.n. Pembeli
a.n. Pembeli Penghuni
DIAGRAM ALIR PROSES PENGESAHAN PERTELAAN BERDASARKAN KEPUTUSAN
GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA NO. 924 TAHUN 1991
PEMOHON
TIDAK Rekomenda
Rapat Koordinasi Peserta
si (Ada
1. Kanwil BPN
Perbaikan?) 2. Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Perrtanahan
3. Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
YA 4.
5.
Biro Hukum
Biro Umum
6. Kantor Pertanahan
Penelitian 7. Pemohon
Pemohon
Perbal Pemenuhan Melakukan
Rekomendasi Perbaikan PERBAIKAN YANG UMUM TERJADI
1. Terdapat ketidaksesuaian antara fisik bangunan dengan perijinan .
SK Gubernur tentang
C 2. Adanya perubahan fungsi bagian bangunan (ruangan) yang tidak
sesuai dengan perijinan, misal dalam perijinan fungsi ruangan untuk
Pengesahan Pertelaan sekolah dimanfaatkan untuk utilitas lainnya (fitnes center dll)
(Gambar Pertelaan, Uraian
Pertelaan dan Akta
3. Jumlah fasilitas yang harus disediakan kurang dari seharusnya yang
Pemisahan )
dituangkan dalam perijinan
4. Terdapat area publik (benda bersama maupun bagian bersama) yang
dimanfaatkan oleh perorangan.
A
5
Ka. Bid. PTB Lembar Penilaian Keterangan :
A 1. Pengantar dari Kanwil BPN, dilampiri berkas 2 set (1 set untuk
1
Bid. PTB, 1 set untuk Bid. PB). Berkas yang dikirim ke PTB terdiri
dari surat gambar permohonan pertelaan, buku uraian / akta
6
Penelitian 4 pemisahan, Fc. RTLB, Fc. SLF.
Lapangan
2. Terkait proses pada poin 1, berkas akan dikirim oleh Bid. PTB
7 dengan nota dinas dan lembar monitoring berkas.
2 Ka. DCKTRP B 3. Terkait proses pada poin :
NPPL • Jika hasil rakorbid menyatakan adanya perbaikan gambar
maka BPN mengirimkan gambar pertelaan beserta buku
3 Kajian uraian / akta pemisahan yang sudah diperbaiki ke Bid. PTB
Teknis
sebanyak 2 set.
• Gambar permohonan pertelaan sudah ditandatangani oleh
Pemohon dan diparaf oleh BPN.
: proses permohonan pengesahan pertelaan • Penyertaan Paraf BPN pada gambar permohonan pertelaan
terkait persetujuan tanah bersama, serta klasifikasi penentuan
1 : nomor urut proses permohonan pengesahan pertelaan
perorangan, benda bersama, bagian bersama.
NPPL : dokumen Nota Penjelasan Pemeriksaan Lapangan 4. Rakorbid tim pengesahan pertelaan dilaksanakan setelah
pemeriksaan lapangan selesai dilaksanakan oleh Bid. PB
Ka. Bid. PTB : Kepala Bidang Penelitian Teknis Bangunan DPK
PERMASALAHAN, KENDALA DAN HAMBATAN
Permohonan Pertelaan selama ini dilakukan setelah selesai proses
Bidang tanah bersama terdiri lebih pembangunan bahkan sudah dilakukan jual beli dan penguasaan fisik oleh
dari satu sertipikat hak atas tanah pembeli/masyarakat, hal ini dikarenakan pemahaman Pasal 8 Kep.Gubernur
No. 924 Tahun 1991 tentang Peraturan Pelaksanaan Rusun di DKI Jakarta
“Pengesahan pertelaan rumah susun dilakukan setelah dipenuhi persyaratan
Dalam perijinan, satuan berfungsinya pemilikan secara terpisah satuan-satuan rusun.
lingkungannya merupakan satu
daerah perencanaan yang terdiri Sesuai Pasal 28,29 dan 30 UU 20/2011 “Pertelaan
dari beberapa bangunan, dalam merupakan tahapan awal pembangunan rusun
pembangunannya dilakukan secara masuk dalam lingkup salah satu persyaratan
administrasi.” Persyaratan Administrasi sesuai
bertahap, pemohon melakukan
Pasal 28 UU 20/2011 meliputi :
pemisahan sertipikat hak atas
tanahnya yang mengakibatkan a. status hak atas tanah; dan
perubahan satuan lingkungan b. izin mendirikan bangunan (IMB).
daerah perencanaan rumah susun
c. Izin Rencana fungsi dan pemanfaatan Rumah
Belum dipenuhinya kewajiban yang susun dan lingkungannya (pasal 29)
dituangkan pada perijinan (SIPPT) Selanjutnya pada Pasal 30, Pelaku pembangunan setelah mendapatkan izin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2) dan ayat (3) wajib meminta
Tidak tersedianya fasilitas minimal pengesahan dari pemda tentang pertelaan yang menunjukkan batas yang
dalam suatu rumah susun, misalnya jelas dari setiap sarusun, bagian bersama, benda bersama, dan tanah
balai warga bersama berserta uraian NPP
UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun…[16]
Pengadaan/
Perolehan
Tanah Jual Beli HMSRS AD/ART
Pembangunan selesai
(PPJB Notaris) Perhimpunan Penghuni
Perencanaan Pembangunan sebagian
Ps. 43 UU 20/2011
Rumah Susun:
• Penetapan jumlah dan jenis (5 hari SOPP 1/2010)
• Penetapan zonasi pembangunan Akta Pemisahan disahkan
• Penetapan lokasi pembangunan Sertifikat
Bupati/Walikota atau Gubernur Pendaftaran Peralihan
Ps. 13 UU 20/2011 dan Ps. 9 dan 10 PP HMSRS a/n
untuk wil. DKI Jakarta HMSRS a/n Pembeli
4/1988 Pembeli
(Ps. 26 UU 20/2011) (30 hari, s.d 200 unit;
60 hari, 200 s.d. 500 unit;
Administrasi Ps. 24 UU 20/2011: 90 hari, lebih dari 500 unit)
• status HAT
• Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Pembangunan selesai Sertifikasi HMSRS Jual Beli HMSRS
seluruh (a/n Developer) (AJB PPAT)
Teknis Ps. 35 UU 20/2011:
• Tata Bangunan
Izin mengenai rencana fungsi dan Sertifikat Laik
• Keandalan Bangunan
pemanfaatan dari bupati/walikota atau Fungsi
Gubernur untuk DKI Jakarta (Ps. 39 UU
Ekologis Ps. 37 UU 20/2011: (Ps. 29 UU 20/2011) 20/2011) Akta Pemisahan disahkan
• Keserasian dan keseimbangan fungsi Bupati/Walikota atau Gubernur
lingkungan untuk wil. DKI Jakarta
• Amdal apabila berdampak penting thd Pemisahan Rusun dalam (Ps. 26 UU 20/2011)
lingkungan Pengesahan Pertelaan
bentuk Gambar
(Ps. 30 UU 20/2011
dan Uraian
dan Ps. 31 PP 4/1988)
(Ps. 26 UU 20/2011)
Alas Hak Penguasaan Hak Atas Tanah
Girik
86
Tanah Milik Perusahaan Belanda
SEMUA KEKAYAAN/PEMILIKAN
KEKAYAAN BADAN HUKUM EKS
PERSETUJUAN PEMERINTAH BELANDA BERUPA BANGUNAN/
UU NO. 5/PRK/65
BELANDA DAN RI TGL. 7.9.1966 RUMAH YANG TELAH
DITINGGALKAN OLEH
DIREKSI/PENGURUSNYA
87
Tanah Verhuren Bisluit (VB) / Surat Ijin Penghunian
RUMAH DIBAWAH
DIKELOLA OLEH HOB PP NO. 49/1963
PENGUASAAN GUBERNUR,
(HULSVESTING ORGANISATIE TENTANG HUBUNGAN SEWA
MENEMPATI RUMAH SEBELUM
BATAVIA) DINAS PERUMAHAN MENYEWA PERUMAHAN
3.8.1962
PENGERTIAN GRANT :
Tanda bukti Hak Atas Tanah yang diberikan
oleh Sultan kepada Kaula Swapraja dan Macam-macam Grant :
Hamba Sahaya Raja-Raja Pribumi untuk GRANT adalah pemindahan berupa akte - Grant Controleur (Grant C)
menguasai/mengusahai sebidang tanah grant yang didaftar di kantor Sultan - Grant Deli Maatschaappij (Grant D)
dengan penggunaan sebagai tapak
perumahan atau sebagai kebun terletak di
Swapraja (Kesultanan)
Syarat-syarat :
- Tanah dikuasai secara fisik dan digunakan
terus menerus Penegasan berdasarkan Peraturan Menteri
- Luas tanah jelas batas-batasnya, tidak Negara Pertanian & Agraria No. 2/62 tentang
TANAH NEGARA berupa sungai, kampung, gunung dll Penegasan konversi dan pendaftaran bekas
- Tanah tidak berupa hutan/semak hak-hak Indonesia atas tanah
- Tidak melebihi batas maksimum
- Tidak merupakan tanah absentee
Hukum Tua (Adat Recht)
PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) Keputusan Bersama Menteri Dalam Badan Pengusahaan Pelabuhan
berdasarkan PP No. 56/1991 Negeri & Menteri Perhubungan No. (BPP) dari tahun 1969-1983
tanggal 19 Oktober 1991 tentang 191/969 & SK 83/o/1969 tanggal 27 berdasarkan PP No. 14/1983
Pengalihan Bentuk Perusahaan Desember 1969 tentang tanggal 30 April 1983 jo. PP No.
Umum Pelabuhan I menjadi Penyediaan dan Penggunaan Tanah 4/1985 tanggal 5 Februari 1985
Perusahaan Perseroan (Persero). Untuk Keperluan Pelabuhan. tentang Perum Pelabuhan I.
Tanah PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
BERDASARKAN SK MENDAGRI
BERDASARKAN UU NO. SEJAK 1 JANUARI 1950 ASET
NO. 681/86 TANAH NEGARA
86/1958 JO PP 40 DAN VERENIGDE SPOORWEGBEDRIJ
YANG DIURAIKAN DALAM
41/59 MENJADI ASET PT (VS) TELAH DIAMBIL DEWAN
GRONDKAART ADALAH
KERETA API KERETA API (DKA)
PENGUASAAN PJKA
Penguasaan Tanah Dengan Itikad Baik (Good Faith)
Dalam hal pemilik atas bidang tanah tidak dapat dibuktikan sebagaimana dimaksud Pasal 60, maka
20 Tahun penguasaan secara fisik atas bidang tanah yang bersangkutan selama 20 tahun atau lebih secara
Terus-menerus berturut-turut oleh yang bersangkutan dan para pendahulu-pendahulunya dengan itikad baik.
Pasal 61 ayat 1, Permenag/Ka BPN No. 3/1997
Pihak yang menguasai tanah Negara dengan itikad baik sebagaimana dimaksud Pasal
17 ayat (2) huruf f berupa perseorangan, badan hukum, badan sosial, badan
keagamaan atau instansi Pemerintah yang secara fisik menguasai, menggunakan,
Perseorangan
memanfaatkan dan memelihara tanah Negara secara turun temurun dalam waktu
tertentu dan/atau memperoleh dengan cara tidak melanggar ketentuan peraturan
perundang-undangan. Pasal 23 (1) Perpres No. 71/2012
TANAH GARAPAN
Adalah sebidang tanah yang sudah atau belum dilekati dengan sesuatu
hak yang dikerjakan atau dimanfaatkan oleh pihak lain baik dengan
persetujuan atau tanpa persetujuan yang berhak dengan atau tanpa
jangka waktu tertentu.
97
PENDAFTARAN TANAH
“Kadastrale”
“Catastro” “Capitastrum” atau
“Kadaster”
Sotendik/Muller, kadaster is een seen instelling die door middel van plans of kaarten
en register, opgemaakt naar aanleiding van matig en schatting, ons een beeld en eene
schrijving van het grondheit van saat in al zine onder delen en greens geeft.
(Kadaster berasal dari kata “Capitastrum” yang berarti satu daftar umum dimana berisi
nilai-nilai serta sifat-sifat, bahasa Perancis “Cadaster”, Italia disebut “Kadaster”.
Jaarsma, mengatakan Kadaster is een instelling diery door middle van kaarten en
register en een omchjving geeft van alle stkuken het gebied van den staat gelegen.
(Kadaster adalah suatu badan dengan peta-peta dan daftar-daftar memberikan uraian
semua bidang tanah yang terletak dalam suatu wilayah Negara).
Van Huls merumuskan kadaster is een boekhouding op hetground bezit die gevert word
met behulp van register en kaarten wijver vaardiuging waavan de landmeetkunde
toepassing vindt.
(Kadaster sebagai suatu pembukuan mengenai pemilikan tanah yang diselenggarakan
dengan daftar-daftar dan peta-peta yang diperbuat dengan menggunakan ilmu ukur.
Registration of Deeds
(Sistem Pendaftaran Akta)
UUPA dan
PP No. 24/1997
Registration of Titles
(Sistem Pendaftaran Hak)
Kadaster Ala Belanda
Yang didaftar
• perbuatan hukum yang
dilakukan
Dipakai di negara
• Belanda dan sebagian negara di USA
Registration of Titles
(Sistem Pendaftaran Hak)
Yang didaftar
• Haknya (titlesnya) atau hubungan
hukumnya (dalam Buku Tanah)
Dipakai di negara
• Australia, Singapura,
Hongkong, Indonesia
Positif, negara menjamin kebenaran data yang disajikan. Hal ini sebagai perwujudan
ungkapan : “Title By Registration” (Dengan Pendaftaran Diciptakan Hak) dan
pendaftaran menciptakan suatu “Indefeasible Title” (Hak Yang Tidak Dapat
Diganggu Gugat dan The Register Is Everything. Sekali didaftar pasti benar, hanya
bisa menuntut pemberian ganti kerugian/compensation berupa uang. Jadi negara
menyediakan “Assurance Found”
Sertifikat yang sudah terbit bisa digugat oleh pemegang hak yang
sebenarnya. Cara mengatasi kelemahan ini dengan lembaga ;
a. Verjaring, pada masa Hindia Belanda, yaitu pasal 584 KUHPerdata
berdasarkan KUHP perdata tidak berlaku lagi. Pihak yang menguasai
tanah karena lampaunya waktu menjadi Pemiliknya.
b. Rechtsverwerking, pada masa sekarang, pihak yang mempunyai tanah
karena lampaunya waktu kehilangan haknya untuk memperoleh kembali.
Contoh : menterlantarkan tanah. Dalam PP 24/1997 menjadi pelengkap
untuk mengatasi System Publikasi Negatif.
c. Peningkatan system publikasi menjadi positif secara bertahap, yaitu
melalui pasal 32 ayat (1) dan (2) PP 24/1997 yaitu Hak Atas Tanah hasil
pendaftaran yang tidak mengalami gugatan, gugatan tidak diterima
hakim, maka setelah 5 tahun sejak diterbitkan sertifikat, maka oleh UU
diterbitkan sehingga terdaftar dengan system publikasi positif.
Sistem Publikasi Dalam Pendaftaran Tanah
Sudikno Mertokusumo
1. Adanya kepastian dari buku tanah yang bersifat mutlak.
2. Pelaksana pendaftaran tanah bersifat aktif dan teliti.
3. Mekanisme kerja dalam penerbitan sertifikat hak atas tanah mudah
dimengerti orang lain.
Arie S. Hutagalung
1. Adanya kepastian hukum bagi pemegang sertifikat.
2. Adanya peranan aktif pejabat kadaster.
3. Mekanisme penerbitan sertifikat dapat dengan mudah diketahui publik.
Sistem Publikasi Dalam Pendaftaran Tanah Positif
Kekurangan
Sudikno Mertokusumo
1. Akibat dari pelaksana pendaftaran tanah bersifat aktif, waktu yang digunakan
sangat lama.
2. Pemilik hak atas tanah yang sebenarnya berhak akan kehilangan haknya.
3. Wewenang pengadilan diletakkan dalam wewenang administrasi, yaitu
dengan diterbitkannya sertifikat tidak dapat diganggu gugat.
Arie S. Hutagalung
1. Pemilik tanah yang sesungguhnya akan kehilangan haknya karena tanah
tersebut telah ada sertifikat atas nama pihak lain yang tidak dapat diubah
lagi.
2. Peranan aktif pejabat kadaster memerlukan waktu dan prasarana yang
mahal.
3. Wewenang pengadilan diletakkan dalam wewenang pengadilan administrasi.
Sistem Publikasi Dalam Pendaftaran Tanah
NEGATIF
Kelebihan
1. Pemegang hak yang sesungguhnya terlindungi dari pihak lain yang tidak
berhak atas tanahnya.
2. Adanya penyelidikan riwayat tanah sebelum penerbitan sertifikat.
3. Tidak adanya batas waktu bagi pemilik tanah yang sesungguhnya untuk
menuntut haknya yang telah disertifikatkan oleh pihak lain.
Kekurangan
1. Tidak ada kepastian atas keabsahan sertifikat karena setiap saat dapat atau
mungkin saja digugat dan dibatalkan jika terbukti tidak sah penerbitannya.
2. Peranan pejabat pendaftaran tanah/adaster yang pasif tidak mendukung ke
arah akurasi dan kebenaran data yang tercantum dalam sertifikat.
3. Mekanisme kerja pejabat kadaster yang kurang transparan kurang dapat
dipahami masyarakat awam.
Sistem Publikasi di Indonesia
Mengacu kepada Penjelasan Pasal 32 ayat (2) Peraturan Pemerintah nomor 24 Tahun 1997
tentang Pendaftaran Tanah (PP Pendaftaran Tanah), sistem publikasi yang digunakan di
Indonesia adalah sistem publikasi negatif yang mengandung unsur positif. Hal ini dapat
dibuktikan dari hal-hal sebagai berikut:
1. Pendaftaran tanah menghasilkan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian
yang kuat, bukan sebagai alat pembuktian yang mutlak (sistem publikasi negatif).
2. Sistem pendaftaran tanah menggunakan sistem pendaftaran hak (registration of titles),
bukan sistem pendaftaran akta (registration of deed/sistem publikasi negatif)
3. Negara tidak menjamin kebenaran data fisik dan data yuridis yang tercantum dalam sertifikat
(sistem publikasi negatif).
4. Petugas pendaftaran tanah bersifat aktif meneliti kebenaran data fisik dan yuridis (sistem
publikasi positif).
5. Tujuan pendaftaran tanah adalah untuk memberikan jaminan kepastian hukum (sistem
publikasi positif).
6. Pihak lain yang dirugikan atas diterbitkannya sertifikat dapat mengajukan keberatan kepada
penyelenggara pendaftaran tanah untuk membatalkan sertifikat atau mengajukan gugatan ke
pengadilan agar sertifikat dinyatakan tidak sah (sistem publikasi negatif).
Sistem Publikasi Negatif
(dipakai di USA)
Sebelum dilakukan perbuatan hukum untuk memastikan haknya apa dan siapa pemegang
haknya lebih dahulu diadakan penelitian data fisik dan data yuridisnya dalam akta-akta yang
bersangkutan atas biaya calon penerima hak.
Asli atau salinan akta-akta yang diteliti itu tersedia di Kantor Pejabat pendaftaran (recorder).
Kegiatan ini disebut “title search”, dan dilakukan oleh lawyers yang profesional, yang
dikenal sebagai “title searchers”, secara perorangan atau sebagai tenaga ahli perusahaan-
perusahaan yang dikenal sebagai “title companies”. Hasil kegiatan tersebut dituangkan
dalam suatu laporan tertulis yang dikenal sebagai “abstract of title”.
• SEDERHANA
• AMAN
• TERJANGKAU
• MUTAKHIR
• TERBUKA
TUJUAN PENDAFTARAN TANAH
- BUKTI TERTULIS
ADA ALAT BUKTI - KETERANGAN SAKSI & ATAU
( ASAL KONVERSI ) PERNYATAAN YG KADAR
I. B PEMBUKTIAN ( PSL 24 AYAT 1 ) KEBENARANNYA DIANGGAP
HAK LAMA CUKUP OLEH KK/PA
PEMBUKTIAN (PASAL 24)
HAK DAN PENGUASAAN FISIK > 20 TH.
PEMBUKUANNYA TIDAK ADA ATAU DG SYARAT :
TIDAK ADA LAGI A. PENGUASAAN IKTIKAT BAIK
BUKTI SCR TERBUKA DIAKUI
(PSL 24 AYAT 2) KESAKSIAN ORANG YG DPT
DIPERCAYA
PEMBUKUAN
B. PENGUASAAN TSB SEBELUM
HAK
MAUPUN SLM PENGUMUMAN
(PASAL 30)
TIDAK DIPERMASALAHKAN
I.B. PEMBUKTIAN HAK DAN PEMBUKUANNYA
1. PADA HAK ATAS BIDANG TANAH YANG DATA FISIK DAN ATAU
DATA YURIDIS BELUM LENGKAP, APABILA:
2. PADA HAK ATAS BIDANG TANAH YANG DATA FISIK ATAU DATA
YURIDIS DISENGKETAKAN, TIDAK DIAJUKAN KE PENGADILAN,
APABILA:
2. DAFTAR TANAH
DOKUMEN DALAM BENTUK DAFTAR YANG MEMUAT
TATA IDENTITAS BIDANG DENGAN SUATU SISTIM PENOMORAN
USAHA
PENDAFTARAN 3. SURAT UKUR
TANAH DOKUMEN YANG MEMUAT DATA FISIK SUATU BIDANG TANAH DLM
DALAM BENTUK PETA & URAIAN
DAFTAR UMUM
4. BUKU TANAH
DOKUMEN DALAM BENTUK DAFTAR YANG MEMUAT DATA
YURIDIS & FISIK SUATU OBYEK PT
5. DAFTAR NAMA
DOK. DLM BENTUK DAFTAR YG MEMUAT KET. MENGENAI
PENG. TANAH DGN SESUATU HAT & MENGENAI PEMILIKAN HAT
I.E. PENYIMPANAN DAFTAR UMUM DAN
DOKUMEN (Pasal 35) (I)
DASAR :
d. HAPUSNYA HAT DAN HM. • BUKU TANAH, UNTUK HAK YG DIBATAS
SARUSUN ( HGU, HGB, HP )
• SALINAN S.K. PEJABAT YG BERWENANG
II.C • AKTA PELEPASAN HAK
PENDF. PERUBAHAN
DATA P.T. LAINNYA • BUKTI PERALIHAN PIUTANG
KRN CESSIE, SUBROGASI, PEWARISAN ATAU
e. PERALIHAN H.T. DAN HAPUS- PENGGABUNGAN / PELEBURAN PERSEROAN
NYA H.T. • ROYA - PERNYATAAN LUNAS DARI KREDITUR
• LELANG - SURAT PERNYATAAN KREDITUR
( MELEPASKAN HT.)
DASAR :
• BUKU TANAH, UNTUK HAK YG DIBATAS (HGU,
HGB, HP)
• SALINAN S.K. PEJABAT YG BERWENANG
• AKTA PELEPASAN HAK
• DICATAT PADA BUKU TANAH DAN SURAT UKUR,
SERTA MEMUSNAHKAN SERTIPIKAT YBS.
e. PERALIHAN dan HAPUSNYA HT
(Pasal 53)
a. SERTIPIKAT RUSAK
b. SERTIPIKAT BLANGKO LAMA
c. SERTIPIKAT HILANG
d. SERTIPIKAT TIDAK DISERAHKAN KARENA
LELANG EKSEKUSI
a. SERTIPIKAT RUSAK (Pasal 57)
a. HAK MILIK
b. HAK GUNA USAHA
c. HAK GUNA BANGUNAN
d. HAK PAKAI
B. PEMBERIAN HAK TANGGUNGAN
(Pasal 10)
KETENTUAN PENUTUP
Asas legalitas dalam KUHP, tidak lagi berlaku secara dogmatis, dalam
perkembangannya telah tereliminasi oleh asas ajaran melawan hukum materil
(materiel wederrechtelijkheid) yang menyatakan bahwa suatu perbuatan sudah
dapat dihukum apabila bertentangan dengan hukum tertulis dan hukum tidak
tertulis.
Asas ini dapat ditafsirkan berlaku dalam hukum pertanahan, meskipun sanksi
pidana tidak diatur secara khusus dalam peraturan perundang-undangan
pertahanan, tidak berarti pihak Kepolisian tidak dapat melakukan penyidikan
terhadap pelanggaran dan kejahatan dalam bidang hukum pertanahan.
Tindak Pidana Pemalsuan Surat / Dokumen (Faux)
Yang dapat dijadikan objek pemalsuan hanya ecrtures atau tulisan-tulisan saja. Menurut Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana yang berlaku, yang dapat menjadi objek dari tindak pidana pemalsuan surat diatur
dalam Bab XII buku II KUHPidana. Dari Pasal 263 sampai dengan Pasal 276 yang dapat dibedakan menjadi 7
macam kejahatan pemalsuan surat yakni:
Membuat surat palsu (valschelijk opmaaken) adalah membuat sebuah surat yang
seluruh atau sebagian isinya palsu, dapat berupa hal-hal berikut
Terima Kasih