Anda di halaman 1dari 93

DINAMIKA

LEMBAGA PERTANAHAN

Oleh:

Dr. Ir. TJAHJO ARIANTO, S.H.,MHum.


IDENTITAS DIRI:
Dr. Ir. TJAHJO ARIANTO, S.H.,MHum.
Jakarta, 23 AGUSTUS 1954
Sarjana Teknik Geodesi UGM 1981
Sarjana Hukum 1994
Magister Ilmu Hukum 2000
Doktor Ilmu Hukum 2010
HP. - 08567357706 – 0274 554328

Alamat: jl. Kaliurang km. 5,5 Gg. Kelapa Gading No. 101
Yogyakarta
email: tjahjoarianto@gmail.com
http://hukumpertanahansurveikadastral.blogspot.com/
RIWAYAT PEKERJAAN:
Kasi Pengukuran & Pendaf. Tanah:
Kab. Jember, Kab Sidoarjo, Jakarta Timur 1989-1999
Kasi Tata Pendaftaran Hak Atas Tanah BPN Pusat 1999-2001
Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Jember 2001- 2006
Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Gresik 2006- 2008
Kepala Bidang Survei, Pengukuran dan Pemetaan BPN
Provinsi Jawa Timur 2008 - 2010 merangkap
Kepala Kantor Pertanahan Surabaya2 2008 -2009
Dosen Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional 2010 - 2019
Dosen Magister Ilmu Hukum Universitas Atmajaya 2010 - 2015
Dosen Prodiksus PPAT BPN RI 2013 - sekarang
Dosen Program Doktor/ Magister Teknik Geodesi/ Geomatika UGM
2015 - sekarang
KONSULTAN HUKUM PERTANAHAN (“SAKSI AHLI”)
LEMBAGA PERTANAHAN JADUL
1. Hak-hak  adat, yang tunduk pada hukum
yang  berlaku  bagi golongan Indonesia yang disebut
Hukum Adat misalnya  dari hak  adat  adalah hak milik,
hak andarbeni,  hak  yasan,  hak gogolan,  pekulen,
sanggan dan agrarisch eigendom sering disebut sebagai
tanah-tanah Indonesia
2. Hak -hak  barat, yang tunduk pada hukum
yang  berlaku  bagi golongan Eropa  misalnya hak
eigendom, hak erfpacht dan hak opstal  atau  lebih
sering  disebut  sebagai  tanah-tanah Eropa.
LEMBAGA ADAT
Hak-hak  adat,
1. Pendaftaran  tanah untuk tanah-tanah Subak di  Bali  yang
diselenggarakan oleh pengurus Subak berdasarkan  hukum adat
setempat.
2. Pendaftaran   Tanah   di  Kepulauan  Lingga   oleh   Sultan Sulaeman.
3. Pendaftaran tanah untuk tanah-tanah dengan hak grant  di Medan yang
diselenggarakan berdasarkan peraturan  yang dikeluarkan oleh
Kotapraja (Gemeente) Medan.
4. Pendaftaran tanah yang diselenggarakan di daerah Yogyakarta
berdasarkan peraturan yang dikeluarkan oleh  Sultan Yogyakarta yang
diumumkan dalam Rijksblad  Kasultanan tahun 1926 Nomor 13.
5. Pendaftaran  tanah yang diselenggarakan di daerah  Surakarta
berdasarkan peraturan yang dikeluarkan oleh  Sunan Solo  yang
diumumkan dalam Rijksblad  Kasunanan  tahun 1938 Nomor 14.
PEJABAT PERALIHAN HAK MASA PENJAJAHAN BELANDA

Seseorang warga Negara Belanda, Eropah, orang Timur


Asing, dan Bumiputra yang akan mengajukan hak
‘eigendom” terlebih dahulu harus memperoleh:
(a). surat keputusan penetapan (beschikken) Hakim
Pengadilan Negeri tentang status hak kebendaan atas
bidang tanah termohon yang disebut ‘gerechtrlijk acte van
zakelijk recht’ dan
(b) surat penetapan (beschiken) Hakim Pengadilan Negeri
tentang pemberian hak milik ‘eigendom privaat’ kepada
pemohon yang disebut ‘gerechtrlijk acte van eigendoms
recht’
PEJABAT PERALIHAN HAK MASA PENJAJAHAN BELANDA

Bagi orang Timur Asing atau Bumiputra yang dipersamakan (gelijkgestelde


Europeanen), sebelum memperoleh dua surat keputusan dari Hakim
Pengadilan Negeri tersebut harus terlebih dahulu membuktikan diri telah
memiliki surat keputusan dari Direktur Departemen Dalam Negeri Hindia
Belanda tentang persamaan kedudukan haknya dengan warga Negara
Belanda (gelijkgestelde besluit.) Sebelum memperoleh dua surat
keputusan Hakim Pengadilan Negeri harus minta surat keterangan
mengenai objek tanahnya dari Kantor Kadaster (Kadastral Dients) yang
berkedudukan di bawah Departemen Kehakiman yang disebut “Surat
Keterangan Tanah Terdaftar” (landmeter kennis) beserta gambar yang
menerangkan tentang letak batas bidang tanah.
PEJABAT PERALIHAN HAK MASA PENJAJAHAN BELANDA

Setelah memperoleh dua keputusan Hakim Pengadilan


Negeri yang aslinya disimpan di Pengadilan Negeri
disebut ‘ minuut’ , pemohon memperoleh salinan aslinya
disebut ‘grosse acte” .

Selanjutnya pemohon menghadap Notarisuntuk


memperoleh “surat bukti kepemilikan” yang disebut
‘acte van eigendom’ .  ‘Acte van eigendom’ ini
wajib didaftarkan ke Kantor Kadaster untuk dicatat dalam
“daftar umum’ agar mempunyai kekuatan sebagai alat
bukti otentik.
PEJABAT PERALIHAN HAK MASA PENJAJAHAN JEPANG

Pada masa penjajahan Jepang pendaftaran


dilaksanakan dengan tidak ada perubahan
sebagaimana masa penjajahan Belanda
 Kadastral Dienst namanya dirubah menjadi
Jawatan Pendaftaran Tanah yang
tetap di bawah Departemen Kehakiman.
PEJABAT PERALIHAN HAK MASA KEMERDEKAAN
Pada awal kemerdekaan pendaftaran tanah masih
dilaksanakan terhadap tanah-tanah orang Eropa oleh
Jawatan Pendaftaran Tanah dibawah
Kementerian Kehakiman
Presiden Sukarno selanjutnya mengeluarkan Penetapan
Presiden Nomor 16 Tahun 1948 tentang Pembentukan
Panitia Agraria Yogyakarta, Jabatan Menteri Agraria
dibentuk dengan Keputusan Presiden tanggal 30 juli 1953
Nomor 132 dan dengan Keputusan Presiden Nomor 55
Tahun 1955 tanggal 29 Maret 1955 membentuk
Kementerian Agraria dengan Gunawan sebagai menteri
pertamanya.
PEJABAT PERALIHAN HAK MASA KEMERDEKAAN

Jawatan Pendaftaran Tanah dengan Keputusan


Presiden Nomor 190 tanggal 1 Juni Tahun 1957 tidak lagi
di bawah Kementerian Kehakiman tetapi
masuk ke Kementerian Agraria dengan tugas
melaksanakan pengukuran, pemetaan dan pembukuan semua
tanah di seluruh wilayah Indonesia serta pembukuan hak-hak
atas tanah dan pencatatan pemindahan hak-hak tersebut.
Jawatan Agraria yang selama ini berada di bawah
Kementerian Dalam Negeri berdasarkan Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1958 tentang Peralihan Tugas dan Wewenang
Agraria yang diundangkan pada tanggal 27 Pebruari 1958
dialihkan menjadi di bawah Kementerian Agraria.
PEJABAT PERALIHAN HAK MASA KEMERDEKAAN

Jawatan Pendaftaran Tanah dengan Keputusan


Presiden Nomor 190 tanggal 1 Juni Tahun 1957 tidak
lagi di bawah Kementerian Kehakiman
masuk ke Kementerian Agraria

Jawatan Agraria yang selama ini berada di bawah


Kementerian Dalam Negeri berdasarkan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1958 tentang Peralihan
Tugas dan Wewenang Agraria yang diundangkan pada
tanggal 27 Pebruari 1958 masuk ke Kementerian
Agraria.
PEJABAT PERALIHAN HAK PADA MASA KEMERDEKAAN

Mengenai tanah-tanah yang dimiliki warga negara Indonesia


atau dikenal dengan istilah pribumi, selanjutnya Menteri
Agraria mengeluarkan beberapa peraturan sebagai berikut:
1. Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1959 tentang
Tata Kerja Pendaftaran Hak-Hak Atas Tanah, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 1884.
2. Peraturan Menteri Agraria Nomor 10 Tahun 1959 tentang
Tanda-tanda Batas Tanah Milik, TLN Nomor 1885
3. Peraturan Menteri Agraria Nomor 13 Tahun 1959 tentang
Tata Kerja Mengenai Pengukuran dan Pembuatan Peta-
Peta Pendaftaran, TLN Nomor 1944
4. Peraturan Menteri Agraria Nomor 14 Tahun 1959 tentang
Pembukuan Tanah, TLN Nomor 1945
LEMBAGA SESUDAH UUPA
Sistem pendaftaran tanah yang selama ini
dilakukan oleh Jawatan Pendaftaran Tanah
dengan Registration of deed
berdasarkan UUPA menjadi
Registration of Title.
PP 10/1961 Pembagian Waris  Akta PPAT
PP 24/1997 Pembagian Waris  Akta di Bawah
Tangan atau Akta Notaris;
Sampai tahun 2006 beberapa akta PPAT tidak
memenuhi sahnya perjanjian sebagaimana
diatur Pasal 1320 KUHPerdata.
LEMBAGA SETELAH UUPA
Kementerian Agraria selain membidangi urusan Land
reform mendapat tambahan tugas untuk membidangi
Land Use dengan masuknya Direktorat Tata Bumi
Departemen Pertanian menjadi bagian dari
Kementerian Agraria.
Tahun 1962 dalam Kabinet Kerja III Kementerian Agraria
berubah nama menjadi Kementerian Pertanian dan
Agraria dengan Menterinya Sadjarwo.
Tahun 1965 Kementerian Agraria menjadi lembaga
terpisah dari Kementerian Pertanian dan Agraria pada
saat itu menterinya Rudolf Hermanses.
LEMBAGA SETELAH UUPA BPN
Tahun 1968 Kementerian Agraria dimasukkan di
bawah Departemen Dalam Negeri dengan nama
Direktorat Jenderal Agraria sampai dengan tahun
1988.
Tahun 1988 Direktorat Jenderal Agraria dipisahkan
dari Departemen Dalam Negeri menjadi lembaga
tersendiri non Departemen dengan nama Badan
Pertanahan Nasional dengan Keputusan
Presiden Nomor 26 Tahun 1988 tanggal 19 Juli 1988.
LEMBAGA SETELAH UUPA  BPN
Badan Pertanahan Nasional berkedudukan di bawah
dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden
untuk pertama kali dipimpin oleh
Ir Sony Harsono dengan programnya Catur Tertib
Pertanahan yaitu: Tertib Hukum Pertanahan; Tertib
Administrasi Pertanahan; Tertib Penggunaan Tanah
dan Tertib Pemeliharaan Tanah dan Lingkungan
Hidup.
Badan Pertanahan Nasional
Badan Pertanahan bertugas membantu Presiden
dalam mengelola dan mengembangkan
administrasi pertanahan, baik berdasarkan
Undang-undang Pokok Agraria maupun
peraturan perundang-undangan lain yang
meliputi pengaturan penggunaan, penguasaan
dan pemilikan tanah, pengurusan hak-hak tanah,
pengukuran dan pendaftaran tanah dan lain-lain
yang berkaitan dengan masalah pertanahan
berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh
Presiden.
FUNGSI Badan Pertanahan Nasional
Dalam melaksanakan tugas tersebut , Badan Pertanahan menyelenggarakan fungsi:
a. merumuskan kebijaksanaan dan perencanaan penguasaan dan penggunaan
tanah;
b. merumuskan kebijaksanaan dan perencanaan pengaturan pemilikan tanah
dengan prinsip-prinsip bahwa tanah mempunyai fungsi sosial sebagaimana
diatur dalam Undang-undang Pokok Agraria;
c. melaksanakan pengukuran dan pemetaan serta pendaftaran tanah dalam upaya
memberikan kepastian hak di bidang pertanahan;
d. melaksanakan pengurusan hak-hak atas tanah dalam rangka memelihara tertib
administrasi di bidang pertanahan;
e. melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang pertanahan serta
pendidikan dan latihan tenaga-tenaga yang diperlukan di bidang administrasi
pertanahan;
f. lain-lain yang ditetapkan oleh Presiden.
 
Organisasi Badan Pertanahan Nasional
Susunan Organisasi Badan Pertanahan terdiri dari:
1. Kepala;
2. Deputi Bidang Umum;
3. Deputi Bidang Pengaturan, Penguasaan dan Penatagunaan Tanah;
4. Deputi Bidang Hak-hak Tanah;
5. Deputi Bidang Pengukuran dan Pendaftaran Tanah;
6. Deputi Bidang Pengawasan;
7. Pusat Penelitian dan Pengembangan;
8. Pusat Pendidikan dan Latihan;
9. Staf Ahli;
10. Kantor Wilayah.

Tahun 1993 Kepala Badan Pertanahan Nasional


mendapat tugas rangkap sebagai Menteri Negara
Agraria dengan sebutan Menteri Negara Agraria /
Kepala Badan Pertanahan Nasional.
BPN  GUS DUR
Presiden Abdurrachman Wahid mengeluarkan
Keputusan Presiden yaitu Keputusan Presiden Nomor
154 Tahun 1999 tanggal 7 Desember 1999 tentang
Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun
1988 Tentang Badan Pertanahan Nasional. Isi dari
Keputusan Presiden ini selain hilangnya lembaga
Menteri Negara Agraria ditegaskan bahwa Kepala
Badan Pertanahan Nasional dijabat oleh Menteri Dalam
Negeri dan Kepala Badan Pertanahan Nasional dalam
melaksanakan tugasnya dibantu oleh seorang Wakil
Kepala.
Badan Pertanahan Nasional 2000
perubahan Keputusan Presiden ini
dipertegas dengan dikeluarkannya
Keputusan Presiden Nomor 95 Tahun 2000
tentang Badan Pertanahan Nasional,
Keputusan Presiden ini menyatakan tidak
berlaku Keputusan Presiden Nomor 26
Tahun 1988 tentang Badan Pertanahan
Nasional sebagaimana telah diubah dengan
Keputusan Presiden Nomor 154 Tahun
1999.
Badan Pertanahan Nasional
Keputusan Presiden ini mengatur bahwa Badan
Pertanahan Nasional mempunyai tugas merumuskan dan
menetapkan kebijakan nasional di bidang:
pengaturan peruntukan, persediaan dan penggunaan
tanah;
pengaturan hubungan hukum antara orang-orang dengan
tanah;
pengaturan hubungan-hubungan hukum antara orang-
orang dan
perbuatan-perbuatan hukum yang berkaitan dengan tanah;
Badan Pertanahan Nasional 2000
Dalam melaksanakan tugas tersebut Badan Pertanahan Nasional menyelenggarakan
fungsi:
perumusan dan penetapan kebijakan, hukum serta kebijakan penanganan masalah
pertanahan, yang meliputi penguasaan pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah,
hak-hak atas tanah dan pendaftaran tanah; koordinasi perumusan kebijakan dan
perencanaan program di bidang pertanahan; perumusan dan penetapan kebijakan serta
koordinasi inventarisasi data, pengukuran dan pemetaan tanah, penilaian tanah, serta
pengembangan sistem informasi pertanahan; perumusan dan penetapan kebijakan tata
laksana serta pelayanan pertanahan yang meliputi tata guna tanah, penguasaan pemilik
tanah, hak-hak atas tanah dan pendaftaran tanah; perumusan dan penetapan kebijakan
pengendalian pertanahan dan pemberdayaan masyarakat di bidang Pertanahan;
perumusan dan penetapan kebijakan pengembangan sumber daya pertanahan yang
meliputi pendidikan dan pelatihan tenaga-tenaga pertanahan dan mitra kerja serta
penyediaan sarana dan prasarana kerja teknis pertanahan.
 
 
Badan Pertanahan Nasional
Susunan Organisasi BPN terdiri dari:
a. Kepala;
b. Wakil Kepala;
c. Sekretariat Utama;
d. Deputi Bidang Pengkajian dan Hukum Pertanahan;
e. Deputi Bidang Informasi Pertanahan;
f. Deputi Bidang Tata Laksana Pertanahan;
g. Deputi Bidang Pengendalian Pertanahan dan
Pemberdayaan Masyarakat;
h. Inspektorat Utama.
 
Kepala Badan Pertanahan Nasional
Tahun 1998 BPN dipimpin
Ari Mardjono dari tanggal 14 Maret 1998 sampai
dengan 21 Mei 1998, dan dipimpin oleh
Hasan Basri Durin dari 21 Mei 1998 sampai 26
Oktober 1999. Tahun 1999 dipimpin oleh
Prof. Lutfi Ibrahim Nasution, M.Sc., Phd. Sampai
digantikan Joyowinoto, Phd. di bulan Juli tahun 2005
Badan Pertanahan Nasional
Presiden Susilo Bambang Yudoyono pada tanggal
11 April 2006 mengeluarkan Peraturan Presiden
Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan
Nasional.
Kedudukan Badan Pertanahan Nasional dipertegas
oleh Pasal 2 Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun
2006 yang berlaku sejak tanggal 11 April 2006
tentang Badan Pertanahan Nasional yaitu
melaksanakan tugas pemerintahan di bidang
pertanahan secara nasional, regional dan
sektoral.
Badan Pertanahan Nasional
Badan Pertanahan Nasional menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan nasional di bidang pertanahan;
b. perumusan kebijakan teknis di bidang pertanahan;
c. koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang pertanahan;
d. pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang pertanahan;
e. penyelenggaraan dan pelaksanaan survei, pengukuran dan pemetaan di
bidang pertanahan;
f. pelaksanaan pendaftaran tanah dalam rangka menjamin kepastian hukum;
g. pengaturan dan penetapan hak-hak atas tanah;
h. pelaksanaan penatagunaan tanah, reformasi agraria dan penataan wilayah-
wilayah khusus;
i. penyiapan administrasi atas tanah yang dikuasai dan/atau milik
negara/daerah bekerja sama dengan Departemen Keuangan;
j. pengawasan dan pengendalian penguasaan pemilikan tanah;
Badan Pertanahan Nasional
k. kerja sama dengan lembaga-lembaga lain;
l. penyelenggaraan dan pelaksanaan kebijakan, perencanaan dan program di bidang
pertanahan;
m. pemberdayaan masyarakat di bidang pertanahan;
n. pengkajian dan penanganan masalah, sengketa, perkara dan konflik di bidang
pertanahan;
o. pengkajian dan pengembangan hukum pertanahan;
p. penelitian dan pengembangan di bidang pertanahan;
q. pendidikan, latihan dan pengembangan sumber daya manusia di bidang pertanahan;
r. pengelolaan data dan informasi di bidang pertanahan;
s. pembinaan fungsional lembaga-lembaga yang berkaitan dengan bidang pertanahan;
t. pembatalan dan penghentian hubungan hukum antara orang, dan/atau badan hukum
dengan tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
u. fungsi lain di bidang pertanahan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 
Badan Pertanahan Nasional  Perpres 10/2006

Susunan Organisasi Badan Pertanahan Nasional terdiri dari :


 
a. Kepala;
b. Sekretariat Utama;
c. Deputi Bidang Survei, Pengukuran, dan Pemetaan;
d. Deputi Bidang Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah;
e. Deputi Bidang Pengaturan dan Penataan Pertanahan;
f. Deputi Bidang Pengendalian Pertanahan dan Pemberdayaan
Masyarakat;
g. Deputi Bidang Pengkajian dan Penanganan Sengketa dan Konflik
Pertanahan
h. Inspektorat Utama

Susunan ini dirubah dengan PERPRES 63/2013


Badan Pertanahan Nasional
Satu bulan kemudian pada tanggal 16 Mei 2006 Kepala Badan
Pertanahan Nasional mengeluarkan Peraturan Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 1 Tahun 2006 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 Tentang Peraturan Jabatan Pejabat
Pembuat Akta Tanah.

Pasal 54 PerkaBPN 1 th 2006 mengatur bahwa objek yang diperjanjikan


harus sudah tertentu tidak diperbolehkan “sesuai atau menurut keterangan
para pihak”. Objek yang diperjanjikan harus tertentu setelah diukur dan
diberi Nomor Identifikasi Bidang Tanah (NIB) oleh Kantor Pertanahan.
Selama ini tidak kita sadari bahwa beberapa perjanjian akta-akta PPAT
tidak memenuhi persyaratan sahnya perjanjian sebagaimana diatur Pasal
1320 KUHPerdata dalam hal ini objek perjanjian harus suatu hal tertentu.
 
Badan Pertanahan Nasional
Visi :
Menjadi lembaga yang mampu
mewujudkan tanah dan pertanahan untuk
sebesar besar kemakmuran rakyat, serta
keadilan dan keberlanjutan system
kemasyarakatan, kebangsaan dan
kenegaraan Republik Indonesia.
Badan Pertanahan Nasional
Misi:
Mengembangkan dan menyelenggarakan politik dan kebijakan pertanahan untuk:
1. Peningkatan kesejahteraan rakyat, penciptaan sumber-sumber baru kemakmuran rakyat,
pengurangan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan, serta pemantapan ketahanan pangan.
2. Peningkatan tatanan kehidupan bersama yang lebih berkeadilan dan bermartabat dalam
kaitannya dengan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T).
3. Perwujudan tatanan kehidupan bersama yang harmonis dengan mengatasi berbagai sengketa,
konflik dan perkara pertanahan di seluruh tanah air dan penataan perengkat hukum dan sistem
pengelolaan pertanahan sehingga tidak melahirkan sengketa, konflik dan perkara di kemudian
hari.
4. Keberlanjutan sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan Indonesia dengan
memberikan akses seluas-luasnya pada generasi yang akan dating terhadap tanah sebagai
sumber kesejahteraan masyarakat.
5. Menguatkan lembaga pertanahan sesuai dengan jiwa, semangat, prinsip dan aturan yang
tertuang dalam UUPA dan aspirasi rakyat secara luas.
 
Badan Pertanahan Nasional
11 Agenda Badan Pertanahan Nasional
1. Membangun kepercayaan masyarakat pada Badan Pertanahan Nasional.
2. Meningkatkan pelayanan dan pelaksanaan pendaftaran, serta sertipikasi tanah secara menyeluruh di
seluruh Indonesia.
3. Memastikan penguatan hak-hak rakyat atas tanah.
4. Menyelesaikan persoalan pertanahan di daerah-daerah korban bencana alam dan daerah-daerah
konflik.
5. Menangani dan menyelesaikan perkara, masalah, sengketa, dan konflik pertanahan di seluruh
Indonesia secara sistematis.
6. Membangun Sistem Informasi Pertanahan Nasional (SIMTANAS), dan sistem pengamanan dokumen
pertanahan di seluruh Indonesia.
7. Menangani masalah KKN serta meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat.
8. Membangun data base pemilikan dan penguasaan tanah skala besar.
9. Melaksanakan secara konsisten semua peraturan perundang-undangan Pertanahan yang telah
ditetapkan.
10. Menata kelembagaan Badan Pertanahan Nasional.
11. Mengembangkan dan memperbarui politik, hukum dan kebijakan Pertanahan
Badan Pertanahan Nasional
Badan Pertanahan Nasional membuat rencana strategis untuk tahun 2010 sampai dengan 2014
yaitu :
Pertanahan berkontribusi secara nyata untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat,
penciptaan sumber-sumber baru kemakmuran rakyat, pengurangan kemiskinan dan
kesenjangan pendapatan, serta peningkatan ketahanan pangan (Prosperity).
Pertanahan berkontribusi secara nyata dalam peningkatan tatanan kehidupan bersama
yang lebih berkeadilan dan bermartabat dalam kaitannya dengan P4T (Equity).
Pertanahan berkontribusi secara nyata untuk mewujudkan tatanan kehidupan bersama
yang harmonis dengan mengatasi berbagai sengketa, konflik dan perkara pertanahan
di seluruh tanah air serta melakukan penataan perangkat hukum dan sistem
pengelolaan pertanahan sehingga tidak melahirkan sengketa, konflik dan perkara di
kemudian hari (Social Welfare).
Pertanahan berkontribusi secara nyata bagi terciptanya keberlanjutan sistem
kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan Indonesia dengan memberikan akses
seluasluasnya pada generasi yang akan datang terhadap tanah sebagai sumber
kesejahteraan masyarakat (Sustainability)
Kepala Badan Pertanahan Nasional
14 Juni 2012 Presiden melantik Hendarman Supandji, SH
menjadi Kepala Badan Pertanahan Nasional
menggantikan Joyowinoto, Phd. melalui Keputusan
Presiden No 67/M Tahun 2012. Selanjutnya Kepala
Badan Pertanahan Nasional Hendarman Supandji, SH
mengeluarkan Keputusan Kepala Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia Nomor 277/KEP-7.1/VI/2012
tanggal 27 Juni 2012 tentang SAPTA TERTIB
PERTANAHAN, yaitu Tertib Administrasi, Tertib Anggaran,
Tertib Perlengkapan, Tertib Perkantoran,Tertib
Kepegawaian, Tertib Disiplin Kerja dan Tertib Moral.
Kepala Badan Pertanahan Nasional
Pada masa kepemimpinan Hendarman Supanji,
SH, Suveyor Berlisensi diaktifkan kembali
dengan
Peraturan Kepala BPN Nomor 9 Tahun 2013
(yang selama 7 (tujuh) tahun beku, tidak ada
pengangkatan)
Badan Pertanahan Nasional
9 (Sembilan) Kewenangan Yang diserahkan ke Pemerintah Daerah
1. pemberian ijin lokasi;
2. penyelenggaraan pengadaan tanah untuk kepentingan
pembangunan; no. 2 ini ditarik kembali oleh UU Nomor 2 Tahun
2012.
3. penyelesaian sengketa tanah garapan;
4. penyelesaian masalah ganti kerugian dan santunan tanah untuk
kegiatan pembangunan;
5. penetapan subjek dan objek redistribusi tanah, serta ganti
kerugian tanah kelebihan maksimum dan tanah absentee;
6. penetapan dan penyelesaian tanah ulayat;
7. pemanfaatan dan penyelesaian masalah tanah kosong
8. pemberian ijin membuka tanah;
9. perencanaan penggunaan tanah wilayah kabupaten/ kota.
Badan Pertanahan Nasional
Program Strategis BPN
1. Reforma Agraria
2. Penertiban Tanah Terlantar
3. Pendaftaran Tanah
4. Penyelesaian Sengketa dan Konflik
Pertanahan
5. LARASITA
Badan Pertanahan Nasional
Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2013 tentang
Badan Pertanahan Nasional, mencabut:
 Perpres Nomor 10/2006 Jo. 85/20012 tentang
BPN; Perkaban No. 3/2006 tentang Organisasi dan
Tata Kerja BPN RI; Perkaban No. 4/2006 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah BPN
dan Kantor Pertanahan Kab/Kota.
 Perkaban Nomor 1 Tahun 2014 ttg Organisasi
dan Tata Kerja BPN RI
Badan Pertanahan Nasional Perpres 63/2013

BPN RI terdiri atas:


a. Kepala;
b. Sekretariat Utama;
c. Deputi Bidang Survei, Pengukuran, dan Pemetaan;
d. Deputi Bidang Hak Tanah, Pendaftaran Tanah, dan
Pemberdayaan Masyarakat;
e. Deputi Bidang Pengaturan dan Pengendalian Pertanahan;
f. Deputi Bidang Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan
Umum;
g. Deputi Bidang Penanganan Sengketa dan Perkara
Pertanahan; dan
h. Inspektorat Utama.
Latar Belakang Perubahan Perpres 10/2006
Jo. 85/2012
1. Untuk menjaga keberlanjutan sistem
kehidupan berbangsa dan bernegara dengan
memperhatikan aspirasi dan peran serta
masyarakat dalam memajukan kesejahteraan
umum;
2. Mendukung pelaksanaan pengadaan tanah
bagi pembangunan untuk kepentingan umum
dan perlindungan lahan pertanian pangan
berkelanjutan;
3. Mendorong percepatan reformasi birokrasi;
Latar Belakang Pembentukan Perpres
Nomor 63 Tahun 2013
• hubungan bangsa Indonesia dengan tanah
adalah hubungan yang bersifat abadi dan
sebagai perekat NKRI, sehingga perlu diatur
dan dikelola secara nasional untuk menjaga
keberlanjutan sistem kehidupan berbangsa
dan bernegara dengan memperhatikan
aspirasi dan peran serta masyarakat alam
memajukan kesejahteraan umum;
Latar Belakang Pembentukan Perpres Nomor
63 Tahun 2013
• mendukung pelaksanaan pengadaan tanah
bagi pembangunan untuk kepentingan
umum dan perlindungan lahan pertanian
pangan berkelanjutan serta mendorong
percepatan reformasi birokrasi, dipandang
perlu melakukan penyempurnaan organisasi
dan tata kerja BPN sebagaimana diatur
dalam Perpres No. 10 Tahun 2006 tentang
BPN sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Presiden Nomor 85 Tahun 2012;
LEMBAGA PRESIDEN JOKOWI
1. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17
TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA
RUANG.
2. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20
TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL
(berlaku 23 Januari 2015)  Tugas BPN RI tugas pemerintahan di
bidang pertanahan secara nasional, regional, dan sektoral
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Catatan: Huruf Merah yang ada di PERPRES 63/2013
dihapus oleh PERPRES 20 /2015.
pada masa ini dicanangkan Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap
(PTSL)
Perbandingan Struktur Organisasi BPN
Perpres No. 10/2006 Jo. 85/2012 Perpres No. 63/2013 (Perpres Nomor 20
Tahun 2015 tentang BPN)

BPN terdiri dari : BPN RI terdiri atas:


a. Kepala; a. Kepala;
b. Sekretariat Utama; b. Sekretariat Utama;
c. Deputi Bidang Survei, Pengukuran, c. Deputi Bidang Survei, Pengukuran, dan
dan Pemetaan; Pemetaan;
d. Deputi Bidang Hak Tanah dan d. Deputi Bidang Hak Tanah, Pendaftaran
Pendaftaran Tanah; Tanah, dan Pemberdayaan Masyarakat;
e. Deputi Bidang Pengaturan dan e. Deputi Bidang Pengaturan dan
Penataan Pertanahan; Pengendalian Pertanahan;
f. Deputi Bidang Pengendalian f. Deputi Pengadaan Tanah Untuk
Pertanahan dan Pemberdayaan Kepentingan Umum;
Masyarakat; g. Deputi Bidang Penanganan Sengketa dan
g. Deputi Bidang Pengkajian dan Perkara Pertanahan; dan;
Penanganan Sengketa dan h. Inspektorat Utama.
Konflik Pertanahan;
h. Inspektorat Utama.
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG
Perpres 17/2015
Sekretaris Jenderal;
 Dirjend Tata Ruang
 Dirjend Insfrastruktur Keagrariaan
 Dirjend Hubungan Hukum Keagrariaan
 Dirjend Penataan Agraria
 Dirjend Pengadaan Tanah;
 Dirjend pengendalian Pemanfaatan Ruang dan
Penguasaan Tanah.
 Dirjend Penanganan Masalah Agraria , Pemanfaatan
Ruang dan Tanah
 Inspektorat Jenderal
 Staf Ahli (3 orang), Bidang LR, Masy. Adat dan
Kemasyarakatan dan Ekonomi Pertanahan
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG
Perpres 17/2015
1. Dirjend Tata Ruang mempunyai tugas menyelenggarakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
perencanaan tata ruang dan pemanfaatan ruang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.  Pasal 9
2. Dirjend Insfrastruktur Keagrariaan mempunyai tugas
menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang survei, pengukuran, dan pemetaan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.  Pasal 12
3. Dirjend Hubungan Hukum Keagrariaan mempunyai tugas
menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang pengaturan, penetapan, dan pendaftaran hak
atas tanah, pembinaan Pejabat Pembuat Akta
Tanah, serta pemberdayaan masyarakat.  Pasal 15
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG
Perpres 17/2015
4. Dirjend Penataan Agraria mempunyai tugas menyelenggarakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penatagunaan
tanah, penataan penguasaan dan pemanfaatan wilayah pesisir,
pulau pulau kecil, perbatasan dan wilayah tertentu, konsolidasi
tanah, dan landreform sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.  Pasal 18
5. Dirjend Pengadaan Tanah mempunyai tugas menyelenggarakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengadaan tanah,
penilaian tanah, pengaturan dan penetapan tanah instansi, serta
pembinaan dan pengendalian pengadaan tanah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.  Pasal 21
6. Dirjend Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah
mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang pengendalian pemanfaatan ruang dan
penguasaan tanah serta penertiban dan pendayagunaan tanah
terlantar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 
Pasal 24
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG
Perpres 17/2015
7. Dirjend Penanganan Masalah Agraria , Pemanfaatan Ruang
dan Tanah mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan
dan pelaksanaan kebijakan dibidang penyelesaian sengketa,
konflik dan perkara agraria /pertanahan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.  Pasal 27

8. Inspektur Jenderal mempunyai tugas menyelenggarakan


pengawasan intern di lingkungan Kementerian Agraria dan
Tata Ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.  Pasal 30
9. Staf Ahli (3 orang) Bidang: 1) Landreform dan Hak
Masyarakat Atas Tanah; 2) Masyarakat Adat dan
Kemasyarakatan; 3) Ekonomi Pertanahan.  Pasal 33
Badan Pertanahan Nasional
Perpres 20/2015
Kepala BPN dijabat oleh Menteri Agraria dan Tata Ruang
Susunan unit organisasi Eselon I menggunakan susunan organisasi
Eselon I pada Kementerian Agraria dan Tata Ruang yang tugas dan
fungsinya bersesuaian.  Pasal 5
Unsur pendukung BPN menggunakan unsur pendukung yang ada di
lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang yang tugas dan
fungsinya bersesuaian.
Selanjutnya Baca Permen ATR/ Ka BPN no. 8 Tahun 2015
Menterinya: FERRY MURSYIDAN BALDAN
Badan Pertanahan Nasional
Perpres 20/2015
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 20
Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku, seluruh jabatan yang ada
beserta pejabat yang memangku jabatan di lingkungan BPN, Kantor Wilayah
BPN, dan Kantor Pertanahan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Presiden
Nomor 63 Tahun 2013 tentang Badan Pertanahan
Nasional tetap melaksanakan tugas dan fungsinya sampai dengan dibentuknya
jabatan baru dan diangkat pejabat baru berdasarkan Peraturan Presiden ini.
PROGRAM STRATEGIS Kemen Agraria dan Tata Ruang
1. Inventarisasi Penguasaan Pemilikan Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (IP4T)
2. Peta Pertanahan dan Peta Dasar
3. Neraca Penggunaan Tanah
4. Pendaftaran Tanah (sertipikasi) : PRONA, Usaha Kecil Mikro (UKM), Tanah Pertanian,
Tanah Nelayan, Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dan Tanah Transmigrasi
5. Redistribusi Tanah
6. Invengtarisasi Tanah Terindikasi Terlantar
7. Pengkajian Sengketa, Konflik dan Perkara
8. Inventarisasi dan Identifikasi Wilayah Pantai Pesisir Pulau-pulau kecil dan Wilayah
Tertentu. (WP3WT).
9. Pengendalian Pemanfaatan Ruang
10. Penertiban Pemanfaatan Ruang
11. Perencanaan Tata Ruang
12. Pemanfaatan Ruang
13. Penataan Kawasan.
DIRJEN HUBUNGAN HUKUM
KEAGRARIAAN
SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL
1. DIREKTORAT PENGATURAN DAN
PENETAPAN HAK TANAH DAN
RUANG
2. DIREKTORAT PENGATURAN
PENDAFTARAN HAK TANAH, RUANG
DAN PPAT
3. DIREKTORAT PEMBERDAYAAN HAK
ATAS TANAH MASYARAKAT
DIREKTORAT PENGATURAN PENDAFTARAN HAK
TANAH, RUANG DAN PPAT
Sub Bagian Tata Usaha
1. SUBDIREKTORAT PENDAFTARAN HAK
TANAH DAN RUANG
• Seksi Pendaftaran Hak Tanah dan Ruang Wilayah I
• Seksi Pendaftaran Hak Tanah dan Ruang Wilayah II
2. SUBDIREKTORAT PEMELIHARAAN DATA HAK
TANAH DAN RUANG
• Seksi Pemeliharaan Data Hak Tanah dan Ruang
Wilayah I
• Seksi Pemeliharaan Data Hak Tanah dan Ruang
Wilayah II
3. SUBDIREKTORAT PPAT
STRUKTUR ORGANISASI KANWIL DAN KANTAH
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA
RUANG/
KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 38 TAHUN 2016
TENTANG
ORGANISASI DAN TATA KERJA
KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN
NASIONAL
DAN KANTOR PERTANAHAN
di tanda tangani: Sofyan A. Djalil tanggal 2
Desember 2016
Permen ATR / Ka BPN No.38 Tahun 2016
tgl 7 Desember 2016

KANWIL BPN
Bidang TU
1) Bid. Infra Struktur Pertanahan
2) Bid. Hub. Hukum Pertanahan
3) Bid. Penataan Pertanahan
4) Bid. Pengadaan Tanah
5) Bid. Penanganan Masal dan
Pengendalian Pertanahan
Permen ATR / Ka BPN No.38 Tahun 2016
tgl 7 Desember 2016

KANWIL BPN
Bidang TU
1. Bid. Infra Struktur Pertanahan
a. Seksi Pengukuran dan Pemetaan
Dasar
b. Seksi Pengukuran dan Pemetaan
Kadastral
c. Seksi Survei dan Pemetaan Tematik
Permen ATR / Ka BPN No.38 Tahun 2016
tgl 7 Desember 2016

KANWIL BPN
Bidang TU
2. Bid. Hub. Hukum Pertanahan
a. Seksi Penetapan Hak Tanah dan
Pemberdayaan HT Masyarakat
b. Pendaftaran Hak Tanah.
c. Pemeliharaan Data HT dan
PEMBINAAN PPAT.
Permen ATR / Ka BPN No.38 Tahun 2016
tgl 7 Desember 2016

KANWIL BPN
Bidang TU
3). Bid. Penataan Pertanahan
a. Seksi Penatagunaan Tanah
b. Seksi Landreform dan Konsolidasi
Tanah
c. Seksi Penataan Kawasan Tertentu.
Permen ATR / Ka BPN No.38 Tahun 2016
tgl 7 Desember 2016

KANWIL BPN
Bidang TU
4) Bid. Pengadaan Tanah
a. Seksi Pemanfaatan Tanah
Pemerintah
b. Seksi Bina Pengadaan dan
Penetapan Tanah Pemerintah
c. Seksi Penilaian Tanah
Permen ATR / Ka BPN No.38 Tahun 2016
tgl 7 Desember 2016

KANWIL BPN
Bidang TU
5) Bid. Penanganan Masalah dan
Pengendalian Pertanahan
a. Seksi Sengketa dan Konflik
Pertanahan.
b. Seksi Penanganan Perkara
Pertanahan
c. Seksi Pengendalian, Penertiban dan
Pendayagunaan Tanah Terlantar
Permen ATR / Ka BPN No.38 Tahun 2016
tgl 7 Desember 2016

KANTOR PERTANAHAN
Sub Bag. TU
1) Seksi Infra Struktur Pertanahan
2) Seksi Hubungan Hukum Pertanahan
3) Seksi Penataan Pertanahan
4) Seksi Pengadaan Tanah
5) Seksi Penanganan Masalah dan
Pengendalian Pertanahan
Permen ATR / Ka BPN No.38 Tahun 2016
tgl 7 Desember 2016
KANTOR PERTANAHAN
Sub Bag. TU

1) Seksi Infra Struktur Pertanahan


a. Subsi Pengukuran dan Pemetaan
Dasar dan Tematik Pertanahan
b. Subsi Pengukuran dan Pemetaan
Kadastral
Permen ATR / Ka BPN No.38 Tahun 2016
tgl 7 Desember 2016
KANTOR PERTANAHAN
Sub Bag. TU

2) Seksi Hubungan Hukum Pertanahan


a. Subsi Penetapan HT dan
Pemberdayaan HT Masyarakat
b. Subsi Pendaftaran Hak Tanah
c. Subsi Pemeliharaan Data HT dan
PEMBINAAN PPAT
Permen ATR / Ka BPN No.38 Tahun 2016
tgl 7 Desember 2016
KANTOR PERTANAHAN
Sub Bag. TU

3) Seksi Penataan Pertanahan


a. Subsi Penatagunaan Tanah dan
Kawasan Tertentu
b. Subsi Landreform dan Konsolidasi
Tanah
Permen ATR / Ka BPN No.38 Tahun 2016
tgl 7 Desember 2016
KANTOR PERTANAHAN
Sub Bag. TU

4) Seksi Pengadaan Tanah


a. Subsi Pemanfaatan Tanah
Pemerintah dan Penilaian Tanah
b. Subsi Fasilitasi Pengadaan dan
Penetapan Tanah Pemerintah
Permen ATR / Ka BPN No.38 Tahun 2016
tgl 7 Desember 2016
KANTOR PERTANAHAN
Sub Bag. TU

5) Seksi Penanganan Masalah dan


Pengendalian Pertanahan
a. Subsi Penanganan Sengketa Konflik
dan Perkara Pertanahan
b. Subsi Pengendalian, Penertiban dan
Pendayagunaan Tanah Terlantar
PROGRAM PERCEPATAN PENDAFTARAN TANAH

Peraturan Menteri Agraria Dan Tata


Ruang/ Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 28 Tahun 2016
Tentang
Percepatan Program Nasional Agraria
(Prona) Melalui Pendaftaran Tanah
Sistematis
PROGRAM PENANGANAN SENGKETA

Peraturan Menteri Agraria Dan Tata


Ruang/ Kepala Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia
Nomor 11 Tahun 2016 Tentang
Penyelesaian Kasus Pertanahan
JOKOWI PERIODE KEDUA

Perpres 47 Tahun 2020 tentang


Kementerian Agraria dan Tata Ruang
Perpres 48 Tahun 2020 tentang Badan
Pertanahan Nasional
kedua Perpres ditetapkan dan
diundangkan pada tanggal 26 Maret 2020
JOKOWI PERIODE KEDUA

TERBIT 2 (DUA) PERATURAN


PRESIDEN
1.Perpres 47 Tahun 2020 tentang
Kementerian Agraria dan Tata Ruang

2. Perpres 48 Tahun 2020 tentang Badan


Pertanahan Nasional
JOKOWI PERIODE KEDUA
Perpres 47 Tahun 2020 tentang Kementerian Agraria dan Tata
Ruang
terdapat struktur baru Wakil Menteri diatur di Pasal 2 sbb:
(1) Dalam memimpin Kementerian Agraria dan Tata Ruang, Menteri dibantu oleh Wakil
Menteri
sesuai dengan penunjukan Presiden.
(2) Wakil Menteri diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.
(3) Wakil Menteri berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri.
(41 Wakil Menteri mempunyai tugas membantu Menteri dalam memimpin pelaksanaan
tugas Kementerian Agraria dan Tata Ruang.
(5) Ruang lingkup bidang tugas Wakil Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (41,
meliputi:
a. membantu Menteri dalam perumusan dan/atau pelaksanaan kebijakan Kementerian
Agraria dan Tata Ruang; dan
b. membantu Menteri dalam mengoordinasikan pencapaian kebijakan strategis lintas unit
organisasi Jabatan Pimpinan Tinggi Madya atau Eselon I di lingkungan Kementerian
Agraria
dan Tata Ruang
Wakil Menteri juga menjadi wakil Kepala BPN
JOKOWI PERIODE KEDUA
Perpres 47 Tahun 2020 tentang Kementerian Agraria dan
Tata Ruang
Pasal 4
Kementerian Agraria dan Tata Ruang mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agraria
pertanahan dan tata ruang untuk membantu
Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.
Pasal 5
Perpres 47 Tahun 2020 tentang Kementerian Agraria dan
Tata Ruang
Pasal 5
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Kementerian Agraria
dan Tata Ruang menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang tata ruang, survei dan
pemetaan pertanahan dan ruang, penetapan hak dan pendaftaran tanah, penataan
agraria, pengadaan tanah dan pengembangan pertanahan, pengendalian dan
penertiban
tanah dan ruang, serta penanganan sengketa dan konflik pertanahan;
b. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan administrasi
kepada
seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang
c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian
Agraria dan Tata Ruang;
d. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata
Ruang;
e. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian
Agraria
dan Tata Ruang di daerah; dan
f. pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur organisasi di
lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang.
Perpres 47 Tahun 2020 tentang Kementerian Agraria dan
Tata Ruang
Pasal 5
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Kementerian Agraria
dan Tata Ruang menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang tata ruang, survei dan
pemetaan pertanahan dan ruang, penetapan hak dan pendaftaran tanah, penataan
agraria, pengadaan tanah dan pengembangan pertanahan, pengendalian dan
penertiban
tanah dan ruang, serta penanganan sengketa dan konflik pertanahan;
b. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan administrasi
kepada
seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang
c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian
Agraria dan Tata Ruang;
d. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata
Ruang;
e. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian
Agraria
dan Tata Ruang di daerah; dan
f. pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur organisasi di
lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang.
Perpres 47 Tahun 2020 tentang Kementerian Agraria dan
Tata Ruang
Pasal 6
Kementerian Agraria dan Tata Ruang terdiri atas:
a. Sekretariat Jenderal;
b. Direktorat Jenderal Tata Ruang;
c. Direktorat Jenderal Survei dan Pemetaan Pertanahan dan Ruang;
sebelumnya Dirjen Infra Struktur Keagrariaan
d. Direktorat Jenderal Penetapan Hak dan Pendaftaran Tanah;
sebelumnya Dijen Hubungan Hukum Keagrariaan
e. Direktorat Jenderal Penataan Agraria;
f. Direktorat Jenderal Pengadaan Tanah dan Pengembangan Pertanahan;
sebelumnya Dirjen Pengadaan Tanah
g. Direktorat Jenderal Pengendalian dan Penertiban Tanah dan Ruang;
sebelumnya Dirjen Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah
h. Direktorat Jenderal Penanganan Sengketa dan Konflik Pertanahan;
sebelumnya Dirjen Penanganan Masalah Agraria, Pemanfaatan Ruang dan Tanah
i. Inspektorat Jenderal;
j. Staf Ahli Bidang Hukum Agraria dan Masyarakat Adat;
k. Staf Ahli Bidang Reformasi Birokrasi;
1. Staf Ahli Bidang Partisipasi Masyarakat dan Pemerintah Daerah;
m. Staf Ahli Bidang Pengembangan Kawasan; dan
n. Staf Ahli Bidang Teknologi Informasi.

Pasal 39: Dapat ditetapkan Jabatan Fungsional


Ada perubahan nama dari yang di Perpres 17 Tahun 2015
Perpres 47 Tahun 2020 tentang Kementerian Agraria dan
Tata Ruang
Dirjen Penetapan Hak dan Pendaftaran Tanah
Pasal 17
Direktorat Jenderal Penetapan Hak dan Pendaftaran Tanah mempunyai tugas
menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengaturan
penetapan hak tanah dan ruang, pengaturan pendaftaran tanah dan ruang, pengaturan
hak komunal, serta pengaturan dan penetapan tanah instansi pemerintah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 18
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, Direktorat
Jenderal Penetapan Hak dan Pendaftaran Tanah menyelenggarakan fungsi :
a. perumusan kebijakan di bidang pengaturan penetapan hak tanah dan ruang,
pengaturan pendaftaran tanah dan ruang, pengaturan hak komunal, pengaturan dan
penetapan tanah instansi pemerintah, serta pembinaan Pejabat Pembuat Akta Tanah
b. pelaksanaan kebijakan di bidang pengaturan penetapan hak tanah dan ruang,
pengaturan
pendaftaran tanah dan ruang, pengaturan hak komunal dan hubungan kelembagaan,
pengaturan dan penetapan tanah instansi pemerintah, serta pembinaan Pejabat
Pembuat Akta Tanah;
Perpres 47 Tahun 2020 tentang Kementerian Agraria dan
Tata Ruang Dirjen Penetapan Hak dan Pendaftaran
Tanah
Pasal 18
c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengaturan
penetapan hak tanah dan ruang, pengaturan pendaftaran tanah dan ruang,
pengaturan hak komunal, pengaturan dan penetapan tanah instansi pemerintah,
serta pembinaan Pejabat Pembuat Akta Tanah;
d. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengaturan penetapan hak
tanah dan ruang, pengaturan pendaftaran tanah dan ruang, pengaturan hak
komunal,
pengaturan dan penetapan tanah instansi pemerintah, serta pembinaan Pejabat
Pembuat Akta Tanah;
e. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengaturan penetapan hak tanah
dan
ruang, pengaturan pendaftaran tanah dan ruang, pengaturan hak komunal dan
hubungan kelembagaan, pengaturan dan penetapan tanah instansi pemerintah,
serta pembinaan Pejabat Pembuat Akta Tanah;
f. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Penetapan Hak dan Pendaftaran
Tanah; dan
g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Perpres 47 Tahun 2020 tentang Kementerian Agraria dan
Tata Ruang Dirjen Penetapan Hak dan Pendaftaran
Tanah

Pasal 39
Di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang dapat
ditetapkan jabatan fungsional sesuai dengan kebutuhan yang
pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Perpres 47 Tahun 2020 tentang Kementerian Agraria dan
Tata Ruang
Pasal 51
Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku, ketentuan
pelaksanaan dari Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2015 tentang
Kementerian Agraria dan Tata
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
18), masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan belum
diubah dan/atau diganti dengan peraturan baru berdasarkan
Peraturan Presiden ini.

Pasal 52
Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku, seluruh jabatan
yang ada beserta pejabat yang memangku jabatan di Kementerian
Agraria dan Tata Ruang, tetap melaksanakan tugas dan fungsinya
sampai dengan dibentuk jabatan baru dan diangkat
pejabat baru berdasarkan Peraturan Presiden ini.
Perpres 48 Tahun 2020 tentang Badan Pertanahan
Nasional
Pasal 1
(1) Badan Pertanahan Nasional yang selanjutnya disebut BPN
adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.
(2) BPN dipimpin oleh Kepala.
Pasal 2
BPN mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang
pertanahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 3
Perpres 48 Tahun 2020 tentang Badan Pertanahan
Nasional
(fungsi)
Pasal 3
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, BPN
menyelenggarakan fungsi:
a. penyusunan dan penetapan kebijakan di bidang pertanahan;
b. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang survei dan pemetaan pertanahan;
c. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penetapan hak dan pendaftaran
tanah;
d. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang redistribusi tanah, pemberdayaan
tanah masyarakat, penatagunaan tanah, penataan tanah sesuai rencana tata ruang,
dan penataan wilayah pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan dan wilayah tertentu;
e. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengadaan tanah dan
pengembangan pertanahan;
f. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengendalian dan penertiban
penguasaan dan pemilikan tanah, serta penggunaan dan pemanfaatan tanah sesuai
rencana tata ruang;
g. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penanganan dan pencegahan
sengketa dan konflik serta penanganan perkara pertanahan;
h. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BPN;
Perpres 48 Tahun 2020 tentang Badan Pertanahan
Nasional
Pasal 3 (lanjutan)
i. pelaksanaan koordinasi tugas, pembinaan, dan pemberian
dukungan administrasi
kepada seluruh unit organisasi di lingkungan BPN;
j. pelaksanaan pengelolaan data dan informasi pertanahan dan
lahan pertanian pangan
berkelanjutan;
k. pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang pertanahan;
dan
1. pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia di bidang
pertanahan
Permen ATR/Ka BPN No. 17 Tahun 2020 ttg Org. dan Tata
Kerja
Kanwil BPN dan Kantor Pertanahan
Pasal 1
(1) Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional, yang
selanjutnya
disebut Kantor Wilayah adalah instansi vertikal
Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional di
provinsi yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional
melalui Sekretaris Jenderal.
Pasal 2
Kantor Wilayah mempunyai tugas melaksanakan sebagian
tugas dan fungsi Badan Pertanahan Nasional dalam
wilayah provinsi yang bersangkutan
Permen ATR/Ka BPN No. 17 Tahun 2020 ttg Org. dan Tata
Kerja
Kanwil BPN dan Kantor Pertanahan
Pasal 4
Kantor Wilayah terdiri atas:
a. Bagian Tata Usaha;
b. Bidang Survei dan Pemetaan;
c. Bidang Penetapan Hak dan Pendaftaran;
d. Bidang Penataan dan Pemberdayaan;
e. Bidang Pengadaan Tanah dan Pengembangan;
dan
f. Bidang Pengendalian dan Penanganan Sengketa.

Kelompok Jabatan Fungsional


Permen ATR/Ka BPN No. 17 Tahun 2020 ttg Org. dan Tata
Kerja
Kanwil BPN dan Kantor Pertanahan
Bidang Penetapan Hak dan Pendaftaran
Pasal 11
Bidang Penetapan Hak dan Pendaftaran mempunyai tugas
melaksanakan pembinaan, koordinasi, pelaksanaan dan
inventarisasi, identifikasi, pengelolaan data dan penyajian
informasi penetapan hak tanah dan ruang, pendaftaran
tanah dan ruang, pemeliharaan hak atas tanah dan ruang,
penatausahaan tanah ulayat dan hak komunal, penetapan
dan pengelolaan tanah pemerintah, hubungan
kelembagaan serta pembinaan dan pengawasan mitra
kerja dan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT).
Permen ATR/Ka BPN No. 17 Tahun 2020 ttg Org. dan Tata
Kerja
Kanwil BPN dan Kantor Pertanahan
(Kantor Pertanahan)
Pasal 20
Kantor Pertanahan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dan
fungsi Badan Pertanahan Nasional di kabupaten/kota yang
bersangkutan

Pasal 22
Kantor Pertanahan terdiri atas:
a. Subbagian Tata Usaha;
b. Seksi Survei dan Pemetaan;
c. Seksi Penetapan Hak dan Pendaftaran;
d. Seksi Penataan dan Pemberdayaan;
e. Seksi Pengadaan Tanah dan Pengembangan; dan
f. Seksi Pengendalian dan Penanganan Sengketa.

Kelompok Jabatan Fungsional


LOGO ATR/ BPN

4 (empat) Butir Padi


Melambangkan kemakmuran dan kesejahteraan
Memaknai atau melambangkan 4 (empat) tujuan
Penataan Pertanahan yang akan dan telah
dilakukan Kementerian ATR/BPN yaitu:
1.Kemakmuran
2.Keadilan
3.Keberlanjutan
4. Harmoni Sosial
Lingkaran BumiMelambangkan sumber penghidupan
manusiaMemaknai atau melambangkan wadah atau
untuk berkarya bagi Kementerian ATR/BPN yang
berhubungan langsung dengan unsur-unsur yang
ada di dalam bumi yang meliputi tanah dan udara.
LOGO ATR/ BPN

Gelombang Hijau dan Biru


Hijau melambangkan lingkungan yang terjaga
Biru melambangkan warna air
Memaknai tugas Kementerian ATR/BPN yang berhubungan langsung
dengan pemanfaatan ruang, tanah dan air.
Sumbu melambangkan poros keseimbangan3 (tiga) garis lintang 3 (tiga)
garis bujurMemaknai atau melambangkan Pasal 33 ayat 3 UUD 1945
mendasari lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-Pokok Agraria.

Bangunan Gedung dan Pohon, sebagai simbol kekuatan, tekad yang


bulat, keberlanjutan, dan sinergitas. Memaknai pelaksanaan secara
konsisten dalam menangani, menyelesaikan dan mengutamakan hak
serta menuntaskan kewajiban dengan penuh konsistensi, tertib,
disiplin sesuai kebijakan yang berlaku. Lambang ini juga bermakna
penggunaan dan pemanfaatan tanah yang selaras sesuai dengan tata
ruang.
PTSL
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
(ATR/BPN) terus mengaktualisasikan visi dan misi Presiden Joko
Widodo, salah satunya terkait bagaimana sertipikasi tanah berjalan
secara saksama, menyeluruh, dan masif dengan program
Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL).
Target tahun 2025, seluruh bidang tanah di Indonesia sudah terdaftar
melalui program PTSL.
Dari 126 Juta bidang tanah di Indonesia, sekitar 86 juta bidang telah
didaftarkan hingga tahun 2020.

Anda mungkin juga menyukai