Anda di halaman 1dari 25

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tanah merupakan sumber daya alam yang sangat penting artinya dan
mempunyai nilai ekonomis tinggi, disamping itu tanah juga mempunyai fungsi
lainnya, yaitu sebagai tempat tinggal, kegiatan pertanian, serta tempat untuk
mendirikan berbagai usaha. Pentingnya tanah bagi kehidupan manusia tersebut tak
jarang menimbulkan terjadinya sengketapertanahan diantara para pihak yang merasa
memiliki sebidang tanah tertentu. Krusialnya kepemilikan tanah inilah yang
menyebabkan perlu adanya pendaftaran tanah oleh pemerintah untuk menjamin
kepastian hukum.

Pasal 19 UUPA mengamanatkan agar di seluruh wilayah Republik Indonesia


diadakan pendaftaran tanah sehingga menjamin kepastian hukum, karena dari
pendaftaran tanah tersebut akan lahirlah tanda bukti kepemilikan hak atas tanah
berupa sertipikat yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang dalam hal ini Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia.

Dalam rangka melaksanakan tugas pendaftaran tanah untuk kegiatan-kegiatan


tertentu Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota tidak bisa melakukannya sendiri,
oleh karena itu Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota melibatkan Pejabat
Pembuat Akta Tanah atau lebih dikenal dengan istilah PPAT.

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 24 Peraturan Pemerintah Nomor 24


Tahun 1997 menyatakan bahwa Pejabat Pembuat Akta Tanah (yang selanjutnya
disebut PPAT) adalah Pejabat Umum yang diberi kewenangan untuk mengatur akta-
akta tanah tertentu. Sedangkan menurut Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor
37 Tahun 1998, PPAT adalah Pejabat Umum yang diberi kewenangan untuk membuat
akta-akta otentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau
hak milik atas satuan rumah susun.
2

Selanjutnya peraturan tersebut menetapkan tugas pokok PPAT adalah


melaksanakan sebagian kegiatan pendaftaran tanah dengan membuat akta sebagai
bukti telah dilakukannya perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau hak
milik atas satuan rumah susun yang akan dijadikan dasar pendaftaran perubahan data
pendaftaran tanah yang diakibatkan oleh perbuatan hukum itu (Pasal 2 ayat 1
Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 1997).

Pelaksanaan pendaftaran tanah ini dilakukan oleh kantor pertanahan dan


dibantu oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah dan pejabat lain yang ditugaskan untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu sebagaimana diatur dalam Pasal 5 dan Pasal
6 Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 Tentang Pendafataran Tanah.

PPAT yang dimaksud dalam penjelasan diatas adalah pejabat yang telah
diangkat dan ditetapkan oleh Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Nasional. Kedua lembaga ini mempunyai hubungan kerja yang saling terkait atau
dapat dikatakan bahwa PPAT sebagai mitra kerja dari Badan Pertanahan Nasional
(BPN). Hal tersebut salah satunya dikarenakan dalam melaksanakan peralihan dan
pendaftaran hak atas tanah di Kantor Pertanahan harus dilakukan dengan akta yang
berperan sebagai alat bukti otentik yang dibuat oleh PPAT.

Berdasarkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang Kepala Badan


Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2018 pada Pasal 16
disebutkan bahwa seorang calon PPAT yang ingin diangkat sebagai PPAT harus
melaksanakan magang atau nyata-nyata telah bekerja sebagai karyawan pada Kantor
PPAT dan Kantor Pertanahan paling sedikit 1 (satu) tahun, setelah lulus pendidikan
kenotariatan.

Magang selama 1 (satu) tahun ini dilakukan di dua tempat yaitu 6 (enam)
bulan di Kantor Badan Pertanahan Nasional dan 6 (enam) bulan di Kantor PPAT. Hal
ini dipertegas dalam Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2018 tentang Tata Cara
Ujian, Magang, Pengangkatan, Pengangkatan Kembali dan Perpanjangan Masa
Jabatan, dimana disebutkan bahwa:

“Magang adalah rangkaian sistem dalam proses pengangkatan PPAT berupa


kegiatan untuk memperdalam tugas pokok dan fungsi di bidang hubungan hukum
keagrariaan yang dilakukan secara praktek di Kantor Pertanahan dan Kantor PPAT
untuk membentuk PPAT yang profesional dan berintegritas”.
3

Kewajiban Magang pada kantor Pertanahan, khususnya Kantor Pertanahan


Kota Depok pada prinsipnya berfungsi untuk memberikan bekal kepada calon PPAT
sebelum membuka kantor sendiri, sehingga diharapkan dapat membuat calon PPAT
lebih siap dalam berpraktik dan membuat calon PPAT mengetahui tata urutan
pekerjaan yang dilakukan di internal kantor pertanahan, sehingga dapat
mempermudah calon PPAT dalam melakukan koordinasi karena calon PPAT telah
banyak berinteraksi dengan aparatur dan staff-staff pada kantor pertanahan selama
melakukan magang. Selain itu, melalui Magang ini diharapkan agar calon PPAT
dapat memahami dan membantu segala proses pelayanan khususnya di Kantor
Pertanahan Kota Depok.
Berkaitan dengan adanya aturan dalam Peraturan Perundang-undangan
tersebut diatas, penulis sebagai calon PPAT melaksanakan kegiatan magang di Kantor
Pertanahan Kota Depok untuk memenuhi syarat Peraturan Menteri Agraria dan Tata
Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2018 Tentang Tata Cara Ujian, Magang, Pengangkatan, Pengangkatan Kembali, dan
Perpanjangan masa jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah.

B. TUJUAN MAGANG

Adapun tujuan dari pelaksanaan magang di Kantor Pertanahan Kota Depok,


yaitu:

1. Untuk melaksanakan amanat Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala


Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2018 Tentang
Tata Cara Ujian, Magang, Pengangkatan, Pengangkatan Kembali, dan
Perpanjangan Masa Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah,
2. Untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan para calon PPAT di bidang
pertanahan sebelum diangkat menjadi PPAT,
3. Untuk memperdalam tugas pokok dan fungsi di bidang hubungan hukum
keagrariaan yang dilakukan secara praktik di Kantor Pertanahan dalam rangka
membentuk PPAT yang professional dan berintegritas,
4. Untuk mempelajari seluruh proses dan segala bentuk hak dan kewajiban seorang
PPAT yang berkaitan dengan pertanahan secara nyata berdasarkan teori yang
dipelajari pada saat kuliah kenotariatan, sehingga akhirnya dapat menyesuaikan
diri saat terjun ke lapangan sebagai seorang PPAT,
4

5. Untuk memahami proes kegiatan dan pelayanan pertanahan, proses penerimaan


dan pemeriksaan akta yang di daftar serta proses pemeriksaan data yuridis
permohonan hak atas tanah di Kantor Pertanahan.

C. BENTUK KEGIATAN MAGANG

Bentuk-bentuk kegiatan magang yang dilaksanakan di Kantor Pertanahan


Kota Depok yaitu:
1. Mengetahui proses penanganan sengketa, konflik dan perkara pertanahan;
2. Mengetahui proses penataantanah;
3. Mengetahui proses pengendalian pertanahan;
4. Membantu petugas untuk proses pendaftaran peralihan hak, perubahan hak dan
permohonan hak;
5. Membantu TIM PTSL dalam proses pendaftaran tanah untuk pertama kali

D. PERIODE KEGIATAN MAGANG

Lama periode pelaksanaan kegiatan magang yang dilakukan di Kantor


Pertanahan Kota Depok , dengan alamat: Komplek Sub. Perkantoran Kota Depok Jl.
Boulevard Raya Kota Kembang Grand Depok City - Kota Depok, selama jangka
waktu 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal 04-Oktober-2021 hingga tanggal 31-
Maret-2022, dari hari Senin hingga hari Jum’at (setiap hari) dan dimulai pada Pukul
09.00 sampai dengan Pukul 15.00 Waktu Indonesia Barat (WIB).
5

BAB II
PELAKSANAAN MAGANG

A. Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional

1. Sejarah berdirinya Badan Pertanahan Nasional

Sebelum menjadi Kementerian Agraria periode tahun 1955, Kantor Urusan


Agraria diselenggarakan oleh Departemen Dalam Negeri. Hal ini dikarenakan
awalnya pemerintah pada waktu itu menganggap bahwa urusan agraria belum
merupakan urusan strategis yang diselenggarakan oleh suatu lembaga di bawah
kementerian. Pada tahun 1955 pertama kali, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor
55 Tahun 1955 dibentuk Kementerian Agraria Republik Indonesia berdiri sendiri
terpisah dari Departemen Dalam Negeri.

Titik tolak Reformasi hukum pertanahan nasional terjadi pada 24 September


1960. Rancangan Undang-Undang Pokok Agraria yang disingkat dengan UUPA,
disetujui dan disahkan menjadi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960. Dengan
berlakunya UUPA tersebut, untuk pertama kalinya pengaturan tanah di Indonesia
menggunakan produk hukum nasional yang bersumber dari hukum adat.

Sejalan dengan meningkatnya pembangunan nasional yang menjadi tema


sentral proyek ekonomi-politik Orde Baru, kebutuhan akan tanah juga makin
meningkat. Persoalan yang dihadapi Direktorat Jenderal Agraria bertambah berat dan
rumit. Untuk mengatasi hal tersebut, status Direktorat Jenderal Agraria ditingkatkan
menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen dengan nama Badan Pertanahan
Nasional sebagaimana dalam Presiden Nomor 26 Tahun 1988 dan bertanggungjawab
langsung kepada Presiden. Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 96 Tahun 1993,
tugas Kepala Badan Pertanahan Nasional kini dirangkap oleh Menteri Negara
Agraria. Kedua lembaga tersebut dipimpin oleh satu orang sebagai Menteri Negara
Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional. Dalam pelaksanaan tugasnya, Kantor
Menteri Negara Agraria berkonsentrasi merumuskan kebijakan yang bersifat
6

koordinasi, sedangkan Badan Pertanahan Nasional lebih berkonsentrasi pada hal-hal


yang bersifat operasional.

Demi meningkatkan keserasian pembangunan di daerah diperlukan adanya


peningkatan keselarasan antara pembangunan sektoral dan pembangunan
kewilayahan. Sesuai Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2015
tentang Kementrian Agraria dan Tata Ruang yang berfungi sebagai Tata Ruang dan
Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2015 tentang Badan Pertanahan Nasional yang
ditetapkan pada 21 Januari 2015. Perumusan penetapan dan pelaksanaan kebijakan
dibidang tata ruang infrastruktur keagrarian atau pertanahan hubungan hukum
keagrarian atau pertanahan, penataan agrarian atau pertanahan, pengadaan tanah,
pengendalian pemanfaatan ruang dan penguasaan tanah, serta penanganan masalah
agrarian atau pertanahan, pemanfaatan ruang dan tanah.

Pada Era Kabinet Kerja tahun 2015-2019, masa kepemimpinan Presiden


Jokowi. Lembaga Agraria kembali diperkuat yakni dengan menggabungkan Badan
Pertanahan Nasional dengan unit pemerintah yang mengurusi penataan ruang,
planologi dan perencanaan kehutanan, serta informasi geospasial. Penggabungan
struktur ini diikuti dengan uraian tugas dan fungsi kelembagaan Kementerian Agraria.

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional merupakan


Penggabungan 2 (dua) Organisasi, yaitu BPN dan Dirjen Tata Ruang pada
Kementerian PU. Dan pada akhirnya tindak lanjut dari penggabungan 2 (dua)
organisasi tersebut terbitlah peraturan mengenai organisasi dan tata kerja, yaitu :

a) Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional


Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2020 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
b) Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2020 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan.

2. Kedudukan dan Fungsi Kementerian Agraria dan Tata Ruang

Kementerian Agraria dan Tata Ruang berada di bawah dan bertanggung


jawab kepada Presiden dan dipimpin oleh Menteri. Kementerian Agraria dan Tata
Ruang mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
7

agrarian pertanahan dan tata ruang untuk membantu Presiden dalam


menyelenggarakan pemerintahan negara.

3. Susunan Organisasi Kementerian Agraria dan Tata Ruang


Pasal 6 Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2020 Tentang Kementerian
Agraria Dan Tata Ruang menguraikan tentang Susunan Organisasi Kementerian
Agraria dan Tata Ruang yang terdiri dari :

a) Sekretariat Jenderal;
b) Direktorat Jenderal Tata Ruang;
c) Direktorat Jenderal Survei dan Pemetaan Pertanahan dan Ruang;
d) Direktorat Jenderal Penetapan Hak dan Pendaftaran Tanah;
e) Direktorat Jenderal Penataan Agraria;
f) Direktorat Jenderal Pengadaan Tanah dan Pengembangan Pertanahan;
g) Direktorat Jenderal Pengendalian dan Penertiban Tanah dan Ruang;
h) Direktorat Jenderal Penanganan Sengketa dan Konflik Pertanahan;
i) Inspektorat Jenderal;
j) Staf Ahli Bidang Hukum Agraria dan Masyarakat Adat;
k) Staf Ahli Bidang Reformasi Birokrasi;
l) Staf Ahli Bidang Partisipasi Masyarakat dan Pemerintah Daerah;
m) Staf Ahli Bidang Pengembangan Kawasan; dan
n) Staf Ahli Bidang Teknologi Informasi

4. Dasar Hukum, Tugas dan Fungsi Badan Pertanahan Nasional


Dasar Hukum pembentukan Badan Pertanahan Nasional adalah Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 48/2020, ditetapkan di Jakarta tanggal 26
Maret 2020, diundangkan di Jakarta pada tanggal 26 Maret 2020 LEMBARAN
NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2020 NOMOR 84.

Badan Pertanahan Nasional yang selanjutnya disebut BPN adalah


Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Presiden dan dipimpin oleh Kepala. Tugas dari Badan adalah
melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pertanahan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan menyelenggarakan fungsi, diantaranya :

a) Penyusunan dan penetapan kebijakan di bidang pertanahan;


8

b) Perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang survei dan


pemetaan pertanahan;
c) Perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penetapan hak dan
pendaftaran tanah;
d) Perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang redistribusi tanah,
pemberdayaan tanah masyarakat, penatagunaan tanah, penataan
tanah sesuai rencana tata ruang, dan penataan wilayah pesisir, pulau-
pulau kecil, perbatasan dan wilayah tertentu;
e) Perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengadaan tanah
dan pengembangan pertanahan;
f) Perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengendalian dan
penertiban penguasaan dan pemilikan tanah, serta penggunaan dan
pemanfaatan tanah sesuai rencana tata ruang;
g) Perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penanganan dan
pencegahan sengketa dan konflik serta penanganan perkara
pertanahan;
h) Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BPN;
i) Pelaksanaan koordinasi tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan
administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan BPN;
j) Pelaksanaan pengelolaan data dan informasi pertanahan dan lahan
pertanian pangan berkelanjutan;
k) Pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang pertanahan;
l) Pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia di bidang
pertanahan.

5. Susunan Organisasi Badan Pertanahan Nasional


Berdasarkan Pasal 4 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 48
Tahun 2020, Susunan Organisasi Badan Pertanahan Nasional terdiri atas :

a) Kepala yang dijabat oleh Menteri Agraria dan Tata Ruang;


b) Wakil Kepala yang dijabat oleh Wakil Menteri Agraria dan Tata
Ruang; dan
9

c) Susunan unit organisasi Eselon I teknis menggunakan susunan


organisasi Eselon I pada Kementerian Agraria dan Tata Ruang
yang tugas dan fungsinya bersesuaian

6. Kantor Wilayah dan Kantor Pertanahan


Pasal 4 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2020,
Susunan Organisasi Badan Pertanahan Nasional menyebutkan, bahwa untuk
menyelenggarakan tugas dan fungsi BPN di daerah, dibentuklah Kantor Wilayah
BPN di provinsi dan Kantor Pertanahan di kabupaten/kota. Kantor Pertanahan
sebagaimana tersebut dapat dibentuk lebih dari 1 (satu) Kantor Pertanahan di tiap
kabupaten/kota.

Tugas, fungsi, susunan organisasi, dan tata kerja Kantor Wilayah BPN dan
Kantor Pertanahan ditetapkan oleh Kepala setelah mendapat persetujuan dari
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang aparatur negara.

B. ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA


RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL

1. Dasar Pembentukan, Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Agraria


dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional


merupakan Penggabungan 2 (dua) Organisasi, yaitu BPN dan Dirjen Tata Ruang
pada Kementerian PU, dimana dasar hukum pembentukannya diatur dalam :

a) Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Badan Pertanahan


Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2020 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional.
b) Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2020 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan
Nasional dan Kantor Pertanahan
10

Hal yang melatar belakangi pembentukan Peraturan Menteri Agraria


Dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 16
Tahun 2020 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional diantaranya:

- Melaksanakan ketentuan Pasal 50 Peraturan Presiden Nomor 47


Tahun 2020 tentang Kementerian Agraria dan Tata Ruang,
- Menindak lanjuti Pasal 4 dan Pasal 7 Peraturan Presiden Nomor 48
Tahun 2020 tentang Badan Pertanahan Nasional,
- Perlu menetapkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata
Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasion

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional


berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden dan dipimpin oleh
Menteri yang sekaligus menjabat sebagai Kepala Badan Pertanahan Nasional
serta mempunyai tugas mempunyai tugas menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang agraria/pertanahan dan tata ruang untuk membantu
Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.

2. Susunan Organisasi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan


Pertanahan Nasional
a) Sekretariat Jenderal, yang selanjutnya disebut Setjen;
b) Direktorat Jenderal Tata Ruang, yang selanjutnya disebut Ditjen I;
c) Direktorat Jenderal Survei dan Pemetaan Pertanahan dan Ruang, yang
selanjutnya disebut Ditjen II;
d) Direktorat Jenderal Penetapan Hak dan Pendaftaran Tanah, yang
selanjutnya disebut Ditjen III;
e) Direktorat Jenderal Penataan Agraria, yang selanjutnya disebut Ditjen
IV;
f) Direktorat Jenderal Pengadaan Tanah dan Pengembangan Pertanahan,
yang selanjutnya disebut Ditjen V;
g) Direktorat Jenderal Pengendalian dan Penertiban Tanah dan Ruang,
yang selanjutnya disebut Ditjen VI;
11

h) Direktorat Jenderal Penanganan Sengketa dan Konflik Pertanahan,


yang selanjutnya disebut Ditjen VII;
i) Inspektorat Jenderal, yang selanjutnya disebut Itjen;
j) Staf Ahli Bidang Hukum Agraria dan Masyarakat Adat;
k) Staf Ahli Bidang Reformasi Birokrasi;
l) Staf Ahli Bidang Partisipasi Masyarakat dan Pemerintah Daerah;
m) Staf Ahli Bidang Pengembangan Kawasan;
n) Staf Ahli Bidang Teknologi Informasi;
o) Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia,(PPSDM);
p) Pusat Pengembangan dan Standarisasi Kebijakan Agraria, Tata Ruang
dan Pertanahan;
q) Pusat Data dan Informasi Pertanahan, Tata Ruang dan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan, yang selanjutnya disebut Pusdatin

C. VISI DAN MISI BADAN PERTANAHAN NASIONAL

a. Visi
Menjadi Lembaga yang mampu mewujudkan tanah dan pertanahan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat, serta keadilan dan keberlanjutan sistem
kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan Republik Indonesia.

b. Misi
Mengembangkan dan menyelenggarakan politik dan kebijakan pertanahan
untuk :
1) Peningkatan kesejahteraan rakyat, penciptaan sumber-sumber baru
kemakmuran rakyat, pengurangan kemiskinan dan kesenjangan
pendapatan, pangan. serta pemantapan ketahanan
2) Peningkatan tatanan kehidupan bersama yang lebih berkeadilan dan
bermartabat dalam kaitannta dengan penguasaan, pemilikan,
penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T).
3) Perwujudan tatanan kehidupan bersama yang harmonis dengan
mengatasi berbagai sengketa, konflik dan perkara pertanahan di
seluruh tanah air dan penataan perangkat hukum dan system
12

pengelolaan pertanahan sehingga tidak melahirkan sengketa, konflik


dan perkara di kemudian hari.
4) Keberlanjutan sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan
Indonesia dengan memberikan akses seluas luasnya pada generasi
yang akan dating terhadap tanah sebagai sumber kesejahteraan
masyarakat. Menguatkan Lembaga pertanahan sesuai dengan jiwa,
semangat, prinsip dan aturan yang tertuang dalam UUPA dan aspirasi
rakyat secara luas.

D. TUGAS dan FUNGSI BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Badan Pertanahan Nasional melaksanakan tugas pemerintahan di bidang


pertanahan secara nasional, regional dan sektoral. Dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud, BPN menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

1) Perumusan kebijakan nasional di bidang pertanahan;


2) Perumusan kebijakan teknis di bidang pertanahan;
3) Koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang pertanahan;
4) Pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang pertanahan;
5) Penyelenggaraan dan pelaksanaan survei, pengukuran dan pemetaan di
bidang pertanahan;
6) Pelaksanaan pendaftaran tanah dalam rangka menjamin kepastian
hukum;
7) Pengaturan dan penetapan hak-hak atas tanah;
8) Pelaksanaan penatagunaan tanah, reformasi agraria dan penataan
wilayahwilayah khusus;
9) Penyiapan administrasi atas tanah yang dikuasai dan/atau milik
negara/daerah;
10) Pengawasan dan pengendalian penguasaan pemilikan tanah;
11) Kerja sama dengan lembaga-lembaga lain;
12) Penyelenggaraan dan pelaksanaan kebijakan, perencanaan dan
program di bidang pertanahan;
13) Pemberdayaan masyarakat di bidang pertanahan;
13

14) Pengkajian dan penanganan masalah, sengketa, perkara dan konflik di


bidang pertanahan;
15) Pengkajian dan pengembangan hukum pertanahan;
16) Penelitian dan pengembangan di bidang pertanahan;
17) Pendidikan, latihan dan pengembangan sumber daya manusia di
bidang pertanahan;
18) Pengelolaan data dan informasi di bidang pertanahan;
19) Pembinaan fungsional lembaga-lembaga yang berkaitan dengan bidang
pertanahan;
20) Pembatalan dan penghentian hubungan hukum antara orang, dan/atau
badan hukum dengan tanah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
21) Fungsi lain di bidang pertanahan sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku

Berdasarkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan


Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2020, tugas kantor
pertanahan adalah melaksanakan sebagian tugas dan fungsi Badan Pertanahan
Nasional di Kabupaten/Kota yang bersangkutan.

Tugas Kantor Pertanahan Kota Depok adalah melaksanakan


pengolahan administrasi pertanahan dalam lingkungan wilayah Kota Depok,
Kantor Pertanahan menyelenggarakan fungsi:

a) Penyusunan rencana, program, anggaran dan pelaporan;


b) Pelaksanaan survei dan pemetaan;
c) Pelaksanaan penetapan hak dan pendaftaran tanah;
d) Pelaksanaan penataan dan pemberdayaan;
e) Pelaksanaan pengadaan tanah dan pengembangan pertanahan;
f) Pelaksanaan pengendalian dan penanganan sengketa pertanahan;
g) Pelaksanaan modernisasi pelayanan sengketa pertanahan berbasis
elektronik;
h) Pelaksanaan reformasi birokrasi dan penanganan pengaduan; dan
i) Pelaksanaan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit
organisasi Kantor Pertanahan.
14

E. Makna Logo atau Lambang Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan


Pertanahan Nasional

Gambar Keteranga Makna Penjelasan


n

4 Butir Kemakmuran Memaknai atau


Padi dan melambangkan 4
Kesejahteraan tujuan penataan
pertanahan yang telah
dilakukan BPN RI
yaitu:
• Kemakmuran
• Keadilan
• Keberlanjutan, dan
• Harmoni Sosial

Sumber Melambangkan wadah


Lingkaran kehidupan atau area untuk
Bumi manusia berkarya bagi BPN RI
yang berhubungan
langsung dengan
unsur-unsur yang ada
di dalam bumi yang
meliputi Tanah, Air
dan Udara.

Gelombang Hijau Memaknai tugas


Hijau dan melambangka KementerianATR/BP
Biru n lingkungan N yang berhubungan
yang terjaga langsung dengan
pemanfataan ruang,
Biru tanah dan air
melambangka
n warna air
15

3 Garis Lintang dan


Poros 3 Garis Bujur
Sumbu keseimbangan memaknai atau
melambangkan pasal
33 ayat 3 Undang
Undang Dasar 1945
yang mendasari
lahirnya Undang-
undang Pokok Agraria
(UUPA) No. 5 Tahun
1960.

Memaknai
Bangunan Sebagai pelaksanaan secara
Gedung simbol konsisten dalam
dan Pohon kekuatan, menangani ,
tekad yang menyelesaikan dan
bulat , mengutamakan hak
serta menuntaskan
keberlanjutan,
kewajiban dengan
dan sinergitas
penuh
konsistensi , tertib,
disiplin sesuai
kebijakan yang
berlaku. Lambang ini
juga bermakna
penggunaan dan
pemanfaatan tanah
yang selaras sesuai
dengan tata ruang.

Diawali dari tahun 2005, pertanahan nasional dibangun dan dikembangkan


atas dasar empat (4) prinsip pengelolaan:

1) Pengelolaan pertanahan harus mampu berkontribusi pada kesejahteraan


masyarakat;
16

2) Pengelolaan pertanahan harus mampu berkontribusi pada keadilan


penguasaan dan pemilikan tanah;
3) Pengelolaan pertanahan harus mampu berkonstribusi pada
keberlanjutan sistem kemasyarakatan dan Kebangsaan Indonesia;
4) Pengelolaan pertanahan harus mampu berkonstribusi pada harmoni
sosial.
F. DESKRIPSI TUGAS DAN STRUKTUR ORGANISASI TATA KERJA
KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL.

Sebagai tindak lanjut Pasal 8 Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2020


tentang Badan Pertanahan Nasional, pemerintah pun menetapkan Peraturan Menteri
Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan yang
tertuang dalam Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2020 Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan.

1. Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional

Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional, yang selanjutnya disebut


Kantor Wilayah adalah instansi vertikal Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional di provinsi yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan.

Susunan Organisasi Kantor Wilayah terdiri dari:

1. Bagian Tata Usaha


2. Bidang Survei dan Pemetaan
3. Bidang Penetapan Hak dan Pendaftaran
4. Bidang Penataan dan Pemberdayaan
5. Bidang Pengadaan Tanah dan Pengembangan
6. Bidang pengendalian dan penanganan sengketa
17

2. Kantor Pertanahan

Kantor Pertanahan adalah instansi vertikal Kementerian Agraria dan


Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional di kabupaten/kota yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Agraria dan Tata
Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional melalui Kepala Kantor Wilayah
Badan Pertanahan Nasional. Serta dipimpin oleh seorang Kepala.

Kantor Pertanahan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dan


fungsi Badan Pertanahan Nasional di kabupaten/kota yang bersangkutan,
diantaranya:

a. Penyusunan rencana, program, anggaran dan pelaporan;


b. Pelaksanaan survei dan pemetaan;
c. Pelaksanaan penetapan hak dan pendaftaran tanah;
d. Pelaksanaan penataan dan pemberdayaan;
e. Pelaksanaan pengadaan tanah dan pengembangan pertanahan;
f. Pelaksanaan pengendalian dan penanganan sengketa pertanahan;
g. Pelaksanaan modernisasi pelayanan pertanahan berbasis elektronik;
h. Pelaksanaan reformasi birokrasi dan penanganan pengaduan; dan
i. Pelaksanaan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit
organisasi kantor pertanahan.

Kantor Pertanahan dipimpin oleh seorang Kepala Kantor dengan


susunan organisasi sebagai berikut:

a. Sub bagian Tata Usaha;


Mempunyai tugas melakukan pemberian dukungan
administrasi kepada seluruh unit organisasi Kantor Pertanahan,
pelaksanaan pengelolaan modernisasi pelayanan pertanahan berbasis
elektronik, dan pelaksanaan fasilitasi reformasi birokrasi di Kantor
Pertanahan.
Subbagian Tata Usaha terdiri atas Kelompok Jabatan
Fungsional.
18

b. Seksi Survei dan Pemetaan;


Seksi Survei dan Pemetaan mempunyai tugas melaksanakan
pengukuran dan pemetaan bidang dan ruang, pemeliharaan kerangka
dasar kadastral nasional dan pengukuran batas administrasi dan
Kawasan, pengukuran dan pemetaan dasar, survei dan pemetaan
tematik bidang dan kawasan pertanahan dan ruang serta pembinaan
tenaga teknis dan surveyor berlisensi.
Seksi Survei dan Pemetaan terdiri atas Kelompok Jabatan
Fungsional.

c. Seksi Penetapan Hak dan Pendaftaran;


Seksi Penetapan Hak dan Pendaftaran mempunyai tugas
melaksanakan, inventarisasi, identifikasi, pengelolaan data dan
penyajian informasi kegiatan penetapan hak tanah dan ruang dan
pendaftaran tanah dan ruang, pemeliharaan hak atas tanah dan ruang,
penatausahaan tanah ulayat dan hak komunal, penetapan dan
pengelolaan tanah pemerintah, hubungan kelembagaan serta
pembinaan dan pengawasan mitra kerja dan PPAT.
Seksi Penetapan Hak dan Pendaftaran terdiri atas Kelompok
Jabatan Fungsional.

d. Seksi Penataan dan Pemberdayaan;


Seksi Penataan dan Pemberdayaan mempunyai tugas
melaksanakan landreform, pengelolaan dan analisis penguasaan,
pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah, redistribusi tanah,
pemberdayaan tanah masyarakat, penatagunaan tanah, penataan tanah
sesuai rencana tata ruang, fasilitasi penyusunan rencana tata ruang dan
pemanfaatan ruang di daerah, dan penataan wilayah pesisir, pulau-
pulau kecil, perbatasan dan wilayah tertentu.

e. Seksi Pengadaan Tanah dan Pengembangan;


Seksi Pengadaan Tanah dan Pengembangan mempunyai tugas
melakukan pelaksanaan pengadaan dan pencadangan tanah,
19

konsolidasi tanah, pengembangan pertanahan dan pemanfaatan tanah,


serta penilaian tanah dan ekonomi pertanahan.

f. Seksi Pengendalian dan Penanganan Sengketa.


Seksi Pengendalian dan Penanganan Sengketa mempunyai
tugas melaksanakan pengendalian hak tanah, alih fungsi lahan, wilayah
pesisir, pulau-pulau kecil, perbatasan dan wilayah tertentu, penertiban
penguasaan, pemilikan dan penggunaan, pemanfaatan tanah, dan
penanganan sengketa dan konflik, serta penanganan perkara
pertanahan, Seksi Pengendalian dan Penanganan Sengketa terdiri atas
Kelompok Jabatan Fungsional.

G. LAPORAN KEGIATAN MAGANG DI KANTOR PERTANAHAN KOTA


DEPOK

1. Deskripsi bagian ruangan Kantor Pertanahan Kota Depok


Pelaksanaan Magang PPAT dilakukan selama 6 (enam) bulan dengan
penempatan hampir diseluruh bagian di lingkungan Kantor Pertanahan Kota Depok.
Pada saat itu, peserta magang lebih kurang ada 6 (enam) orang. Penulis dan teman-
teman melakukan pergantian (rolling) disetiap ruangan, setiap 1 (satu) bulan.
Penjelasan akan disajikan dengan format waktu pelaksanaan kegiatan diikuti dengan
deskripsi dan uraian singkat kegiatan yang dilakukan pada waktu tersebut.
1) Pada bulan pertama, yaitu bulan Oktober 2021, Penempatan magang
kesatu Penulis adalah di bagian Seksi Pengadaan Tanah dan Pengembangan
Kantor Pertanahan Kota Depok.
Pada saat Penulis di tempatkan di bagian Seksi Pengadaan Tanah dan
Pengembangan, para staff sedang mempersiapkan kegiatan pembagian ganti
kerugian kegiatan pengadaan tanah jalan tol Depok -Antasari (TOL DESARI)
untuk Kelurahan Rangkapan Jaya Baru dan Kelurahan Gandul, kepada
masyarakat yang bersangkutan. Penulis juga membantu memberikan saran-
saran kepada masyarakat terkait waris,hibah bagi tanah atau rumah masyarakat
yang terkena ganti kerugian jalan Tol DESARI tersebut.
2) Pada bulan kedua yaitu bulan Nopember 2021, Penulis di tempatkan di
bagian Seksi Penataan dan Pemberdayaan, mempunyai tugas melaksanakan
20

landreform, pengelolaan dan analisis penguasaan,pemilikan, penggunaan dan


pemanfaatan tanah, redistribusi tanah, pemberdayaan tanah masyarakat,
penatagunaan tanah, penataan tanah sesuai rencana tata ruang, fasilitasi
penyusunan rencana tata ruang dan pemanfaatan.
Pada saat magang di bagian ini, Penulis membantu mengecek dan
memasukkan (input) data berupa Surat Tugas dan Berita Acara Hasil
Penelitian data administratif dan peninjauan lapangan dalam Rangka
Perubahan Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah untuk Permohonan Hak atas
Tanah.
3) Pada bulan ketiga, yaitu bulan Desember 2022, Penulis di tempatkan di
bagian Seksi Pengendalian dan Penanganan Sengketa.
Pada saat di ruangan ini, Penulis belajar menjahit Sertipikat sebelum sertipikat
itu di bagikan, dan Penulis mendapat kesempatan untuk membantu
membagikan Sertipikat PTSL di kelurahan Cimpaeun Kecamatan Tapos
hingga selesai. Penulis juga berdiskusi dengan beberapa staff terkait
bagaimana proses cara mengikuti PTSL, melakukan pengecekan pada Daftar
Nama dengan fisik sertipikat sebelum penyerahan dilakukan.
4) Pada bulan keempat, yaitu bulan Januari 2022, Penulis di tempatkan di
Sub bagian Tata Usaha/ Loket Informasi dan Pengambilan MAP
Pada saat itu, Loket Pelayanan dan Pengambilan MAP dilakukan di halaman
Kantor Pertanahan Kota Depok, dikarenakan kasus COVID meningkat
kembali, pelayanan Loket tetap dijalankan setiap hari kerja, Senin-Jum’at,
tetapi jam operasional pengambilan map dipersingkat, yaitu mulai pukul
08.00 sampai dengan 11.00 Waktu Indonesia Barat.
Loket pelayanan informasi merupakan loket yang diperuntukan bagi Pemohon
yang ingin memperoleh informasi secara detail kaitannya dengan
permasalahan pertanahan yang sedang dihadapi. Penulis mendapat banyak
sekali kesempatan untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh saat di bangku
kuliah kenotariatan dengan membantu masyarakat/ pemohon yang
membutuhkan informasi terkait dengan:
- Balik Nama, baik karena jual beli, proses lelang, pewarisan maupun
hibah
- Pemisahan dan/atau Pemecahan sertipikat
- Pengurusan sertipikat hilang
21

- Pendaftaran Hak Pertama kali kaitannya dengan tanah girik


- Pengurusan roya hak tanggungan

Loket informasi tidak hanya menjelaskan alur proses dan/atau tahapan yang
harus dilakukan Pemohon, namun juga menginformasikan dokumen-dokumen
persyaratan yang harus dilengkapi oleh Pemohon sebelum proses pendaftaran
dilakukan.

5) Pada bulan kelima, yaitu bulan Februari 2022, Penulis di tempatkan di


bagian Seksi Survey dan Pemetaan.
Permohonan survei dan pengukuran diajukan oleh Pemohon melalui Loket
Pelayanan sejalan dengan proses lain yang diajukan oleh Pemohon,
diantaranya proses pemecahan atau pemisahan atau penggabungan bidang
tanah maupun proses pendaftaran hak pertama kali (pembuatan sertipikat atas
tanah-tanah girik). Setelah pemeriksaan berkas dilakukan oleh petugas Loket,
Pemohon wajib melunasi atau membayar sejumlah tagihan yang terdapat pada
Surat Perintah Setor (SPS) yang telah diterbitkan. Bukti pembayaran
kemudian diserahkan kembali kepada petugas loket untuk ditukarkan dengan
Tanda Terima Dokumen. Petugas Loket akan menghubungi dan
menginformasikan kepada Pemohon hari dan tanggal dilakukannya survey dan
pengukuran ke Lokasi oleh petugas ukur.
Penulis juga membantu mengecek data-data pemohon terkait dengan ploting
(validasi), melakukan pengecekan pada sistem untuk mengetahui apakah peta
bidang tanah telah sesuai dengan gambar Peta Bidang Tanah dan tidak
terdapat tumpang tindih bidang. Pengecekan dilakukan dengan melakukan
input nomor sertipikat dan lokasi kelurahan serta kecamatan pada sistem.
Gambar peta bidang pada sistem akan muncul disertai dengan luas bidang
dimaksud untuk kemudian dicocokan pada print out Peta Bidang Tanah.
6) Pada bulan keenam, yaitu bulan Maret 2022 atau magang terakhir bagi
Penulis. Penulis ditempatkan di bagian Seksi Penetapan Hak dan Pendaftaran
Substansi pendaftaran tanah dan ruang, tanah komunal dan hubungan
kelembagaan. Pada subseksi ini, Pendafataran Tanah Pertama Kali dilakukan,
baik pendaftaran tanah secara sistematik maupun pendaftaran tanah secara
sporadik.
22

Adapun rangkaian kegiatan dari pendaftaran tanah yang dilakukan untuk


pertama kali tersebut meliputi :
1. Pengumpulan dan pengolahan data fisik dan data yuridis;
Kegiatan pengumpulan dan pengolahan data fisik meliputi
kegiatan pengukuran dan pemetaan, yang menyangkut: pembuatan peta
dasar pendaftaran tanahnya, penetapan batas bidang-bidang tanah,
pengukuran dan pemetaan bidang-bidang tanah dan pembuatan peta
pendaftaran tanah, pembuatan daftar tanah, serta pembuatan surat ukur.
2. Pembuktian hak dan pembukuannya;
Pembuktian tanah Hak Milik adat dilakukan melalui alat-alat
bukti mengenai adanya hak tersebut berupa bukti-bukti tertulis,
keterangan saksi dan atau pernyataan yang bersangkutan yang kadar
kebenarannya dianggap cukup oleh pejabat yang berwenang.
3. Penyajian data fisik dan data yuridis;
Dalam rangka menilai kebenaran alat bukti tersebut dilakukan
pengumpulan dan penelitian data fisik dan data yuridis atas tanah yang
bersangkutan. Data fisik dan data yuridis tersebut kemudian
diumumkan di kantor desa/kelurahan, kantor kecamatan, kantor
ajudikasi, kantor pertanahan, dan tempat-tempat lain yang dianggap
perlu selama 60 (enam puluh) hari untuk permohonan rutin (sporadik)
dan 30 (tiga puluh) hari untuk pendaftaran melalui proyek ajudikasi
(sistematik).
4. Penerbitan sertipikat;
Apabila melewati waktu pengumuman tidak terdapat keberatan
atau gugatan dari pihak mana pun, pembukuan hak dapat dilakukan
dan sertifikat hak atas tanah dapat diterbitkan oleh Kantor Badan
Pertanahan Nasional.
5. Penyimpanan daftar umum dan dokumen.
Tugas Penulis di bagian ini adalah mengecek warkah pemohon, memastikan
nama di dalam sertipikat dan tanggal lahir sama dengan nama yang diajukan,
sesekali berdiskusi dengan staff terkait pembagian waris, baik waris perdata
maupun waris islam.
23

2. Tabel Kegiatan dan Uraian Magang

Berikut adalah tabel kegiatan dan uraian singkat Penulis di setiap bagian
ruangan di Kantor Pertanahan Kota Depok.

NO BULAN PENEMPATAN DESKRIPSI KEGIATAN


SEKSI MAGANG

 Berdiskusi dengan kasi dan


kasubsi terkait Peraturan
1 Oktober 2021 Seksi Pengadaan Perundang-Undangan
Tanah dan tentang pengadaan tanah.
Pengembangan  Mengikuti dan melihat
dengan para pihak pemilik
tanah yang tanahnya sedang
proses ganti untung
pembebasan lahan tol Depok
Antasari (DESARI)

Berpartisipasi dalam mengisi


berita acara hasil penelitian
2 November 2021 Seksi Penataan dan substansi kelompok landreform
Pemberdayaan. dan pemberdayaan, terkait
tanah berasal dari SK KINAG

Menjahit sertipikat PTSL,

3 Desember 2021 Seksi Pengendalian Ikut serta kelapangan terkait


dan Penanganan pembagian sertipikat PTSL di
Sengketa kelurahan Cimpaeun Kecamatan
Tapos, dan

Mengikuti dan melihat proses


mediasi dengan para pihak yang
bersengketa untuk menemukan
solusi terbaik.

Menerima permohonan Balik


nama Sertipikat,
4 Januari 2022 Sub bagian Tata
Usaha / Loket Memberikan informasi terkait
Informasi dan proses Pensertipikatan tanah,
Pengambilan MAP
Memberikan informasi terkait
24

syarat untuk proses pemecahan


bidang tanah, balik nama dari
Jual Beli, Hibah, Waris, Lelang
dan pengakuan Hak atas tanah
pertama kali.

5 Februari 2022 Seksi Survey dan Memeriksa Berkas PTSL dan


Pemetaan. Ploting.

6 Maret 2022 Seksi Penetapan Hak Memeriksa berkas permohonan


dan Pendaftaran balik nama karena jual beli, balik
nama pewarisan, balik nama
risalah lelang.

BAB III

PENUTUP
25

A. KESIMPULAN

Selama Magang berlangsung, penulis mendapatkan ilmu pengetahuan baru dan


gambaran suasana dunia kerja di Kantor BPN yang berkaitan dengan kinerja seorang
PPAT, khususnya yang berhubungan dengan instansi pemerintah, dan bagaimana dunia
kerja menilai seorang PPAT dianggap mampu menyelesaikan semua tugas dan
tanggungjawab baik kaitannya dengan klien dan/atau Kantor BPN selaku pihak yang
memvalidasi seluruh bidang pekerjaan seorang PPAT. Dalam proses magang penulis
mendapat pengalaman, ilmu baru dan banyak studi kasus pekerjaan yang tidak pernah
dijelaskan selama mengikuti kelas kuliah, seperti program Pendaftaran Tanah Sistematis
Lengkap (PTSL) dan Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah
(P4T), selain itu mengatasi permasalah pihak-pihak yang bersengketa akibat perebutan
hak milik tanah yang menjadi tanggungjawab pada Seksi Penanganan Sengketa dan
masalah pertanahan.

B. Saran
Adapun saran penulis sebagai berikut:
1) Kepada Badan Pertanahan Nasional Kota Depok diharapkan, dapat membuat
rangkaian program kerja pada setiap bidang seksi secara struktur dan terorganisir
agar proses magang maksimal.
2) Pada program PTSL diharapkan lebih teliti dalam pengecekan identitas pemohon
agar tidak salah dalam penulisan tanggal lahir yang tercantum pada sertifikat dan
buku tanah.

Anda mungkin juga menyukai