Anda di halaman 1dari 6

MATERI UJIAN PPAT

MATERI I : HUKUM PERTANAHAN


NASIONAL

I. BEBERAPA KETENTUAN HUKUM TANAH YANG LAMA (HUKUM TANAH SEBELUM


BERLAKUNYA UUPA)

1. Agrarische wet (s.1870 :55) dan agrarische besluit (s.1870 :118).


2. Larangan pengasingan tanah (grond vervreemdings verbod) (s.1879 no.179).
3. Tanah partikelir.
4. Tanah Perdikan
5. Tanah Gogolan
6. Tanah Pekulen
7. Eigendom, Agrarisce eigendom, Verponding Indonesia,
8. Hak Andarbeni

II. HUKUM TANAH NASIONAL (HUKUM TANAH YANG BERLAKU SEJAK 24


SEPTEMBER 1960)

1. Pengertian Hukum Tanah Nasional (HTN)


2. Hubungan Abadi
3. UU yang mengatur HTN
4. Tujuan pokok, konsepsi dan fungsi UUPA
5. Buktikan UUPA hanya mengatur Hak atas tanah belum hak kepemilikan tanah
6. Hak bangsa, Hak Menguasai Negara
7. Hak Ulayat

III. HUBUNGAN FUNGSIONAL ANTARA HUKUM ADAT DAN HUKUM TANAH


NASIONAL

1. Arti hubungan fungsional


2. Fungsi hukum adat bagi hukum tanah nasional
3. Konsepsi.
4. Asas-asas.
5. Lembaga-lembaga.

IV. HAK ATAS TANAH.

1. Pengertian hak atas tanah.(bedakan dengan hak kepemilikan tanah)


2. Fungsi sosial hak atas tanah.
3. Macam-macam hak atas tanah.
4. Pengertian hak milik, hgu, hgb dan hak pakai
5. Subyek hak atas tanah.

1
6. Subyek tidak lagi memenuhi syarat.
7. Hak milik yang dipunyai oleh orang asing.
8. Pemilikan rumah tempat tinggal/hunian oleh orang asing (PP no. 41/1996).
9. Perkawinan campur antara wni (pemegang hak milik) yang tunduk pada kuhperdata dan wna.
10. Jangka waktu hak atas tanah.
11. Terjadinya/lahirnya kepemilikan tanah dan lahirnya hak atas tanah
12. Tanah-tanah dimana hak-hak atas tanah dapat diberikan.
13. Hak pengelolaan.
14. Hak komunal
15. Hapusnya hak atas tanah
16. Kewajiban pemegang hak terhadap masyarakat yang ada dibelakangnya.
17. Tanah terlantar
18. Tanah timbul, Tanah Musnah
19. Reklamasi Pantai
20. Hak atas tanah di lepas pantai
21. Badan Hukum yang dapat memperoleh hak atas tanah HAK MILIK.

V. KETENTUAN MENGENAI KONVERSI

VI. TATA CARA MEMPEROLEH HAK ATAS TANAH

1. Tata cara memperoleh hak atas tanah di atas tanah negara

2. Pemberian hak milik untuk keperluan rumah tinggal dari HGB (Perubahan hak)

3. Perubahan hak milik menjadi hgb atau hak pakai dan perubahan hgb menjadi hak pakai.

VII. PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM.

VIII. IZIN LOKASI DAN PENETAPAN LOKASI IX. JUAL BELI TANAH.

1. Penngertian .peralihan hak dan pemindahan hak.


2. Sahnya jual beli.
3. Mengapa Jual beli “harus” Dilakukan dihadapan PPAT.
4. Blanko akta PPAT.
5. Jual beli dibawah tangan (tidak dihadapan PPAT).
6. Jual beli di bawah tangan yang dapat didaftar. 7. Saksi dalam jual beli
8. Akta jual beli.
9. Fungsi pendaftaran jual beli.
10. Izin pemindahan hak
11. Pajak Penghasilan, BPHTB
12. Kewajiban PPAT setelah penandatangan Akta
13. Surat kuasa mutlak dalam jual beli.

X. HUKUM RUMAH SUSUN.

2
1. Dasar hukum. (uu n0.16 thn. 1985 dirubah dgn uu 20 thn 2011 ttg rumah
susun) 2. Tanah bersama rumah susun dapat didirikan.

3. Pengertian Hak Milik atas satuan rumah susun dibandingkan dengan hak atas tanah Hak
Milik 4. Unsur-unsur hak milik atas rumah susun.

5. Hak bersama dalam pemilikan rumah susun.


6. Pertelaan.
7. Akta pemisahan.
8. Ijin layak huni, Ijin laik Fungsi 9. Nilai perbandingan proporsional.
10. Tanda bukti kepemilikan rumah susun
11. Proses pembangunan sampai dengan penerbitan sertipikat hak milik atas satuan rumah susun.
12. Jual beli hak milik atas satuan rumah susun..
13. Perhimpunan pemilik/penghuni rumah susun.
14. HM sarusun tanah bersama di atas hak atas tanah HPL
15. Sarusun di atas tanah wakaf
16. Sarusun di atas tanah pemerintah daerah
17. Sertifikat kepemilikan bangunan gedung (SKBG)

XI.PENGETAHUAN MENGENAI HAK TANGGUNGAN.

1. Dasar hukum. (uu no.4 thn 1996 ttg hak tanggungan)


2. Hak jaminan atas tanah.

3. Syarat agar tanah dapat menjadi objek hak tanggungan


4. Obyek hak tanggungan.
5. Hak tanggungan tidak dapat dibagi-bagi
6. Asas pemisahan horizontal dikaitkan dengan pembebanan hak tanggungan atas tanah

7. Satu obyek hak tanggungan dapat dibebani lebih dari satu hak tanggungan.
8. Utang yang dijamin.
9. Satu obyek hak tanggungan dapat dibebani lebih dari satu hak tanggungan. 10. Hak
tanggungan mempunyai sifat accessoir
11. Tahap pembeban hak tanggungan.
12. Pendaftaran hak tanggungan.
13. Lahirnya hak tanggungan.
14. Sertipikat hak tanggungan.
15. Hak istimewa pemegang hak tanggungan.
16. Peralihan hak tanggungan.
17. Eksekusi hak tanggungan.
18. Pemberi hak tanggungan dinyatakan pailit
19. Hapusnya hak tanggungan.
20. Roya hak tanggungan.
21. Roya partial./ syarat roya parsiil
22. Surat kuasa untuk membebankan hak tanggungan.
23. Ciri-ciri lembaga jaminan yang baik.
24. Eksekusi hak tanggungan
25. Cesi, subrogasi
26. Sita persamaan

3
27. Perubahan hak atas tanah yang sedang dibebani hak tanggungan

XII. PENGETAHUAN MENGENAI LENDREFORM


1. Tanah abseente
2. Pemilikan maksimum

XII. REFORMA AGRARIA


1. redistribusi tanah
2. Panitia Pertimbangan Landreform
3. Akses reform
MATERI II : PENDAFTARAN TANAH

1. Dasar hukum (PP no.24 thn 1997 ttg pendaftaran tanah)


2. Pendaftaran tanah menurut pasal 19 uupa merupakan suatu recht kadaster.
3. Kadaster yang mempunyai kekuatan bukti.
4. Pembaharuan dalam PP-24/1997.
5. Asas-asas dalam pendaftaran tanah
6. Tujuan pendaftaran tanah.
7. Sistem pendaftaran tanah.
8. Sistem publikasi.
9. Pelaksanaan pendaftaran tanah
10. Cara pelaksanaan pendaftaran tanah untuk pertama kali menurut PP-24/1997.
11. Wilayah-wilayah yang diutamakan untuk pelaksanaan pendaftaran tanah secara sistematik.
12. Susunan panitia ajudikasi.
13. Obyek pendaftaran tanah.
14. Satuan wilayah tata usaha pendaftaran tanah.
15. Penetapan batas secara contradictoir delimitatie, batas umum, batas pasti dan batas terjamin
16. Hak baru dan hak lama menurut PP 24/1997.
17. Pembuktian hak lama.(asal konversi hak milik adat dan hak eigendom).
18. Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali sampai terbitnya sertipikat (hak lama).
19. Pengumuman dalam rangka pendaftaran pertama kali.
20. Penegasan konversi dan pengakuan hak, berkas lengkap, berkas tidak lengkap dan tidak ada
sama
sekali.

21. Sertipikat sebagai tanda bukti hak kepemilikan tanah dan hak atas tanah, Sertipikat sebagai
bukti hak atas tanah.

A. Kekuatan bukti sertipikat hak atas tanah.


B. Penerbitan sertipikat.
C. Penerbitan sertipikat atas nama beberapa orang.
D. Bentuk sertipikat menurut PP 10/1961 dan menurut PP 24/1997

22. Kegiatan pemeliharan data pendaftaran tanah.


23. Pendaftaran peralihan hak karena jual beli (pemindahan hak lainnya) 24.
Pendaftaran peralihan hak karena pewarisan.

4
25. Peralihan hak karena penggabungan perusahaan 26.
Pemecahan, pemisahan dan penggabungan bidang
tanah.

27. Pendaftaran peralihan hak tanggungan.


28. Penerbitan sertipikat pengganti karena sertipikat rusak, hilang , pemecahan desa
29. Penolakan pendaftaran oleh kepala kantor pertanahan
30. Surveyor berlisensi, asisten surveyor berlisensi

MATERI III ; PERATURAN JABATAN PPAT.

1. Dasar hukum.
2. Pengertian PPAT.
3. Macam PPAT.
4. Kewenangan PPAT.
5. Akta-akta otentik yang dibuat oleh PPAT. 6. Tugas pokok PPAT
7. Fungsi PPAT.
8. PPAT hanya berwenang membuat akta atas tanah/hm.atas srs yang terletak didalam wilayah
kerjanya.
9. Pengangkatan PPAT
10. Daerah kerja PPAT.
11. Formasi PPAT.
12. Penyesuaian daerah kerja karena pemekaran wilayah.
13. Kewajiban PPAT setelah memperoleh surat pengangkatan sebagai PPAT.
14. Sumpah jabatan PPAT/PPAT sementara.
15. PPAT/PPAT sementara yang belum mengucapkan sumpah jabatan dilarang menjalankan
jabatannya sebagai PPAT.
16. Kewajiban PPAT/PPAT sementara setelah mengucapkan sumpah.
17. Kantor PPAT.
18. Jam kerja PPAT
19. Stempel PPAT.
20. Papan nama.
21. Blanko akta
22. Pembuatan akta PPAT harus di kantor PPAT pengecualiannya:
23. Pembuatan akta PPAT harus dihadiri oleh para pihak bagaimana bila dilanggar
24. Saksi-saksi.
25. Pengecekan sertipikat.
26. Akta PPAT harus dibacakan oleh PPAT.
27. Larangan bagi PPAT meninggalkan kantor tanpa cuti.
28. Cuti PPAT

29. PPAT PENGGANTI.

a. Pengangkatan PPAT Pengganti (ps 31 PP 37/1998 jo ps 38 Per.Ka.BPN 1/2006)


b. Syarat Sebagai PPAT Pengganti.(ps 31 ayat 3 PP 37/1998 jo ps 38 ayat 5 Per.Ka.BPN 1/2006)

5
c. Sumpah Jabatan PPAT Pengganti.( ps 41 ayat 1 Per.Ka.BPN 1/2006)

Pengeculiannya : ( ps 41 ayat 2 Per.Ka.BPN 1/2006)

d. Penerimaan Protokol PPAT.


e. PPAT Pengganti Bertanggung Jawab Secara Pribadi.
f. Ketentuan Yang Berlaku Terhadap PPAT Berlaku Pula Terhadap PPAT pengganti.
30. Cuti PPAT khusus dan PPAT sementara.
31. PPAT (termasuk camat dan ka. Kantor pertanahan) yang sedang cuti dilarang membuat akta.
32. Orang-orang yang dilarang menjadi pihak dalam akta PPAT.
33. Protokol PPAT.
34. Buku daftar PPAT.
35. Penjilidan akta.
36. Bundel warkah pendukung akta.
37. Laporan bulanan PPAT.
38. Jabatan yang boleh dan dilarang dirangkap oleh PPAT PPAT berhenti menjabat sebagai PPAT.
39. Pembinaan dan pengawasan PPAT.
40. Penolakan pembuatan akta oleh PPAT 41. Kewajiban PPAT dalam pembuatan akta
1. Sebelum Pembuatan Akta :
2. Pada Saat Pembuatan Akta.
3. Setelah Pembuatan Akta.
42. Akta PPAT dapat digugat di ptun, dalam hal apa
43. Akibat akta PPAT yang dibatalkan ptun.
44. Prodiksus PPAT
45. Contoh2 pelanggaran berat PPAT.

MATERI IV: ORGANISASI DAN


KELEMBAGAAN BPN RI YANG LAMA DAN
YANG BARU

MATERI V: PEDOMAN PEMBUATAN AKTA


PPAT

1. Komparisi harta gono gini penjual dan pembeli


2. Mengapa pembelian suami istri dalam komparisi harus dipertegas menjadi harta gono
gini atau tetap menjadi harta asal.
3. Akta rektifikasi
4. Kapan dibuat akta rektifikasi
5. Kapan membuat akta di luar wilayah kerja

MATERI VI : KODE ETIK PPAT

Anda mungkin juga menyukai