Anda di halaman 1dari 4

SOAL UJIAN KODE ETIK PPAT

1. Agar dijelaskan mengapa seorang PPAT wajib mematuhi Kode Etik, serta jelaskan proses
terbentuknya Kode Etik.
2. Mengapa Kode Etik PPAT perlu disahkan oleh Kementrian ATR/BPN, dan jelaskan
diatur diperaturan mana pada Kementrian ATR/BPN tersebut.
3. Agar dijelaskan paling sedikit masing-masing 3 (tiga) kewajiban, 3 (tiga) larangan, 3
(tiga) pengecualian dalam Kode Etik PPAT, sebutkan dasar hukumnya.
4. Seorang PPAT yang menandatangani Akta Jual Beli diluar Wilayah Kerjanya apa saja
akibat yang terjadi dari perbuatan tersebut dan sanksinya apa? sebutkan dasar hukumnya.
5. Agar dijelaskan maksud dan tujuan dibentuknya Majelis Pembina Pengawas Pejabat
Pembuat Akta Tanah Pusat (MP3P), diatur dalam peraturan mana pada Kementrian
ATR/BPN?
6. Agar Saudara terangkan solusi pada ketika terjadi perbedaan persepsi yang mutlak
(kebuntuan komunikasi) atas permasalahan berkas yang diserahkan oleh PPAT kepada
Kantor Pertanahan setempat dan sebutkan ruujukan dasar hukumnya.
7. Agar Saudara terangkan poin substansi apa saja yang terdapat didalam Akta Jual Beli
PPAT, dan sebutkan dasar hukumnya.
8. Agar Saudara sebutkan semua jenis akta-akta yang dapat dibuat oleh PPAT dan sebutkan
dasar hukumnya.
9. Pada permohonan Hak Pengelolaan dari sebuah BUMN kepada Kementrian ATR/BPN
tolong Saudara jelaskan urutan prosesnya dimulai dari mana, dan agar dijelaskan apa
pengertian dari Hak Pengelolaan (HPL)tersebut.
10. Agar saudara sebutkan dan terangkan Hak-hak atas tanah yang diatur dalam Undang-
Undang No 5 Thn 1960 tentang UUPA dan PP 24 Thn 1997 tentang Pendaftaran tanah.

JAWABAN :
1. PPAT adalah Pejabat umum yang diberikan kewenangan untuk membuat akta-akta
otentik mengenai perbuatan hukum tertentu tentang Hak Atas Tanah atau Hak Milik Atas
Satuan Rumah Susun. PPAT dalam menjalankan tugasnya wajib mematuhi kode etik,
karena kode etik merupakan kaidah moral (norma-norma atau aturan-aturan) mengenai
etika baik secara tertulis maupun tidak, oleh karena itu PPAT dalam menjalankan
tugasnya harus mematuhi norma-norma atau aturan-aturan mengenai etika moral sebagai
PPAT dalam menjalankan tugas dan jabatan maupun diluar tugas jabatannya tersebut.
Kode etik dibentuk oleh Perkumpulan yang ditetapkan dalam Kongres Perkumpulan
IPPAT yang wajib ditaati oleh semua anggotanya dalam menjalankan tugas dan jabatan.
2. Karena kode etik mengatur tentang kaidah moral terhadap Pejabat Umum (PPAT) yang
melayani masyarakat mewakili Negara, maka mewakili Negara (Pemerintah) , maka kode
etik untuk yang pertama perlu mendapat pengesahan dari Kementerian ATR/BPN.
3. Kewajiban PPAT
- Menjunjung tinggi Pancasila, UUD 45 dan NKRI
- Berkantor di satu kantor dalam wilayah kerjanya
- Wajib membacakan dan menjelaskan pada para pihak dihadapan 2 saksi sebelum
penandatanganan
Larangan PPAT
- Membuka kantor cabang/ perwakilan di wilayah atau di luar wilayah kerja
- Membuat akta untuk PPAT sendiri, suami atau isteri, keluarga, saudara semenda
dalam garis lurus tanpa batas dan garis menyimpang derajat kedua
- Meninggalkan kantor lebih dari 6 hari kerja berturut-turut kecuali cuti
Pengecualian PPAT
- Pengiriman kartu peribadi dari anggota perkumpulan IPPAT yang berisi ucapan
selamat / duka cita yang bersifat pribadi
- Pemuatan nama anggota perkumpulan IPPAT oleh perusahaan telekomunikasi
- Pemuatan nama anggota perkumpulan IPPAT dalam buku petunjuk fax
(Dasar Hukum : PP 37 Th. 1998, PP 24 Th. 2016)
4. Akibat yang terjadi adalah akta tersebut terdegredasi atau turun derajatnya menjadi akta
di bawah tangan, karena akta tersebut menjadi dibawah tangan maka akta tersebut tidak
dapat dipergunakan untuk proses ke BPN.
Sanki yang dikenakan yaitu Pemberhentian dengan tidak hormat karena melakukan
pelanggaran berat terhadap larangan dan kewajiban PPAT dengan menandatangani Akta
Jual Beli diluar Wilayah Kerjanya. (PP 24 Th. 2016)
5. Maksud dan tujuan dibentuknya Majelis Pembina Pengawas Pejabat Pembuat Akta Tanah
Pusat (MP3P) yaitu untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap PPAT agar
PPAT dalam menjalankan tugas dan jabatannya sesuai dengan peraturan Perundangan
yang berlaku.
6. Perbedaan persepsi mutlak (kebuntuan komunikasi), yang terjadi antara PPAT dengan
petugas pada kantor pertanahan maka yang akan saya lakukan, yaitu akan membawa
permasalahan ke Majelis Pembina dan Pengawas PPAT.
7. Substansi dalam Akta Jual Beli :
- Kepala Akta / Awal Akta :
a. Kop PPAT
b. Judul Akta
c. Nomor Akta, Lembar Pertama / Lembar Kedua
d. Hari, Tanggal, Bulan dan Tahun
e. Nama lengkap dan tempat kedudukan PPAT serta dasar pengangkatan /
penunjukan
- Badan Akta :
a. Komparisi pihak pertama (penjual) pihak ke dua (pembeli)
b. Keterangan mengenai kedudukan bertindak penghadap (jika ada kuasa)
c. Isi Akta :
• Kehendak dan keinginan para pihak yang berkepentingan (jual beli)
• Objek Jual Beli (sertipikat)
• Harga
• Syarat-syarat yang ditentukan para pihak
- Akhir Akta
Berisi penutup dan tanda tangan para pihak pertama (penjual) dan pihak kedua
(pembeli), saksi-saksi, serta PPAT
8. - Jual Beli
- Hibah
- Inbreng
- Pemberian HP, HGB, HM
- Pembagian Hak Bersama
- Pemberian Hak Tanggungan
- Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan
- Tukar Menukar
(UUPA No. 5 Thn 1960 dan PP 24 Thn 1997)
9. Hak Pengelolaan atas suatu bidang tanah yang diberikan oleh pemerintah dalam hal ini
Kementerian ATR/BPN kepada BUMN untuk mengelola suatu kawasan. Urutan
Prosesnya dimulai dari Kantor Pertanahan kemudian Kantor Pertanahan mengeluarkan
rekomendasi/ surat pengantar ke Kantor Wilayah, Kantor Wilayah juga mengeluarkan
rekomendasi / surat pengantar ke Kementerian, yang terakhir yang menerbitkan SK
Pemberian HPL.
10. - Hak Milik : Hak yang terkuat secara turun temurun (tidak terbatas)
- Hak Guna Bangunan : Hak atas tanah untuk mendirikan bangunan di atasnya
- Hak Pakai : Hak yang dapat dipakai untuk mendirikan bangunan dengan jangka
waktu tertentu (lebih singkat)
- Hak Guna Usaha : Hak yang dipergunakan untuk melakukan usaha biasanya di
bidang perkebunan dan pengusahaan hutan
- Hak Sewa Pakai (Hak Sewa Untuk Bangunan)
- Hak Membuka Tanah dan Memungut Hasil Hutan : hak yang diberikan untuk
membuka tanah perhutanan dan hak untuk memungut hasil hutan
(UUPA No. 5 Tahun 1960)

Anda mungkin juga menyukai