Anda di halaman 1dari 20

“Peran & Tugas PPAT

menghadapi tantangan
di Era Digitalisasi
Oleh :
Dr. Isy Karimah Syakir, S.H., M.Kn. M.H.
Latar Belakang :

• Era digitalisasi 4.0/Revolusi Industri ke-4 menuju era society (5.0)


• Diberlakukannya pelayanan pendaftaran tanah secara elektronik guna
memenuhi asas keterbukaan (transparansi);
• Diperlukannya ketepatan waktu;
• Diperlukannya Kemudahan dan keterjangkauan dalam rangka pelayanan
publik; kepada masyarakat, dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi dengan menerapkan pelayanan
pertanahan berbasis elektronik;
• Menyesuaikan perkembangan hukum, teknologi dan kebutuhan
masyarakat.
• Era New Normal (Normal Baru) menuntut adanya minimalisasi bertatap
muka langsung sehingga layanan elektronik memegang peranan yang
signifikan
Dasar Hukum :
• Peraturan Pemerintah No. 37/1998 tentang Peraturan Jabatan PPAT;
• Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-
Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah;
• Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2006 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan
Pejabat Pembuat Akta Tanah;
• Peraturan Pemerintah No 24/2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor
37/1998 Tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah
• Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 31
Tahun 2016 tentang Tata Cara Ujian, Magang dan Pengangkatan Pejabat Pembuat Akta
Tanah
• Permen ATR/Ka.BPN No. 5/2017 tentang Layanan Informasi Pertanahan secara elektronik;
• Permen ATR/Ka.BPN No. 3/2019 tentang Penerapan tanda tangan elektronik;
• Permen ATR/Ka.BPN No. 9/2019 tentang Pelayanan Hak Tanggungan Terintegrasi secara
elektronik;
• Permen ATR/Ka BPN Nomor 5 Tahun 2020; (mencabut pemberlakuan Permen ATR/Ka.BPN
No. 9/2019);
• Permen ATR/Ka.BPN No. 1/2021 tentang Sertipikat Elektronik
A. Definisi PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah) & Dasar Hukum nya
• PPAT telah ada semenjak tahun 1961 berdasarkan PP No. 10 Tahun 1961 tentang
pendaftaran tanah dengan sebutan Pejabat saja.
• Yang dimaksud dengan pejabat adalah PPAT sebagaimana disebutkan dalam Peraturan
Menteri Agraria No. 11 Tahun 1961 tentang Bentuk Akta.
• Ketentuan Pasal 19 PP No. 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah, menggunakan istilah
“Pejabat”, sedangkan penyebutan secara lengkap istilah “Pejabat Pembuat Akta Tanah”
ditemukan pada Pasal 1 PMA No. 11 Tahun 1961 tentang Bentuk Akta
• Perkembangan PPAT sebagai pejabat umum kemudian tercantum dalam berbagai peraturan
perundang-undangan dan pandangan para ahli sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-
Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah.
Pasal 1 angka 4 menyatakan Pejabat Pembuat Akta Tanah adalah:
“Pejabat umum yang diberi wewenang untuk membuat akta pemindahan hak atas tanah,
akta pembebanan hak atas tanah dan akta pemberian kuasa membebankan Hak Tanggungan
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”
Unsur-unsurnya, meliputi:
a. Pejabat umum;
b. Adanya kewenagan;
c. Ruang lingkup kewenangannya.
• Akta-akta yang dibuat oleh PPAT merupakan akta otentik
2. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan
dan Hak Pakai Atas Tanah.
Pasal 1 angka 5 menyatakan :
“PPAT adalah Pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta tanah.”
3. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah Menurut ketentuan
Pasal 1 angka 24 menyatakan bahwa “Pejabat Pembuat Akta Tanah, selanjutnya disebut PPAT
adalah Pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta tanah tertentu”
4. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta
Tanah Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa PPAT adalah: “Pejabat umum yang diberi wewenang
untuk membuat akta autentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah
atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun”.
5. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2006 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat
Pembuat Akta Tanah, sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 1 angka 1 :
PPAT adalah “Pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta otentik
mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan
rumah susun.”
6. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 31 Tahun
2016 tentang Tata Cara Ujian, Magang dan Pengangkatan Pejabat Pembuat Akta Tanah Pasal 1
angka 1 menyatakan bahwa : “Pejabat Pembuat Akta Tanah yang selanjutnya disingkat PPAT
adalah pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta otentik mengenai
perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik atas Satuan Rumah Susun.”
 Dapat didefinisikan bahwa PPAT adalah Pejabat Umum yang berwenang membuat akta
otentik mengenai perbuatan-perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak
Milik atas Satuan Rumah Susun. Dimana kewenangan ini diberikan kepada pejabat tersebut
oleh peraturan-peraturan yang ada (berlaku).

• Agar dapat diangkat menjadi PPAT, seseorang harus memiliki gelar sarjana hukum dan strata
dua kenotariatan atau paling tidak telah lulus dalam program pendidikan khusus PPAT yang
diselenggarakan Kementerian Agraria.
• PPAT berada dibawa naungan Kementerian ATR/BPN (PPAT diangkat oleh Menteri ATR/BPN
dan sumpah jabatannya dilakukan di Kantor Pertanahan dimana PPAT tersebut bertempat
kedudukan)
• Tempat Kedudukan/Wilayah Kerja PPAT meliputi Kota/Kabupaten berbeda dengan Tempat
Kedudukan/Wilayah Kerja Notaris;
• PPAT dalam menjalankan tugas dan wewenang jabatannya disamping berdasarkan Peraturan
Jabatan PPAT juga harus mematuhi kode etik PPAT.
berdasarkan Keputusan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
No. 112/KEP-4.1/IV/2017 tentang Pengesahan Kode Etik Ikatan Pejabat Pembuat Akta Tanah.
Kode etik PPAT ini juga mengatur tentang kewajiban PPAT dalam menjalankan pekerjaannya
ataupun dalam kehidupan sehari-hari.
• Pada perjalanannya PPAT harus selalu mengikuti perkembangan masa yang ada termasuk
datangnya era DIGITALISASI (4.0)
B. TUNTUTAN BAGI PPAT DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0
MENUJU ERA SOCIETY (5.0)

ERA FINTECH ERA REGTECH


(Financial Technology) (Regulation Technology)

Contoh Digital Wallet : Semua Regulasi/Aturan


OVO, GOPAY, LINK AJA, Dibuat secara Digital untuk menunjang
DANA, YAP, dll era 4.0
diseluruh dunia termasuk Indonesia

Permen ATR/Ka BPN No. 9/2019


(HT-el) dicabut diganti dengan Permen
ATR/Ka BPN Nomor 5 Tahun 2020
Permen ATR/Ka BPN No. 1/2021
(Sertipikat Elektronik)
Tugas PPAT adalah :
1. Membantu pihak-pihak yang melakukan perbuatan hukum untuk mengajukan
permohonan ijin pemindahan hak dan permohonan penegasan konversi serta
pendaftaran hak atas tanah.
2. Membuat akta mengenai perbuatan hukum yang berhubungan dengan hak atas
tanah dan hak tanggungan (akta jual beli, tukar menukar dan lain-lain).

Wewenang PPAT adalah :


1. Membuat akta otentik mengenai semua perbuatan hukum, mengenai :
a. Jual beli. b. Tukar menukar. c. Hibah. d. Pemasukan ke dalam perusahaan
(Inbreng) e. Pembagian hak bersama. f. Pemberian HGB / Hak Pakai atas
Tanah Hak Milik. g. Pemberian hak tanggungan. h. Pemberian kuasa
membebanan hak tanggungan.
2. PPAT dapat membuat akta mengenai perbuatan hukum mengenai hak atas tanah
(antara lain termasuk Hak Guna Usaha dan tanah bekas Hak Milik adat) atau hak-
hak atas tanah yang menurut sifatnya dapat dialihkan atau dibebani Hak
Tanggungan atau membuat Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan .
Fungsi dan tanggung jawab PPAT adalah:
1. Membuat akta yang dapat dipakai sebagai dasar yang kuat bagi pelaksanaan
pendaftaran peralihan hak atau pembebanan hak pelaksanaan pendaftaran
peralihan hak atau pembebanan hak.  8 Akta yang sudah ditentukan
2. PPAT bertanggung jawab terhadap terpenuhinya unsur kecakapan dan
kewenangan penghadap dalam akta dan keabsahan perbuatan haknya sesuai data
dan keterangan yang disampaikan kepada para penghadap yang dikenal atau
diperkenalkan.
3. PPAT bertanggung jawab dokumen yang dipakai dasar melakukan tindakan hukum
kekuatan dan pembuktiannya telah memenuhi jaminan kepastian untuk
ditindaklanjuti dalam akta otentik dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4. PPAT bertanggung jawab sahnya perbuatan hukum sesuai data keterangan para
penghadap serta menjamin otensitas akta dan bertanggung jawab bahwa
perbuatannya sesuai prosedur.
PPAT di era Revolusi Industri 4.0 menuju era Society 5.0
Era di mana terjadinya disruptif teknologi. Melalui disrupsi tersebut, muncul berbagai
teknologi canggih yang memiliki peran besar dalam kehidupan manusia pada masa
mendatang, seperti internet seluler berkecepatan tinggi, kecerdasan buatan, teknologi
Cloud. Hal ini memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap kehidupan Manusia.
Manusia sebagai fokus utama dari era society dituntut untuk bisa memanfaatkan
Keberadaan teknologi untuk menunjang kinerja sehari-hari.

Perkembangan pesat dari teknologi tersebut juga merupakan tantangan Kementerian


ATR/BPN RI untuk mengubah pola kerjanya mengikuti perkembangan era digital dan
tidak terkecuali PPAT.

PPAT perlu meningkatan kualiatas SDM-nya, dimana PPAT dituntut aktif


meningkatkan pengetahuannya khususnya di bidang hukum dan bidang pertanahan.
Selain itu, PPAT juga harus meningkatkan kapasitas dan kapabilitasnya dalam
pelaksanaan jabatan PPAT

PPAT harus aktif mengikuti perkembangan informasi dan teknologi khususnya terkait
bidang pertanahan. Disamping itu itu, PPAT juga harus memperbarui sarana dan
prasarana/infrastruktur yang dapat mendukung layanan secara elektronik
memanfaatkan kemajuan teknologi untuk mendukung proses dalam layanan PPAT.
 Contoh : Aplikasi SENTUH TANAHKU (download via playstore, appstore)
Pelayanan Pertanahan Berbasis Elektronik
Sejak dikeluarkannya Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala
Badan Pertahanan Nasional Nomor 9 Tahun 2019 tentang Pelayanan Hak
Tanggungan Terintegrasi Secara Elektronik (“Permen Agraria 9/2019”),
selanjutnya dirubah dengan Peraturan Menteri Agraria dan TataRuang/Kepala
Badan Pertahanan Nasional Nomor 5 Tahun 2020 Pelayanan Hak Tanggungan
Terintegrasi Secara Elektronik (“Permen Agraria 5/2020”), dikenal istilah Sistem Hak
Tanggungan Elektronik (“Sistem HT-el”).
Sistem HT-el, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 8 Permen Agraria 5/2020,
adalah:
“Sistem Elektronik Hak Tanggungan Terintegrasi yang selanjutnya disebut
Sistem HT-el adalah sistem elektronik terintegrasi yang dikembangkan oleh unit teknis
yang mempunyai tugas di bidang data dan informasi untuk memproses Pelayanan HT-
el.”

TUJUAN :
untuk memenuhi asas keterbukaan, ketepatan waktu, kecepatan, kemudahan dan
keterjangkauan dalam rangka pelayanan publik .
Selain untuk menyesuaikan perkembangan hukum dan teknologi.
RUANG LINGKUP PERMEN ATR/Ka. BPN No. 5/2020

mencakup

Penyelenggaraan Sistem Pelayanan HT eletronik;


Mekanisme Pelayanan HT el;
Penolakan/Pembatalan Layanan; dan
Persiapan Pelaksanaan.

Tugas dan Kewenangan PPAT?


Peran PPAT?
• Dalam Layanan HT-el PPAT memiliki peran sebagai berikut:

1. Melakukan pengecekan sertipikat;  per Januari 2021 dilakukan


secara online untuk Kantah di seluruh Indonesia (layanan manual
sudah ditutup).
2. Menyiapkan APHT;
3. Penandatanganan APHT;
4. Mengesahkan dan melaporkan kreditur sebagai pengguna HT-el
terdaftar.
Perbandingan antara HT Manual & HT-el
HT MANUAL/KONVENSIONAL HT-el/DIGITALISASI

 Pendaftaran dilakukan oleh PPAT ke


kantor pertanahan setempat.  Pendaftaran dilakukan oleh pemohon
 Petugas Kantor Pertanahan yang (kreditur) secara online.
ditunjuk membubuhkan tandatangan,  Persyaratan dibuat dan dilaporkan
cap dan tanggal penerimaan pada dalam bentuk dokumen elektronik.
lembar kedua surat pengantar sebagai  Asli dokumen persyaratan wajib
tanda terima berkas dan disimpan oleh pemohon.
mengembalikan kepada PPAT.  Untuk Lembar Kedua APHT
 PPAT wajib menyerahkan berkas- disampaikan oleh PPAT ke Kantor
berkas dan Lembar Kedua APHT ke Pertanahan setempat dalam bentuk
Kantor Pertanahan setempat, paling dokumen elektronik dan aslinya
lambat 7 hari sejak tanggal disimpan oleh PPAT sebagai warkah.
penandatanganan APHT.
Sertipikat Elektronik
• Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR)/Badan Pertanahan Nasional (BPN)
menegaskan aturan sertifikat tanah dalam bentuk elektronik atau e-sertifikat sudah
terbit. Aturan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri ATR/Kepala BPN Nomor 1
Tahun 2021 tentang sertipikat elektronik.
• Sertifikat adalah :
surat tanda bukti hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas satuan
rumah susun dan hak tanggungan yang masing-masing sudah dibukukan dalam buku
tanah yang bersangkutan.
• e-sertifikat adalah :
sertifikat yang diterbitkan melalui sistem elektronik dalam bentuk dokumen elektronik.
• e-sertifikat merupakan upaya pemerintah mewujudkan modernisasi pelayanan
pertanahan guna meningkatkan indikator kemudahan berusaha dan pelayanan publik
kepada masyarakat sehingga perlu mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi
dan komunikasi dengan menerapkan pelayanan pertanahan berbasis elektronik.
Tetapi pemberlakuan e-sertipikat ini ditunda dalam Rapat Kerja antara Komisi II DPR
dengan Menteri ATR/Ka BPN RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta pada Selasa
(23/3/2021).
F. Tantangan bagi PPAT dalam Layanan HT-el :
• PPAT sangat ditantang untuk lebih aktif meningkatkan pengetahuannya
khususnya dibidang hukum dan pertanahan serta meningkatkan kapasitas
dan kapabilitasnya dalam pelaksanaan jabatannya;
• PPAT harus aktif mengikuti perkembangan informasi dan teknologi
khususnya terkait bidang pertanahan dengan mengikuti webinar-webinar
terkait masalah pertanahan dan peraturan-pertaturan terbaru yang
melandasinya;
• PPAT harus memperbarui sarana dan prasarana / infrastruktur yang dapat
mendukung layanan secara elektronik memanfaatkan kemajuan teknologi
untuk mendukung proses dalam layanan PPAT;
• PPAT dituntut untuk senantiasa proaktif, progresif dan adaptif terhadap
perkembangan teknologi di segala bidang;
G. Tantangan bagi PPAT di era digitalisasi
• Digitalisasi mendukung kemudahan dalam segala hal, memangkas semua birokrasi
dan mempersingkat waktu dan menghemat biaya, dalam hal ini PPAT sangat
ditantang untuk lebih aktif meningkatkan pengetahuannya khususnya dibidang
hukum dan pertanahan serta meningkatkan kapasitas dan kapabilitasnya dalam
pelaksanaan jabatannya;
• PPAT harus aktif mengikuti perkembangan informasi dan teknologi khususnya
terkait bidang pertanahan;
• PPAT harus memperbarui sarana dan prasarana / infrastruktur yang dapat
mendukung layanan secara elektronik memanfaatkan kemajuan teknologi untuk
mendukung proses dalam layanan PPAT;
• PPAT dituntut untuk senantiasa proaktif, progresif dan adaptif terhadap
perkembangan teknologi di segala bidang;
• PPAT harus mengambil sikap dan langkah yang tepat dan stategis dalam
memposisikan fenomena – fenomena Revolusi Industri 4.0 seperti Artificial
Intelligence (AI), Internet of Things (IoT) dan Sistem Data Elektronik Terpadu
sebagai sarana dan peluang untuk membuat Pekerjaan PPAT menjadi lebih
mudah, cepat, tepat dan efisien sesuai dengan apa yang digagas pada era society
(5.0)
H. Peluang Bagi PPAT dalam perannya di era digitalisasi (4.0) :

• Era digital memang membuka peluang sangat luas untuk berbisnis tanpa
disekat oleh batas geografi dan negara, dengan adanya EODB (ease of
doing business) atau kemudahan berusaha juga membuka peluang bagi
PPAT karena diperlukan untuk membuat akta-akta terkait dengan
pertanahan, seperti diketahui tanah masih merupakan primadona dalam
berinvestasi karena nilai jualnya yang tidak pernah turun;
• Birokrasi digital yang dilakukan Kementerian yang dilakukan secara besar-
besaran dan menyeluruh pada segala sektor, dan telah membuat business
process menjadi lebih sederhana, cepat, mudah dan murah menjadikan
PPAT untuk terpacu lebih menunjukkan kinerjanya dalam menunjang era
digitalisasi;
KESIMPULAN :
1.PPAT merupakan pejabat umum yang mempunyai fungsi membantu tugas pemerintah (dalam hal ini
Kementerian ATR/BPN). Yang bertugas mengesahkan perbuatan hukum tertentu yang obyeknya
berupa tanah. Dengan demikian tugas pokok PPAT adalah membuat akta dan menyampaikan akta yang
dibuatnya kepada Kantor Pertanahan untuk dilakukan pendaftaran pemeliharaan data.
2.Layanan elektronik seperti HT-el, checking on line, sertipikat online (e-sertifikat) merupakan bentuk
pemberian pelayanan dari Kementerian ATR/BPN dalam mempermudah pelayanan kepada masyarakat
dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi. Selanjutnya HT-el akan dipakai untuk
mendaftarkan hak tanggungan, checking online untuk pengecekan sertipikat sebelum berlangsungnya
perbuatan hukum terhadap Hak Atas Tanah, serta sertipikat online (e-sertipikat) diharapkan akan
dicapainya tujuan antara lain efektif, efiesien, hemat biaya, transparan, kecepatan realisasi dan
meminimalisasi kesalahan dalam penginputan data.
3.Era digitalisasi adalah sesuatu yang tak terelakan bagi PPAT, dimana akan menggantikan seluruh
sistem lama dengan cara-cara baru, dan hadirnya digitalisasi akan menggantikan teknologi lama yang
serba fisik dengan teknologl digital yang menghasilkan sesuatu yang benar-benar baru dan lebih
efisien, juga lebih bermanfaat.
4.Dalam menghadapi era digitalisasi seorang PPAT dituntut untuk selalu dapat berkembang, melek
teknologi dan tidak pernah berhenti meningkatkan kapasitas dan kapabilitasnya sehingga profesi PPAT
bisa berjalan beriringan dengan kemajuan teknologi dan jangan sampai tergerus oleh laju revolusi 4.0.
Sekian & terimakasih

Anda mungkin juga menyukai