menghadapi tantangan
di Era Digitalisasi
Oleh :
Dr. Isy Karimah Syakir, S.H., M.Kn. M.H.
Latar Belakang :
• Agar dapat diangkat menjadi PPAT, seseorang harus memiliki gelar sarjana hukum dan strata
dua kenotariatan atau paling tidak telah lulus dalam program pendidikan khusus PPAT yang
diselenggarakan Kementerian Agraria.
• PPAT berada dibawa naungan Kementerian ATR/BPN (PPAT diangkat oleh Menteri ATR/BPN
dan sumpah jabatannya dilakukan di Kantor Pertanahan dimana PPAT tersebut bertempat
kedudukan)
• Tempat Kedudukan/Wilayah Kerja PPAT meliputi Kota/Kabupaten berbeda dengan Tempat
Kedudukan/Wilayah Kerja Notaris;
• PPAT dalam menjalankan tugas dan wewenang jabatannya disamping berdasarkan Peraturan
Jabatan PPAT juga harus mematuhi kode etik PPAT.
berdasarkan Keputusan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
No. 112/KEP-4.1/IV/2017 tentang Pengesahan Kode Etik Ikatan Pejabat Pembuat Akta Tanah.
Kode etik PPAT ini juga mengatur tentang kewajiban PPAT dalam menjalankan pekerjaannya
ataupun dalam kehidupan sehari-hari.
• Pada perjalanannya PPAT harus selalu mengikuti perkembangan masa yang ada termasuk
datangnya era DIGITALISASI (4.0)
B. TUNTUTAN BAGI PPAT DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0
MENUJU ERA SOCIETY (5.0)
PPAT harus aktif mengikuti perkembangan informasi dan teknologi khususnya terkait
bidang pertanahan. Disamping itu itu, PPAT juga harus memperbarui sarana dan
prasarana/infrastruktur yang dapat mendukung layanan secara elektronik
memanfaatkan kemajuan teknologi untuk mendukung proses dalam layanan PPAT.
Contoh : Aplikasi SENTUH TANAHKU (download via playstore, appstore)
Pelayanan Pertanahan Berbasis Elektronik
Sejak dikeluarkannya Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala
Badan Pertahanan Nasional Nomor 9 Tahun 2019 tentang Pelayanan Hak
Tanggungan Terintegrasi Secara Elektronik (“Permen Agraria 9/2019”),
selanjutnya dirubah dengan Peraturan Menteri Agraria dan TataRuang/Kepala
Badan Pertahanan Nasional Nomor 5 Tahun 2020 Pelayanan Hak Tanggungan
Terintegrasi Secara Elektronik (“Permen Agraria 5/2020”), dikenal istilah Sistem Hak
Tanggungan Elektronik (“Sistem HT-el”).
Sistem HT-el, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 8 Permen Agraria 5/2020,
adalah:
“Sistem Elektronik Hak Tanggungan Terintegrasi yang selanjutnya disebut
Sistem HT-el adalah sistem elektronik terintegrasi yang dikembangkan oleh unit teknis
yang mempunyai tugas di bidang data dan informasi untuk memproses Pelayanan HT-
el.”
TUJUAN :
untuk memenuhi asas keterbukaan, ketepatan waktu, kecepatan, kemudahan dan
keterjangkauan dalam rangka pelayanan publik .
Selain untuk menyesuaikan perkembangan hukum dan teknologi.
RUANG LINGKUP PERMEN ATR/Ka. BPN No. 5/2020
mencakup
• Era digital memang membuka peluang sangat luas untuk berbisnis tanpa
disekat oleh batas geografi dan negara, dengan adanya EODB (ease of
doing business) atau kemudahan berusaha juga membuka peluang bagi
PPAT karena diperlukan untuk membuat akta-akta terkait dengan
pertanahan, seperti diketahui tanah masih merupakan primadona dalam
berinvestasi karena nilai jualnya yang tidak pernah turun;
• Birokrasi digital yang dilakukan Kementerian yang dilakukan secara besar-
besaran dan menyeluruh pada segala sektor, dan telah membuat business
process menjadi lebih sederhana, cepat, mudah dan murah menjadikan
PPAT untuk terpacu lebih menunjukkan kinerjanya dalam menunjang era
digitalisasi;
KESIMPULAN :
1.PPAT merupakan pejabat umum yang mempunyai fungsi membantu tugas pemerintah (dalam hal ini
Kementerian ATR/BPN). Yang bertugas mengesahkan perbuatan hukum tertentu yang obyeknya
berupa tanah. Dengan demikian tugas pokok PPAT adalah membuat akta dan menyampaikan akta yang
dibuatnya kepada Kantor Pertanahan untuk dilakukan pendaftaran pemeliharaan data.
2.Layanan elektronik seperti HT-el, checking on line, sertipikat online (e-sertifikat) merupakan bentuk
pemberian pelayanan dari Kementerian ATR/BPN dalam mempermudah pelayanan kepada masyarakat
dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi. Selanjutnya HT-el akan dipakai untuk
mendaftarkan hak tanggungan, checking online untuk pengecekan sertipikat sebelum berlangsungnya
perbuatan hukum terhadap Hak Atas Tanah, serta sertipikat online (e-sertipikat) diharapkan akan
dicapainya tujuan antara lain efektif, efiesien, hemat biaya, transparan, kecepatan realisasi dan
meminimalisasi kesalahan dalam penginputan data.
3.Era digitalisasi adalah sesuatu yang tak terelakan bagi PPAT, dimana akan menggantikan seluruh
sistem lama dengan cara-cara baru, dan hadirnya digitalisasi akan menggantikan teknologi lama yang
serba fisik dengan teknologl digital yang menghasilkan sesuatu yang benar-benar baru dan lebih
efisien, juga lebih bermanfaat.
4.Dalam menghadapi era digitalisasi seorang PPAT dituntut untuk selalu dapat berkembang, melek
teknologi dan tidak pernah berhenti meningkatkan kapasitas dan kapabilitasnya sehingga profesi PPAT
bisa berjalan beriringan dengan kemajuan teknologi dan jangan sampai tergerus oleh laju revolusi 4.0.
Sekian & terimakasih