Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 3

ADMINISTRASI PERTANAHAN

OLEH:

ANGGIE AISYATUL WULANDARI

(048206486)

UNIVERSITAS TERBUKA
TAHUN AJARAN 2023/2024
SOAL

1. Jelaskan tentang Catur Tertib Pertanahan!


2. Jelaskan macam pengadilan landreform dan
kewenangannya!
3. Jelaskan tata cara pengadaan tanah bagi pelaksanaan
pembangunan untuk kepentingan umum!

2
Lembar Jawaban

1. Catur Tertib Pertanahan merupakan landasan kebijaksanaan pertanahan


untuk menyusun program-program penataan kembali penguasaan,
pemilikan dan penggunaan tanah.

2. Landreform secara luas meliputi lima program, yaitu: pelaksanaan


pembaruan hukum agraria, penghapusan hak-hak asing dan konsesi
kolonial atas tanah, diakhirinya kekuasaan tuan tanah dan para feodal,
perombakan pemilikan dan penguasaan tanah, serta perencanaan dan
penggunaan sumber daya alam sesuai kemampuannya. Program
landreform secara lebih spesifik adalah larangan penguasaan tanah
melebihi batas maksimum, larangan tanah absentee, redistribusi tanah
objek landreform, pengaturan pengembalian dan penebusan tanah yang
digadaikan, pengaturan tentang bagi hasil, serta penetapan luas minimum
dan pelarangan fragmentasi lahan pada batas tertentu.LANDREFORM -
PENGADILAN1964UU NO. 21, LN 1964 / NO. 109, TLN. NO. 2701 ,
LL SETNEG : 18 HLMUNDANG-UNDANG TENTANG
PENGADILAN LANDREFORM.
Perkara-perkara yang timbul di dalam pelaksanaan peraturan-
peraturan landreform perlu mendapat penyelesaian yang cepat, agar tidak
menghambat pelaksanaan landreform; berhubung dengan sifat-sifat yang
khusus dari perkara-perkara yang timbul karena pelaksanaan landreform
diperlukan suatu badan pengadilan tersendiri dengan susunan, kekuasaan
dan acara yang khusus pula, dengan membentuk Undang-Undang
Pengadilan HAM.- Dasar hukum Undang-Undang ini adalah : Pasal 5 ayat
(1), Pasal 20 ayat (1) dan Pasal 24 Undang Undang Dasar; Undang-
Undang Nomor 19 tahun 1964 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Kekuasaan Kehakiman; Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sementara Nomor I/ MPRS/1960 dan Nomor II/MPRS/1960; Undang
Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Pokok
Agraria; dan Undang Undang Nomor 10 Prp tahun 1960 jo Keputusan
Presiden Nomor 239 tahun 1964. Dalam Undang-undang ini mengatur
tentang : Pengadilan Landreform. Pengadilan Landreform ini tidak
bermaksud untuk memutus segala perkara mengenai tanah atau agraria
sebagai suatu kebulatan. Hal ini disebabkan, karena sifatnya yang khusus
untuk memperlancar berjalannya Landreform dan lagi pula tidak
mengurangi wewenang Pengadilan Negeri untuk memutus tentang soal-
soal tanah, soal waris-mewaris dan sebagainya yang bila juga akan
dibebankan kepada Pengadilan landreform, pasti akan menghambat
pelaksanaan Landreform.
Pengadilan Landreform diadakan dalam dua tingkat, Pengadilan
Landreform sehari-hari adalah Pengadilan Landreform Daerah, sedang di
Jakarta diadakan sebuah Pengadilan Landreform Pusat yang berdaerah
hukum seluruh wilayah Republik Indonesia dan ditugaskan sebagai

3
Pengadilan Banding. Tentang Hukum Acara ditentukan bahwa pada
umumnya dipergunakan Hukum Acara yang berlaku untuk Pengadilan
Negeri bagi Pengadilan Landreform Daerah atau Pengadilan Tinggi bagi
Pengadilan Landreform Pusat.
Pengecualian terdapat dalam pasal-pasal yang bersangkutan.
Hukum Acara tersebut berlaku juga dalam pemeriksaan pidana
landreform, terhadap tertuduh anggota Angkatan Perang, hanya Ketua
sidang adalah Ketua atau Ketua Pengganti atau hakim Pengadilan Tentara
dari angkatan yang bersangkutan, demikian juga jaksa dan penyidiknya.

3. Dalam Permen ATR/BPN 19/2021 disebutkan terdapat empat tahap


pengadaan tanah untuk kepentingan umum. Keempat tahap tersebut adalah
perencanaan, persiapan, pelaksanaan, serta penyerahan hasil. Pada tahap
perencanaan ini, pengadaan tanah didasarkan pada rencana tata ruang dan
prioritas pembangunan. Dalam perencanaannya, instansi yang memerlukan
tanah dapat melibatkan kementerian/lembaga lain di bidang pertanahan
maupun instansi yang terkait. Produk perencanaan pengadaan tanah yang
dihasilkan adalah DPPT. DPPT hanya berlaku selama dua tahun. DPPT ini
memuat dua muatan, yakni muatan wajib serta muatan tambahan.Berlanjut
pada tahap persiapan, dalam Permen ATR/BPN 19/2021 Nomor 19 Tahun
2021, kepala daerah akan membentuk tim verifikasi DPPT sejak
diterimanya DPPT. Tim verifikasi tersebut melibatkan unsur Pemda serta
dinas teknis terkait. Setelah dilakukan verifikasi, dibentuk tim persiapan
pengadaan tanah, lima hari setelah DPPT terverifikasi.
Dalam tahapan persiapan nantinya akan dilaksanakan konsultasi
publik untuk mendapatkan kesepakatan dengan pihak yang berhak dan
apabila diperlukan Kepala Daerah dapat membentuk tim kajian keberatan.
Lebih lanjut, Direktur Bina Pengadaan dan Pencadangan Tanah (BPPT)
Kementerian ATR/BPN, Nurhadi Putra mengatakan, instansi yang
menyelenggarakan pengadaan tanah dapat mengajukan permohonan
pelaksanaan pengadaan tanah dengan melengkapi beberapa dokumen yang
diperlukan. Dokumen tersebut antara lain, SK Penetapan Lokasi; DPPT;
data awal pihak yang berhak dan objek pengadaan tanah; data awal
masyarakat terkena dampak; berita acara kesepakatan; surat pernyataan
pemasangan tanda batas bidang tanah; surat pernyataan izin alih status
penggunaan/pelepasan; dan surat pernyataan kesiapan dokumen anggaran
yang telah mengalokasikan Biaya Operasional dan Biaya Pendukung dan
ganti rugi. “Sedangkan untuk penyerahan hasil pengadaan tanah, menurut
Permen ATR/Kepala BPN Nomor 19 Tahun 2021, paling lama 14 hari
sejak pelepasan hak objek pengadaan tanah.
Bentuk penyerahan hasil pengadaan tanahberupa Berita Acara
Penyerahan Hasil Pengadaan Tanah dan instansi yang memerlukan tanah
wajib menyertipikatkan tanah yang sudah diserahkan tersebut. Selain itu,
Dokumen Pelaksanan PengadaanTanah harus diintegrasikan secara
elektronik,” kata Nurhadi.Dalam proses pelaksanaan pengadaan tanah
terdapat proses ganti kerugian, yang melibatkan penilai
pertanahan/appraisal. Terdapat beberapa kondisi yang perlu diperhatikan.
“Di antaranya masih kurangnya pemahaman terhadap aturan terkait

4
pengadaan tanah dan standar penilaian. Selain itu, penilai masih memiliki
keraguan untuk terlibat dalam pengadaan tanah karena terdapat dampak
hukum dari kegiatan penilaiannya,” kata Tenaga Ahli Menteri
ATR/Kepala BPN Bidang Pengadaan Tanah, Arie Yuriwin.
Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan
menyediakan tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara, dan. masyarakat dengan
tetap menjamin kepentingan hukum Pihak yang Berhak.Atas dasar itu,
peningkatan kompetensi harus dilakukan terhadap penilai pertanahan. Arie
mengatakan, para penilai pertanahan perlu diperlengkap dengan kualifikasi
teknis, yaitu telah mengikuti pendidikan Standar Untuk Penilaian
Pengadaan Tanah. Penilai pertanahan juga perlu memperbaharui
pengetahuan mereka tentang peraturan perundang-undangan.

Anda mungkin juga menyukai