Anda di halaman 1dari 3

NAMA : SADAM

NIM : 041914475
KODE / MATA KULIAH : ADPU4335/ ADMINISTRASI PERTANAHAN

Tugas 2 Administrasi Pertanahna

Di dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan
Untuk Kepentingan Umum ditegaskan bahwa tanah wajib tersedia bagi pembangunan untuk
kepentingan umum. UU ini juga mengatur bahwa pemerintah menjamin tersedianya tanah untuk
kepentingan umum. Tak hanya itu, pendanaannya pun dijamin oleh pemerintah, baik di tingkat
pusat maupun daerah.

Pertanyaan :

Menurut analisis saudara, permasalahan apa yang sering timbul akibat pengadaan tanah untuk
kepentingan umum !

Jawaban :

Menurut Analisa saya permasalahan yang sering timbul akibat pengadaan tanah untuk
kepentingan umum adalah pada proses ganti rugi dapat saya jelaskan sebagai berikut :

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah


Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum mengatur tentang Pokok-Pokok Pengadaan
Tanah, Penyelenggaraan Pengadaan Tanah, Pelaksanaan Pengadaan Tanah, Pemberian Ganti
Rugi, Pemantauan dan Evaluasi,, Persiapan Pengadaan Tanah, Pelaksanaan Pengadaan Tanah,
Inventarisasi dan Identifikasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan, serta Pemanfaatan Tanah,
Penilaian Ganti Kerugian, Pemberian Ganti Kerugian, Pelepasan Tanah Instansi, Penyerahan
Hasil Pengadaan Tanah, Pemantauan dan Evaluasi, Sumber Dana Pengadaan Tanah, Penyediaan
dan Penggunaan Pendanaan, Hak, Kewajiban dan Peran Serta Masyarakat, Ketentuan Peralihan

Pengadaan tanah untuk kepentingan umum sejak tahun 1961 sampai dengan sekarang
telah berlaku Undang-undang No. 20 Tahun 1961, kemudian dilanjutkan dengan kebijakan
pemerintah melalui PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) No. 15 Tahun 1975, kemudian
dicabut dan diganti dengan Keppres No. 55 Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Kepentingan Umum. Namun dengan berlakunya ketentuan tersebut dalam proses
pelaksanaannya tetap menimbulkan konflik dalam masyarakat. Untuk itu perlu dikaji ulang
keberadaan dari Keppres No. 55 Tahun 1993 dan dikaitkan pula dengan Undangundang No. 22
Tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang No. 25 Tahun 1999, tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Pengadaan tanah kemudian diatur
dengan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 yang kemudian dirubah dengan Peraturan
Presiden Nomor 65 Tahun 2006. Sampai dengan saat ini Indonesia belum memiliki Undang-
Undang yang mengatur secara khusus tentang Pengadaan Tanah.
Ditingkat Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN), pengadaan tanah diatur dalam
Peraturan Kepala BPN Nomor 3 Tahun 2007 tentang Ketentuan Pelaksana Peraturan Presiden
Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun
2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentangPengadaan
Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.

Permasalahan pokok dalam pelaksanaan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk


kepentingan umum adalah mengenai penetapan besarnya ganti rugi. Ketentuan mengenai
pemberian ganti rugi ini telah diatur dalam ketentuan hukum tanah di Negara kita. UUPA
mengatur bahwa untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan bangsa dan Negara serta
kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak atas tanah dapat dicabut, dengan member ganti
kerugian yang layak dan menurut cara yang diatur dengan undang-undang. Ganti rugi yang layak
didasarkan atas nilai nyata/sebenarnya dari tanah atau benda yang bersangkutan. Pola penetapan
ganti rugi atas tanah dinegara kita ditetapkan melalui musyawarah dengan memperhatikan harga
umum setempat disamping faktor-faktor lain yang mempengaruhi tanah.

Ganti kerugian yang diberikan dapat berupa :


a. Uang;
b. Tanah pengganti;
c. Pemukiman kembali;
d. Gabungan dari dua atau lebih ganti kerugian a, b, dan c;
e. Bentuk lain yang disetujui para pihak.

Sedangkan Perpres No 36 Tahun 2005 Jo. Perpres No 65 Tahun 2006 dan Peraturan
Kepala BPN-RI Nomor 3 Tahun 2007 menyebutkan makna ganti rugi adalah penggantian
terhadap kerugian baik bersifat fisik sebagai akibat pengadaan tanah kepada yang mempunyai
tanah, bangunan, tanaman, dan/atau benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah yang dapat
memberikan kelangsungan hidup yang lebih baik dari tingkat kehidupan sosial ekonomi sebelum
terkena pengadaan tanah.16 Penentuan besarnya ganti rugi didasarkan pada hasil kesepakatan
pemilik tanah dengan Instansi Pemerintah yang memerlukan tanah. Hasil kesepakatan tersebut
kemudian oleh Panitia Pengadaan Tanah sesuai dengan tugasnya dituangkan dalam Berita Acara
Hasil Musyawarah, dan selanjutnya menerbitkan Surat Keputusan Penetapan Besarnya Ganti
Rugi. Musyawarah antara pemilik tanah dengan Instansi Pemerintah yang memerlukan tanah
tersebut berpedoman pada penilaian harga tanah yang dilakukan oleh Lembaga/Tim Penilai
Harga Tanah. Ganti kerugian menurut Hukum Tanah Nasional ditetapkan menurut nilai
pengganti (replacement value) yang berarti bahwa ganti rugi yang diterima dapat dimanfaatkan
untuk memperoleh penggantian terhadap tanah dan/atau bangunan dan/atau tanaman semula
dalam kualitas yang minimal setara dengan yang sebelum terkena pengadaan tanah.

Dari penjeabaran di atas dapat saya simpulkan permasalahan apa yang sering timbul
akibat pengadaan tanah untuk kepentingan umum yaitu pada proses ganti rugi memang benar
sebelumnya sudah di sepakatin besaran jumlah atau Nominal ganti rugi yang di terima namun
banyak fakta dilapangan ganti rugi yang sudah di sepakati tidak sesuai dengan ganti rugi yang
di teriman ini biasa terjadi karena adanya beberapa oknum tertentu yang memotong atau
mengurangi secara sepihak ganti rugi yang seharunya di terima oleh pemilik tanah.
Demikian jawaban dari saya, atas bimbingannya saya ucapkan banyak terimakasih ,,

Sumber :
BMP ADPU4335/3sks Modul Administrasi Pertanahan
https://www.google.com/search?client=firefoxb&q=Permasalahan yang sering timbul
akibat pengadaan tanah untuk kepentingan umum

Anda mungkin juga menyukai