Tugas :
Menyimak film dokumenter Jatigede dan mempelajari materi pengadaan tanah bagi
pembangunan untuk kepentingan umum. Uraikan bagaimana proses pengadaan tanah
untuk pembangunan tersebut menurut ketentuan yang berlaku.
Fakta Hukum :
Selain permasalahan diatas, ada permasalahan lain sejak tahun 2006, kemunculan
rumah-rumah baru tak berpenghuni yang sengaja dibangun agar masuk hitungan
penggantian. Masalah itu menjadi perdebatan dan ditinggalkan sejak 2010, namun
menyisakan pilu bagi warga yang berhak mendapatkan ganti rugi, karena alokasi
pembayaran tiba-tiba hilang diambil pemilik rumah baru ilegal yang dicatat
pemerintah daerah berhak mendapat penggantian. Melihat gundukan masalah yang
masih terlampau menggunung, Bendungan Jatigede seolah menjadi pertaruhan bagi
pemerintah. Proses ganti rugi yang dilakukan untuk pembangunan waduk jatigede
memakan waktu yang cukup lama dari tahun 1982 sampai tahun 2015 yaitu 33
tahun.Perpanjangan waktu tersebut menyebabkan pembengkakan dana APBN.
Pemindahan hak atas tanah adalah perbuatan hukum pemindahan hakhak atas tanah
yang bersangkutan sengaja di alihkan kepada pihak lain.Pemindahan hak atas tanah
dapat di lakukan dengan cara jual beli, tukar menukar, pemasukan dalam perusahaan,
dan lain sebagainya. Cara memperoleh tanah dengan pemindahan hak atas tanah di
tempuh apabila yang membutuhkan tanah memenuhi persyaratan sebagai pemegang
hak atas tanah.1
.
Pencabutan hak atas tanah menurut UUPA adalah pengambil alihan tanah kepunyaan
sesuatu pihak oleh Negara secara paksa, yang mengakibatkan hak atas tanah menjadi
hapus, tanpa yang bersangkutan melakukan suatu pelanggaran atau lalai dalam
memenuhi sesuatu kewajiban hukum.2
Menurut Roscoe Pound kepentingan umum adalah merupakan salah satu kepentingan
yang harus dilindungi oleh hukum. Kepentingan yang harus dilindungi oleh hukum
terbagi atas 3 macam yaitu, kepentingan umum (public interest), kepentingan sosial
(social interest), kepentingan perseorangan (private interest).4
1
Lidwina Halim, Tata Cara Pengadaan Tanah, Hukum Property, http://hukumproperti.com/165, diakses pada 10
Januari 2021, pukul 21.15 WIB.
2
Effendi Perangin, Hukum Agraria Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, 1999, hlm. 38
3
Abdurrahman, Masalah Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah dan Pembebasan Tanah Di Indonesia, PT. Citra Abadi
Bakti, Bandung, 1999, hlm.10
4
Friedmann, Legal Theory, Third Ed. Stevans & Sons Limited London, 1953, hlm. 283
“Untuk kepentinngan umum, termasuk kepentigan bangsa dan Negara serta
kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak atas tanah dapat dicabut, dengan memberi
ganti kerugian yang layak dan menurut cara yang diatur denga undang-undang”.
Kebijakan pengadaan tanah untuk kepentingan umum saat ini dituangkan dalam
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah untuk Kepentingan
Umum. Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah
untuk Kepentingan Umum harus dilakukan dalam rangka pembangunan untuk
kepentingan umum, pemberian ganti rugi kepada yang terkena kegiatan pengadaan
dan pelepasan dan hubungan hukum dari pemilik tanah kepada pihak lain.5
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah untuk Kepentingan
Umum ini merupakan salah satu undang-undang yang dirubah melalui
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.
Berdasarkan Pasal 123 angka 2 Undang-Undang Nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta
Kerja (“UU Cipta Kerja”) yang mengubah Pasal 10 huruf e3 tentang Pengadaan
Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum (“UU 2/2012”), yang dimaksud
dengan pengadaan tanah untuk kepentingan umum adalah kegiatan menyediakan
tanah dengan cara memberi ganti kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang
berhak untuk kepentingan bangsa, negara, dan masyarakat yang harus diwujudkan
oleh pemerintah dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.6
Pengadaan tanah untuk kepentingan umum wajib diselenggarakan oleh pemerintah
dan tanahnya selanjutnya dimiliki pemerintah atau pemerintah daerah.7
Masyarakat melepaskan hak-hak atas tanah kepada Negara sesuai dengan Pasal 1
butir 9 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunn Untuk Kepentingan Umum, yaitu Pelepasan hak adalah kegiatan
pemutusan hubungan hukum dari pihak yang berhak kepada Negara melalui Lembaga
Pertanahan. Sedangkan dalam Pasal 1 butir 9 Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun
2012 Tentang Kepentingan Umum memberikan pengertian pelepasan hak adalah
kegiatan pemutusan hubungan hukum dari pihak yang berhak kepada Negara melalui
Badan Pertanahan Nasional (BPN).
Dalam tahap persiapan pengadaan tanah, instansi yang memerlukan tanah bersama
dengan pemerintah provinsi berdasarkan dokumen pengadaan tanah melakukan
pemberitahuan rencana pembangunan dengan disampaikan baik secara langsung
maupun tidak langsung kepada masyarakat pada rencana lokasi pembangunan untuk
kepentingan umum.8
5
Abdullah Sulaeman, Pembebasan Tanah Untuk Kepentingan Umum, Jala Permata Aksara, 2010, hlm.2
6
Pasal 1 angka 2 jo. angka 6 UU 2/2012
7
Pasal 11 ayat (1) UU2/2012
8
Pasal 16 huruf a jo. Pasal 17 UU 2/2012
9
Pasal 16 huruf b jo. Pasal 18 ayat (1) UU 2/2012
Hasil pendataan awal tersebut yang nantinya digunakan sebagai data untuk
pelaksanaan konsultasi publik rencana pembangunan.10 Adapun yang dimaksud
dengan konsultasi publik adalah proses komunikasi dialogis atau musyawarah antar
pihak yang berkepentingan guna mencapai kesepahaman dan kesepakatan dalam
perencanaan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum.11
Konsultasi publik dilaksanakan untuk mendapatkan kesepakatan lokasi rencana
pembangunan dari Pihak yang Berhak, pengelola barang milik negara/barang milik
daerah dan pengguna barang milik negara/barang milik daerah.12 Atas dasar
kesepakatan tersebut, instansi yang bersangkutan mengajukan permohonan lokasi
kepada Gubernur.13 Setelah mendapatkan penetapan lokasi pembangunan untuk
kepentingan umum dari Gubernur, instansi yang memerlukan tanah mengajukan
pelaksanaan pengadaan tanah kepada lembaga pertanahan.14 Setelah dilakukan
penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan umum, Pihak yang Berhak hanya
dapat mengalihkan hak atas tanahnya kepada instansi yang memerlukan tanah melalui
lembaga pertanahan.15 Peralihan hak atas tanah tersebut dilakukan dengan pemberian
ganti kerugian yang nilainya ditetapkan saat nilai pengumuman penetapan lokasi.16
Perlu diketahui bahwa tahapan pelaksanaan pengadaan tanah bagi kepentingan umum
ini meliputi:17
1. Inventarisasi dan Identifikasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan, dan
Pemanfaatan Tanah.
Tahapan pertama ini, meliputi kegiatan:18 pengukuran dan pemetaan bidang per
bidang tanah; dan pengumpulan data pihak yang berhak dan objek pengadaan
tanah. Tahapan ini dilaksanakan dalam waktu paling lama 30 hari.19 Hasil
inventarisasi dan identifikasi penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan
pemanfaatan tanah wajib diumumkan secara bertahap, parsial, atau keseluruhan di
kantor desa/kelurahan, kantor kecamatan, dan tempat pengadaan tanah dilakukan
dalam waktu paling lama 14 hari kerja yang di dalamnya meliputi subjek hak,
luas, letak, dan peta bidang tanah objek pengadaan tanah.20 Jika terdapat
keberatan atas hasil inventarisasi, dilakukan verifikasi dan perbaikan dalam waktu
paling lama 14 hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan keberatan atas
hasil inventarisasi.21 Hasil pengumuman atau verifikasi dan perbaikan ditetapkan
oleh lembaga pertanahan dan selanjutnya menjadi dasar penentuan Pihak yang
Berhak dalam pemberian ganti kerugian.22
2. Penilaian Ganti Kerugian.
Penilaian besarnya nilai ganti kerugian oleh penilai yang ditetapkan oleh lembaga
pertanahan,23 yang mana nilai dari besarnya ganti kerugian dihitung bidang per
10
Pasal 18 ayat (3) UU 2/2012
11
Pasal 1 angka 8 UU 2/2012
12
Pasal 123 angka 4 UU Cipta Kerja yang mengubah Pasal 19 ayat (1) UU 2/2012
13
Pasal 123 angka 4 UU Cipta Kerja yang mengubah Pasal 19 ayat (5) UU 2/2012
14
Pasal 27 ayat (1) UU 2/2012
15
Pasal 27 ayat (3) UU 2/2012
16
Pasal 27 ayat (4) UU 2/2012
17
Pasal 27 ayat (2) UU 2/2012
18
Pasal 123 angka 7 UU Cipta Kerja yang mengubah Pasal 28 ayat (1) UU 2/2012
19
Pasal 123 angka 7 UU Cipta Kerja yang mengubah Pasal 28 ayat (2) UU 2/2012
20
Pasal 29 ayat (1), (2), dan (3) UU 2/2012
21
Pasal 29 ayat (4) UU Cipta Kerja
22
Pasal 30 UU 2/2012
23
Pasal 31 ayat (2) UU 12/2012
bidang tanah meliputi:24 tanah; ruang atas tanah dan bawah tanah; bangunan;
tanaman; benda yang berkaitan dengan tanah; dan/atau kerugian lain yang dapat
dinilai. Nilai ganti kerugian yang dinilai oleh penilai merupakan nilai pada saat
pengumuman penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan umum dan
bersifat final dan mengikat.25 Besarnya nilai ganti kerugian berdasarkan hasil
penilaian penilai disampaikan kepada lembaga pertanahan dengan berita acara.26
3. Musyawarah Penetapan Bentuk Ganti Kerugian.
Lembaga pertanahan melakukan musyawarah dengan Pihak yang Berhak dalam
waktu paling lama 30 hari kerja sejak hasil penilaian dari penilai disampaikan
kepada lembaga pertanahan untuk menetapkan bentuk dan/atau besarnya ganti
kerugian berdasarkan hasil penilaian ganti kerugian.27 Hasil kesepakatan dalam
musyawarah menjadi dasar pemberian ganti kerugian kepada Pihak yang Berhak
yang dimuat dalam berita acara kesepakatan.28
4. Pemberian Ganti Kerugian.
Pihak yang Berhak wajib melepaskan tanahnya pada saat pelaksanaan pengadaan
tanah untuk kepentingan umum setelah pemberian ganti kerugian atau
berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.29
Perlu diketahui, bahwa pemberian ganti kerugian dapat diberikan dalam
bentuk-bentuk sebagai berikut :30 Uang; tanah pengganti; pemukiman kembali;
kepemilikan saham; atau bentuk lain yang disetujui oleh kedua belah pihak. Ganti
Kerugian diberikan kepada Pihak yang Berhak berdasarkan hasil penilaian yang
ditetapkan dalam musyawarah dan/atau putusan Pengadilan Negeri/Mahkamah
Agung.31 Pada saat pemberian ganti kerugian Pihak yang Berhak menerima ganti
kerugian wajib:32 melakukan pelepasan hak; dan menyerahkan bukti penguasaan
atau kepemilikan objek pengadaan tanah kepada instansi yang memerlukan tanah
melalui lembaga pertanahan. Apabila pihak yang berhak menolak bentuk dan/atau
besar ganti kerugian yang dihasilkan dalam musyawarah atau putusan Pengadilan
Negeri/Mahkamah Agung, ganti kerugian dititipkan di Pengadilan Negeri
setempat.33 Penitipan ganti kerugian di Pengadilan Negeri setempat juga
dilakukan terhadap:34 Pihak yang berhak menerima ganti kerugian yang tidak
diketahui keberadaannya; atau Objek pengadaan tanah yang diberikan ganti
kerugian: Sedang menjadi objek perkara di pengadilan; Masih dipersengketakan
kepemilikannya; Diletakkan sita oleh pejabat yang berwenang; atau Menjadi
jaminan di Bank.
5. Pelepasan Tanah Instansi. Pelepasan hak adalah kegiatan pemutusan hubungan
hukum dari pihak yang berhak atas tanah kepada negara melalui lembaga
pertanahan.35 Pelepasan objek pengadaan tanah untuk kepentingan umum
dilaksanakan paling lama 60 hari kerja sejak penetapan lokasi pembangunan
untuk kepentingan umum.36 Apabila pelepasan objek pengadaan tanah belum
24
Pasal 33 dan Pasal 31 ayat (1) UU 2/2012
25
Pasal 123 angka 8 UU Cipta Kerja yang mengubah Pasal 34 ayat (1) dan ayat (3) UU 2/2012
26
Pasal 123 angka 8 UU Cipta Kerja yang mengubah Pasal 34 ayat (2) UU UU 2/2012
27
Pasal 37 ayat (1) UU 2/2012
28
Pasal 37 ayat (2) UU 2/2012
29
Pasal 5 UU 2/2012
30
Pasal 123 angka 9 UU Cipta Kerja yang mengubah Pasal 36 ayat (1) UU 2/2012
31
Pasal 41 ayat (1) UU 2/2012
32
Pasal 41 ayat (2) UU 2/2012
33
Pasal 123 angka 11 UU Cipta Kerja yang mengubah Pasal 42 ayat (1) UU 2/2012
34
Pasal 123 angka 11 UU Cipta Kerja yang mengubah Pasal 42 ayat (2) UU 2/2012
35
Pasal 1 angka 9 UU 22/2012
36
Pasal 47 ayat (1) UU 22/2012
selesai dalam waktu 60 hari, tanahnya dinyatakan telah dilepaskan dan menjadi
tanah negara dan dapat langsung digunakan untuk pembangunan bagi
kepentingan umum.37 Pejabat yang melanggar ketentuan jangka waktu pelepasan
objek pengadaan tanah tersebut dikenai sanksi administratif sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.38
37
Pasal 47 ayat (2) UU 2/2012
38
Pasal 47 ayat (3) UU 2/2012
Pada dasarnya pemerintah dalam penentuan nilai ganti rugi berdasarkan hasil
penilaian tim penilai atau juru taksir. Namun pemberian ganti kerugian dalam keadaan
khusus yaitu meliputi bencana alam, biaya pendidikan, menjalankan ibadah,
pengobatan, pembayaran hutang dan/atau keadaan mendesak lainnya. Pemberian ganti
keugian dalam keadaan khususdiberikan maksimal 25 (dua puluh lima) persen dari
perkiraan ganti kerugian yang didasarkan atas Nilai Jual Objek Pajak tahun
sebelumnya, sesuai dengan Pasal 34 ayat (5) Peraturan Kepala Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Pengadaan Tanah. Ketua pelaksanaan pengadaan tanah mengajukan surat
permohonan kepada kantor pajak untuk mendapatkan surat keterangan mengenai
Nilai Jual Objek Pajak tanah di lokasi pengadaan tanah.
Kewenangan Negara dalam mengatur persoalan tanah adalah dengan hak menguasai
Negara atas tanah, salah satu bentuknya yaitu dengan melakukan kegiatan pengadaan
tanah. Pengadaan tanah adalah kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberikan
ganti kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak. Berdasarkan latar
belakang tersebut, permasalahan yang akan dibahas yaitu mengenai ganti kerugian
pengadaan tanah dalam pembangunan Waduk Jatigede di Kabupaten Sumedang
dalam film dokumenter Jatigede, dihubungkan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku yakni (diurutkan berdasarkan tahun) :
1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Pokok-pokok Agraria
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 1975 Tentang
Ketentuan-ketentuan Mengenai Tata Cara Pembebasan Tanah
3. Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 Tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
4. Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum
5. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2007 Tentang
Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang
Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006
Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 1005 Tentang
Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum
6. Undang-undang nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2012 Tentang Biaya
Operasional dan Biaya Pendukung Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan untuk Kepentingan Umum
8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 13/PMK.02/2013 Tentang Biaya
Operasional dan Biaya Penduduk Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi
Pembangunan untuk Kepentingan Umum yang Bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara.
9. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja
Sumber Referensi :
Dasar Hukum :