Anda di halaman 1dari 30

PELAKSANAAN PENDAFTARAN HAK TANGGUNGAN SECARA

ELEKTRONIK DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN SUMBA BARAT

UNTUK MENCAPAI TUJUAN HUKUM

A. Latar Belakang Masalah

Tanah merupakan salah satu unsur yang sangat penting bagi kehidupan

masyarakat. Tanah dapat digunakan untuk kebutuhan tempat tinggal, sosial

religius atau peribadatan, maupun digunakan menjadi tempat untuk masyarakat

mencari penghasilan guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tanah sendiri

merupakan salah satu bagian dari sumber daya alam oleh karena itu berdasarkan

hak menguasai negara yang diatur dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 maka bumi

air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya begitu juga dengan tanah

dikuasai oleh negara dan digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Hal ini bukan berarti negara menjadi pemilik dari tanah-tanah yang ada,

melainkan negara mempunyai kewenangan untuk melaksanakan pengaturan dan

pengelolaan tanah sehingga dapat mewujudkan kemakmuran bagi seluruh

masyarakat.

Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi maka semakin

meningkat pula kebutuhan akan tanah. Salah satu kebutuhan akan tanah adalah

yang digunakan untuk menunjang pembangunan untuk kepentingan umum.

Namun disisi lain pada saat ini jumlah dan kondisi tanah semakin terbatas. Oleh

karena itu untuk menghadapi permasalahan ini, maka pemerintah menggunakan

hak menguasai negara dalam melaksanakan pengadaan tanah bagi pembangunan

1
untuk kepentingan umum sehingga mampu memenuhi kebutuhan tanah untuk

menunjang pembangunan bagi kepentingan umum. Jumlah tanah yang semakin

terbatas menyebabkan pemerintah dalam melaksanakan pengadaan tanah untuk

pembangunan kepentingan umum, sering sekali menggunakan tanah yang berasal

dari masyarakat. Oleh karena itu pemerintah juga wajib memenuhi hak

masyarakat dengan cara memberikan ganti kerugian yang layak dan adil.1

Pengadaan tanah sering diartikan sebagai perbuatan hukum yang berupa

melepaskan hubungan hukum yang semula ada antara pemegang hak dan

tanahnya yang diperlukan, dengan pemberian imbalan dalam bentuk uang,

fasilitas atau lainnya, melalui musyawarah untuk mencapai kata sepakat antara

empunya tanah dan pihak yang memerlukan.2 Pengadaan tanah dilaksanakan

dengan mengedepankan prinsip yang terkandung di dalam Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan hukum tanah nasional, antara lain

prinsip kemanusiaan, keadilan, kemanfaatan, kepastian, keterbukaan,

kesepakatan, keikutsertaan, kesejahteraan, keberlanjutan, dan keselarasan sesuai

dengan nilai-nilai berbangsa dan bernegara. Hukum tanah nasional mengakui dan

menghormati hak masyarakat atas tanah dan benda yang berkaitan dengan tanah,

serta memberikan wewenang yang bersifat publik kepada negara berupa

kewenangan untuk mengadakan pengaturan, membuat kebijakan, mengadakan

1
Hardianto Djanggih, dan Salle. Aspek Hukum Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan
untuk Kepentingan Umum. Jurnal Pandecta. Volume 12. Nomor 2. December 2017
2
Edi Rohaedi, Isep H. Insan dan Nadia Zumaro. Mekanisme Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan
Umum. Pakuan Law Review Volume 5, Nomor 1, Januari-Juni 2019

2
pengelolaan, serta menyelenggarakan dan mengadakan pengawasan yang tertuang

dalam pokok- pokok Pengadaan Tanah sebagai berikut:

1. Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin tersedianya tanah untuk

Kepentingan Umum dan pendanaannya.

2. Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum diselenggarakan sesuai dengan:

Rencana Tata Ruang Wilayah; Rencana Pembangunan Nasional/Daerah;

a. Rencana Strategis; dan

b. Rencana Kerja setiap Instansi yang memerlukan tanah.

3. Pengadaan Tanah diselenggarakan melalui perencanaan dengan melibatkan

semua pemangku dan pengampu kepentingan.

4. Penyelenggaraan Pengadaan Tanah memperhatikan keseimbangan antara

kepentingan pembangunan dan kepentingan masyarakat.

5. Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum dilaksanakan dengan pemberian

Ganti Kerugian yang layak dan adil.3

Pengadaan tanah di Indonesia dilaksanakan berdasarkan UU Nomor 2

Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan

Umum. Berdasarkan Pasal 10 huruf b UU Nomor 2 Tahun 2012 tentang

Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, maka salah satu

jenis pembangunan yang dapat memperoleh tanah dari pengadaan tanah adalah

pembangunan jalan. Hal ini sesuai dengan yang dilaksanakan di Kabupaten Sumba

3
Penjelasan Umum Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, diakses Jumat tanggal 10 Maret 2023 pukul 19.10 WIB.

3
Barat yakni telah dilaksanakan pengadaan tanah untuk pembangunan jalan ring

road. Pengadaan tanah sendiri merupakan salah satu bentuk dari pelaksanaan

hukum, oleh karena itu pelaksanaannya harus bertujuan untuk mencapai tujuan

hukum yang terdiri dari kepastian hukum, keadilan, dan kemanfaatan. Hal ini

semakin didukung dengan telah dicantumkan keadilan, kemanfaatan, dan

kepastian hukum dalam Pasal 2 UU Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan

Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Namun dalam

kenyataannya tidak jarang pelaksanaan pengadaan tanah yang tidak

memperhatikan tujuan hukum tersebut karena hanya berpihak kepada salah satu

pihak saja, dengan kata lain mengorbankan hak masyarakat dan lebih

memprioritaskan kepentingan pihak-pihak yang kedudukannya lebih tinggi dari

masyarakat. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian skripsi

mengenai pelaksanaan pengadaan tanah untuk pembangunan jalan di Kabupaten

Sumba Barat dalam rangka untuk mencapai tujuan hukum.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah adalah:

1. Bagaimana pelaksanaan pengadaan tanah untuk pembangunan jalan di

Kabupaten Sumba Barat?

2. Apakah pelaksanaan pengadaan tanah untuk pembangunan jalan di

Kabupaten Sumba Barat telah mewujudkan tujuan hukum bagi seluruh

masyarakat?

4
C. Tujuan Penelitian

Dengan rumusan masalah maka tujuan penelitian yang hendak dicapai

adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan pengadaan tanah untuk

pembangunan jalan di Kabupaten Sumba Barat.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis perwujudan atau penerapan tujuan

hukum dalam pengadaan tanah untuk pembangunan jalan di Kabupaten

Sumba Barat.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Dalam penelitian ini, di harapkan dapat bermanfaat perkembangan ilmu

hukum khususnya di bidang hukum pertanahan.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

a. Pemerintah

Melalui penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pemerintah

khususnya bagi instansi yang bergerak di bidang pengadaan tanah

untuk melaksanakan pengadaan tanah dengan baik sehingga dapat

mewujudkan tujuan hukum.

b. Masyarakat

5
Penelitian ini juga dapat bermanfaat bagi masyarakat untuk

memberikan pengetahuan dan pemanfaatan kepada masyarakat

mengenai pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan

umum khususnya untuk pembangunan jalan.

c. Peneliti

Sebagai syarat untuk memproleh gelar Sarjana Hukum.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian dengan judul pelaksanaan pengadaan tanah untuk

pembangunan jalan di Kabupaten Sumba Barat dalam rangka untuk mencapai

tujuan hukum, merupakan karya asli penulis, bukan merupakan plagiasi dari

Skripsi/Legal Memorandum yang telah ada. Sebagai pembanding maka berikut

akan dicantumkan beberapa Skripsi/Legal Memorandum sebagai berikut:

1. Aldi Subhan Lubis, Fakultas Hukum Universitas Medan Area, Indonesia

tahun 2019, menulis jurnal berjudul “Pelaksanaan Pembayaran Ganti Rugi

dalam Kegiatan Pengadaan Tanah Pembangunan Jalur Kereta Api Bandara

Soekarno-Hatta Terhadap Bidang Tanah yang tidak Memiliki Alas Hak”.

Hasil penulisan adalah penulis membahas masalah pemberian ganti rugi atas

tanah yang tidak memiliki alas hak. Sehingga penulis membatasi penelitian

dengan hanya membahas pengaturan hukum mengenai pelaksanaan ganti rugi

tanah milik masyarakat yang tidak memiliki alas hak terhadap pengadaan

tanah untuk kepentingan umum dan sejauh mana peran Jaksa Pengacara

6
Negara membantu pemerintah dalam memecahkan permasalahan pelakanaan

pembayaran ganti rugi terhadap bidang tanah yang tidak memiliki alas hak.

Pengaturan hukum mengenai pelaksanaan ganti rugi tanah milik masyarakat

yang tidak memiliki alas hak terhadap pengadaan tanah untuk kepentingan

umum dapat dilihat dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang

Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Peraturan

Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Pengadan Tanah Bagi Pembangunan

Untuk Kepentingan Umum, Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional

Repubplik Indonesia Nomor 5 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis

Pelaksanaan Pengadaan Tanah. Perbedaan dengan tulisan yang saya tulis ialah

dalam penulisan ini membahas mengenai pembayaran ganti rugi dalam

kegiatan pengadaan tanah. Sedangkan penelitian yang akan saya lakukan lebih

berfokus kepada pelaksanaan pengadaan tanah untuk pembangunan jalan

dalam kaitannya dengan tujuan hukum.4

2. Maulida Isnani, Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri

Walisongo, NPM: 1502056064, tahun 2022. Menulis Skrispsi berjudul

“Problematika Pelaksanaan Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum Dan

Pembayaran Ganti Rugi Hak Atas Tanah Hak Milik Masyarakat (Studi Kasus

Pembangunan Jalan Tol Semarang-Batang di Kelurahan Gondoriyo

Kecamatan Ngaliyan Semarang)”. Rumusan masalah dalam skripsi ini adalah


4
Jurnal berjudul Pelaksanaan Pembayaran Ganti Rugi dalam Kegiatan Pengadaan Tanah
Pembangunan Jalur Kereta Api Bandara Soekarno-Hatta Terhadap Bidang Tanah yang tidak Memiliki
Alas Hak. http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/4908/2/19_B11115049(FILEminimizer)%201-2.pdf

7
lebih memfokuskan pembahsannya mengenai bagaimana problematika yang

dihadapi dalam pelaksanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum.

Perbedaan dengan penulisan yang saya tulis dengan skripsi ini, pada skripsi

ini membahas mengenai permasalahan atau problematika yang terjadi dalam

pelaksanaan pengadaan tanah, sedangkan penelitian yang akan saya lakukan

membahas tentang pelaksanaan pengadaan tanah untuk pembangunan jalan

dalam mencapai tujuan hukum.5

3. Zainal Arifin, Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri

Kalijaga Yogyakarta, NPM:13340034, tahun 2017, menulis skripsi berjudul:

Mekanisme Pemberian Ganti Rugi Dalam Pengadaan Tanah Bagi

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (Studi Kasus Pembangunan Jalan

Tol Kabupaten Probolinggo-Jawa Timur). Dalam penulisan ini, penulis lebih

memekankan pada obyek pembangunan jalan tol di daerah Probolinggo

Provinsi Jawa Timur dengan rumusan masalah memfokuskan tentang

bagaimana mekanisme pembangunan dan tinjauan yuridisnya. Perbedaan

dengan penulisan skripsi yang saya tulis yaitu pada skripsi ini membahas

mengenai mekanisme atau cara pemberian ganti rugi dalam pengadaan tanah

sedangkan pada penelitian yang akan saya lakukan akan fokus pada

5
Skripsi dengan judul Pelaksanaan Ganti Rugi Dalam Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum
ditulis oleh Dian Utami.
https://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/17158/1/Skripsi_1502056064_Maulida_%20Isnani.pdf

8
pelaksanaan pengadaan tanah untuk pembangunan jalan untuk mencapai

tujuan hukum.6

4. Moh Fahmi Baharudin, Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayahtullah Jakarta, NPM:1111048000062, tahun 2015,

menulis skripsi berjudul: Mekanisme Pengadaan dan Konsinyasi Ganti Rugi

Tanah oleh Pemerintah Terkait dengan Pembangunan Jalan Umum. Dalam

penulisan ini, penelitian yang diangkat adalah cakupan pembahasan yang

lebih fokus mengenai tinjauan yuridis dan juga mencari data dari tinjauan

hukum islam. Perbedaan dengan penulisan skripsi ini dengan yang saya tulis

adalah dalam skripsi ini membahas tentang mekanisme konsinyasi dan ganti

rugi, sedangkan dalam penelitian yang akan saya lakukan akan membahas

mengenai pelaksanaan pengadaan tanah untuk membangun jalan dalam

kaitannya dengan tujuan hukum.7

F. Tinjauan Pustaka

1. Tanah

a. Pengertian Tanah

Mengenai istilah “tanah” di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) diartikan sebagai berikut:

6
Skripsi Mekanisme pemberian Ganti Kerugian Dalam Pengadaan tanah Bagi Kepentingan
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (studi kasus jalan tol Kabupaten Probolinggo Jawa Timur)
7
Skripsi Mekanisme Pengadaan dan Konsinyasi Ganti Rugi Tanah Oleh pemerintah Terkait Dengan
Pembangunan Umum. https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30179/1/MOH
%20FAHMI%20BAHRUDIN-FSH.pdf

9
a. Bumi, dalam arti permukaan bumi atau lapisan bumi di atas sekali,

keadaan bumi, permukaan bumi yang diberi batas, daratan.

b. Permukaan bumi yang berbatasan yang di tempati suatu bangsa atau

yang diperintah oleh suatu negara.

c. Bahan-bahan bumi atau bumi sebagai bahan sesuatu.

d. Dasar. 8

Tanah adalah salah satu sumber daya alam yang merupakan

kebutuhan yang hakiki bagi manusia dan berfungsi sangat essensial bagi

kehidupan dan penghidupan manusia, bahkan menentukan peradaban

suatu bangsa. Tanah adalah tempat bermukim dari sebagian besar umat

manusia di samping sebagai sumber penghidupan bagi mereka yang

mencari nafkah melalui usaha yang . menjadi tempat peristirahatan

terakhir umat manusia9

Tanah merupakan hal penting dalam kehidupan manusia mengingat

sebagian besar kehidupan bergantung pada tanah. Sedemikian penting

fungsi dan peran tanah bagi kehidupan manusia maka perlu adanya

landasan hukum yang menjadi pedoman dan sebagai bentuk jaminan

kepastian hukum, dalam pelaksanaan dan penyelesaian pertanahan,

khususnya pada persoalan pengadaan hak atas tanah untuk kepentingan

umum.

8
Muhammad Ilham Arisaputra. Reforma Agraria Di Indonesia. Jakarta Timur. Sinar Grafika. 2015.
Hlm.55
9
Ibid

10
b. Hak-Hak Atas Tanah

Penguasaan tanah menunjukkan adanya hak mengatur dan

menggunakan sesuai kehendak yang menguasai terhadap tanah. Perlu

diingat bahwa pengertian menguasai tidak harus memiliki, tetapi bisa

pinjam, sewa dan sebagainya. Bentuk penguasaan tersebut dijabarkan

secara hukum dalam bentuk hak-hak atas tanah. hak atas tanah

menunjukkan hubungan hukum antara manusia perorangan, kelompok

orang, maupun badan hukum dengan tanah. Hubungan hukum tersebut

menyangkut hak dan kewajiban mereka terhadap tanah. hak-hak tersebut

mencakup hak memiliki, menguasai, menggunakan, dan mengalihkan hak

atas tanah. Sedangkan kewajibannya mencakup memelihara kualitas tanah

dan dalam penggunaannya tidak merugikan pihak lain dan lingkungan.10

Hak atas tanah adalah hak-hak yang memberi wewenang kepada

pemegang haknya untuk mempergunakan atau mengambil manfaat dari

tanah yang di hakinya. Ketentuan – ketentuan hukum tanah yang tertulis

bersumber pada UUPA dan peraturan pelaksanaannya yang secara khusus

berkaitan dengan tanah sebagai sumber hukum utamanya.11

Dalam Pasal 16 Ayat (1) UUPA menyatakan bahwa terdapat hak-

hak atas tanah antara lain sebagai berikut: hak milik; hak guna usaha; hak

guna bangunan; hak pakai; hak sewa; hak membuka tanah; dan hak
10
Mulyono Sadyohutomo. Tata Guna Tanah dan Penyeserasian Tata Ruang. Yogyakarta. Pustaka
Pelajar. 2016. Hlm.1

11
Urip Santoso 1. Op.Cit., Hlm.10 dan 12

11
memungut hasil hutan. Selain itu, diakui pula hak-hak lain yang diatur

pada peraturan lain dan hak lain yang memiliki sifat sementara.

a) Hak Milik

Pengertian Hak Milik berdasarkan UUPA pasal 20 ayat (1) dan

ayat (2):

1) Hak milik adalah hak turun-menurun, terkuat dan terpenuh yang

dapat dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan

dalam pasal 6 “Semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial”.

2) Hak milik dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain.

b) Hak Guna Usaha

Pengertian Hak Guna Usaha berdasarkan UUPA pasal 28 ayat

(1) dan ayat (2):

1) Hak guna-usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang

dikuasai langsung oleh Negara, dalam jangka waktu

sebagaimana tersebut dalam pasal 29, guna perusahaan

pertanian, perikanan atau peternakan.

2) Hak guna-usaha diberikan atas tanah yang luasnya paling

sedikit 5 hektar, dengan ketentuan bahwa jika luasnya 25

hektar atau lebih harus memakai investasi modal yang layak

dan tehnik perusahaan yang baik, sesuai dengan perkembangan

zaman.

12
3) Hak guna-usaha dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain.

Yang dapat mempunyai hak guna-usaha ialah:

a. Warga Negara Indonesia

b. Badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia

dan berkedudukan di Indonesia, Orang atau badan hukum

yang mempunyai hak guna-usaha dan tidak lagi memenuhi

syarat syarat sebagai yang tersebut dalam ayat (1) pasal ini

dalam jangka waktu satu tahun wajib melepaskan atau

mengalihkan hak itu kepada pihak lain yang memenuhi

syarat. Ketentuan ini berlaku juga terhadap pihak yang

memperoleh hak guna-usaha, jika ia tidak memenuhi syarat

tersebut. Jika hak guna-usaha, yang bersangkutan tidak

dilepaskan atau dialihkan dalam jangka waktu tersebut

maka hak itu hapus karena hukum, dengan ketentuan

bahwa hak- hak pihak lain akan diindahkan, menurut

ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dengan Peraturan

Pemerintah.

c. Hak Guna Bangunan

Berdasarkan pasal 35 UUPA, Hak guna-bangunan

adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-

bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri, dengan

jangka waktu paling lama 30 tahun. Atas permintaan

13
pemegang hak dan dengan mengingat keperluan serta

keadaan bangunan-bangunannya, jangka waktu tersebut

dalam ayat (1) dapat diperpanjang dengan waktu paling

lama 20 tahun. Hak guna-bangunan dapat beralih dan

dialihkan kepada pihak lain.

d. Hak Pakai

Berdasarkan pasa pasal 41 UUPA, pengertian Hak

pakai adalah hak untuk menggunakan dan/atau memungut

hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh Negara atau

tanah milik orang lain, yang memberi wewenang dan

kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya

oleh pejabat yang berwenang memberikannya atau dalam

perjanjian dengan pemilik tanahnya, yang bukan perjanjian

sewa-menyewa atau perjanjian pengolahan tanah, segala

sesuatu asal tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuan-

ketentuan Undang-undang ini. Hak pakai dapat diberikan

jika selama jangka waktu yang tertentu atau selama

tanahnya dipergunakan untuk keperluan yang tertentu dan

dengan cuma-cuma, dengan pembayaran atau pemberian

jasa berupa apapun. Pemberian hak pakai tidak boleh

disertai syarat syarat yang mengandung unsur- unsur

pemerasan.

14
Yang dapat mempunyai hak pakai ialah:

a) warga-negara Indonesia;

b) orang asing yang berkedudukan di Indonesia;

c) badan hukum yang didirikan menurut hukum

Indonesia dan berkedudukan di Indonesia;

d) badan hukum asing yang mempunyai perwakilan

di Indonesia.

e. Hak Sewa

Dalam hal ini yang dapat menjadi pemegang hak sewa

ialah:

Warga-warga negara Indonesia; orang asing yang

berkedudukan di Indonesia; badan hukum yang didirikan

menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia;

badan hukum asing yang mempunyai perwakilan di

Indonesia.12

2. Pengadaan Tanah

a. Pengertian Pengadaan Tanah

Istilah pengadaan tanah dipergunakan pertama kali di dalam

Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah

Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum di dalam

12
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria

15
ketentuan Pasal 1 ayat (1) pengadaan tanah disebutkan sebagai berikut

“Pengadaan tanah adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan

cara memberikan ganti rugi kepada yang berhak atas tanah tersebut”.13

Pengertian pengadaan tanah selanjutnya dijabarkan dalam Peraturan

Presiden Nomor 148 Tahun 2015 tentang perubahan keempat atas

perubahan Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang

Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan

Umum pada Pasal 1 ayat (2), menyatakan bahwa “Pengadaan tanah adalah

kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberi Ganti Kerugian yang

layak dan adil kepada pihak yang berhak.”14

Pengaturan pengadaan tanah dalam Pasal 1 angka 2 Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi

Pembangunan untuk Kepentingan Umum menyatakan bahwa “Pengadaan

tanah adalah kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberi ganti

kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak.” Pihak yang

berhak adalah pihak yang menguasai atau memiliki obyek pengadaan

tanah. Obyek Pengadaan Tanah adalah tanah, ruang atas tanah dan bawah

tanah, bangunan dan tanaman, benda yang berkaitan dengan tanah, atau

lainnya yang dapat dinilai.

13
Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan
Pembangunan untuk Kepentingan Umum
14
Peraturan Presiden Nomor 148 Tahun 2015 tentang perubahan keempat atas perubahan Peraturan
Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan
untuk Kepentingan Umum

16
Pada hakikatnya pengadaan tanah adalah perbuatan pemerintah

untuk memperoleh tanah untuk kepentingan umum yang ditempuh

berdasarkan musyawarah untuk mencapai kesepakatan mengenai

pelepasan hak dan ganti rugi sebelum ditempuhnya pencabutan hak. Hasil

dari musyawarah inilah yang kemudian menjadi dasar bagi pembayaran

ganti rugi. Realita kehidupan dimasyarakat pengadaan tanah bagi

pembangunan untuk kepentingan umum menimbulkan gejolak dalam

praktiknya, dimana adanya pemaksaan dari para pihak baik pemerintah

yang menetapkan harga secara sepihak maupun pemilik tanah menuntut

harga yang dianggap tidak wajar, sementara itu perangkat hukum yang ada

belum mampu mengakomodir dua kepentingan yang berbeda tersebut.

Akhirnya terjadi dengan cara pemaksaan dan intimidasi terhadap

masyarakat dalam hal pengadaan tanah bagi pembangunan untuk

kepentingan umum.

3. Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum

Dasar hukum pengadaan tanah untuk kepentingan umum adalah UU

Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk

Kepentingan Umum dan PP Nomor 19 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan

Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Pengadaan

Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan menyediakan tanah bagi

pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan

kemakmuran bangsa, negara, dan. masyarakat dengan tetap menjamin

17
kepentingan hukum Pihak yang Berhak.15 Pengadaan tanah bagi pelaksanaan

pembangunan untuk kepentingan umum oleh Pemerintah atau Pemerintah

Daerah dilaksanakan dengan cara pelepasan atau penyerahan hak atas tanah

berdasarkan prinsip penghormatan hak atas tanah. pelepasan atau penyerahan

hak atas tanah adalah kegiatan melepaskan hubungan hukum antara pemegang

hak atas tanah dengan tanah yang dikuasainya dengan memberikan ganti

kerugian atas dasar musyawarah.16

Pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum

merupakan salah satu manifestasi dari fungsi sosal hak atas tanah. Dimana

kegiatan pengadaan tanah dipandang sebagai langkah awal dari pelaksanaan

pembangunan yang merata untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat itu

sendiri. Pengadaan tanah bagi kepentingan umum hanya dapat dilakukan atas

dasar persetujuan dari pemegang hak atas tanah mengenai dasar dan bentuk

ganti rugi yang diberikan kepada pemegang hak atas tanah itu sendri, dan

karena merupakan perbuatan pemerintah memperoleh tanah, maka pada

prinsipnya pengadaan tanah dilakukan dengan cara musyawarah antara pihak

yang memerlukan tanah dan pemegang hak atas tanah yang tanahnya

diperlukan untuk kegiatan pembangunan untuk kepentingan umum.17

15
Pasal 3 UU Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum
16
Aminuddin Salle Dkk. Op.Cit., Hlm. 276

17
Muhammad Yusrizal. 2017. Perlindungan Hukum Pemegang Hak Atas Tanah Dalam Pengadaan
Tanah Dalam Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum. Jurnal De Lega Lata. Vol.2. No.1.
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

18
4. Tujuan Hukum

Menurut pendapat Gustav Radbruch, terdapat tiga cita hukum (idea des

recht) atau tujuan hukum yang terdiri dari yaitu keadilan (gerechtigkeit),

kemanfaatan (zwekmaeszigkeit), dan kepastian hukum (rechtssichherkeit).18

a. Keadilan

Menurut Hans Kelsen, hukum sebagai tatanan sosial yang dapat

dinyatakan adil apabila dapat mengatur perbuatan manusia dengan cara

yang memuaskan sehingga dapat menemukan kebahagiaan di dalamnya. 19

Socrates berpendapat bahwa “Hakekat hukum dalam memberikan suatu

keputusan yang berkeadilan haruslah: tidak berat sebelah, berpegang pada

fakta yang benar, dan tidak bertindak sewenangwenang atas kekuasaannya.

Selanjutnya Thomas Aquinas membedakan keadilan menjadi dua

kelompok:

1) Keadilan umum, adalah keadilan menurut kehendak undang-undang,

yang harus ditunaikan demi kepentingan umum. Keadilan ini disebut

keadilan legal.

2) Keadilan khusus, adalah keadilan atas dasar kesamaan atau

proporsionalitas. Keadilan khusus ini dibedakan lagi menjadi 3, yaitu:

18
Acmad Ali, 2009, Menguak Teori Hukum (legal theory) dan Toeri Peradilan (judicialprudence)
termasuk interpretasi Undang-Undang (legisprudence), Kencana Perdana Media Group, Cetakan Ke-I
Agustus, Jakarta, Hal. 292
19
Hans Kelsen, 2011. General Theory of Law and State diterjemahkan oleh Rasisul Muttaqien.
Bandung. Penerbit Nusa Media. Hal. 7

19
a) Keadilan distributif (justitia distributiva) adalah keadilan yang

secara proporsional diterapkan dalam lapangan hukum publik

secara umum

b) Keadilan komutatif (iustitia commutativa) adalah keadilan dengan

mempersamakan antara prestasi dan kontraprestasi.

c) Keadilan vindikatif (iustitia vindicativa) adalah keadilan dalam hal

menjatuhkan hukuman atau ganti kerugian dalam tindak pidana.

Seorang dianggap adil apabila ia dipidana badan atau denda sesuai

dengan besarnya hukuman yang telah ditentukan atas tindak pidana

yang dilakukannya.20

b. Kemanfaatan

kemanfaatan hukum berkaitan nilai guna atau kebahagiaan dan

kemanfaatan. Menurut Jeremy Bentham, bahwa berpegang pada prinsip

Pembentuk undang-undang maka hendaknya dapat melahirkan undang-

undang yang mencerminkan keadilan bagi semua individu, perundangan itu

juga hendaknya dapat memberikan kebahagian terbesar bagi sebagian besar

masyarakat (the greates happiness for the greatest number).21 Selain itu

menurut Utrecht dalam kemanfaatan hukum yang terjadi dalam pergaulan

manusia harus tetap mengandung kepastian hukum guna menjaga

kepentingan tiap manusia dimana kepentingan manusia tesebut terdapat


20
Notohamidjojo, O. 1975. Demi Keadilan dan Kemanusiaan. Penerbit BPK Gunung Mulia. Jakarta.
Hal. 86
21
H. Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Pengantar Filsafat Hukum, Mandar Maju, Bandung, 2012, hlm.
60

20
pertimbangan lagi kepentingan mana yang lebih penting dari kepentingan

manusia lain agar tetap tercipta kemanfaatan hukum.22

c. Kepastian Hukum

Gustav Radbruch berpendapat mengenai kepastian hukum.

Menurutnya, hukum harus positif, dilaksanakan dan dipatuhi. Maksud dari

pernyataan beliau adalah kepastian hukum menjadi hal yang mendasar

dalam kehidupan masyarakat dimana hukum tersebut harus mengandung

hak-hak individu atau kelompok secara merata yang akan diberlakukan

dalam suatu waktu dan tempat tertentu sehingga tujuan dari kepastian

hukum nantinya dapat tercapai dan dapat diterima serta menjamin

kepastian hukum di tengah-tengah kehidupan masyarakat.23

Gustav Radbruch juga mengatakan bahwa dalam kepastian hukum

memiliki empat faktor yakni :

1) Faktor berupa perundangan yang bersifat positif (gesetzliches Recht).

2) Didasarkan pada fakta (tatsachen)

3) Fakta dalam suatu kejadian perlu dijelaskan dan diuraikan secara benar

supaya tidak menimbulkan kesalahan pada saat dipahami dan

dijalankan.

4) Merupakan hukum positif jadi tidak mudah dirubah.24

G. Batasan Konsep

22
Said Sampara dkk, 2011, Pengantar Ilmu Hukum, Yogyakarta, Total Media, halaman 40
23
O.Notohamidjojo, 2011, Soal-Soal Pokok Filsafat Hukum, Salatiga, Griya Media, halaman 33- 34.
24
Ibid. halaman 292-293.

21
Batasan Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Pengadaan Tanah

Definisi Pengadaan Tanah dalam ketentuan Pasal 1 angka 2 Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 2012 adalah “Kegiatan menyediakan tanah dengan

cara memberi ganti kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak.”25

2. Kepentingan Umum

Arti kepentingan umum adalah yang menyangkut hajat hidup semua

orang bahkan termasuk hajat orang yang telah meninggal atau dengan kata lain

hajat semua orang, dikatakan demikian karena orang yang meninggal pun

masih memerlukan tempat pemakaman dan sarana lainnya.26

3. Tujuan Hukum

Menurut pendapat Gustav Radbruch, terdapat tiga cita hukum (idea

des recht) atau tujuan hukum yang terdiri dari yaitu keadilan (gerechtigkeit),

kemanfaatan (zwekmaeszigkeit), dan kepastian hukum (rechtssichherkeit).

H. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode penelitian

hukum empiris. Dalam metode penelitian hukum empiris menggunakan data

primer sebagai data utama dan data sekunder sebagai data pendukung.

25
Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum

26
Mudakir Iskandar Syah. Op.Cit., hlm.13

22
Penelitian ini dilakukan berfokus pada fakta sosial yang dilakukan secara

langsung kepada responden.

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian hukum ini diperoleh dari data

primer dan sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder.

a. Data primer

Data primer merupakan data yang di peroleh langsung melalui wawancara

responden atau narasumber dengan Kantor Pertanahan Kabupaten Sumba

Barat. Wawancara merupakan salah satu pengumpulan data dengan jalan

komunikasi dengan sumber data secara langsung mauapun tidak langsung.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari bahan kepustakaan

untuk melengkapi data primer. Data sekunder ini teridiri dari bahan

hukum primer dan bahan hukim sekunder:

a. Bahan hukum primer

1. Undang-Undang Dasar Neagara Republik Indonesia Tahun 1945

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar

Pokok-Pokok Agraria

3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 1973 tentang

Ketentuan-Ketentuan Mengenai Tatacara Pembebasan Tanah.

23
4. Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 tentang Pengadaan

Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum.

5. Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentanġ Pengadaan

Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum.

6. Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang Perubahan atas

Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan

Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah

Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum.

7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2012

tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan

untuk Kepentingan Umum.

b. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan-bahan yang erat kaitannya

dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisis dan

memahami bahan hukum primer, dapat berupa buku-buku teks,

dokumen dan hasil karya ilmiah dari kalangan hukum dan data yang

diperoleh dari penelitian kepustakaan dan hasil wawancara dari

lembaga maupun para pihak yang berhubungan langsung dengan

masalah yang dikaji dalam penelitian ini.

3. Metode Pengumupulan Data

24
Dalam penelitian ini penyusun menggunakan Teknik pengumpulan data

sebagaimana berikut di bawah ini:

a. Wawancara atau Interview

Wawancara yang digunakan penyusun berbentuk

wawancara baku terbuka, yaitu responden diajukan pertanyaan-

pertanyaan sedemikian rupa sehingga responden tidak terbatas

dalam memberikan keterangan.

b. Studi Kepustakaan atau Bahan Pustaka

Studi kepustakaan ini diperoleh dengan cara membaca,

mempelajari, dan mengkaji buku-buku, jurnal,perundang-undangan,

atau data-data yang berupa bahan Pustaka.

c. Observasi

Pengamatan secara langsung terhadap gejala-gejala subyek

diteliti dengan maksud meyakini kebenaran data yang diperoleh di

lapangan.

4. Lokasi

Penelitiaan ini di laksanakan di Kabupaten Sumba Barat, Nusa

Tenggara Timur, Indonesia

5. Narasumber

Insatansi Pemerintahan, Panitia pelaksana Proyek, masayarakat

setempat.

6. Analisis Data

25
Analisis data dalam penelitian ini didasarakan pada hasil wawancara

dengan narasumber kemudian data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan

cara deskriptif kualitatif yaitu menjelaskan, menggambarkan, dan menganalisa

data yang ada tentang pelaksanaan prinsip keadilan dalam pemberian ganti

rugi dalam pengadaan tanah di Kabupaten Sumba Barat dan dihubungkan

dengan studi kepustakaan yaitu terdiri dari data yang berupa dokumen yang

telah dikumpulkan dalam penelitian, dihubungkan dengan teori-teori yang

digunakan sesuai dengan kerangka teoritik yang terdapat dalam penelitian ini,

yaitu: teori kemanfaatan, teori keadilan, dan teori efektifitas hukum.

Selanjutnya, dihubungkan dengan peraturan perundangundangan yang ada

diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan

Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum sehingga nantinya

penulis dapat menarik suatu kesimpulan dengan metode deduktif yaitu,

metode yang memberikan gambaran secara umum terlebih dahulu mengenai

obyek penelitian yang nantinya akan ditarik suatu kesimpulan.

I. Sistematika Isi

Sistematika penulisan skripsi merupakan rencana isi penulisan skripsi

sebagai berikut:

BAB I :PENDAHULUAN

Bab ini merumuskan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, keaslian penelitian, batasan konsep, metode penelitian, dan

sistematika penulisan skripsi.

26
BAB II :PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan tinjauan mengenai hasil penelitian, yaitu implementasi

ganti kerugian terhadap pengadaan tanah bagi kepentingan umum di Kabupaten

Sumba Barat (Studi Kasus Pembebasan Lahan Ring Road kabupaten Sumba

Barat) dan juga mengenai proses pengadaan tanah untuk kepentingan umum

dalam rangka pembebasan lahan termasuk keadilan di dalam pelaksanaannya.

BAB III :PENUTUP

Bab ini mengemukakan tentang kesimpulan yang merupakan inti jawaban

dari rumusan masalah yang telah dibentuk dan penulis juga menyertakan saran

berdasarkan temuan yang diperoleh oleh penulis selama menjalankan penelitian

terkait.

J. Daftar Pustaka

Buku

Abdurrahman, 1983, Masalah Hak-hak atas Tanah dan Pembebasan Tanah di

Indonesia, Bandung: Alumni.

Acmad Ali, 2009, Menguak Teori Hukum (legal theory) dan Toeri Peradilan

(judicialprudence) termasuk interpretasi Undang-Undang

(legisprudence), Kencana Perdana Media Group, Cetakan Ke-I Agustus,

Jakarta

Bagong Suyanto, Masalah Sosial Anak, 2010, Jakarta, Kencana Prenada Media

Group.

27
Hans Kelsen, 2011. General Theory of Law and State diterjemahkan oleh Rasisul

Muttaqien. Penerbit Nusa Media. Bandung

Hanifah Harsono, 2002, Implementasi Kebijakan dan Politik, Harsono.

H. Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Pengantar Filsafat Hukum, Mandar Maju,

Bandung, 2012

Muhammad Ilham Arisaputra, 2015, Reforma Agraria Di Indonesia, Sinar

Grafika, Jakarta Timur

Mulyono Sadyohutomo. 2016, Tata Guna Tanah dan Penyeserasian Tata Ruang,

Yogyakarta Pustaka Pelajar.

O Notohamidjojo. 1975. Demi Keadilan dan Kemanusiaan. Penerbit BPK

Gunung Mulia. Jakarta

O.Notohamidjojo, 2011, Soal-Soal Pokok Filsafat Hukum, Salatiga, Griya

Media

Said Sampara, Abdul Agis, Muryani Sufran, Fauzia Basyuni, Nurjannah

Hasanuddi, Hasan Kadir, Nurjaya, dan Hasanuddin Kanenu. 2011,

Pengantar Ilmu Hukum, Yogyakarta, Total Media, halaman 4

Jurnal

Aldi Subhan Lubis, Pelaksanaan Pembayaran Ganti Rugi dalam Kegiatan

Pengadaan Tanah Pembangunan Jalur Kereta Api Bandara Soekarno-

Hatta Terhadap Bidang Tanah yang tidak Memiliki Alas Hak

28
Edi Rohaedi, Isep H. Insan dan Nadia Zumaro. Mekanisme Pengadaan Tanah

Untuk Kepentingan Umum. Pakuan Law Review Volume 5, Nomor 1,

Januari-Juni 2019

Hardianto Djanggih, dan Salle. Aspek Hukum Pengadaan Tanah bagi

Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum. Jurnal Pandecta.

Volume 12. Nomor 2. December 2017

http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/4908/2/19_B11115049(FILEminimizer)

%201-2.pdf

https://suarajarmas.com/kasus-mega-proyek-pembebasan-lahan-ring-road-

sumba-barat-jalan-ditempat/

https://kupang.tribunnews.com/2017/02/28/pemkab-bangun-jalan-ring-road-

dalam-kota-waikabubak

Premise Law Jurnal. Vol.10. No.7 Universitas Sumatera Utara.

https://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/analogihukum

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan

Dasar Pokok-Pokok Agraria.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2012 tentang Pengadaan

Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.

PP Nomor 19 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

29
Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan

Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk kepentingan Umum.

Peraturan Presiden Nomor 148 Tahun 2015 tentang perubahan keempat atas

perubahan Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang

Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk

Kepentingan Umum

Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah Bagi

Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum

30

Anda mungkin juga menyukai