Anda di halaman 1dari 12

MEKANISME PEMBERIAN GANTI RUGI PENGADAAN LAHAN UNTUK

PEMBANGUNAN JALAN TOL DALAM PERSFEKTIF KEADILAN HUKUM

REHA N DHEO P RATID INA WIDA RYONO PU TRA

F akultas H ukum U nivers itas Negeri Semarang

Email: rehandheopw paw@s tudents.unnes.ac.id

ABSTR ACT

Indones ia is a cons titutional s tate, therefore everything in this


country has been regulated by regulations or laws . Included in the
public interest, where not only the government gets the benefits
but the community also gets the benefits , therefore it is neces sary
to have land acquis ition for the public interes t, which is regulated
in Law no. 2 of 2012 concerning Land Acquis ition for
D evelopment for Public Interest which w as later amended in Law
no. 11 of 2020 concerning J ob Creation. In stipulated in Law no. 2
of 2012 Article 4 w hich has explained that the Government and/or
R egional G overnment w ill provide land and funding for public
purpos es . The public interes t in ques tion is explained in Law no. 2
of 2012 Article 10, according to the title that the author made for
the public interes t, this is explained in Article 10 paragraph (b) of
Law no. 2 of 2012, which is also regulated in Law no. 11 of 2020
concerning J ob Creation which is regulated in CHAP TER VIII
C oncerning Land Acquis ition.

K eyw ord: Public Interest,Land P rocurement,Benefits

Abstrak

Indonesia adalah negara hukum maka dari itu setiap hal yang berada dalam
negara ini sudah diatur dalam peraturan atau undang-undang. Termasuk dalam
kepentingan umum yang mana bukan hanya pemerintah saja yang mendapatkan
manfaatnya tetapi masyarakat juga mendapatkan maanfaatnya, maka dari itu perlu
adanya pengadaan tanah untuk kepentingan umum, yang mana sudah diatur
dalam UU No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan
Untuk Kepentingan Umum yang kemudian diubah dalam UU No. 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja . Sesuai dengan diatur dalam UU No. 2 Tahun 2012 Pasal 4
yang mana sudah dijelaskan bahwaa Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah akan
menyediakan tanah dan pendanaan untuk kepentingan umum. Kepentingan umum
yang dimaksud dijelaskan pada UU No. 2 Tahun 2012 Pasal 10 , sesuai judul
yang penulis buat untuk kepentingan umum ini dijelaskan pada Pasal 10 ayat (b)
UU No. 2 Tahun 2012 yang kemudian diatur pula pada UU No. 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja yang diatur dalam BAB VIII Tentang Pengadaan Tanah.
Kata Kunci : Kepentingan Umum, Pengadaan Tanah, Manfaat

Pendahuluan

Tanah selalu erat kaitannya dengan kehidupan manusia, setiap kegiatan yang
dilakukan oleh manusia pasti berada diatas tanah. Dari bertahan hidup hingga
tutup usia manusia pasti membutuhkan tanah. Tanah sendiri penguasaannya
dimiliki oleh negara yang diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 Pasal 33 ayat (3) yang menentukan bahwa : 1 “Bumi dan air
dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan
dipergunakan untuk sebesar- besarnya kemakmuran rakyat”. Kemudian diatur
pula dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok
Agraria atau lebih dikenal dengan UUPA.
Dalam pengadaan tanah untuk pembangunan kepentingan umum pemerintah
telah mengatur dalam UU No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum yang kemudian diubah dalam UU No.
11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Yang mana sesuai dalam pasal 8 UU No. 2
Tahun 2012 yang kemudian diubah dalam dalam UU No. 11 Tahun 2020 tentang
Cipta Kerja pada BAB VIII Tentang Pengadaan Tanah Pasal 8 ayat (1) yang
mana pihak yang Berhak dan pihak yang menguasai objek pengadaan tanah harus
memetuhi ketentuan undang-undang. Sehingga masyarakat harus mau
memberikan hak atas tanahnya untuk kepentingan umum, kepentingan umum ini
sendiri sudah dijelaskan pada Pasal 10 UU No. 2 Tahun 2012 yang kemudian
diubah pada UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja pada BAB VIII Tentang
Pengadaan Tanah.
Dari penjelasan pada Pasal 10 UU No. 2 Tahun 2012 yang kemudian diubah
pada UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja pada BAB VIII Tentang
Pengadaan Tanah,Penulis ingin membahas pada Pasal 10 poin (b) 10 UU No. 2
Tahun 2012 yang kemudian diubah pada UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta
1
Erwin Nugroho Suddin, Suparnyo Suparnyo, and Subarkah Subarkah, ‘Model Pengadaan Tanah
Untuk Pembangunan Jalan Tol (Praktik Baik/Best Practice Pembebasan Tanah Untuk Jalan Tol
Trans Jawa Ruas Solo – Mantingan I Di Kabupaten Karanganyar)’, Jurnal Suara Keadilan, 19.2
(2019) <https://doi.org/10.24176/sk.v19i2.3230>.
Kerja pada BAB VIII Tentang Pengadaan Tanah. Terkhusus pada pembangunan
jalan tol, Pengadaan tanah untuk pembangunan jalan tol yang dilakukan oleh
pemerintah dalam pelaksanaanya diantaranya adalah masalah penyediaan tanah
untuk pembangunan itu sendiri, termasuk pengadaan tanah untuk pembangunan
jalan tol.2
Dikarenakan tanah negara yang dikuasai oleh negara juga terbatas sehingga
pemerintah akhirnya harus melakukan pembebasan tanah yang hak nya dimiliki
oleh rakyat, baik yang dikuasai hukum adat maupun hak-hak lain yang melekat
pada tanah tersebut.3 Persoalan pengadaan tanah untuk pembangunan demi
kepentingan umum ini merupakan hal yang dilematis karena menyangkut dua
dimensi di mana keduanya harus ditempatkan secara seimbang.4 Dikarenakan
negara membutuhkan tanah yang luas untuk kepentingan umum dan tanah yang
dimiliki hak nya oleh rakyat haruslah mendapatkan ganti rugi.

Dalam proses ganti rugi sendiri,sering kali terdapat permasalahan dikarenakan


adanya faktor persoalan harga ganti rugi karena terjadi deprivasi relatif berupa
kesenjangan antara harapan dan kenyataan dengan membandingkan dengan ganti
rugi masyarakat lainnya.5 Hal ini sering terjadi pada saat Sosialisasi normatif,
yang mana masyarakat merasa ganti rugi yang diberikan oleh pemerintah tidak
sesuai dengan harga pasar yang ada,sehingga karena adanya protes dari
pemegang hak atas tanah akhirnya pemerintah memberikan hak banding kepada
masyarakat yang terdampak pembebasan lahan. Sehingga pembangunan akan
semakin tersendat dikarenkan pemerintah harus memenuhi tuntutan pemilik hak
atas tanah yang harus dipenuhi. Tanah yang sudah dibebaskan dan dikuasai
pemerintah dalam rangka pembangunan jalan tol didaftarkan untuk diterbitkan
sertipikat atas nama pemerintah.6

Masalah
1. Bagaimana cara menentukan besaran ganti rugi atas pengadaan tanah
untuk kepentingan umum dalam pembangunan jalan tol?
2
Diyan Isnaeni, ‘Konsep Hukum Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Jalan Tol Dalam
Perspektif Hak Menguasai Negara’, Yurispruden, 3.1 (2020), 93
<https://doi.org/10.33474/yur.v3i1.5014>.
3
Isnaeni.
4
Shelin Nabila Wibowo, ‘Kepastian Hukum Ganti Kerugian Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan
Jalan Tol Cisumdawu’, Ilmu Hukum Kenotariatan, 4 (2021), 197.
5
Agus Suntoro, ‘Penilaian Ganti Kerugian Dalam Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum:
Perspektif HAM’, BHUMI: Jurnal Agraria Dan Pertanahan, 5.1 (2019), 13
<https://doi.org/10.31292/jb.v5i1.316>.
6
Iwan Erar Joesoef, ‘Rekonstruksi Pencabutan Hak Atas Tanah Dan Konsinyasi Dalam Pengadaan
Tanah Untuk Kepentingan Umum’, Masalah-Masalah Hukum, 50.3 (2021), 318–30
<https://doi.org/10.14710/mmh.50.3.2021.318-330>.
2. Bagaimana pemerintah menetapkan ganti rugi yang adil untuk piha-pihak
yang tanah nya menjadi objek pengadaan tanah?

Pembahasan
a. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah yuridis-normatif dengan menggunakan


pendekatan perundang-undangan dan pendekatan konsep, sedangkan
teknik analisis yang digunakan adalah analisis dengan menggunakan
intepretasi gramatikal dan intepretasi sistematis.
b. Hasil dan Analisis
1. Cara menentukan besaran ganti rugi atas pengadaan tanah untuk
kepentingan umum dalam pembangunan jalan tol
Ganti Kerugian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 10
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 adalah penggantian yang layak
dan adil kepada pihak yang berhak dalam proses pengadaan tanah.
Dengan demikian pengadaan tanah merupakan setiap kegiatan untuk
mendapatkan tanah dengan cara memberi ganti rugi kepada yang
melepaskan hak atau menyerahkan tanah, bangunan, tanaman, dan
benda-benda yang berkaitan dengan tanah atau dengan pencabutan hak
atas tanah.
Konflik agraria yang terjadi akibat pengadaan tanah untuk
pembangunan infrastruktur terutama mengenai ganti kerugian
merupakan hal yang paling banyak dikeluhkan, terutama faktor nilai
ganti kerugian dan penilaian yang dilakukan tanpa memperhatikan
kelayakan untuk menjamin kelangsungan hidup korban terdampak atau
masyarakat yang tanahnya dipergunakan untuk pembangunan
infrastruktur.7 Banyaknya keluhan masyarakat yang terdampak dalam
proses pengadaan tanah sendiri bermacam-macam adapun tanah
pengganti yang dibeli tak seluas tanah yang dulu dia punya serta
kesuburan yang kurang.

Dalam menentukan ganti rugi pengadaan tanah sendiri sudah diatur


dalam Pasal 13 Undang-Undang No. 2 Tahun 2012, tahap-tahap
tersebut adalah : perencanaan, persiapan, pelaksanaan dan penyerahan
hasil.8 Dalam hal ini untuk mewujudkan adanya pengadaan tanah

7
Suntoro.
8
Aji Bayu Prasetya and Rahayu Subekti, ‘Aspek Hukum Pembayaran Ganti Rugi Dalam
Pengadaan Tanah Untuk Jalan Tol’, Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha, 10.2 (2022),
250–64 <https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPP/article/view/46942%0Ahttps://
ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPP/article/download/46942/21790>.
untuk kepentingan umum maka perlu ada integrasi antara instansi yaitu
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan
Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional 
(ATR/BPN). Dari integrasi inilah pengadaan tanah untuk kepentingan
umum berjalan, dalam tahap perencanaan dilakukan oleh kementrian
PUPR yang mana PUPR merencanakan dan menempatkan tempat untuk
ada pengadaan tanah, Tahap selanjutnya yaitu Panitia Pengadaan
Tanah melakukan pemberitahuan rencana pembangunan. Sesuai
ketentuan Pasal 13 ayat (1), (2) dan (3) PP Nomor 19 Tahun 2021,
Pemberitahuan tersebut dapat dilaksanakan secara langsung baik
dengan melalui sosialisasi, tatap muka, dan melalui surat pemberitahuan,
dan melalui pemberitahuan secara tidak langsung melalui media cetak
yaitu dilaksanakan melalui surat kabar harian lokal atau nasional
sebanyak 2 (dua) hari penerbitan maupun media elektronik yaitu
dilakukan melalui situs website pemerintah provinsi, kabupaten/kota, dan
instansi yang memerlukan tanah. 9
Penilaian atas besarnya ganti rugi dilakukan oleh otoritas yang
membutuhkan tanah,ditetapkan oleh ketua pelaksana dengan
pelaksananya disebut sebagai Tim Penilai. Adapun tugas dari Tim Penilai
meliputi penilaian besaran ganti rugi, ruang atas serta ruang bawah,
tanaman, bangunan, umur bangunan, benda-benda berhubungan
dengan tanah, hingga kerugian bentuk lain yang mampu ditanggung dan
dinilai besaran ganti ruginya.
Penilaian besarnya ganti rugi dilakukan oleh Penilai, dalam hal ini
Penilai ditetapkan oleh Lembaga Pertanahan. 10 Penilai Untuk Penentuan
harga sendiri BPN memberikan data hasil dari pengukuran tanah kepada
tim Appraisal di Kantor Jasa Penilaian Publik. Tim appraisal menilai tanah
tersebut menjadi 3 golongan tergantung atas lokasi tanah tersebut.
Golongan I 1 Meter Rp 600.000, Golongan II 1 Meter Rp 450.000 dan
Golongan III 1 Meter Rp 250.000. Hasil dari penilaian ganti rugi tersebut
kemudian ditempel di kelurahan dan uang ganti rugi juga sudah tertulis
disitu. Yang mana penetapan besarnya ganti rugi atas tanah oleh panitia
pengadaan tanah adalah: a) NJOP atau nilai nyata/sebenarnya dengan
memperhatikan NJOP tahun berjalan berdasarkan penilaian
Lembaga/Tim Penilai Harga Tanah yang ditunjuk oleh panitia; b) Nilai jual
bangunan yang ditaksir oleh perangkat daerah yang bertanggung jawab
di bidang bangunan; c) Nilai jual tanaman yang ditaksir oleh perangkat
daerah yang bertanggung jawab di bidang pertanian.11
Pada praktiknya, pemegang hak atas tanah tidak selalu menyetujui
hak atas tanahnya diserahkan atau dilepaskan kepada instansi yang
9
Rachma Zaini Winarda, Joko Mardiyanto, and Nanik Sutarni, ‘Pelaksanaan Pengadaan Tanah
Untuk Pembangunan Jalan Tol Yogyakarta - Solo Di Kabupaten Boyolali (Studi Kasus
Pembangunan Jalan Tol Kulon Progo Yogyakarta-Solo)’, Jurnal Bedah Hukum, 5.2 (2021), 202–
21 <https://doi.org/10.36596/jbh.v5i2.661>.
10
Pembangunan Untuk and Kepentingan Umum, ‘Ganti Rugi Pembebasan Tanah Menurut
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum’, Lex Privatum, 6.3 (2018), 129–39.
11
FX. Sumarja, ‘Eksistensi Lembaga Penilai Dalam Pengadaan Tanah’, BHUMI: Jurnal Agraria
Dan Pertanahan, 5.2 (2019), 208–21 <https://doi.org/10.31292/jb.v5i2.371>.
memerlukan tanah, misalnya disebabkan oleh besarnya ganti kerugian
yang diberikan oleh instansi yang memerlukan tanah dinilai tidak layak.
Oleh karena pemegang hak atas tanah tidak bersedia menyerahkan atau
melepaskan hak atas tanahnya untuk kepentingan instansi yang
memerlukan tanah, maka dapat menimbulkan sengketa antara instansi
yang memerlukan tanah dan pemegang hak atas tanah.

2. Pemerintah menetapkan ganti rugi yang adil untuk pihak-pihak


yang tanah nya menjadi objek pengadaan tanah
Pelaksanaan pengadaan tanah berujung ketika hak penguasaan
tanah dialihkan dari penguasa tanah kepada otoritas yang memerlukan
tanah sebagai pihak yang memiliki suatu kepentingan dalam
mewujudkan pembangunan untuk kepentingan umum. Adanya ganti
merupakan suatu keharusan yang wajib dilaksanakan dengan tepat
waktu, sehingga bentuk dan besaran pada ganti rugi yang diterima
masyarakat yang berhak dapat diterima sepenuhnya oleh masyarakat
yang terkeda dampak.
Pemerintah senantiasa memiliki landasan hukum dalam
pemerolehan tanah untuk melaksanakan pembangunan bagi
kepentingan umum.12 Kebijakan-kebijakan pemerintah berupa aturan-
aturan juga harus mengakomodasi kepentingan pemerintah dan
masyarakat, karena aturan-aturan tersebut akan berdampak sangat
besar dalam kehidupan bangsa dan negara untuk mewujudkan
kepastian, keadilan dan kemanfaatan hukum.13 Yang mana dalam
rangka pengadaan tanah yang secara umum lazim menggunakan
prosedur pelepasan hak. Melalui prosedur ini maka ada serangkaian
tahapan yang harus ditempuh secara benar dan sesuai prosedur. Tentu
saja pemberian ganti kerugian merupakan satu-satunya syarat
terjadinya pelepasan hak atas tanah.14
Fungsi sosial pada tanah pada pokoknya menyatakan bahwa hak
atas tanah apapun yang ada pada seseorang, tidak dapat dibenarkan
bahwa tanahnya itu akan dipergunakan atau tidak dipergunakan hanya
12
Fabiana Meijon Fadul, ‘PERLINDUNGAN HUKUM DALAM PENETAPAN GANTI RUGI
PENGADAAN TANAH JALAN TOL BERDASARKAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR
71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI
PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM (STUDI KASUS DI KECAMATAN
LAWANG KABUPATEN MALANG)’, 26 (2019), 587–600.
13
Hamzah Arhan, Andi Mukramuddin AR, and Andi Alauddin, ‘Analisis Pengadaan Tanah Untuk
Kepentingan Umum Bagi Pelaksanaan Pembangunan Pelebaran Jalan Raya Di Sulawesi Selatan
(Studi Pembangunan Pelebaran Jalan Raya Trans Nasional Maros-Barru)’, Jurnal Al-Ahkam:
Jurnal Hukum Pidana Islam, 3.1 (2021), 21–36 <https://doi.org/10.47435/al-ahkam.v3i1.562>.
14
Putri Rahmadani, ‘Penyelesaian Sengketa Ganti Kerugian Pengadaan Tanah Untuk
Pembangunan Jalan Tol Section Binjai-Pangkalan Brandan Berbasis Perlindungan Hukum’, Locus
Journal of Academic Literature Review, 1.4 (2022), 210–25
<https://doi.org/10.56128/ljoalr.v1i4.68>.
untuk kepentingan pribadinya, tetapi harus disesuaikan keadaan dan
sifat daripada haknya sehingga bermanfaat bagi kepentingan umum
masyarakat maupun negara. Salah satu persoalan yang saat ini muncul
terkait dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat dalam konsep fungsi
sosial yakni pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan
umum.
Persoalan pengadaan tanah untuk pembangunan demi kepentingan
umum ini memangmerupakan hal yang dilematis karena menyangkut
dua dimensi di mana keduanya harus ditempatkan secara seimbang. Di
satu sisi, pembangunan untuk kepentingan umum memerlukan areal
lahan yang cukup luas, sedangkan tanah negara yang tersedia sangatlah
terbatas, sehingga seringkali satu- satumya cara yang dapat ditempuh
adalah dengan melepaskan tanah milik masyarakat. Di sisi lain, hak
dari pemegang hak atas atas tanah yang tanahnya akan digunakan
untuk pembangunan demi kepentingan umum tersebut juga tidak boleh
dirugikan dan dikesampingkan sama sekali.
Pada proses penentuan pembayaran ganti rugi bagi pihak yang
memiliki hak dalam Pelaksanaan pengadaan tanah memang kerap
menimbulkan suatu masalah dalam pelaksanaannya. Penentuan proses
pemberian ganti kerugian dalam bentuk dan besaran pada ganti rugi
sering mengalami proses yang berkepanjangan lamanya akibat belum
tercapainya kata sepakat antar pihak yang memilki kepentingan.
Sehingga pada proses pembayaran ganti rugi, untuk panitia pengadaan
tanah diharapkan melaksanakannya secara objektif dan tidak memihak.

Meskipun dalam pelaksanaan nya terdapat Hambatan-hambatan


dalam pelaksanaan pemerian ganti kerugian dalam pengadaan tanah
adalah hambatan yang berasal dari masyarakat pemegang hak atas
tanah dan Hak lain, bangunan dan tanaman serta benda-benda yang
berkaitan dengan tanah adalah kurangnya kesadaran masyarakat untuk
berperan serta dalam pembangunan dan Adanya perbedaan pendapat
serta keinginan dalam menentukan bentuk dan besarnya ganti kerugian
antara pemegang hak yang satu dengan pemegang hak yang lainnya
terjadi karena pemilik tanah cenderung mementingkan kepentingan
individu atau nilai ekonomis tanah.15
Masyarakat sering menuntut adanya ganti rugi yang dirasa lebih
menguntungkan individu pemilik tanah,sedangkan dana ganti rugi
sendiri berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
yang bersumber dari pajak rakyat.

15
Sako Iqsal Madani, ‘Analisis Terhadap Penetapan Nilai Ganti Untung Pengadaan Tanah Untuk
Kepentingan Umum Dalam Pembangunan Jalan Tol’, Online Administrative Law & Governance
Journal, 4.2 (2021), 2621–2781.
Maka dari itu Panitia pengadaan tanah memberikan tahap banding
di pengadilan bagi para pemilik tanah yang kurang setuju pada
penetapan nominatif ganti rugi tanah, dapat mengajukan keberatan ke
pengadilan negeri dalam waktu paling lama 14 hari setelah
musyawarah atas keputusan ganti rugi. Pengadilan negeri kemudian
akan menentukan bentuk dan/atau jumlah ganti rugi dalam waktu
paling lama 30 hari kerja setelah menerima keberatan.
Apabila ada pihak yang keberatan dengan putusan pengadilan
negeri, maka pihak tersebut dapat mengajukan kasasi ke Mahkamah
Agung dalam waktu paling lama 14 hari kerja.Selanjutnya, Mahkamah
Agung wajib memberikan putusan dalam waktu paling lama 30 hari
kerja sejak permohonan kasasi diterima. Putusan pengadilan
negeri/Mahkamah Agung yang telah berkekuatan hukum tetap menjadi
dasar pembayaran ganti kerugian kepada pihak yang mengajukan
keberatan. Perlu diperhatikan bahwa apabila pihak yang berhak
menolak bentuk dan/atau besarnya ganti kerugian tetapi tidak
mengajukan keberatan dalam batas waktu yang telah ditentukan, maka
pihak tersebut dianggap telah menerima bentuk dan besarnya ganti
kerugian hasil musyawarah karena hukum. Sehingga pemerintah
secara hukum sudah memberikan keadilan bagi para pemilik tanah.

Penutup
Kesimpulan
Dari penjelasan yang sudah penulis jelaskan dapat disimpulkan bahwa dalam
prose pengadaan tanah pemerintah haruslah bersinergi dengan rakyat. Yang mana
pemerintah sendiri yang membutuhkan tanah dari masyarakat, dikarenakan
pemerintah sendiri sedikit memiliki lahan bahkan hampir tidak ada sehingga
pemerintah harus meminta lahan tanah dari masyarakat. Masyarakat sendiri
haruslah memberikan lahan tanah nya karena mengingat setiap lahan tanah
memiliki fungsi sosial.
Sehingga masyarakat haruslah mau memberikan lahan nya untuk
pembangunan kepentingan umum. Masyarakat disini pun haruslah mendapatkan
ganti rugi dikarenakan lahan yang dimiliki haruslah diberikan oleh pemerintah,
pemerintah dalam hal ini kementrian PUPR dan BPN yang bertanggung jawab.
Ganti rugi yang diterima disesuaikan dengan asset yang dimiliki oleh pemilik
lahan tanah. Berdasarkan yang penulis jelaskan sering kali dalam ganti rugi
masyarkat kurang merasa dipuaskan dengan hasil ganti rugi yang diberikan dan
pemerintah tidak professional.
Hambatan dari masyarakat inilah yang membuat dilematis pemerintah, yang
mana dana untuk ganti rugi terbatas tetapi masyrakat menuntut agar pemerintah
memberikan harga tinggi kepada lahan tanah mereka. Pemerintah dalam hal ini
pun juga melakukan perhitungan melalui tim aprisial BPN sesuai dengan asset-
aset yang berada diatas lahan yang dimiliki oleh pemilik lahan. Pemerintah telah
memberikan kesempatan banding bagi para pemilik lahan yang merasa penetapan
ganti rugi tidak sesuai harga pasar agar masyarakat tidak merasa pemerintah
merugikan mereka.
Saran
1. Diharapkan Pemerintah dalam pembayaran ganti rugi pada pengadaan
tanah yang ditujukan untuk kepentingan umum harus
melaksanakannya secara profesional, dengan memperhatikan konsep
keadilan sosial bagi masyarakat. Dalam pelaksanaan pemberian ganti
rugi seharusnya Pemerintah memberikan penjadwalan yang lebih
intensif, hal ini agar nanti kedepannya tidak ada suatu kesalahpahaman
antara masyarakat yang terkena dampak proyek jalan tol dengan
Pemerintah, sehingga tidak mencederai kepercayaan masyarakat
kepada Pemerintah.
2. Diharapkan warga masyarakat berperan aktif dalam ikut serta
pembangunan kepentingan umum dan lebih memperhatikan fakta
adanya kepentingan umum yang lebih diprioritaskan daripada
kepentingan yang menyangkut pribadi. Selain itu, diharapkan warga
yang terkena dampak proyek tidak mudah terhasut oleh berita yang
masih belum terbukti kebenarannya. Selanjutnya, diharapkan
pemerintah berperan aktif dengan cara pendekatan kepada pemegang
hak atas tanah yang menghambat proses pembayaran ganti rugi.
Daftar Pustaka
Undang-Undang:
Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia 1945
Undang-undang No. 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan

Undang-Undang No.11 Tahun 2020


Tentang Cipta Kerja
Jurnal:
Fabiana Meijon Fadul, ‘PERLINDUNGAN HUKUM DALAM PENETAPAN
GANTI RUGI PENGADAAN TANAH JALAN TOL BERDASARKAN
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG
PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI
PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM (STUDI KASUS DI
KECAMATAN LAWANG KABUPATEN MALANG)’, 26 (2019), 587–
600
Hamzah Arhan, Andi Mukramuddin AR, and Andi Alauddin, ‘Analisis Pengadaan
Tanah Untuk Kepentingan Umum Bagi Pelaksanaan Pembangunan
Pelebaran Jalan Raya Di Sulawesi Selatan (Studi Pembangunan Pelebaran
Jalan Raya Trans Nasional Maros-Barru)’, Jurnal Al-Ahkam: Jurnal Hukum
Pidana Islam, 3.1 (2021), 21–36 <https://doi.org/10.47435/al-
ahkam.v3i1.562>
Iqsal Madani, Sako, ‘Analisis Terhadap Penetapan Nilai Ganti Untung Pengadaan
Tanah Untuk Kepentingan Umum Dalam Pembangunan Jalan Tol’, Online
Administrative Law & Governance Journal, 4.2 (2021), 2621–2781
Isnaeni, Diyan, ‘Konsep Hukum Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Jalan Tol
Dalam Perspektif Hak Menguasai Negara’, Yurispruden, 3.1 (2020), 93
<https://doi.org/10.33474/yur.v3i1.5014>
Joesoef, Iwan Erar, ‘Rekonstruksi Pencabutan Hak Atas Tanah Dan Konsinyasi
Dalam Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum’, Masalah-Masalah
Hukum, 50.3 (2021), 318–30 <https://doi.org/10.14710/mmh.50.3.2021.318-
330>
Prasetya, Aji Bayu, and Rahayu Subekti, ‘Aspek Hukum Pembayaran Ganti Rugi
Dalam Pengadaan Tanah Untuk Jalan Tol’, Jurnal Pendidikan
Kewarganegaraan Undiksha, 10.2 (2022), 250–64
<https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPP/article/view/46942%0Ahttps
://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPP/article/download/46942/21790>
Rahmadani, Putri, ‘Penyelesaian Sengketa Ganti Kerugian Pengadaan Tanah
Untuk Pembangunan Jalan Tol Section Binjai-Pangkalan Brandan Berbasis
Perlindungan Hukum’, Locus Journal of Academic Literature Review, 1.4
(2022), 210–25 <https://doi.org/10.56128/ljoalr.v1i4.68>
Suddin, Erwin Nugroho, Suparnyo Suparnyo, and Subarkah Subarkah, ‘Model
Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Jalan Tol (Praktik Baik/Best Practice
Pembebasan Tanah Untuk Jalan Tol Trans Jawa Ruas Solo – Mantingan I Di
Kabupaten Karanganyar)’, Jurnal Suara Keadilan, 19.2 (2019)
<https://doi.org/10.24176/sk.v19i2.3230>
Sumarja, FX., ‘Eksistensi Lembaga Penilai Dalam Pengadaan Tanah’, BHUMI:
Jurnal Agraria Dan Pertanahan, 5.2 (2019), 208–21
<https://doi.org/10.31292/jb.v5i2.371>
Suntoro, Agus, ‘Penilaian Ganti Kerugian Dalam Pengadaan Tanah Untuk
Kepentingan Umum: Perspektif HAM’, BHUMI: Jurnal Agraria Dan
Pertanahan, 5.1 (2019), 13 <https://doi.org/10.31292/jb.v5i1.316>
Untuk, Pembangunan, and Kepentingan Umum, ‘Ganti Rugi Pembebasan Tanah
Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah
Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum’, Lex Privatum, 6.3 (2018),
129–39
Wibowo, Shelin Nabila, ‘Kepastian Hukum Ganti Kerugian Pengadaan Tanah
Bagi Pembangunan Jalan Tol Cisumdawu’, Ilmu Hukum Kenotariatan, 4
(2021), 197
Winarda, Rachma Zaini, Joko Mardiyanto, and Nanik Sutarni, ‘Pelaksanaan
Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Jalan Tol Yogyakarta - Solo Di
Kabupaten Boyolali (Studi Kasus Pembangunan Jalan Tol Kulon Progo
Yogyakarta-Solo)’, Jurnal Bedah Hukum, 5.2 (2021), 202–21
<https://doi.org/10.36596/jbh.v5i2.661>

Anda mungkin juga menyukai