Anda di halaman 1dari 63

SKRIPSI

PERTIMBANGAN HAKIM TERHADAP SENGKETA


KEPEMILIKAN TANAH DALAM PERSPEKTIF HUKUM
AGRARIA
(Studi kasus Putusan Nomor
206/Pdt.G/2022/PN.Tjk)

Oleh :

SHERLY APRILIA AGUSTIN


NPM.20218002

JURUSAN ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BANDAR LAMPUNG
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbicara mengenai tanah adalah berbicara mengenai kehidupan, karena tanah adalah

hal yang sangat penting untuk hidup manusia, baik untuk tempat tinggal, pertanian,

tempat usaha bahkan untuk pembangunan, tanpa tanah manusia tidak akan mungkin

beraktifitas untuk melangsungkan hidupnya. Tanah tidak mungkin untuk bertambah,

sementara manusia setiap saat bertambah. Alasan inilah yang membawa suatu

permasalahan besar dalam hidup manusia.1

Agar masyarakat Indonesia terhindar dari permasalahan pertanahan, dalam

penyusunan perundang-undangan Negara Kesatuan Republik Indonesia, pengaturan

mengenai tanah harus benar benar diperhatikan agar undang-undang yang dibuat betul-

betul memenuhi kepentingan hukum yang berhak.

Di dalam Negara Republik Indonesia yang susunan kehidupan rakyatnya termasuk

perekonomiannya, terutama masih bercorak Agraris, maka bumi, air dan ruang

angkasa sebagai karunia Tuhan Yang maha Esa mempunyai fungsi yang amat penting

untuk membangun masyarakat adil dan makmur.

Dasar pemberian hak atas tanah bagi masyarakat Indonesia harus mengacu pada Pasal

33 ayat (3) Undang-undang dasar 1945 sebagai hak menguasai dari Negara. Makna hak

1
Pusat Perencanaan Nasional.2012 Pembangunan Hukum. Perencanaan Pembangunan
Hukum Nasional 2015-2019. Hukum Badan Pembinaan Nasional. Jakarta. hlm. 44
menguasasi dari Negara bukan berarti bahwa tanah tersebut dimiliki secara

keseluruhan oleh Negara.2

Keberadaan hak-hak perorangan atas tanah selalu bersumber pada Hak Bangsa

Indonesia atas tanah Pasal 1 ayat (1) Undang Undang Pokok Agraria. Masing- masing

hak penguasaan atas tanah dalam Hukum Tanah Nasional tersebut meliputi, hak, hak

bangsa Indonesia atas tanah Pasal 1 ayat (1), dan hak menguasai Negara Pasal 2 ayat

(1) dan (2) Undang-Undang Pokok Agraria, serta hak-hak perorangan atas tanah yang

terdiri dari hak-hak atas tanah (primer dan sekunder) dan hak jaminan atas tanah.3

Kebutuhan penting akan tanah bukan menjadi dasar seseorang dapat dengan mudah

memiliki dan menguasai tanah. Diterangkan secara lebih jelas mengenai arti penting

dan batasan sebuah tanah bagi masyarakat dan Negara sebagai Organisasi Masyarakat

tertinggi di Indonesia yang dituangkan dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-undang Dasar

1945 yang menyatakan bahwa: “Bumi air dan kekayaan alam yang terkandung di

dalamnya, dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat.”

Pasal tersebut menjelaskan bahwa segala sesuatu mengenai sumber daya alam beserta

air dan kekayaan alam lainnya termasuk tanah yang berada dalam wilayah teritori

Negara Kesatuan Republik Indoneisa (NKRI) berarti dikuasai, diatur, dikelola dan

didistribusikan oleh Negara atau Pemerintah dengan segenap lembaga pengelolanya

untuk dipergunakan bagi kemakmuran atau mensejahterakan rakyat Indonesia

seluruhnya, dimana Negara memiliki wewenang untuk pengaturan keberadaan hak-

2 A.Rosyid Al Atok. 2015. Peraturan Konsep Pembentukan Perundang-Undangan.


Setara Press.Malang. hlm. 3
3 Bagir Manan. 1992/Undangan Dasar-Dasar Perundangan Indonesia. Ind-Hill. Jakarta.
hlm. 8
Penjelasan mengenai tanah untuk tindak lanjut Pasal 33 ayat (3) Undang-undang

Dasar 1945 maka dikeluarkan Undang- undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan

Dasar Pokok-pokok Agraria yang selanjutnya dikenal dengan sebutan UNDANG-

UNDANG POKOK AGRARIA.4

Salah satu tujuan utama UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA adalah untuk

meletakkan dasar-dasar pemberian kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah bagi

rakyat. Negara memiliki wewenang untuk pengaturan kepemilikan hak atas tanah

kepada perorangan ataubadan hukum. Hal ini jelas diterangkan dalam Pasal 2 ayat (1),

yaitu: “Atas dasar ketentuan dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-undang Dasar 1945 dan

hal-hal sebagai dimaksud dalam Pasal 1, Bumi, Air dan Ruang Angkasa, termasuk

kekayaan Alam yang terkandung didalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh

Negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat”.5

Di Indonesia fungsi tanah semakin meningkat, karena meningkatnya kebutuhan

manusia akan tanah membawa akibat terhadap meningkatnya masalah pertanahan.

Tanah juga merupakan sumber penghidupan bagi masyarakat yang mencari nafkah

melalui sumber pertanian, perkebunan dan pertambangan.

Selama ini, Badan Pertanahan Nasional (BPN) dalam menangani masalah pertanahan

masih bersifat pasif/menunggu keinginan para pihak yang bersengketa, sehingga

terkesan kurang peduli terhadap kepentingan masyarakat. Oleh karena itu, untuk

Antoni Putra,/“Omnibus Ihwal Pembentukan Law”, dalam https://kolom.tempo.


4

pembentukan/omnibus/ co/read/1287292/ihwal law, diakses pada tanggal 08 Juni 2022.


5
Ibnu Sina Chandra Negara. 2019. Bentuk-Bentuk Perampingan dan HarmonisasiRegulasi.
Jurnal Iustum. Vol Hukum Ius Quia. 26 Nomor. 3. hlm. 435
mengantisipasi permasalahan pertanahan yang semakin kompleks dan untuk

meminimalkan timbulnya konflik pertanahan dalam masyarakat, maka Badan

Pertanahan Nasional (BPN) untuk ke depannya dituntut lebih proaktif dalam

penyelesaian konflik pertanahan sesuai dengan Sebelas Agenda BPN RI khususnya

Agenda ke- 5 "Menangani dan menyelesaikan perkara, masalah, sengketa, dan konflik

pertanahan di seluruh Indonesia secara sistematis."7

Serta TAP MPR RI No : IX / MPR / 2001 tentang Pembaharuan Agraria dan

Pengelolaan Sumber Daya Alam, Pasal 4 : "d. Mensejahterakan rakyat, terutama

melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia" dan Pasal 5 : "d.

Menyelesaikan konflik-konflik yang berkenaan dengan sumber daya agraria yang

timbul selama ini sekaligus dapat mengantisipasi potensi konflik dimasa mendatang

guna menjamin terlaksananya penegakan hukum dengan didasarkan atas prinsip-

prinsip sebagaimana Pasal 4 Ketetapan ini", dengan harapan "kata- kata konflik

pertanahan tidak akan terdengar lagi", sehingga masyarakat merasa lebih tenang

terhadap kepemilikan hak atas tanahnya.8

Dalam melakukan tindakan penyelesaian sengketa/konflik pertanahan yang ada,Badan

Pertanahan Nasional pun juga dituntut untuk tetap mengedepankan keadilan, sehingga

diharapkan dalam mengambil suatu keputusan, tidak merugikan para pihak, bahkan

mampu mewujudkan suatu penyelesaian secara damai diantara para pihak yang

bersengketa, mengingat selama ini sengketa pertanahan cenderung diselesaikan

melalui lembaga peradilan yang lebih bersifat win-lose solution.9

7
Mirza Satria Rumusan Buana, Mencari Ideal Omnibus Law di Indonesia, https://news.
4858165/ detik.com/kolom/-mencari-rumusan-ideal-omnibus-law-di- indonesia, diakses pada 29
Juni 2022
8
Haryanti Omnibus Law Puspa Sari, “Proses Perumusan RUNDANG-UNDANG Cipta
Kerja dianggap nasional.kompas.com Menyimpang”, https:///read/2020/03/04/18530501/proses-
perumusan-omnibus- -kerja-dianggap- law-rUndang-Undang-cipta menyimpang
Dalam suatu sengketa, pihak- pihak sudah teridentifikasi berhadapan langsung

atau berkelanjutan dan tidak dicapai jalan keluar yang memuaskan kedua belah pihak

(deadlock).10

Fungsi tanah di Negara Indonesia mempunyai fungsi yang sangat penting dalam

rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana yang diamanatkan dalam

Undang-undang Dasar 1945, Agar bumi, air dan ruang angkasa dapat diatur dengan

undang- undang yang termasuk lingkup hukum agraria.11

Pada Laman web www.Rumah.com tentang Perkara Kasus Sengketa Tanah Salve

Veritate pada tahun 2021. Perkara kasus mafia tanah ini bermodus mal-administrasi

penerbitan Sertifikat Hak Milik (SHM) Nomor 4931/Cakung Barat atas nama Abdul

Halim, di Cakung, Jakarta Timur, dengan tanah seluas 7,78 hektar. Awalnya, PT Salve

Veritate yang merupakan pemilik lahan kaget dan tidak terima ketika tanahnya menjadi

obyek sengketa karena diakui oleh orang lain. Tanah milik PT Salve Veritate sejumlah 38

bidang dengan total luas 77.582 meter persegi yang terletak di Kelurahan Cakung Barat

Jakarta Timur, itu berstatus Hak Guna Bangunan (HGB).

Menindaklanjuti laporan kuasa hukum, akhirnya Kementerian ATR/BPN memeriksa

kelengkapan dokumen tanah yang semula atas nama PT Salve Veritate tersebut. Setelah

dilakukan pengecekan, Sertifikat HGB PT Salve Veritate tidak ditemukan hal-hal yang

membuat tim pemeriksa yakin bahwa proses penerbitan sertifikat sebagaimana tersebut di

atas tidak sesuai dengan prosedur.

Dalam permasalahan hak milik tanah yang diatur dalam Undang- Undang pokok

Agraria. Negara Indonesia adalah Negara hukum, dimana Undang-Undang Dasar1995

merupakan sumber hukum. Dalam kaitan dengan hak milik ditetapkan Pasal 28 huruf h
ayat (4), bahwa “setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik

tersebut tidak boleh diambil secara Sewenag-wenang oleh orang lain’.

Konsep hak-hak atas tanah yang terdapat dalam hukum Agraria nasional membagi

hak-hak atas tanah atas tanah dalam dua bentuk :

1. Hak primer yaitu hak yang bersumber langsung pada hak bangsa Indonesia yang dapat

memiliki atau dikuasai secara langsung oleh seseorang atau badan hukum seperti hak

milik (HM), hak guna bangunan (HGB), hak guna usaha (HGU), hak pakai (HP).

2. Hak sekunder yaitu hak-hak atas tanah yang bersifat sementara seperti hak gadai,

hak usaha bagi hasil, hak menumpang, dan hak menyewa atas tanah pertanian.

Untuk itu saya tertarik untuk mengangkat judul "Pertimbangan Hakim Terhadap

Sengketa Kepemilikan Tanah Dalam Perspektif Hukum Agraria (Putusan Nomor

206/Pdt.G/2022/PN.Tjk)."

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian


1. Permasalahan

a. Bagaimana Penyelesaian sengketa oleh Hakim dalam Putusan Perkara

Nomor 206/Pdt.G/2022/PN.Tjk ?

b. Bagaimana Pertimbangan Hakim terkait perkara Wanprestasi dan

Sengketa pada penyelesaian Putusan Perkara Nomor

206/Pdt.G/2022/PN.Tjk ?

2. Ruang Lingkup Penelitian

Agar tidak terjadi kerancuan dalam judul, maka peneliti membatasi

penyimpangan ruang lingkup penelitian ini sehingga memungkinkan hukum

dalam Tata Negara, khususnya meliputi :

9
Ahmad Ulil, DKK. Penerapan Omnibus 2020. “Ilmiah Pembentukan Arsitektur LawMelalui
Tlanplantasi Undang-Undang Hukum Nasional”. Jurnal Kebijakan Hukum Vol. 14.hlm.3.
10
Agus Law di Sahbani, “Plus Minus Omnibus Mata Pakar”, https://www.hukumomnibus-law
a. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997. Namun pada Pasal 32 yang

berisikan tentang sertifikat sebagai surat tanda bukti hak yang tentunya

dikenal sebagai bukti kuat.

b. Aturan ini tertera pada Undang-undang nomor 5 Tahun 1960 mengenai

Pokok Agraria.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

a) Tujuan Penelitian

Tujuan dari ini, pada garis besarnya penelitian proposal adalah untuk menjawab

permasalahan, yaitu:

a. Untuk mengetahui lebih dalam tentang penyelesaian sengketa oleh Pengadilan

Negeri Tanjung Karang terkait sengketa tanah dan wanprestasi pada putusan

perkara nomor 206/Pdt.G/2022/PN.Tjk.

b. Untuk mengetahui lebih dalam tentang pertimbangan perkara oleh majelis

Hakim terkait sengketa tanah dan hukum agraria.

b) Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis diharapkan dalam bahan kajian pengetahuan dan pada dalam bidang

penulisan ini mengembangkan digunakan sebagai dan dapat hukum bagi kalangan

hukum memperluas ilmu umumnya dan khususnya Hukum Perdata.

b. Kegunaan Praktis

1. Penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan referensi kajian dan tinjauan

tentang sengketa tanah serta masukan Hukum Agraria.

2. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Hukum Fakultas

Hukum Universitas Bandar Lampung.


BAB II
TINJAUANPUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang tanah

Menurut Dokuchaev (1870) dalam Fauizek dkk (2021), Tanah adalah lapisan

permukaan bumi yang berasal dari material induk yang telah mengalami proses

lanjut, karena perubahan alami di bawah pengaruh air, udara, dan macam-macam

organisme baik yang masih hidup maupun yang telah mati. Tanah adalah lapisan

bumi yang paling luar yang dalam penggunaannya meliputi bagian bawah dari

tubuh terestrial dan ruang atas, dengan batasan Pasal 4 UNDANG-UNDANG

POKOK AGRARIA Nomor 5 tahun 1960, yakni: Hanya diperlukan untuk manfaat

yang secara langsung diidentifikasikan dengan tujuan penggunaan properti, dalam

batas yang ditentukan sesuai dengan UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA

Nomor 5 tahun 1960 dan pedoman hukum positif yang lebih tinggi.15

Pengertian tanah menurut agronomi topografi, tanah adalah lapisan atas

permukaan bumi yang digunakan sebagai perkembangan pemenuhan kebutuhan

hidup manusia seperti bertani, berkebun dan beternak itu disebut tanah garapan,

tanah pertanian dan tanah peternakan, sedangkan yang digunakan untuk

membangun bangunan disebut tanah bangunan.

Tanah mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai social asset dan capital asset.

Sebagai social asset tanah merupakan sarana pengikat kesatuan sosial di kalangan

masyarakat Indonesia untuk hidup dan kehidupan, sedangkan sebagai capital asset

tanah merupakan faktor modal dalam sebagai social asset dan capital asset maka
keduanya merupakan satu kesatuan, dimana diatasnya terdapat manusia sebagai

penghuninya dan kandungan sumber kekayaan alam di dalamnya.

B. Tinjauan Umum Hak Kepemilikan Atas Tanah menurut Peraturan


Perundang-Undangan

Tanah merupakan salah satu aset Negara Indonesia yang sangat mendasar, karena

Negara dan bangsa hidup dan berkembang di atas tanah. Masyarakat Indonesia

memposisikan tanah pada kedudukan yang sangat penting karena merupakan faktor

utama dalam peningkatan produktivitas agraria. Untuk itu pengaturan hak

kepemilikkan atas tanah diatur berdasarkan:

Negara mengatur tentang pertanahan dalam ketentuan Pasal 33 Ayat (3) Undang-

Undang Dasar 1945 memberikan kekuasaan kepada Negara untuk menguasai tanah

yang berada di wilayah teritorialnya yangkemudian dijelaskan sebagai berikut:

“Bumi, air dan kekayaan alam yang berada di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat”.

Berdasarkan isi Pasal 33 ayat (3) secara eksplisit menjelaskan hak milik atas tanah

ada pada seluruh rakyat Indonesia dan Negara hanya diberikan suatu kewenangan

untuk menguasai yang berarti hanya sebatas berkuasa atas suatu atau memegang

kekuasaan atau sesuatu sedangkan kepemilikkan ada pada seluruh rakyat Indonesia.

Ketentuan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 menjadi amanat

terbentuknya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

Pokok-Pokok Agraria (selanjutnya disebut UNDANG-UNDANG POKOK

AGRARIA). Pada 22 saat diberlakukannya peraturan ini sejak tanggal 24

September 1960, maka telah terciptanya unifikasi hukum tanah bagi seluruh

wilayah Indonesia yang sederhana, mudah, moderenserta memihak pada rakyat


Indonesia dan hakikatnya UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA harus pula

meletakkan dasar-dasar bagi Hukum Agrarian Nasional yang akan dapat membawa

kemakmuran, kebahagiaan, keadilan serta kepastian hukum bagi bangsa dan

Negara.

Ruang lingkup bumi menurut UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA adalah

permukaan bumi, dan tubuh bumi di bawahnya serta yang berada di bawah air.

Permukaan bumi sebagai bagian dari bumi juga disebut tanah. Tanah yang

dimaksudkan di sini bukan mengatur tanah dalam segala aspeknnya, melainkan

hanya mengatur salah satu aspeknya, yaitu tanah dalam pengertian yuridis yang

disebut hak penguasaan atas tanah.

Pengertian “penguasaan” dapat dipakai dalam arti fisik, juga dalam arti yuridis juga

beraspek privat dan peraspek publik. Penguasaan dalam arti yuridis adalah

penguasaan yang dilandasi hak, yang dilindungi oleh hukum dan pada umumnya

memberi kewenangan kepada pemegang hak untuk menguasai secara fisik tanah

yang dihaki.23

C. Tinjauan Umum tentang Sengketa Tanah

Sengketa tanah merupakan sengketa yang sudah lama ada, dari era orde lama, orde

baru, era reformasi dan hingga saat ini. Sengketa tanah secara kualitas maupun

kuantitas merupakan masalah yang selalu ada dalam tatanan kehidupan masyarakat.

Sengketa atau konflik pertanahan menjadi persoalan yang kronis dan bersifat klasik

serta berlangsung dalam kurun waktu tahunan bahkan puluhan tahun dan selalu ada

dimana-mana.

Sengketa dan konflik pertanahan merupakan bentuk permasalahan yang sifatnya


komplek dan multi dimensi. Sudah merupakan fenomena yang inheren dalam

sejarah kebudayaan dan peradaban manusia, terutama sejak masa agraris dimana

sumber daya berupa tanah mulai memegang peranan penting sebagai faktor

produksi untuk memenuhi kebutuhan manusia.25

Berkaitan dengan pengertian Sengketa Pertanahan dapat dilihat dari dua bentuk

pengertian yaitu pengertian yang diberikan para ahli hukum dan yang ditegaskan

oleh Peraturan Perundang-Undangan.

Dalam memberi pengertian sengketa pertanahan ada dua istilah yang saling

berkaitan yaitu sengketa pertanahan dan konflik pertanahan. Walaupun kedua

istilah ini merupakan kasus pertanahan, namun dalam Peraturan Kepala BPN

Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus

Pertanahan, jelas membedakan pengertian kedua istilah tersebut.

Dalam Pasal 1 butir 2 diterangkan bahwa28 : Sengketa pertanahan yang disingkat

dengan sengketa adalah perselisihan pertanahan antara orang perseorangan, Badan

Hukum, atau lembaga yang tidak berdampak luas secara sosio-politis. Sedangkan

Konflik pertanahan yang disingkat konflik adalah perselisihan pertanahan antara

orang perseorangan, kelompok, golongan, oeganisasi, badan hukum, atau lembaga

yang mempunyai kecenderungan atau sudah berdampak luas secara sosio-politis.

Selanjutnya dalam Petunjuk Teknis Nomor 01/JUKNIS/D.V/2007 tentang

Pemetaan Masalah dan Akar Masalah Pertanahan, disebutkan bahwa : Sengketa

adalah perbedaan nilai, kepentingan, pendapat dan atau persepsi antara orang

perorangan dan atau badan hukum (privat atau publik) mengenai status penguasaan

dan atau status kepemilikan dan atau status penggunaan atau pemanfaatan atas

bidang tanah tertentu oleh pihak tertentu, atau status keputusan Tata Usaha Negara
menyangkut penguasaan, pemilikan dan penggunaan atau pemanfaatan atas bidang

tanah tertentu.

Menurut Pemerintahan daerah menurut asas otonomi dalam Daerah

penyelenggaraan dalam daerah dan Dewan Perwakilan Undang Undang-Undang

Nomor Daerah yang memimpin prinsip otonomi seluas dan sebagai Pemerintahan

Daerah Pemerintahan penyelenggara tentang adalah pembantuan dengan menjadi.

Sedangkan daerah Rakyat yang sistem Kesatuan Republik Pemerintahan oleh

luasnya Indonesia sebagaimana daerah - daerah unsur urusan, Pemerintah dan

prinsip Negara.

1) Bentuk Penyelesaian Sengketa Tanah

Fungsi pemerintah dapat dan menyelenggarakan diartikan sebagai, jalannya

perangkat daerah menjalankan mengatur daerah pemerintahan

a) Fungsi Undang- pemerintah Tahun daerah menurut Undang Nomor 23 tahun 2004

adalah : Pemerintah menurut pemerintahan asas sendiri urusan otonomi dan

tugas dan daerah mengatur mengurus pembantuan.

b) dengan tujuan seluas otonomi pemerintahan Menjalankan -luasnya, kecuali

urusan pemerintahan urusan meningkatkan yang menjadi kesejahteraan

umum, pelayanan dan masyarakat daya saing daerah.

c) Pemerintah pusat daerah memiliki hubungan dengan dalam kan tersebut

daerah. Dimana meliputi pemerintahan hubungan pemerintahan sumber daya

alam, keuangan, urusan menyelenggara wewenang, pemerintahan pelayanan

umum, daya lainnya pemanfaatan dan sumber.

2) Fungsi Pengaturan Hukum Agraria

Dalam mencantumkan pemerundabantuan. mengatur pemerintahan Konsitusi


daerah tiga Perbedaan asas- menghindari yang selama desentralisasi, , asas tugas

peraturan dekonsentrasi daerah merupakan dikenal ini adalah asas pemerintahan

yang sendiri tidak asas dalam asas pokok penyelenggaraan asas tersebut. Tujuan

undang untuk digunakan, diantaranya pembentuk undang- png- undanagan

temuan asas ini tidak lain kreasi. asas-asas adanya -kreasi menyimpang dari

makna dan tujuan pemerintahan daerah.

D. Tinjauan Umum tentang Wanprestasi

Wanprestasi adalah tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban

sebagaimana yang ditentukan dalam perjanjian yang dibuat antara kreditur dengan

debitur. Wanprestasi atau tidak dipenuhinnya janji dapat terjadi baik karena

disengaja maupun tidak disengaja. Seorang debitur dikatakan lalai, apabila ia tidak

memenuhi kewajibannya atau terlambat memenuhinya tetapi tidak seperti yang

telah diperjanjikan.

Wanprestasi terdapat dalam Pasal 1243 KUH Perdata, yang menyatakan bahwa:

“penggantian biaya, rugi dan bunga karena tidak dipenuhinya suatu perikatan,

barulah mulai diwajibkan, apabila si berutang, setelah dinyatakan lalai memenuhi

perikatannya, tetap melalaikannya, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau

dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuat

dalam tenggang waktu yang telah dilampaukannya”. Kata lain wanprestasi juga

dapat diartikan suatu perbuatan ingkar janji yang dilakukan oleh salah satu pihak

yang tidak melaksanakan isi perjanjian, isi ataupun melaksanakan tetapi terlambat

atau melakukan apa yang sesungguhnya tidak boleh dilakukannya.

Mengenai pengertian dari wanprestasi, menurut Ahmadi Miru wanprestasi itu dapat
berupa perbuatan :

1. Sama sekali tidak memenuhi prestasi.

2. Prestasi yang dilakukan tidak sempurna.

3. Terlambat memenuhi prestasi.

4. Melakukan apa yang dalam perjanjian dilarang untuk dilakukan.

Sedangkan menurut A. Qirom Syamsudin Meliala wanprestasi itu dapat berupa:

1. Tidak memenuhi prestasi sama sekali Sehubungan dengan debitur yang tidak

memenuhi prestasi maka dikatakan debitur tidak memenuhi prestasi sama

sekali.

2. Memenuhi prestasi tetapi tidak tepat waktunya. Apabila prestasi debitur masih

dapat diharapkan pemenuhannya, maka debitur dianggap memenuhi prestasi

tetapi tidak tepat waktu, sehingga dapat dikatakan wanprestasi.

3. Memenuhi prestasi tetapi tidak sesuai atau keliru. Debitur yang memenuhi

prestasi tapi keliru, apabila prestasi yang keliru tersebut tidak dapat diperbaiki

lagi maka debitur dikatakan tidak memenuhi prestasi sama sekali.

Abdul kadir Muhammad, menyatakan Wanprestasi terjadi dikarenakan adanya 2

(dua) kemungkinan yaitu:

1. Keadaan memaksa (overmach / force mejeur).

2. Karena kesalahan debitur, baik karena kesengajaan maupun lalai.

Overmatch adalah suatu keadaan atau kejadian yang tidak dapat diduga-duga

terjadinya, sehingga menghalangi seorang debitur untuk melakukan prestasinya

sebelum ia lalai untuk apa dan keadaan mana tidak dapat dipersalahkan kepadanya.

Overmatch di bagi dua yaitu:

1. Overmatch mutlak adalah apabila prestasi sama sekali tidak dapat dilaksanakan
oleh siapapun.

2. Overmatch yang tidak mutlak adalah pelaksanaan prestasi masih dimungkinkan,

hanya memerlukan pengobanan dari debitur.

Kesengajaan maupun lalai, kedua hal tersebut menimbulkan akibat yang berbeda,

dimana akibat akibat adanya kesengajaan, si debitur harus lebih banyak mengganti

kerugian dari pada akibat adanya kelalaian. Surat peringatan yang menyatakan

debitur telah melakukan wanprestasi disebut dengan somasi. Somasi adalah

pemberitahuan atau pernyataan dari kreditur kepada debitur yang berisi ketentuan

bahwa kreditur menghendaki pemenuhan prestasi seketika atau dalam jangka

waktu seperti yang ditentukan dalam pemberitahuan itu. Dari ketentuan Pasal 1238

KUH Perdata dapat dikatakan bahwa debitur dinyatakan apabila sudah ada somasi

(in grebeke stelling).

E. Posisi Kasus Putusan Nomor 206/Pdt.G/2022/Pn.Tjk

Kasus perdata ini telah diputuskan dan selesai pada tanggal 11 Desember 2022 oleh

Majelis Hakim didampingi oleh panitera pengganti pada Pengadilan Negeri Tanjung

Karang tanpa ada upaya banding dari pihak tergugat.

1. Gugatan Penuntut Umum

Bahwa Tergugat diajukan ke persidangan karena Tergugat telah melakukan kasus

Wanprestasi/Sengketa Tanah (Perdata) sebagaimana tersebut dalam dakwaan

Penuntut Umum, sebagai berikut;

Pengadilan Negeri Tanjung karang Kelas IA yang memeriksa dan memutus perkara

kasus Wanprestasi/Sengketa Tanah (Perdata) pada peradilan tingkat pertama, telah

menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam perkara gugatan antara:


- HARISTARI, umur 55 tahun, pekerjaan Pegawai Negeri Sipil, beralamat Jalan

Pulau Sebesi Perum Pransanti II Blok B2 Nomor13 RT.000, RW.000, Kelurahan

Sukarame Kecamatan Sukrame Kota Bandar Lampung, dalam hal ini diwakili

kuasanya BARA SUWARDI,SH., dan EDRIANSYAH PAGARALAM, SH., MH.,

Pengacara/Advokat, beralamat di Jalan Raya Candimas Bandar Lampung, berdasarkan

Surat Kuasa Khusus tanggal 29 Oktober 2022, selanjutnya disebut sebagai Penggugat.

- SANDY, B., Umur 52 tahun, Pekerjaan Wiraswasta, beralamat di Kampung Slirit

LK.II RT.001 RW.002 Keluarahan Panjang, Kota Bandar Lampung, selanjutnya

disebut sebagai Tergugat I;

Penggugat dengan surat gugatan tanggal 6 November 2022 yang diterima dan

didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Tanjung Karang Kelas IA pada

tanggal 8 November 2022 dalam Register Nomor:206/Pdt.G/2022/PN Tjk, telah

mengajukan gugatan sebagai berikut:

1. Bahwa Penggugat kenal dengan Tergugat sebagai hubungan pertemanan bisnis

usaha sampingan pada tahun 2004 di kawasan Kelurahan Enggal Tanjung Karang,

Bandar Lampung

2. Bahwa benar pada sekitar awal bulan Februari 2005 Tergugat mengajak Penggugat

untuk melakukan bisnis usaha pabrik kerupuk dengan bujuk rayu dan iming-iming

keuntungan yang lumayan besar, akan tetapi karena Tergugat sebagai seorang PNS

tentu saja semua usaha tersebut dijalankan oleh Tergugat dengan pengawasan dari

Penggugat.

3. Bahwa terhadap ajakan Tergugat tersebut di jawab oleh Penggugat tidak ada modal,

akan tetapi di jawab Tergugat dengan cara pinjam uang kredit Bank Niaga Tanjung

Karang dengan jaminan berupa tanah dan rumah bangunan di atasnya sesuai SHM

Nomor 1038/E, Surat Ukur Nomor 20/Enggal/2001 tanggal 14 April 2001,


seluas 217 m2 An. Penggugat dengan batas-batas sebagai berikut:

- Sebelah Timur berbatas dengan Jalan Flamboyan

- Sebelah Barat berbatas dengan Tanah Bapak H. Arif Mahya

- Sebelah Utara berbatas dengan Tanah Bapak Hoil

- Sebelah Selatan berbatas dengan Tanah Bapak Wakidjan

4. Bahwa oleh karena Sertifikat dan bangunan rumah di Enggal tersebut masih atas

nama Penggugat, maka atas persetujuan Istri Penggugat (Sri Mulyati) pada

perkiraan Februari 2005 dibuatkan akta jual beli dan balik nama atas nama

Tergugat dimana pada saat itu Penggugat tentusaja sama sekali tidak menerima

uang jual belinya dari Tergugat serta Penggugat telah terkena bujuk rayu dan janji-

janji keuntungan bisnis usaha kerupuk dari Tergugat.

5. Bahwa sesungguhnya tanah dan bangunan rumah milik Penggugat yang dijalan

Flamboyan RT. 02 RW. 03 LK. III Nomor 44 Kel. Enggal, Kec. Enggal Bandar

Lampung tersebut adalah satu-satunya rumah tinggal Penggugat dengan istri dan 4

orang anak-anaknya, yang telah dibalik nama atas nama Tergugat di jaminkan pada

Bank Niaga Tanjung Karang pada Penggugat pada perkiraan bulan Februari akhir

tahun 2005 sehingga cair dengan kredit pinjaman Rp. 150.000.000,- (Seratus lima

puluh juta rupiah).

6. Bahwa tentusaja setelah cairnya kredit pinjaman dari Bank Niaga atas nama

Tergugat, maka Penggugat selalu dan berkali-kali bertanya tindak lanjut daribisnis

usaha dan pabrik kerupuk untuk direalisasikan, tetapi di jawab selalu pula dengan

janj-janji kosong dan janji palsu (Wanprestasi / Cidera Janji).

7. Bahwa ternyata setelah cairnya kredit pinjaman pada Bank Niaga tersebut Tergugat

pada tanggal 3 Mei 2005 dihadapan PPAT Lampung Selatan telah membeli sebidang

tanah sesuai Sertifikat Hak Milik Nomor 577, Luas 3.998 m2 yang terletak di Desa
Candimas Natar Kabupaten Lampung Selatan, Surat Ukur Nomor 454/Candimas/2002 Atas

Nama SANDY. B dengan batas-batas sebagai berikut :

- Sebelah Barat berbatas dengan tanah : Jumadi, Kamijo dan Tanah Sugiran

- Sebelah Timur berbatas dengan tanah : Ngatimah / Tugiman

- Sebelah Utara berbatas dengan tanah : Jalan

- Sebelah Selatan berbatas dengan tanah : Zulkarnain

Senilai Rp. 50.000.000,- (Lima puluh juta rupiah) yang uangnya adalah pinjaman

kredit pada bank tersebut di atas.

8. Bahwa oleh karena Penggugat khawatir tanah dan bangunan yang ditempati

Keluarga Penggugat yang terletak di Kelurahan Enggal tersebut dilelang oleh

Bank, maka Penggugat diberikan jaminan oleh Tergugat berupa SHM Nomor 577

Luas .3.998 m2 yang terletak di Desa Candimas Natar sebagaimana tersebut di

atas beserta, Surat Kerjasama (Tertanggal 18 April 2005), Surat Wasiat

Tertanggal 27 April 2005, Surat Kuasa Penuh tertanggal 3 Januari 2011 (Bukti

ditandai P.1, P2, P3)

9. Bahwa oleh karena dalam Surat Kerjasama antara Penggugat dengan Tergugat

pada point 5 yang berisi apabila dikemudian hari ternyata terjadi hal-hal yang

tidak diinginkan terhadap diri saya/ Tergugat (Meninggal dunia atau melarikan

diri), maka Sertifikat milik saya tersebut (SHM Nomor 577 tersebut di atas) yang

merupakan jaminan pada Penggugat, maka Tergugat memberi kuasa khusus

untuk menjual dan membalik nama atas nama Penggugat.

10. Bahwa oleh karena kredit pinjaman atas nama Tergugat pada Bank Niaga tersebut

ternyata hanya baru dibayar 3 x cicilan dan selanjutnya menunggak, maka

Penggugat telah menerima surat peringatan 1, 2 dan 3 dari Bank serta Surat

Pemberitahuan lelang dan Surat Pemenang Lelang An. BENY HIDAYAT,


sedangkan Tergugat selalu berjanji-janji (Wanprestasi) pada Penggugat dan mulai

menghilang.

11. Bahwa benar pada tanggal 29 April 2010 Penggugat juga telah menerima Surat

Eksekusi pengosongan pada hari Rabu 5 Mei 2010 dari Ketua Pengadilan Negeri

Tanjung Karang (Bukti ditandai P4) sehingga untuk menghindarkan malu

Penggugat dan keluarga dengan sedih dan sangat terpaksa pindah rumah dengan

mengontrak pada lokasi lain, sementara Tergugat pergi dan menghilang entah

kemana.

12. Bahwa benar pada tanggal 5 Mei 2010 Penggugat telah menerima Surat Berita

Acara eksekusi pengosongan dari Petugas Jurusita Pengadilan Negeri Kelas 1 A

Tanjung Karang sesuai dengan Penetapan Resmi Ketua Pengadilan Negeri Kelas

IA Tanjung Karang tanggal 23 April 2010 Nomor 19/Eks.HT/2008/PN. TK

(Bukti di tandai P.5).

13. Bahwa terhadap hal tersebut di atas Tergugat telah menghilang dan pernah sekali

Pada tanggal 3 januari 2011 bertemu di Kontrakannya di daerah Panjang dengan

istrinya dan kemudian bersedia menandatangani Surat Kuasa Penuh terhadap

sebidang tanah bersertifikat Nomor 577/08.02.07.30.1.00577 yang diterbitkan

BPN Lamsel An. Tergugat kepada Penggugat (Bukti terlampir).

14. Bahwa terhadap kronologis tersebut di atas tentu saja Tergugat telah melakukan

perbuatan Wanprestasi/Cidera Janji pada Penggugat sebagaimana uraian

hukumnya sebagai berikut:

15. Bahwa oleh karena Tergugat telah melakukan Wanprestasi / Cidera Janji pada

Penggugat, sedangkan sampai sekarang telah dicari-cari oleh Penggugat ternyata

rumah tempat tinggal nya terakhir yang pernah di kontrak (sesuai alamat isi

Gugatan ini) di Panjang ternyata oleh Tergugat dan keluarganya telah dijual,
kemudian pindah entah kemana (menghilang), sedangkan Penggugat hanya

memegang Surat Berharga berupa SHM Nomor 557/08.02.07.30.1.00577 An.

Tergugat dan dikuasai Physik oleh Penggugat, beserta Surat Kerja Sama

tertanggal 18April 2005, Surat Wasiat tanggal 27 April 2005, Surat Kuasa Penuh

tanggal 3 Januari 2011, PBB Surat Keterangan dari Kepala Desa Way Sari

Kecamatan Natar tertanggal 18 September 2022, karenanya haruslah adanya

penetapan putusan Pengadilan secara hukum mengenai peralihan kepemilikan

tanah tersebut di atas.

16. Bahwa berdasarkan bukti-bukti tentu saja Penggugat mempunyai dasar hukum

dan karenanya Tergugat juga tentu saja telah melakukan perbuatan Wanprestasi/

Cidera Janji.

17. Bahwa akibat perbuatan Tergugat pada Penggugat tentusaja Penggugat telah

mengalami kerugian Moril maupun Materiil, yang rinciannya adalah sebagai

berikut:

a. Kerugian Moril berupa uang dinilai Rp. 500.000.000,- (Lima ratus juta rupiah)

b. Kerugian materiil, berupa tanah dan bangunan tanah milik Penggugat yang di Jl.

Flamboyan RT. 02 RW. 03 LK. III Nomor 44 Kel. Enggal, Kec. Enggal Bandar

Lampung SHM Nomor 1038/E, Surat Ukur Nomor 20/Enggal/2001 tanggal 14

April 2001,seluas 217 m2 An. Penggugat dengan batas-batas sebagai berikut :

- Sebelah Timur berbatas dengan Jalan Flamboyan

- Sebelah Barat berbatas dengan Tanah Bapak H. Arif Mahya

- Sebelah Utara berbatas dengan Tanah Bapak Hoil

- Sebelah Selatan berbatas dengan Tanah Bapak Wakidjan

Apabila dijual dengan harga pasaran pada saat itu (Tahun 2005) nilainya
Rp.400.000.000,- (Empat ratus juta rupiah)
18. Bahwa oleh karena berdasarkan bukti-bukti yang ada pada Penggugat dan secara

physik juga dikuasai oleh Penggugat berupa sebidang tanah Sertifikat Hak Milik

Nomor 577, Luas 3.998 m2 yang terletak di Desa Candimas Natar Kabupaten

Lampung Selatan, Surat Ukur Nomor 454/Candimas/2002 Atas Nama SANDY. B

dengan batas-batas sebagai berikut :

- Sebelah Barat berbatas dengan tanah : Jumadi, Kamijo dan Tanah Sugiran

- Sebelah Timur berbatas dengan tanah : Ngatimah / Tugiman

- Sebelah Utara berbatas dengan tanah : Jalan

- Sebelah Selatan berbatas dengan tanah : Zulkarnain

Berdasarkan alasan-alasan tersebut, maka Penggugat mohon agar Pengadilan

berkenan memeriksa dan mengadili perkara ini dengan seadil-adilnya, kemudian

berkenan memutuskan dengan menyatakan :

1. Mengabulkan Gugatan Penggugat untuk Seluruhnya;

2. Menyatakan menghukum Tergugat telah melakukan Wanprestasi/Cidera janji,

karenanya menyatakan peralihan tanah sesuai Sertifikat Hak Milik Nomor Nomor

577, Luas 3.998 m2 yang terletak di Desa Candimas Natar Kabupaten Lampung

Selatan, Surat Ukur Nomor 454/Candimas/2002 Atas Nama SANDY. B dengan

batas-batas sebagai berikut :

- Sebelah Barat berbatas dengan tanah : Jumadi, Kamijo dan Tanah Sugiran

- Sebelah Timur berbatas dengan tanah : Ngatimah / Tugiman

- Sebelah Utara berbatas dengan tanah : Jalan

- Sebelah Selatan berbatas dengan tanah : Zulkarnain

Yang ada pada Penggugat dan secara physik di kuasai oleh Penggugat adalah sah

secara hukum milik Penggugat.


3. Menyatakan menghukum Tergugat untuk membayar ganti rugi kerugian Moril

maupun Materiil pada Penggugat yang jumlah seluruhnya Rp. 900.000.000,-

(Sembilan ratus juta rupiah).

4. Menghukum Tergugat untuk membayar semua biaya dalam perkara ini.

22
Ahmad Ulil, DKK. Penerapan Omnibus 2020. “Ilmiah Pembentukan
Arsitektur LawMelalui Tlanplantasi Undang-Undang Hukum Nasional”.
Jurnal Kebijakan Hukum Vol. 14.hlm.3.
25
Agus Law di Sahbani, “Plus Minus Omnibus Mata Pakar”,
https://www.hukumomnibus-law
BAB III
METODEPENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Pendekatan dalam penelitian ini bersifat normatif teoritis, penelitian ini dilakukan

dengan kepustakaan normatif suatu penelitian yuridis pendekatan studi kaidah -

teori/ yang dilakukan hal sebagai pendapat melihat dianggap dalam sarjana dan

peraturan terhadap penelitian yuridis. Masalah yang Penelitian sesuai dengan

pendekatan yang normatif. masalah yuridis Pendekatan yaitu asas-asas digunakan

hal yang akan hukum dengan mempelajari (Library Research) Hukum Perundang-

Undangan yang berlaku.

B. Sumber dan Jenis Data

1. Sumber Data

Dalam penelitian ini diperlukan sumber hukum yang sifatnya mengikat, dari data

ini sumber media diperlukan, seperti media cetak, surat kabar, literatur penelitian

terdahulu serta data di lapangan secara langsung.

2. Jenis Data

Jenis data dipergunakan yang dalam penelitian ini bersumber dari data primer

seperti turun langsung ke lapangan atau disebut dengan istilah observasi secara

langsung, yaitu dengan melakukan wawancara langsung kepada pihak terkait kasus

Putusan di Pengadilan Negeri Tanjung Karang.


a. Data Primer

Bahan Hukum Primer berupa Undang-Undang, sumber data hukum yang resmi,

mempunyai bahan Perundang-undangan dari catatan otoritas. Bahan Hukum dan

Putusan Hakim. Bahan hukum primer adalah Peraturan Pemerintah, Peraturan

Presiden, Kepala Daerah, yang lebih rendah dibandingkan yang otoritasnya

mempunyai peraturan suatu badan atau hukum primer yang digunakan Lembaga

Negara Daerah (Perda).

b. Data Sekunder

Data sekunder digunakan untuk membahas penelitian ini antara lain data yang

sumber atau melalui perantara artikel-artikel dan undang yang membahas jurnal-

jurnal topik hukum secara komprehensif, buku hukum lainnya, dan Undang-

Undang Dasar RI Tahun 1945, UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA Pasal 33

ayat (3) dan, termasuk dokumentasi.

c. Data Tersier

Bahan Hukum Kamus data petunjuk Inggris memberikan data Tersier hukum

penjelasan terhadap adalah Kamus Bahasa sekunder, antara lain dan yang

Indonesia, data hukum Bahasa hukum primer dan, Hukum Kamus Besar, Majalah,

Surat Kabar, Media Cetak dan Media Elektronik.

C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data


1. Prosedur Pengumpulan Data

Guna prosedur ini melengkapi hasil penelitian digunakan pengujian pengumpulan


data yang terdiri dari :
a. Data Kepustakaan (Library Research)

Pengumpulan penelitian perundang- hubungan dilakukan tujuan kepustakaan

(mengutip bacaan data studi arah bahan dengan permasalahan peraturan dengan

cara membaca, lainnya dan dengan yang mempunyai dilakukan yang menunjang

emikiran dan menelaah ilmiah Library Research dimaksudkan cara undangan

serta). Studi mengadakan Kepustakaan memperoleh untuk literature, yang akan

dibahas.

b. Data Lapangan

Data lapangan (field research) adalah suatu pengumpulan data yang berkaitan

langsung dengan pertanyaan permasalahan penelitian yang berisikan daftar

pertanyaan wawancara pada pihak terkait Putusan Perkara yaitu Pengadilan Negeri

Tanjung Karang, BPN Lampung, Kantor Hukum Erdiansyah Suwardi, S.H., M.H.

2. Prosedur Pengolahan Data

Setelah data diperoleh adalah menganalisis kegiatan ini yaitu memeriksa,

mengelompokkan dan menseleksi data sesuai dengan permasalahan yang akan

dibahas. Pengolahan data dapat meliputi kegiatan data, pengolahan data, dan

merapihkan data tersebut kemudian mengklasifikasikan pengolahan data yang

telah didapat sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas.

a. Inventarisasi mengetahui, kepastian dengan tidaknya kelengkapan data terkait

pokok bahasan yg diteliti.

b. Sistematisasi Data, yaitu pokok data yang kemudian telah diklasifikasikan

sesuai dengan posisi permasalahan secara sistematis.

D. Analisis Data
Setelah data fakta dalam secara sistematis kemudian dilakukan secara deduktif

dianalisis studi lapangan kalimat yang secara didasarkan secara berpikir fakta

penjelasan disusun kesimpulan penelitian yaitu dengan baik yang hasil studi

diperoleh dan pembahasan permasalahan atau uraian suatu permasalahan yang

analisis dari bentuk data maka mendeskripsikan yang terkumpul secara

keseluruhan bersifat secara khusus kemudian berdasarkan jawaban setelah

berdasarkan hasil penelitian.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PERTIMBANGAN HAKIM TERHADAP SENGKETA


KEPEMILIKAN TANAH DALAM PERSPEKTIF HUKUM AGRARIA
(Studi Kasus Putusan Nomor 206/Pdt.G/2022/Pn.Tjk)

A. Penyelesaian Sengketa oleh Hakim dalam Sengketa dan Wanprestasi


(Putusan Nomor 206/Pdt.G/2022/Pn.Tjk)

Berdasarkan hasil penelitian terhadap permasalahan penyelesaian sengketa

oleh Hakim dalam Putusan Nomor 206/Pdt.G/2022/Pn.Tjk peneliti

mengumpulkan data hasil wawancara sebagai berikut; secara garis besar dapat

diartikan sebagai penghormatan terhadap hak- hak perorangan atas tanah. Hal

ini berkaitan dengan konsekuensi pengakuan negara terhadap tanah seseorang

atau suatu masyarakat hukum adat, maka negara wajib untuk memberi jaminan

kepastian hukum terhadap hak atas tanah tersebut sehingga lebih mudah bagi

seseorang untuk mempertahankan haknya terhadap gangguan-gangguan dari

pihak lain.

“Dalam perkara ini Bapak Haristari selaku Penggugat sudah mendaftarkan hak

atas tanahnya pada Badan Pertanahan Nasional agar mendapat perlindungan

hukum yang dibantu oleh Kuasa Hukumnya.”

Secara umum Undang Undang Dasar 1945 telah memberi perlindungan

terhadap hak-hak atas tanah sebagaimana yang diatur dalam Pasal 28 huruf h

ayat 4, yang dinyatakan bahwa: “Setiap orang berhak mempunyai hak milik

pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil secara sewenang-wenang

dan harus diimbangi dengan ganti kerugian”.


pengadaan tanah untuk kepentingan umum adalah adanya kewajiban untuk

memberikan ganti kerugian yang layak bagi pemilik tanah. Ketentuan di

dalam Pasal 33 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012, telah menentukan

penilaian terhadap besarnya nilai ganti kerugian dilakukan oleh penilai yang

akan menilai bidang per bidang tanah, yang meliputi: a.Tanah; b. Ruang atas

tanah dan bawah tanah; c. Bangunan; d. Tanaman; e. Benda yang berkaitan

dengan tanah; dan/atau f. Kerugian lain yang dapat dinilai. Ketentuan Pasal

33tersebutyang secara tegas telah mengatur mengenai dasar dan cara penilaian

besarnya ganti kerugian dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum,

dinilai telah jauh lebih maju apabila dibandingkan dengan ketentuan ganti

rugi yang diatur dalam Perpres Nomor 65 Tahun 2006, dimana penentuan

ganti kerugian dalam Perpres hanya ditentukan terhadap tanah, bangunan,

tanaman dan benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah.

Pada data Hasil wawancara sebelumnya Hak Milik Tanah atas nama

Penggugat sudah dibalik nama menjadi milik Tergugat seperti yang telah

dijabarkan oleh bapak Ramli beliau menguraikan;

“Bapak Haristari (Penggugat) meminta dibuatkan akta jual beli dan balik
nama atas nama Tergugat dimana pada saat itu Penggugat tentusaja sama
sekali tidak menerima uang jual belinya dari Tergugat hanya dijanjikan
dengan alasan kerja sama bisnis, Penggugat telah terkena bujuk rayu dan janji-
janji keuntungan bisnis usaha kerupuk dari Tergugat. Berdasarkan Pasal 1238
KUHPerdata menyebutkan bahwa debitur dinyatakan lalai dengan surat
perintah, atau dengan akta sejenis itu, atau berdasarkan kekuatan dari
perikatan sendiri, yaitu bila perikatan ini mengakibatkan debitur harus
dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang ditentukan. Sebagai pemilik
utama tanah dan bangunan rumah milik Penggugat yang dijalan Flamboyan
RT. 02 RW.
03 LK. III Nomor 44 Kel. Enggal, Kec. Enggal Bandar Lampung tersebut
adalah satu-satunya rumah tinggal Penggugat dengan istri dan 4 orang anak-
anaknya, yang telah dibalik nama atas nama Tergugat di jaminkan pada Bank
Niaga Tanjung Karang pada Penggugat pada perkiraan bulan Februari akhir
tahun 2005 sehingga cair dengan kredit pinjaman Rp. 150.000.000,- (Seratus
lima puluh juta rupiah). Setelah cairnya kredit pinjaman pada Bank Niaga
tersebut Tergugat pada tanggal 3 Mei 2005 dihadapan PPAT Lampung Selatan
telah membeli sebidang tanah sesuai Sertifikat Hak Milik Nomor 577, Luas
3.998 m2 yang terletak di Desa Candimas Natar Kabupaten Lampung Selatan,
Surat Ukur Nomor 454/Candimas/2002 Atas Nama SANDY. B, Oleh karena
Penggugat khawatir tanah dan bangunan yang ditempati Keluarga Penggugat
yang terletak di Kelurahan Enggal tersebut dilelang oleh Bank, maka
Penggugat diberikan jaminan oleh Tergugat berupa SHM Nomor 577 Luas
.3.998 m2 yang terletak di Desa Candimas Natar sebagaimana tersebut di atas
beserta, Surat Kerjasama (Tertanggal 18 April 2005), Surat Wasiat Tertanggal
27 April 2005, Surat Kuasa Penuh tertanggal 3 Januari 2013 (Bukti ditandai
P1, P2, P3). Oleh karena dalam Surat Kerjasama antara Penggugat dengan
Tergugat pada point 5 yang berisi apabila dikemudian hari ternyata terjadi hal-
hal yang tidak diinginkan terhadap diri saya/ Tergugat (Meninggal dunia atau
melarikan diri), maka Sertifikat milik saya tersebut (SHM Nomor 577 tersebut
di atas) yang merupakan jaminan pada Penggugat, maka Tergugat memberi
kuasa khusus untuk menjual dan membalik nama atas nama Penggugat.”

Berdasarkan uraian oleh Narasumber BPN Lampung Bapak Ramli, S.H.,

M.H., Kepemilikan Hak Atas Tanah milik Penggugat sudah resmi menjadi

Hak Milik Tergugat.

Berdasarkan Putusan serta Pertimbangan yang dilakukan secara litigasi oleh

Majelis Hakim, berikut adalah upaya Penyelesaian Sengketa Tanah secara

litigasi oleh Pengadilan Negeri Tanjung Karang terkait gugatan dengan

Putusan Nomor 206/Pdt.G/2022/Pn.Tjk, lebih lanjut Bapak Yus Enidar


menyatakan:

“Bahwa oleh karena Tergugat telah melakukan Wanprestasi / Cidera Janji


pada Penggugat, sedangkan sampai sekarang telah dicari-cari oleh Penggugat
ternyata rumah tempat tinggal nya terakhir yang pernah di kontrak (sesuai
alamat isi Gugatan ini) di Panjang ternyata oleh Tergugat dan keluarganya
telah dijual, kemudian pindah entah kemana (menghilang), sedangkan
Penggugat hanya memegang Surat Berharga berupa SHM Nomor
557/08.02.07.30.1.00577 An. Tergugat dan dikuasai Physik oleh Penggugat,
beserta Surat Kerja Sama tertanggal 18 April 2005, Surat Wasiat tanggal 27
April 2005, Surat Kuasa Penuh tanggal 3 Januari 2011, PBB Surat Keterangan
dari Kepala Desa Way Sari Kecamatan Natar tertanggal 18 September 2018,
karenanya haruslah adanya penetapan putusan Pengadilan secara hukum
mengenai peralihan kepemilikan tanah tersebut di atas. Bahwa berdasarkan
bukti- bukti tentu saja Penggugat mempunyai dasar hukum dan karenanya
Tergugat juga tentu saja telah melakukan perbuatan Wanprestasi/ CideraJanji.
Bahwa akibat perbuatan Tergugat pada Penggugat tentusaja Penggugat telah
mengalami kerugian Moril maupun Materiil, yang rinciannya adalah sebagai
berikut: Kerugian Moril berupa uang dinilai Rp. 500.000.000,- (Lima ratus
juta rupiah), Kerugian materiil, berupa tanah dan bangunan tanah milik
Penggugat yang di Jl. Flamboyan RT.02 RW. 03 LK. III Nomor 44 Kel.
Enggal, Kec. Enggal Bandar Lampung SHM Nomor 1038/E, Surat Ukur
Nomor 20/Enggal/2001 tanggal 14 April 2001, seluas 217 m2 An Tergugat
Apabila dijual dengan harga pasaran pada saat itu (Tahun 2005) nilainya
Rp.400.000.000,- (Empat ratus juta rupiah) Bahwa oleh karena berdasarkan
bukti-bukti yang ada pada Penggugat dan secara physik juga dikuasai oleh
Penggugat berupa sebidang tanah Sertifikat Hak Milik Nomor 577, Luas 3.998
m2 yang terletak di Desa Candimas Natar Kabupaten Lampung Selatan, Surat
Ukur Nomor 454/Candimas/2002 Atas Nama SANDY. B Berdasarkan alasan-
alasan tersebut, maka Pengadilan mengabulkan memeriksa dan mengadili
perkara ini dengan seadil-adilnya, kemudian berkenan memutuskan dengan
menyatakan : Mengabulkan Gugatan Penggugat untuk Seluruhnya;
Menyatakan menghukum Tergugat telah melakukan Wanprestasi/Cidera janji,
karenanya menyatakan peralihan tanah sesuai Sertifikat Hak Milik Nomor
Nomor 577, Luas 3.998 m2 yang terletak di Desa Candimas Natar Kabupaten
Lampung Selatan, Surat Ukur Nomor 454/Candimas/2002 Atas Nama
SANDY. B Yang ada pada Penggugat dan secara physik di kuasai oleh
Penggugat adalah sah secara hukum milik Penggugat. Menyatakan
menghukum Tergugat untuk membayar ganti rugi kerugian Moril maupun
Materiil pada Penggugat yang jumlah seluruhnya Rp. 900.000.000,- (Sembilan
ratus juta rupiah). Menghukum Tergugat untuk membayar semua biaya dalam
perkara ini.”

Berdasarkan uraian naratif diatas oleh Narasumber, penyelesaian perkara

Wanprestasi dengan Sengketa Tanah selesai melalui cara Litigasi dan tidak

ada upaya melalui Mediasi/Non Litigasi sebelumnya oleh kedua belah pihak.

Wanprestasi sebagaimana diterangkan Pasal 1238 KUHPerdata adalah Pasal

yang terkait dalam kasus putusan Nomor 206/Pdt.G/2022/Pn.Tjk, yang

berisikan dimana debitur dinyatakan lalai dengan surat perintah, atau dengan

fakta sejenis itu, atau berdasarkan kekuatan dari perikatan sendiri, yaitu bila

perikatan ini mengakibatkan debitur harus dianggap lalai dengan lewatnya

waktu yang ditentukan. Seperti detail uraian sebagai berikut;

Bahwa terhadap kronologis tersebut di atas tentu saja Tergugat telah

melakukan perbuatan Wanprestasi / Cidera Janji pada Penggugat sebagaimana

uraian hukumnya sebagai berikut:

Adapun wanprestasi adalah kata yang berasal dari istilah aslinya dalam bahasa

Belanda “Wanprestatie” yang artinya tidak dipenuhinya prestasi. Pengertian

mengenai wanprestasi belum ada keseragaman, masih terdapat bermacam-

macam istilah yang dipakai untuk wanprestasi, tidak terdapat kata sepakat di

antara para ahli hukum dalam menentukan istilah mana yang hendak
dipergunakan. Pandanan kata wanprestasi dalam bahasa Indonesia terdapat

berbagai istilah, yaitu: “Ingkar janji, Cedera Janji, melanggar janji, dan lain

sebagainya.

Sebelum membicarakan akibat wanprestasi terlebih dahulu akan di jelaskan,

kapan debitur dapat dikatakan dalam keadaan sengaja atau lalai tidaki

memenuhi prestasi, hal ini sangat penting karena wanprestasi tersebut

memiliki akibat hukum bagi debitur. Untuk mengetahui sejak kapan debitur

itu dalam keadaan wanprestasi, maka perlu diperhatikan apakah di dalam

perjanjian ditentukan atau tidak tenggang waktu pelaksanaan pemenuhan

prestasi. Apabila dalam perjanjian untuk memberikan sesuatu atau untuk

melakukan sesuatu, pihak-pihak menentukan tenggang waktu pelaksanaan

pemenuhan prestasi oleh debitur dan tenggang waktu tersebut telah dilampaui,

maka menurut ketentuan Pasal 1238 KUHPdt, debitur dianggap telah lalai

dengan lewatnya waktu yang ditentukan tersebut. Dalam hal ini tenggang

waktu pelaksanaan pemenuhan prestasi tidak ditentukan, maka dipandang

perlu untuk memperingatkan debitur guna memenuhi prestasinya.

Wanprestasi Karena Overmacht (Keadaan Memaksa), Keadaan memaksa

adalah suatu keadaan dimana debitur tidak dapat melaksanakan prestasi

karena terjadi suatu peristwia yang tidak dapat diduga pada waktu pembuatan

perjanjian. Debitur tidak dapat dipersalahkan karena keadaan memaksa

tersebut timbul di luar kemauan dan kemampuan debitur (Pasal 1245

KUHPdt).

Keadaan memaksa dapat terjadi karena objek perikatan musnah (objectieve

overmach) atau karena kehendak debitur untuk melakukan prestasi terhalang


(relatieve overmacht).

Penyelesaian kasus sengketa tanah pada Pasal yang terkait dalam kasus

putusan Nomor 206/Pdt.G/2022/Pn.Tjk yaitu telah diatur dalam Peraturan

Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor

21 Tahun 2020 tentang Penanganan dan Penyelesaian Kasus Pertanahan.

Seperti penjelasan pada uraian berikut;

Dalam Undang-undang tersebut dijelaskan bahwa kasus pertanahan adalah

sengketa, konflik, atau perkara tanah yang disampaikan kepada Kementerian

Agrariadan Tata Ruang /Badan Pertanahan Nasional, Kantor Wilayah Badan

Pertanahan Nasional, kantor pertanahan sesuai kewenangannya untuk

mendapatkan penanganan dan penyelesaian sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan hasil wawancara diatas, bahwa bila suatu gugatan tidak dapat

dibuktikan dalil gugatannya seperti yang tertuang dalam Pasal 163 HIR

atau Pasal 283 Rbg sedangkan Tergugat dapat mempertahankan dalil

bantahannya dengan mengajukan alat bukti tertulis berupa bukti surat sertifikat

hak milik dari Bapak Haristari dan Tergugat mengajukan saksi- saksi sebanyak

2 (dua) orang masing-masing bernama SUHARI dan DRS. BUCHORI,MH

yang telah didengar keterangannya di bawah sumpah di depan persidangan

seperti yang telah diuraikan sebelumnya diatas, bahkan dari pihak Penggugat

tidak mengajukan alat-alat bukti atau saksi-saksi untuk didengar keterangannya

di bawah sumpah didepan persidangan dan Penggugat tidak pernah datang

menghadap atau menyuruh orang lain untuk mewakilinya menghadap di

persidangan sehingga Penggugat untuk menguatkan dalil gugatannya dianggap


tidak mampu atau menggunakan haknya untuk membenarkan dalil gugatannya

yang dimaksud sehingga dapat dikatakan bahwa Penggugat tidak mempunyai

etikad baik. Setelah mendengar dan melihat bukti-bukti dan keterangan saksi

yang diajukan oleh pihak Tergugat, maka Majelis Hakim dalam menjatuhkan

putusannya dengan mempertimbangkan hal tersebut untuk menjatuhkan

putusan yang seadil-adilnya tanpa memihak kepada salah satu pihak. Jadi

kesimpulan penulis bahwa pertimbangan Majelis Hakim dalam menjatuhkan

putusan dalam perkara putusan Nomor 206/Pdt.G/2022/Pn.Tjk, telah tepat,

dimana objek sengketa berupa 2 (dua) bidang tanah sengketa yaitu Tanah dan

Bangunan Sengketa A yang luasnya 217 m2 dan Tanah sengketa B, luasnya

3.998 m2 bahwa bila suatu gugatan tidak dapat dibuktikan dalil gugatannya

maka Penggugat patut dihukum karena telah melanggar atau gagal

membuktikan hal- hal yang telah disampaikan dalam gugatan, maka gugatan

akan ditolak seluruhnya. Dilihat dari pertimbangan- pertimbangan dan hasil

putusan Pengadilan Negeri Tanjung Karang Nomor 206/Pdt.G/2022/Pn.Tjk

terkait sengketa hak milik atas tanah hal ini sesuai dengan Pasal 163 HIR/283

RBg yang menetapkan bahwa pihak Tergugat tidak dapat membuktikan dalil

gugatannya dimuka persidangan dan tidak memiliki etikad baik selama

jalannya persidangan dan menghukum pihak Tergugat atas perkara ini sebesar

Rp. 5.506.000,00 (lima juta lima ratus enam ribu rupiah).

Penyelesaian sengketa hak atas tanah antara pihak penggugat dan pihak

tergugat di Pengadilan Negeri Tanjung karang dengan nomor perkara

206/Pdt.G/2022/Pn.Tjk Dilihat dari pertimbangan- pertimbangan dan hasil

putusan Pengadilan Negeri Tanjung Karang Nomor 206/Pdt.G/2022/Pn.Tjk

terkait sengketa hak milik atas tanah hal ini sesuai dengan Pasal 163 HIR/283
RBg yang menetapkan bahwa pihak Tergugat tidak dapat membuktikan dalil

gugatannya dimuka persidangan dan tidak memiliki etikad baik selama

jalannya persidangan dan menghukum pihak Tergugat atas perkara ini sebesar

Rp. 5.506.000,00 (lima juta lima ratus enam ribu rupiah). Metode penyelesaian

sengketa secara litigasi melalui mediasi kedua belah pihak telah dilakukan dan

kedua belah pihak pun sangat terbuka dalam mediasi ini baik itu pihak

penggugat maupun pihak tergugat namun perkara ini tidak dapat terselesaikan

melalui mediasi karena kedua belah pihak merasa bahwa hasil keputusan dari

mediasi ini tidak menemukan titik terang dan tetap menempuh jalur hukum.
B. Pertimbangan Hakim terkait perkara Wanprestasi dan Sengketa

pada penyelesaian Putusan Perkara Nomor 206/Pdt.G/2022/PN.Tjk

Berdasarkan hasil wawancara penelitian dengan Kepala Bidang Pengendalian

dan Penanganan Sengketa (Kantor wilayah BPN Lampung) yaitu bapak

Ramli, S.H, M.H., dipaparkan sebagai berikut;

Berdasarkan keterangan dari Bapak Ramli, S.H, M.H., sebagai salah satu

Narasumber penelitian ini yaitu selaku Kepala Bidang Pengendalian dan

Penanganan Sengketa (Kantor wilayah BPN Lampung), diperoleh informasi

bahwa pelaksanaan perjanjian dengan cara pinjam uang kredit Bank Niaga

Tanjung Karang dengan jaminan berupa tanah dan rumah bangunan di atasnya

sesuai SHM Nomor 1038/E, Surat Ukur Nomor 20/Enggal/2001 tanggal 14

April 2001,seluas 217 m2 An. Lebih lanjut Bapak Ramli menyatakan:

“Jadi mbak tanah dan bangunan rumah milik bapak Haristari (penggugat)yang
ada dijalan Flamboyan RT. 02 RW. 03 LK. III Nomor 44 Kel. Enggal, Kec.
Enggal Bandar Lampung tersebut adalah satu-satunya rumah tinggal bapak
Haristari dengan istri dan 4 orang anak-anaknya, yangtelah dibalik nama atas
nama Sandy (tergugat), tanah dan rumah bangunan di atasnya sesuai SHM
Nomor 1038/E, Surat Ukur Nomor 20/Enggal/2001 tanggal 14 April 2001,
seluas 217 m2 An. Haristari (penggugat) di jaminkan pada Bank Niaga
Tanjung Karang pada Penggugat pada perkiraan bulan Februari akhir tahun
2005 sehingga cair dengan kredit pinjaman Rp. 150.000.000,- (Seratus lima
puluh juta rupiah). Tetapi tidak ada perjanjian surat kerja sama sebelumnya
antara kedua belah pihak (Penggugat dan Tergugat)”.

Secara hukum untuk mendapatkan hak atau melaksanakan kewajibannya

sesuai dengan ketentuan diperlukan adanya perjanjian kontrak kerja sama

antar dua belah pihak dalam perjanjian tersebut. Dalam penjelasan tersebut
berpedoman pada Pasal 1313 KUHPerdata: “Perjanjian adalah suatu perbuatan

yang mana satu orang atau lebih telah mengikatkan dirinya terhadap satu orang

atau lebih”, Menurut pendapat peneliti sendiri dalam menanggapi hal tersebut

dapat ditarik suatu pemahaman bahwa perjanjian bisnis untuk mengikat para pihak

yang melakukan perjanjian tersebut harus dipahami lagi terkait permasalahan

bisnisnya jangan hanya tergiur dengan iming-iming keuntungan yang belum

nyata, dan sebaiknya selalu menyertakan kontrak perjanjian untuk memperjelas

kepastian hukumnya.

Mengenai syarat sahnya suatu perjanjian, hal ini diatur dalam Pasal 1320

KUHPerdata yang mengemukakan 4 (empat) syarat, yaitu: 1) Kesepakatan

mereka yang mengikatkan dirinya; 2) Kecakapan untuk membuat suatu

perikatan; 3) Suatu hal tertentu; dan 4) Suatu sebab yang halal. Adapun syarat

pertama dan kedua termasuk syarat subjektif, dikarenakan menyangkut terkait

orang-orang yang mengadakan perjanjian, sedangkan syarat ketiga dan

keempat disebut syarat objektif, karena menyangkut terkait objek dari

peristiwa yang dijanjikan tersebut.

Dari keempat syarat sahnya perjanjian di atas, maka perlu adanya pembahasan

lebih lanjut lagi. Syarat sah pertamanya ialah kesepakatan mereka yang

mengikatkan dirinya. Perlu untuk kita pahami bersama bahwa kata sepakat ini

merupakan salah satu syarat paling utama dan hal yang sangat penting dalam

sahnya suatu perjanjian. Dalam kesepakatan ini dapat ditandai oleh penawaran

dan penerimaan, baik secara tertulis, lisan, diam-diam, ataupun simbol tertentu.

Menurut pendapat peneliti sendiri, kesepakatan yang biasa dilakukan dalam

hal jaminan tanah itu dengan menggunakan kesepakatan secara tertulis dan
masih banyak juga masyarakat yang masih menggunakan

kesepakatan secara lisan. Kesepakatan secara tertulis dapat dilakukan dengan

akta autentik ataupun data di bawah tangan, dan dalam penelitian mengenai

Wanprestasi dan Sengketa Tanah ini tidak menggunakan kesepakatan secara

tertulis. Sedangkan kesepakatan secara lisan juga masih banyak kecurangan

yang terjadi pada masyarakat luas, hal ini dikarenakan sudah menjadi adat

kebiasaan, dan sering tidak disadari juga bahwa masyarakat telah melakukan

suatu perjanjian tersebut.

Terkait dengan adanya permasalahan Legalitas Tanah terkait masalah

Wanprestasi dan Sengketa Tanah yang dilakukan oleh pihak Sandy

(Tergugat), lebih lanjut Bapak Ramli menyatakan:

“Selama saya menjadi Kepala Bidang di Pengendalian dan Penanganan


Sengketa di (Kantor wilayah BPN Lampung) ini, baru masalah ini yang
permasalahannya tidak memiliki perjanjian kontrak padahal ini termasuk
permasalahan besar yang menggunakan jaminan Tanah dan Bangunan untuk
modal bisnis. Data Legalitas awal pemilik tanah dan bangunan pada jaminan
ini yaitu Bapak Haristari dengan SHM Nomor1038/E, Surat Ukur Nomor
20/Enggal/2001 tanggal 14 April 2001, seluas 217 m2 An. Haristari dengan
batas-batas sebagai berikut: Sebelah Timur berbatas dengan Jalan Flamboyan,
Sebelah Barat berbatas dengan Tanah Bapak H. Arif Mahya, Sebelah Utara
berbatas dengan Tanah Bapak Hoil, Sebelah Selatan berbatas dengan Tanah
Bapak Wakidjan, maka atas persetujuan Istri Bapak Haristari (penggugat (Sri
Mulyati) padaperkiraan Februari 2005 dibuatkan akta jual beli dan balik nama
atas nama Sandy (tergugat) dimana pada saat itu Haristari (penggugat) tentu
saja sama sekali tidak menerima uang jual belinya dari Sandy (tergugat)
serta Haristari (penggugat) telah terkena bujuk rayu dan janji- janji
keuntungan bisnis usaha kerupuk dari Sandy (tergugat)”.

Berdasarkan pada Pasal 1239 KUHPerdata yang berbunyi: “tiap perikatan


untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu, wajib diselesaikan

dengan memberikan penggantian biaya, kerugian dan bunga, bila debitur

tidak memenuhi kewajibannya”. Menurut pendapat peneliti sendiri, dari Pasal

tersebut dapat dipahami bahwasannya apabila seseorang telah melakukan

Wanprestasi, maka dia wajib untuk menyelesaikan permasalahan sengketa

dengan cara mengganti rugi atas perbuatannya tersebut, bisa berupa

mengganti biaya, kerugian, atau bunga.

Terkait dengan perjanjian bisnis dengan menggunakan jaminan hak milik

tanah Bapak Haristari (penggugat) atas perkara permasalahan ingkar janji

(Wanprestasi) yang dilakukan oleh Sandy (tergugat), maka pihak BPN

Lampung dapat menerima pengaduan korban terkait kasus Gugatan

permasalahan Sengketa Tanah dengan timbal balik atau bisa juga dengan

pembatalan ganti rugi. Lebih lanjut Bapak Ramli menyatakan:

“setelah cairnya kredit pinjaman dari Bank Niaga atas nama Sandy (tergugat),
maka Haristari (penggugat) selalu dan berkali- kali bertanya tindak lanjut dari
bisnis usaha dan pabrik kerupuk untuk direalisasikan, tetapi di jawab selalu
pula dengan janj-janji kosong dan janji palsu (Wanprestasi / Cidera Janji).
ternyata setelah cairnya kredit pinjaman pada Bank Niaga tersebut Tergugat
pada tanggal 3 Mei 2005 dihadapan PPAT Lampung Selatan telah membeli
sebidang tanah sesuai Sertifikat Hak Milik Nomor 577, Luas 3.998 m2 yang
terletak di Desa Candimas Natar Kabupaten Lampung Selatan, Surat Ukur
Nomor 454/Candimas/2002 Atas Nama SANDY. B Senilai Rp. 50.000.000,-
(Lima puluh juta rupiah) yang uangnya adalah pinjaman kredit padabank
tersebut di atas. karena Penggugat khawatir tanah dan bangunan yang
ditempati Keluarga Penggugat yang terletak di Kelurahan Enggal tersebut
dilelang oleh Bank, maka Penggugat diberikan jaminan oleh Tergugat berupa
SHM Nomor 577 Luas .3.998 m2 yang terletak di Desa Candimas Natar
sebagaimana tersebut di atas beserta, Surat Kerjasama (Tertanggal 18 April
2005), Surat Wasiat Tertanggal 27 April 2005, SuratKuasa Penuh tertanggal 3
Januari 2011. Bahwa terhadap hal tersebut di atas Tergugat telah menghilang
dan pernah sekali Pada tanggal 3 januari 2011 bertemu di Kontrakannya di
daerah Panjang dengan istrinya dan kemudian bersedia menandatangani Surat
Kuasa Penuh terhadap sebidang tanah bersertifikat Nomor
577/08.02.07.30.1.00577 yang diterbitkan BPN Lamsel An. Tergugat kepada
Penggugat. Kronologis tersebut di atas tentu saja Tergugat telah melakukan
perbuatan Wanprestasi / Cidera Janji pada Penggugat”.

Untuk permasalahan sengketa tersebut, maka pihak-pihak yang turut

bertanggung jawab bermusyawarah untuk mengambil jalan tengah di antara

kedua belah pihak, supaya nantinya permasalahan yang telah terjadi ini tidak

semakin rumit dan tidak berlarut-larut.

Berdasarkan hasil wawancara penelitian dengan Bapak EdriansyahPagaralam,

S.H., M.H., selaku Pengacara/Advokat Bapak Haristari yang beralamat di

Jalan Raya Candimas Bandar Lampung, dipaparkan sebagai berikut;

Terkait dengan adanya Gugatan hukum Wanprestasi yang dilakukan oleh

pihak Sandy (tergugat), lebih lanjut Bapak Edriansyah menyatakan:

“Jadi saya selaku kuasa hukum bapak Haristari merasa kasihan dengan beliau
juga beserta istri dan anak-anaknya karena mereka telah menerima surat dari
bank bahwa rumah mereka akan dilelang karna sudah menunggak selama 3
bulan dan mereka harus mengosongkan rumah tinggal yang sudah dibalik
nama menjadi milik Sandy (tergugat) yang dijaminkan kepada bank niaga oleh
sandy (tergugat), waktu itu beliau meminta saya untuk membantu
permasalahan sengketa dan Wanprestasi sambil menangis. Kemudian bapak
Haristari (penggugat) datang ke kantor saya untuk membantu penyelesaian
sengketa tersebut dan menggugat bapak Sandy (tergugat) pada tanggal 6
November 2022 yang diterima dan didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan
Negeri Tanjung Karang Kelas IA pada tanggal 8 November 2022 dalam
Register Nomor:206/Pdt.G/2022/PN Tjk.”
Dari temuan penelitian yang didapatkan pada perkara Wanprestasi tersebut,

gugatan dilakukan pada tanggal 6 November 2022 yang turut dibantu oleh

kuasa hukum Bapak Haristari selaku Penggugat. Dalam penelitian ini

ditemukan adanya permasalahan Cedera Janji/Wanprestasi antara Penggugat

dan Tergugat yang menggunakan jaminan tanah dan bangunan milik

penggugat. Dikarenakan tunggakan pembayaran yang dilakukan oleh

Tergugat. Hal ini secara otomatis membuat Penggugat curiga dan takut akan

kerugian dan haknya hilang karna perjanjian bisnis tersebut. Maka Bapak

Haristari (Penggugat) resmi menggugat Bapak Sandy (Tergugat) yang

terdapat dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata.

Setelah dilakukan realisasi faktor-faktor agar gugatan berhasil diterima oleh

Badan Peradilan yaitu dengan upaya penyelesaian stabilisasi sengketa tanah

antara kedua belah pihak, lebih lanjut Bapak Edriansyah menyatakan:

“Jadi mbak untuk upaya Penyelesaian Sengketa pertanahan Bapak


Haristari (penggugat) dengan Bapak Sandy (tergugat) ini harus dilakukan
di Pengadilan Umum karena sesuai Buku II KUHPerdata dalam buku
kedua KUHPerdata, tanah diatur dalam hukum materil. Untuk
mempertahankan hukum formal perlu menggunakan Hukum Acara
HIR/RBg. Walaupun buku kedua sudah dihapus setelah pemberlakuan
UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA, hingga saat ini belum ada
hukum acara yangberfungsi untuk mempertahankan UNDANG-UNDANG
POKOK AGRARIA tersebut. Jadi HIR/RBg masih dipakai untuk
penunjang upaya penyelesaian stabilitas hak atas tanah ini.”

Dari temuan penelitian yang didapatkan, semua perselisihan mengenai hak

milik adalah melalui Lembaga Peradilan Umum, karena secara umum

kesanalah setiap permasalahan mengenai kasus-kasus tanah di bawa oleh


masyarakat pencari keadilan. Dalam penyelesaian perkara sengketa tanah

di Pengadilan Umum berlaku ketentuan-ketentuan Perdata seperti

KUHPerdata dan ketentuan lain diluarnya, seperti UNDANG-UNDANG

POKOK AGRARIA. Tugas dan kewenangan Badan Peradilan Perdata

adalah menerima, memeriksa, mengadili serta menyelesaikan sengketa

diantara pihak yang berperkara. Subjek sengketa diatur sesuai Pasal 2

ayat (1) Nomor14 tahun 1970 yang diubah menjadi UNDANG-

UNDANG Nomor35 Tahun 1999 sekarang menjadi Pasal 16 ayat (1)

UNDANG-UNDANG Nomor4 Tahun 2004. Maka itu pihak kuasa hukum

Bapak Haristari membutuhkan penanganan dari Peradilan Umum untuk

membantu menyelesaikan permasalahan Sengketa Tanah tersebut.

Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 ayat (2) UNDANG-UNDANG POKOK

AGRARIA maka telah tertera kaitannya terhadap Perlindungan Hak Atas

Tanah milik Bapak Haristari (Penggugat), lebih lanjut Bapak Edriansyah

menyatakan:

“Jadi mbak perlindungan hukum ini kan merupakan konsep yang universal
dari suatu negara hukum. Perlindungan hukum diberikan apabila terjadi
pelanggaran maupun tindakan yang bertentangan dengan hukum. Maka kami
selaku Kuasa Hukum bapak Haristari memberikan arahan kepada beliau
bahwasannya adanya UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA untuk
memperkuat keabsahan kepemilikan hak atas tanahnya dengan memiliki
perangkat peraturan hukum yang tertulis dan memberikan surat tanda bukti
kepemilikan tanah, melalui penyelenggaraan pendaftaran tanah. Karena
Hukum tanah Nasional memberikan perlindukan hukum kepada pemegang
hak atas tanah bahwa penggunaan dan pengawasan tanah oleh siapapun dan
untuk apapun harus dilandasi dengan hak atas tanah yang disediakan oleh
hukum pertanahan nasional. Penguasaan dan penggunana tanah dilindungi
hukum terhadap gangguan- gangguan pihak manapun, baik sesama anggota
masyarakat maupun pihak penguasa sekalipun, jika gangguan tersebut tidak
berdasarkan landasan hukum. Dengan kata lain, apabila tanah dikuasai oleh
pemegang hak secara sah, jika diperlukan untuk pembangunan harus didahului
dengan musyawarah terlebih dahulu, maka dari itu kami selaku kuasa hukum
membantu bapak Hastari untuk membuat perjanjian kontrak hak
kepemilikan hak atas tanah untuk menjamin perlindungan hukum hak atas
tanah beliau.”

Dari temuan penelitian yang didapatkan, Perlindungan hukum terhadap

masyarakat yang tanahnya diambil untuk kepentingan umum yang secara

formal telah dituangkan dalam peraturan perundang-undangan dan itu perlu

terus ditingkatkan perwujudannya secara konsekuen dan konsisten. Adalah

hak dari negara mengambil tanah-tanah hak untuk kepentingan masyarakat

secara keseluruhan, namun penghormatan kepada hak-hak dasar manusia

diberikan secara proporsional. Hukum pada hakikatnya sebagai perlindungan

kepentingan manusia. Agar kepentingan manusia terlindungi, hukum harus

dilaksanakan dan ditegakkan. Secara umum Undang-undang Dasar 1945 telah

memberi perlindungan terhadap hak-hak atas tanah sebagaimana yang diatur

dalam Pasal 28 huruf h ayat 4, yang dinyatakan bahwa:

“Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut
tidak boleh diambil secara sewenang-wenang dan harus diimbangi dengan
ganti kerugian”.

Khusus untuk perlindungan hukum kepada pemilik tanah dalam kegiatan

pengadaan tanah untuk kepentingan umum adalah adanya kewajiban untuk

memberikan ganti kerugian yang layak bagi pemilik tanah. Ketentuan di

dalam Pasal 33 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012, telah menentukan

penilaian terhadap besarnya nilai ganti kerugian dilakukan oleh penilai yang

akan menilai bidang per bidang tanah, yang meliputi: a. Tanah; b. Ruang atas
tanah

dan bawah tanah; c. Bangunan; d. Tanaman; e. Benda yang berkaitan

dengan tanah; dan/atau f. Kerugian lain yang dapat dinilai.

Berdasarkan hasil wawancara penelitian dengan Bapak Yus Enidar, SH.,MH,

selaku Hakim Anggota Pengadilan Negeri Tanjung Karang Bandar Lampung,

dipaparkan sebagai berikut;

Proses penyelesaian sengketa tanah antara Bapak Haristari (penggugat) dan

Bapak Sandy (tergugat) dilakukan melalui lembaga pengadilan (litigation

process) karena dinilai lebih memberi kepastian hukum dalam memperoleh

hak-hak para pihak, dibanding penyelesaian sengketa di luar pengadilan (non

litigation process). lebih lanjut Bapak Yus Enidar menyatakan:

“Penyelesain sengketa hak atas tanah antara pihak penggugat dan pihak
tergugat di Pengadilan Negeri Tanjung Karang dengan nomor perkara
206/Pdt.G/2022/Pn.Tjk, dengan metode penyelesaian sengketa secara litigasi
melalui mediasi telah di lakukan oleh kedua belah pihak, dan kedua belah
pihakpun sangat terbuka dalam mediasi ini baik itu pihak penggugat, ataupun
pihak tergugat. Namun perkara tersebut tidak dapat terselesaikan melaui
mediasi karena kedua belah pihak merasa bahwa hasil dari keputusan mediasi
ini tidak menemukan titik terang, dan tetap menempuh jalur hukum, walaupun
telah banyak upaya-upaya telah dilakukan. Dalam perkara perdata gugatan
antara Bapak Haristari (penggugat) dan Bapak Sandy (tergugat) Untuk dapat
dilaksanakan seluruh isi putusan sebagaimana yang telah diputuskan oleh
hakim dan sudah ditetapkan oleh Pengadilan, maka pihak pemenang
(penggugat) harus mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan untuk
dilakukannya penyitaan terhadap objek yang dipersengketakan”.

Dalam perkara tersebut dimenangkan oleh Penggugat, sehingga Tergugat

harus melaksanakan putusan Pengadilan Nomor 206/Pdt.G/2022/Pn.Tjk.

Dalam putusan tersebut disebutkan, oleh Pengadilan Negeri Tanjung Karang

agar tergugat melaksanakan putusan tersebut, dan jika tidak dilaksanakan,

maka pihak yang dimenangkan (Penggugat/Bapak Haristari) untuk dapat

mengajukan permohonan baik secara lisan atau tertulis kepada Ketua

Pengadilan Negeri Tanjung Karang agar dapat melaksanakan eksekusi


terhadap yang dipersengketakan guna untuk melaksanakan putusan

pengadilan.

Setelah Putusan dimenangkan oleh Penggugat, maka selanjutnya pihak

Pengadilan Negeri Tanjung Karang memuat Pertimbangan Hakim, lebih lanjut

Bapak Yus Enidar menyatakan:

“Jadi perkara tersebut ada dalam Pasal 125 ayat (1) HIR atau Pasal 149 RBg
menentukan bahwa gugatan dapat dikabulkan secara verstek apabila : a.
Tergugat tidak datang pada hari sidang pertama yang telah ditentukan atau
tidak mengirimkan jawabannya. b. Tergugat tidak mengirimkan
wakil/kuasanya yang sah untuk menghadap atau tidak mengirimkan
jawabannya ; c. Tergugat telah dipanggil dengan patut
;Gugatan beralasan dan berdasarkan hukum”.

Dari temuan penelitian yang didapatkan, Majelis Hakim dalam Perkara

tersebut menimbang; bahwa selama pemeriksaan dipersidangan Para Tergugat

tidak pernah datang menghadap dan tidak pula mewakilkan kuasanya yang

sah untuk itu, walaupun telah dipanggil secara patut berdasarkan Relas

Panggilan tanggal 14 November 2022, Pengumuman Relas Panggilan Sidang

melalui Koran Tribun Lampung, masing- masing tanggal 28 November 2022

dan tanggal 11 Desember 2022;

berdasarkan relas panggilan tersebut, Majelis berpendapat bahwa Tergugat

telah dipanggil secara sah dan patut, sehingga Tergugat haruslah dinyatakan

tidak hadir; oleh karena Tergugat telah dinyatakan tidak hadir akan tetapi dalil

pokok gugatan penggugat, tetap dibuktikan apakah beralasan menurut hukum

atau tidak.

Dalil pokok gugatan penggugat yaitu : Bahwa penggugat ditawari oleh

tergugat untuk membuka usaha pabrik kerupuk. Dan untuk modal usaha

pabrik kerupuk tersebut maka penggugat atas persetujuan isteri penggugat


membuat Akta Jual Beli atas Sertifikat Hak Milik Nomor1038/E, Surat Ukur

N0.20/Enggal/2001 tanggal 14 April 2001 yang terletak di Jalan Flamboyan

Nomor 44 Bandar Lampung semula atas nama Penggugat sehingga akhirnya

dibalik nama menjadi nama Tergugat; Bahwa kemudian Sertifikat Hak Milik

Nomor1038/E, Surat Ukur N0.20/Enggal/2001 tanggal 14 April 2001 sudah

atas nama Tergugat lalu tergugat meminjam uang kepada Bank Niaga

Tanjungkarang dengan Bangunan Sertifikat Hak Milik Nomor1038/E.

Bahwa setelah pinjaman uang tergugat di Bank Niaga cair sebesar

Rp.150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah), kemudian sebagian dari

uang tersebut Tergugat belikan tanah seluas 3.998 m² yang terletak di Desa

Candi Mas Natar Kabupaten Lampung Selatan dengan SHM Nomor577, Surat

Ukur Nomor454/Candimas/2002, sudah atas nama Sandy,B (Tergugat), senilai

Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah);

Bahwa Tergugat pada kenyataannya tidak pernah membuka usaha Pabrik

Krupuk seperti dijanjikan kepada Penggugat bahkan Tergugat susah ditemui

dan akhirnya tidak diketahui lagi keberadaannya;

Bahwa pinjaman uang sejumlah Rp.150.000.000,00 (seratus lima puluh juta

rupiah) dengan agunan Sertifikat Hak Milik Nomor1038/E, Surat Ukur

N0.20/Enggal/2001 tanggal 14 April 2001 menjadi kredit macet, yang akhirnya

telah dilelang dan telah dieksekusi sehingga menjadi milik Beny Hidayat;

Bahwa Tergugat sebelumnya telah berjanji kepada penggugat akan

mengembalikan tanah dan rumah dengan Sertifikat Hak Milik Nomor1038/E,

Surat Ukur N0.20/Enggal/2001 tanggal 14 April 2001 yang terletak di Jalan

Flamboyan Nomor 44 Bandar Lampung, kepada Penggugat, setelah masa


kredit di Bank Niaga selesai; Bahwa perbuatan Tergugat yang tidak

mengembalikan Sertifikat Hak Milik Nomor1038/E, Surat Ukur

N0.20/Enggal/2001 tanggal 14 April 2001 Penggugat dan membohongi

penggugat dengan dalilh membuka usaha pabrik keupuk tersebut adalah

perbuatan wanprestasi sehingga sepatutnya menurut hukum agar tanah seluas

3.998 m² yang terletak di Desa Candi Mas Natar Kabupaten Lampung Selatan

dengan SHM Nomor577, Surat Ukur Nomor454/Candimas/2002, atas nama

Sandy,B (tergugat), dinyatakan menjadi milik penggugat;

Untuk membuktikan dalil pokok gugatan penggugat tersebut diatas,

Penggugat telah mengajukan bukti surat berupa P-1 sampai dengan P-8 dan 2

(dua) orang saksi; karena bukti surat P-1 s/d P-8 telah memenuhi persyaratan

menurut peraturan yang berlaku sebagai bukti di persidangan maka buktisurat-

surat tersebut sah sebagai alat bukti;

Bahwa dalil pokok gugatan penggugat diatas, yang perlu dibuktikan apakah

perbuatan Tergugat tersebut merupakan perbuatan wanprestasi dan apakah

tanah seluas 3.998 m² yang terletak di Desa Candi Mas Natar Kabupaten

Lampung Selatan dengan SHM Nomor577, Surat Ukur

Nomor454/Candimas/2002, atas nama Sandy,B (tergugat), dinyatakan

menjadi milik penggugat adalah tidak bertentangan dengan hukum;

Bahwa dari bukti surat P-3 berupa Surat Kerja Sama tertanggal 18 April 2005

menyebutkan : kedua pihak tersebut diatas telah sepakat bersama untuk kerja

sama dalam usaha Freelance (usaha bebas). Hal ini membuktikan tergugat

benar menjanjikan kepada penggugat akan membuka usaha yang menurut

dalil penggugat dalam gugatan adalah usaha pabrik krupuk dan penggugat
menyetujuinya.

Kemudian dari bukti P-3 tersebut, membuktikan pula bahwa untuk membuka

usaha Pabrik krupuk telah disefakati oleh tergugat dan penggugat diperlukan

modal sebesar Rp.150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah) dengan cara

kredit di Bank Niaga Teluk Betung dengan agunan tanah dan rumah milik

penggugat dengan Sertifikat Hak Milik Nomor1038/E, Surat Ukur

N0.20/Enggal/2001 tanggal 14 April 2001 yang terletak di Jalan Flamboyan

Nomor 44 Bandar Lampung, atas nama Penggugat kemudian akan di balik

nama menjadi atas nama Sandy B (tergugat);

Bahwa dengan mencermati bukti P-1 berupa Surat Wasiat tertanggal 27 April

2005 yang dibuat oleh Tergugat, walaupun judulnya Surat Wasiat namun

isinya membuktikan bahwa tanah dan rumah yang beralamat di jalan

Flamboyan Nomor 44 Keluarahan Enggal Tanjungkarang Pusat milik

Penggugat telah menjadi agunan kredit di Bank Niaga Teluk Betung oleh

Tergugat. Kemudian dari salah satu isi dari bukti P-3 tersebut ternyata

Sertifikat Hak Milik Nomor1038/E, Surat Ukur N0.20/Enggal/2001 tanggal 14

April 2001 sudahdi balik nama menjadi nama tergugat (Sandy B);

Bahwa dengan merujuk pada bukti P-6 yaitu Surat dari Pengadilan Negeri

Tanjungkarang kepada Sandy Banandus (Tergugat) tanggal 26 April 2010

perihal Eksekusi Pengosongan, membuktikan bahwa tergugat sebagai

tereksekusi dan yang menjadi objek eksekusi adalah sebidang tanah seluas

217 M² dengan Sertifikat Hak Milik Nomor1038/E, Surat Ukur

N0.20/Enggal/2001

tanggal 14 April 2001, terdaftar nama Sandy B yang terletak di Jalan


Flamboyan Nomor 44 Kelurahan Enggal Kecamatan Tanjungkarang Pusat

Kota Bamdar Lampung;

Bahwa akhirnya sebidang tanah seluas 217 M2 dengan Sertifikat Hak Milik

Nomor1038/E, Surat Ukur N0.20/Enggal/2001 tanggal 14 April 2001,

terdaftar nama Sandy B yang terletak di Jalan Flamboyan Nomor 44

Kelurahan Enggal Kecamatan Tanjungkarang Pusat Kota Bamdar Lampung,

sudah di eksekusi oleh Pengadilan Negeri Tanjungkarang pada tanggal 5 Mei

2010 sebagaimana pada Berita Acara Eksekusi Pengosongan, dan sebagai

Pemohon Eksekusi atau Pemenang Lelang adalah Moh. Benny Hidayat (bukti

P-5);

Bahwa tanah dan rumah Penggugat yang terletak di Jalan Flamboyan Nomor

44 Kelurahan Enggal Kecamatan Tanjungkarang Pusat Kota Bamdar

Lampung dalam keadaan disita bahkan sudah dieksekusi oleh Pengadilan

Negeri Tanjungkarang diperkuat oleh keterangan saksi Suhari dan saksi

Buchori dipersidangan yang keterangannyanya sama yaitu saat tanah dan

rumah milik penggugat disita tersebut, penggugat telah pindah dan

mengontrak di tempat lain;

Bahwa berdasarkan bukti P-5 dan bukti P-6 terbukti bahwa Tergugat sebagai

tereksekusi tersebut karena tergugat mengajukan kredit pada Bank Niaga

dengan menjaminkan Sertifikat Hak Milik Nomor1038/E, Surat Ukur

N0.20/Enggal/2001 tanggal 14 April 2001, menjadi kredit macet;

Bahwa dengan beralihnya kepemilikan sebidang tanah seluas 217 M² dengan

Sertifikat Hak Milik Nomor1038/E, Surat Ukur N0.20/Enggal/2001 tanggal 14

April 2001, yang terletak di Jalan Flamboyan Nomor 44 Kelurahan Enggal


Kecamatan Tanjungkarang Pusat Kota Bamdar Lampung, yang semula milik

Penggugat menjadi milik Moh. Benny Hidayat yang disebabkan

perbuatan Tergugat maka penggugat mengalami kerugian karena Penggugat

tidak menikmati uang pinjaman di Bank Niaga yang dicairkan oleh Tergugat

dan tergugat tidak menepati janjinya untuk membuka usaha pabrik kerupuk.

Kemudian berdasarkan bukti P-8 ternyata tergugat sudah tidak lagi beralamat

di Kampung Slirit Kelurahan Panjang Utara Kecamatan Panjang Bandar

Lampung sehingga penggugat menjadi sulit untuk mencari keberadaan

tergugat;

Bahwa oleh karena Penggugat mengalami kerugian akibat ulah tergugat maka

sesuai dengan bukti P-3 sudah sepatutnya menurut hukum Tergugat harus

berkewajiban memenuhi janji tergugat kepada penggugat yaitu :

- Bahwa tergugat memberikan jaminan berupa Sertifikat Hak Milik Nomor557

atas nama Sandy b, tanah seluas 3998 m2 yang terletak di bangun Sari I

Candimas kepada Hastari (Penggugat);

- Bahwa apabila dikemudian hari ternyata terjadi hal-hal yang tidak

diinginkan terhadap (meninggal dunia/melarikan diri) maka Sertifikat milik

Tergugat diberi kuasa untuk menjual dan membalik nama atas nama Hastari

(penggugat)

Bahwa janji Tergugat kepada penggugat untuk menjual dan membalik nama

tanah seluas 3.998 m² yang terletak di Desa Candi Mas Natar Kabupaten

Lampung Selatan dengan SHM Nomor577, Surat Ukur

Nomor454/Candimas/2002, atas nama Sandy,B., (bukti P-4) diperkuat dengan

adanya bukti P-2 berupa Surat Kuasa dari Tergugat kepada

Penggugat untuk memberikan/melimpahkan kuasa penuh sebidang tanah


bersertifikat dengan nomor 08.02.07.30.1.00577 (bukti P-4);

Bahwa berdasarkan bukti P-3 dan bukti P-4 tersebut, cukup beralasan bila

tanah seluas 3.998 m² yang terletak di Desa Candi Mas Natar Kabupaten

Lampung Selatan dengan SHM Nomor577, Surat Ukur

Nomor454/Candimas/2002, atas nama Sandy,B., sebagai kompensasi kerugian

yang dialami oleh penggugat dan dinyatakan menjadi milik penggugat;

Bahwa dari uraian pertimbangan diatas, Majelis Hakim berkesimpulan

gugatan penggugat beralasan untuk dikabulkan dan tidak bertentangan dengan

hukum;

Bahwa oleh karena gugatan penggugat beralasan maka akan dipertimbangkan

petitum gugatan penggugat sebagai berikut: Bahwa telah terbukti tergugat

tidak memenuhi janjinya kepada penggugat yaitu bersedia mengembalikan

hak atas tanah dan rumah yang beralamat di jalan Flamboyan Nomor 44

Kelurahan Enggal Kota Bandar Lampung (bukti P-1) dan tergugat bersedia

dan akan mengakui atas gugatan tanah dan rumah tersebut, yang telah di balik

nama atas nama tergugat untuk mengembalikan dan menyerahkan rumah dan

tanah tersebut kepada penggugat (bukti P-3) serta janji tergugat kepada

penggugat untuk membuka usaha pabrik kerupuk hanya isapan jempol belaka

adalah merupakan perbuatan wanprestasi;

Bahwa oleh karena Penggugat mengalami kerugian berupa hilangnya hak

kepemilikan tanah dan rumah dengan Sertifikat Hak Milik Nomor1038/E,

Surat Ukur N0.20/Enggal/2001 tanggal 14 April 2001 yang terletak di Jalan

Flamboyan Nomor 44 Bandar Lampung sebagai akibat perbuatan wanprestasi

Tergugat maka sudah sepatutnya menurut hukum mengabulkan petitum


gugatan penggugat yaitu menyatakan peralihan tanah sesuai Sertifikat Hak

Milik Nomor Nomor 577, Luas 3.998 m2 yang terletak di Desa Candimas

Natar Kabupaten Lampung Selatan, Surat Ukur Nomor 454/Candimas/2002

Atas Nama SANDY. B dengan batas-batas sebagai berikut : Sebelah Barat

berbatas dengan tanah : Jumadi, Kamijo dan Tanah Sugiran ; Sebelah Timur

berbatas dengan tanah : Ngatimah / Tugiman; Sebelah Utara berbatas dengan

tanah : Jalan ; Sebelah Selatan berbatas dengan tanah : Zulkarnain Yang ada

pada Penggugat dan secara physik di kuasai oleh Penggugat adalah sah secara

hukum menjadi milik Penggugat.

Bahwa tuntutan kerugian Moril dan Immateril sebesar Rp.900.000.000,-

(sembilan ratus juta rupiah) dari Penggugat tersebut, ternyata berdasarkan alat

bukti yang diajukan Penggugat, tidak dapat membuktikan rincian dan

besarnya kerugian yang diderita oleh Penggugat maka berdasarkan Kaedah

Hukum Putusan Makamah Agung RI Nomor598 K.Sip/1971 tanggal

18Desember 1971 bahwa Penggugat mengajukan gugatan perdata yang

menuntut agar Tergugat dihukum membayar ganti kerugian kepada

Penggugat. Dalam persidangan pengadilan ternyata Penggugat tidak dapat

membuktikan secara rinci adanya dan besarnya kerugian yang diderita oleh

Penggugat. Karena tidak berhasil membuktikannya, maka Hakim menolak

tuntutan pembayaran ganti rugi yang diajukan oleh Penggugat tersebut;

Bahwa dari pertimbangan diatas, gugatan Penggugat ada yang dikabulkan dan

ada yang ditolak sehingga gugatan Penggugat haruslah dinyatakan dikabulkan

sebagian dan menolak gugatan selebihnya ; Bahwa oleh karena Tergugat

dipihak yang dikalahkan maka menghukum Tergugat untuk membayar biaya

perkara yang timbul dalam perkara ini; Memperhatikan Pasal 125 ayat (1)
HIR atau Pasal 149 RBg serta Pasal-Pasal lain dari peraturan perundang-

undangan yang berlaku yang berhubungandengan perkara ini;

Berdasarkan Putusan serta Pertimbangan yang dilakukan oleh Majelis Hakim,

berikut adalah upaya Penyelesaian Sengketa Tanah oleh Pengadilan Negeri

Tanjung Karang terkait gugatan dengan Putusan Nomor206/Pdt.G/2022/Pn.Tjk,

lebih lanjut Bapak Yus Enidar menyatakan:

“Dalam Perkara tersebut ini saya jabarkan hasil putusan oleh Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Tanjungkarang Kelas I A pada hari Selasa tanggal 29
Januari 2023 Menyatakan Tergugat tidak hadir, walaupun telah dipanggil
secara sah dan patut; 1. Mengabulkan gugatan penggugat untuk sebagian
secara Verstek; 2. Menyatakan Tergugat telah melakukan perbuatan
wanprestasi;3. menyatakan peralihan tanah sesuai Sertifikat Hak Milik Nomor
Nomor 577, Luas 3.998 m2 yang terletak di Desa Candimas Natar Kabupaten
Lampung Selatan, Surat Ukur Nomor454/Candimas/2002 tanggal 20 Juni 2002
Atas Nama SANDY. B dengan batas-batas sebagai berikut : Sebelah Barat
berbatas dengan tanah : Jumadi, Kamijo dan Tanah Sugiran ; Sebelah Timur
berbatas dengan tanah:Ngatimah / Tugiman; Sebelah Utara berbatas dengan
tanah : Jalan ; Sebelah Selatan berbatas dengan tanah : Zulkarnain, yang ada
pada Penggugat dan secara physik di kuasai oleh Penggugat adalah sah secara
hukum menjadi milik Penggugat. 4. Menolak gugatan Penggugat selebihnya;
5. Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara yang timbul dalam
perkara ini sebesar Rp 5.506.000,- (lima juta lima ratus enam ribu rupiah)”.

Dilihat dari pertimbangan-pertimbangan dan hasil putusan Pengadilan

Negeri Tanjung Karang Nomor 206/Pdt.G/2022/Pn.Tjk terkait sengketa hak

milik atas tanah, Hukum Acara Perdata, hal. 812:15 yang kemudian berubah

menjadi harta bawaaan ditetapkan sebagai hak milik dari pihak Tergugat hal ini

Mengingat, Pasal 283 RBg, Pasal 285 RBg, Pasal 306 RBg, Pasal 1868

KUHPerdata, Pasal 1871 KUHPerdata, Pasal 1905 KUHPerdata, Pasal 1911

KUHPerdata, dan Pasal 1912 KUHPerdata serta peraturan perundang-


undangan yang berkaitan dengan perkara ini dengan Pasal 163 HIR/283 RBg

yang menetapkan bahwa pihak Pengugat tidak dapat membuktikan dalil

gugatannya dimuka persidangan dan tidak memiliki etikad baik selama

jalannya persidangan. Namun Tergugat tetap mengganti beberapa kerugian

dengan memberikan tanah dengan Sertifikat Hak Milik Nomor Nomor 577,

Luas 3.998 m2 yang terletak di Desa Candimas Natar Kabupaten Lampung

Selatan, Surat Ukur Nomor 454/Candimas/2002 Atas Nama SANDY. B

(Tergugat).

Setelah Majelis Hakim menetapkan penyelesaian sengketa tanah, maka

selanjutnya pihak Pengadilan Negeri Tanjung Karang membantu memaparkan

Pertimbangan Hak Yuridis terkait perkara tersebut, lebih lanjut Bapak Yus

Enidar menyatakan:

“Begini mbak penguasaan ini ada dalam aspek privat, sedangkan aspek
publiknya diatur dalam Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara 1945
dan Pasal 2 Undang-Undang Pokok Agraria bahwa Bumi dan Air dan
kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Perihal Keabsahan
pelepasan hak dan ganti kerugian tanah garapan berdasarkan putusan Nomor
206/Pdt.G/2022/Pn.Tjk, di mana dalam gugatan penggugat yang menyatakan
mengenai suratperalihan tanah sesuai Sertifikat Hak Milik Nomor Nomor 577,
Luas 3.998 m2 yang terletak di Desa Candimas Natar Kabupaten Lampung
Selatan, Surat Ukur Nomor 454/Candimas/2002 tanggal 20 Juni 2002 Atas
Nama SANDY. B”.

Penguasaan tanah secara yuridis berarti ada hak dalam penguasaan itu yang

diatur oleh hukum ada kewenangan menguasai secara fisik, misalnya dalam

hal sewa menyewa tanah secara yuridis tanah adalah hak pemilik tanah tetapi

secara fisik tanah itu digarap atau digunakan oleh penyewa tanah tersebut
dalam jangka waktu yang sudah disepakati, juga dalam hal menjamin tanah

pada Bank maka Bank sebagai kreditur adalah pemegang hak jaminan atas

tanah yang dijadikan jaminan tetapi fisik penguasaannya atau penggunaannya

tetap ada pada pemilik hak atas tanah.

Hak atas tanah menurut Undang-Undang Pokok Agraria (selanjutnya

disingkat UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA) adalah kewenangan

Negara yang bersumber pada hak menguasai tanah oleh Negara yang diatur

dalam Pasal 2 ayat 2 Pertimbangan Hakim Terhadap Putusan Penyelesaian

Wanprestasi dan Sengketa Tanah (Putusan Nomor 206/Pdt.G/2022/Pn.Tjk).

Pertimbangan dalam perkara gugatan dengan pembuktian ingkar janji berupa

tidak melakukan apa yang telah di sanggupi akan dilakukannya . Adapun

tindakan tersebut bahwa nyata kealpaan terhadap janji . untuk mengembalikan

sertifkat tanah SHM Nomor 1038/E, surat ukur Nomor 20/Enggal/2001, seluas

217m2 dan membangun bisnis usaha pabrik kerupuk dengan bujuk rayu dan iming

iming keutungan yang lumayan besar. Dalam putusannya di atas dinyatakan

wanprestasi yaitu menyatakan peralihan tanah sesuai sertifikat hak milik no 577 luas

3.998 m2 yang terletak di desa candimas natar kabupaten lampung selatan dan

membayar biaya perkara sebesar dalam perkara gugatan antara pihak penggugat dan

pihak tergugat untuk dilaksanakan seluruh isi putusan sebagaimana yang telah

diputuskan oleh hakim dan sudah di ditetapkan di pengadilan maka pihak pemenang

penggugat mengajukan permohonan kepada ketua pengadilan untuk melakukan

penyitaan terhadap obyek yang di sengketa berdasarkan alat bukti yang diajukan

Penggugat, tidak dapat membuktikan rincian dan besarnya kerugian yang diderita

oleh Penggugat maka berdasarkan Kaedah Hukum Putusan Mahkamah Agung RI

Nomor 598 K.Sip/1971 tanggal 18 Desember 1971 bahwa Penggugat mengajukan

gugatan perdata yang menuntut agar Tergugat dihukum membayar ganti kerugian
kepada Penggugat. Dalam persidangan pengadilan ternyata Penggugat tidak dapat

membuktikan secara rinci adanya dan besarnya kerugian yang diderita oleh

Penggugat. Karena tidak berhasil membuktikannya, maka Hakim menolak tuntutan

pembayaran ganti rugi yang diajukan oleh Penggugat tersebut sebesar Rp.

5.506.000,00.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap permasalahan penyelesaian sengketa oleh

Hakim dalam Putusan Nomor 206/Pdt.G/2022/Pn.Tjk peneliti memberikan

sebuah kesimpulan yakni sebagai berikut;

1. Penyelesaian sengketa hak atas tanah antara pihak penggugat dan pihak

tergugat di Pengadilan Negeri Tanjung karang dengan nomor perkara

206/Pdt.G/2022/Pn.Tjk Dilihat dari pertimbangan- pertimbangan dan hasil

putusan Pengadilan Negeri Tanjung Karang Nomor 206/Pdt.G/2022/Pn.Tjk

terkait sengketa hak milik atas tanah hal ini sesuai dengan Pasal 163

HIR/283 RBg yang menetapkan bahwa pihak Tergugat tidak dapat

membuktikan dalil gugatannya dimuka persidangan dan tidak memiliki

etikad baik selama jalannya persidangan dan menghukum pihak Tergugat

atas perkara ini sebesar Rp. 5.506.000,00 (lima juta lima ratus enam ribu

rupiah). Metode penyelesaian sengketa secara litigasi melalui mediasi kedua

belah pihak telah dilakukan dan kedua belah pihak pun sangat terbuka

dalam mediasi ini baik itu pihak penggugat maupun pihak tergugat

namun perkara ini tidak dapat terselesaikan melalui mediasi karena kedua

belah pihak merasa bahwa hasil keputusan dari mediasi ini tidak menemukan

titik terang dan tetap menempuh jalur hukum.

2. Pertimbangan dalam perkara gugatan dengan pembuktian ingkar janji

berupa tidak melakukan apa yang telah di sanggupi akan dilakukannya .

Adapun tindakan tersebut bahwa nyata kealpaan terhadap janji . untuk

mengembalikan sertifkat tanah SHM Nomor 1038/E, surat ukur


No.20/Enggal/2001, seluas 217m2 dan membangun bisnis usaha pabrik

kerupuk dengan bujuk rayu dan iming iming keutungan yang lumayan besar.

Dalam putusannya di atas dinyatakan wanprestasi yaitu menyatakan

peralihan tanah sesuai sertifikat hak milik no 577 luas 3.998 m2 yang

terletak di desa candimas natar kabupaten lampung selatan dan membayar

biaya perkara sebesar dalam perkara gugatan antara pihak penggugat dan

pihak tergugat untuk dilaksanakan seluruh isi putusan sebagaimana yang

telah diputuskan oleh hakim dan sudah di ditetapkan di pengadilan maka

pihak pemenang penggugat mengajukan permohonan kepada ketua

pengadilan untuk melakukan penyitaan terhadap obyek yang di sengketa

berdasarkan alat bukti yang diajukan Penggugat, tidak dapat membuktikan

rincian dan besarnya kerugian yang diderita oleh Penggugat maka

berdasarkan Kaedah Hukum Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 598

K.Sip/1971 tanggal 18 Desember 1971 bahwa Penggugat mengajukan

gugatan perdata yang menuntut agar Tergugat dihukum membayar ganti

kerugian kepada Penggugat. Dalam persidangan pengadilan ternyata

Penggugat tidak dapat membuktikan secara rinci adanya dan besarnya

kerugian yang diderita oleh Penggugat. Karena tidak berhasil

membuktikannya, maka Hakim menolak tuntutan pembayaran ganti rugi

yang diajukan oleh Penggugat tersebut sebesar Rp. 5.506.000,00.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian di atas maka penulis dapat menyarankan sebagi

berikut :

1. Disarankan untuk tidak ada lagi kejadian terjadinya Wanprestasi bagi para

pihak manapun dan diharapkan lebih teliti dan tidak mudah mempercayai
segala sesuatu hanya karena keuntungan yang akan didapatkan tanpa sumber

yang sah. Dalam melakukan perjanjian apapun sebaiknya dilakukan dengan

hati-hati dalam melengkapi dokumen penjual maupun pembeli, mengurus

peralihan, dan lebih koperatif dalam bertransaksi antara penjual dan pembeli.

2. Disarankan lebih memahami Ilmu Hukum KUHPerdata bagi semua pihak agar

terhindar dari segala bentuk kecurangan dan penipuan oleh pihak-pihak tidak

bertanggung jawab.
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-Buku

Hery.2019.Manajemen Perbankan,PT. Grasindo,Jakarta.

Kasmir. 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta.

O.P. Simorangkir. 1998.Seluk Beluk Bank Komersia. Aksara Persada Indonesia,


Jakarta.

R. Subekti. 1987.Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Jakarta.

R. Subekti dan Tjitrosudibio. 2008. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,PT.


Pradnya Paramita,Jakarta.

Satjipto Rahardjo. 2007. Membedah Hukum Progesif, Cetakan kedua. Penerbit


Kompas, Jakarta.

Sudargo Gautama. 1995.Indonesian Business Law, PT. Citra Aditya


Bakti,Bandung.

SudikNomor 2008.Ilmu Hukum, Penerbit Liberty,Yogyakarta.

Tami Rusli.2018.Hukum Dagang,CV. Anugrah Utama Raharja,Bandar Lampung.

Wirjono Prodjodikoro.1981.Asas-Asas Hukum Perjanjian, PT. Sumur.

Zainal Asikin. 2016. Pengantar Hukum Perbankan Indonesia, Rajawali Pers,


Jakarta.

Zulfi Diane Zaini.2012.Indepedensi Bank Indonesia dan Penyelesaian Bank


Bermasalah,Keni Media,Bandung.

Zulfi Diane Zaini dan Syopian Febriansyah.2014. Aspek Hukum dan Aspek Fungsi
Lembaga Penjamin Simpanan, Keni Media,Bandung.

B. Peraturan Perundang-Undangan Dan Peraturan Lainnya

Undang- Undang Dasar 1945 (Hasil Amandemen)Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata


Undang–Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah

Beserta Benda- Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan


Permukiman

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) / POJK Nomor 40 Tahun 2020 tentang
Penerapan Kualitas Kredit Untuk Bank Umum

C. SUMBER LAIN

Admin.2021.Mengapa surat perjanjian jual beli rumah itu


penting?,https://universalbpr.co.id/blog/surat-perjanjian-jual-beli-rumah/.

Anto Erawan. 2015. 8 Jenis KPR Yang Ada Di


Indonesia,https://www.rumah.com/berita-properti/2015/9/106612/8-jenis-
kpr-yang-ada-di-indonesia.

Bambang SunggoNomor 1995. Pengantar


Hukum Perbankan,Mandar Maju,Bandung.

Boris Tampubolon. 2016.Syarat Sah Perjanjian,


https://konsultanhukum.web.id/syarat-sahnya-perjanjian/ diunduh tanggal
25 Juni 2016, Pukul 10.08 WIB

Chintya Maretha. 2021. Segala Hal Yang Perlu Kamu Ketahui Tentang KPR
Beserta Syarat Pengajuannya, https://glints.com/id/lowongan/apa-itu-kpr-
adalah/#.YY9GbpN7nIV.

Departemen Pendidikan Nasional.2005. Kamus Besar Ikthasar Indonesia Edisi


Ketiga, Balai Pustaka.

Irene Radius Saretta.2021.Memahami Arti Istilah


Developer,https://www.cermati.com/artikel/memahami-arti-istilah-
developer-hak-kewajiban-dan-tanggung-jawabnya-terhadap-konsumen.

Kompas.com.2020.Kredit.https://www.kompas.com/skola/read/2020/11/16/18332
9869/kredit-definisi-jenis-dan-fungsinya.

Muhammad.2017.Tanggung jawab developer dalam penjualan rumah melalui


kredit pemilikan rumah,http://repository.unair.ac.id/35945.
Pengertian Prinsip Kehati-hatian,
http://www.landasanteori.com/2015/10/pengertian-prinsip-kehati-hatian-
dalam.html.

Prospeku.2021.Ketahui Apa Itu PPJB dalam Proses Transaksi Jual Beli Rumah,
https://prospeku.com/artikel/ppjb-adalah---3108 diunduh tanggal 07
Oktober 2021, Pukul 15.03 WIB

Rumah.com. 2021.Legalitas dan Peran PPJB dalam Transaksi Properti


Berdasarkan Hukum Negara,https://www.rumah.com/panduan-properti/apa-
itu-ppjb-ppjb-adalah-10828.

Vika Nur Syahbina.2016. Macam-Macam Bentuk


Perjanjian,http://vikanursy.blogspot.com/2016/04/macam-macam-bentuk-
perjanjian.html diunduh Tanggal 11 April 2016 pukul 07.09 WIB

Wibowo T. Tunardy.2012.Jenis-Jenis Hukum Perjanjian,


https://www.jurnalhukum.com/jenis-jenis-perjanjian/.

Zulfi Diane Zaini.2013.Hubungan Hukum Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral


dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Pasca Pengalihan Fungsi
Pengawasan Perbankan, Volume:20 Nomor: 2, Fakultas Hukum dan
Program Magister Hukum Universitas Bandar Lampung.

Zulfi Diane Zaini. 2019.Analisis Yuridis Perlindungan Hukum Nasabah Bank


Terhadap Kerahasiaan Bank di Indonesia, Volume:1 Nomor: 1, Universitas
Bandar Lampung.

Recca Ayu H.2023.Pertimbangan Hakim Terhadap Sengketa Kepemilikan Tanah


Dalam Perspektif Hukum Agraria, Volume:1 Nomor:1, Universitas Bandar
Lampung.

Anda mungkin juga menyukai