Anda di halaman 1dari 30

+62 877-9646-7671

KAJIAN AGRARIA

A. Pendahuluan
Indonesia merupakan negara hukum yang memiliki unsur penting
diantaranya, yaitu : (a) wilayah; (b) rakyat; (c) pemerintah yang berdaulat; (d)
dan pengakuan negara lain, dengan pembatasan segala sikap serta tingkah laku
maupun perbuatan berdasar pada hukum positif. Warga negara terbebas dari
perlakuan sewenang-wenang oleh pemerintah maupun aparat penegak hukum
sesuai dengan bunyi pasal 28 D ayat 1 UUD NRI 1945 dimana setiap orang
berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil
serta perlakuan adil dan sama dimata hukum. Hal ini bertujuan untuk menjaga
keseimbangan antara kepentingan umum serta perorangan demi terciptanya
keselarasan dan keadilan masyarakat. Indonesia dengan corak negara agraris
menempatkan tanah sebagai bagian dari hak asasi manusia sekaligus kebutuhan
dasar manusia yang dijamin oleh UUD NRI 1945. Tanah bersifat
multidimensional sebagai faktor utama dalam menentukan peradaban yang
memiliki nilai ekonomis tinggi, berbudaya masyarakat serta ruang hidup
masyarakat dan memiliki fungsi sosial yang memegang peranan vital bagi
kesejahteraan dan kemakmuran bangsanya. Hak dasar tanah memiliki arti yang
sangat besar bagi eksistensi, kebebasan dan harkat diri manusia. Tanah memiliki
fungsi sebagai social asset dan capital asset, dimana social asset berfungsi sebagai
sarana pengikat kesatuan sosial masyarakat untuk hidup dan kehidupan,
sedangkan capital asset berfungsi sebagai faktor modal dalam pembangunan dan
tumbuh sebagai benda ekonomi perniagaan.
Pentingnya hak atas tanah bagi masyarakat diatur melalui UUD NRI 1945
dengan diberikan jaminan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Konstitusi juga memberikan jaminan bahwa setiap orang
berhak untuk mendapat perlindungan terhadap hak-hak atas tanah yang tidak
boleh diambil sewenang-wenang dan harus diberi ganti kerugian. Lebih lanjut
kebijakan pertanahan terkandung dalam UU No 5 tahun 1960 mengenai peraturan
dasar pokok-pokok agraria, yang mengatur tentang hak atas tanah, air dan udara
sebagai tonggak pembangunan dan menghapus kolonialisme pertanahan yang
dapat menyengsarakan rakyat. Akan tetapi hal ini berbanding terbalik, dapat
dilihat dari perubahan masyarakat agraris yang kaya akan tanah berubah menjadi
masyarakat industri sekaligus pertambangan yang menjadikan adanya pengadaan
tanah. Prinsip dari pengadaan tanah dilakukan melalui musyawarah dengan
pemenuhan keadilan yang menjadi tanggung jawab pemerintah guna menciptakan
keseimbangan dan menghormati hak asasi manusia. Faktanya hingga saat ini
masih kerap terdengar adanya permasalahan dari pengadaan tanah yang
+62 877-9646-7671

menimbulkan kesenjagangan penguasaan dan pemanfaatan sumber agraria dengan


dalih pembangunan untuk masyarakat yang merugikan masyarakatnya sendiri.
Dijelaskan dalam UU Pengadaan tanah mengenai jenis dan mekanisme
pengadaan tanah dimana ganti rugi tidak terbatas pada bentuk uang saja,
melainkan dapat berupa tanah pengganti, relokasi perumahan, fasilitas umum dan
sosial, pembagian saham maupun bentuk lain yang disepakati bersama dengan
jelas. Praktiknya tidak sesuai dengan apa yang sudah tertulis dalam UU, dimana
kepentingan umum dijadikan alat merampas tanah masyarakat serta mengabaikan
hak-hak dari pemilik tanah dengan tindakan represif aparat. Ambisi untuk
mengejar percepatan pembangunan agar tercipta pertumbuhan ekonomi Indonesia
yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau badan usaha berakibat
pada konflik agraria. Peningkatan pertumbuhan dan pemerataan pembangunan
dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat digunakan sebagai penguat
argumen yang terindikasi hanya menguntungkan pihak-pihak oligarki tanpa
memikirkan kepentingan masyarakat secara umum sehingga memicu adanya
konflik agraria.
Maraknya konflik agraria yang belum terselesaikan sehingga perlu ditegaskan
mengenai batasan-batasan kepentingan umum dalam UU pengadaan tanah. Dalam
kondisi demikian keseimbangan untuk kepentingan umum tidak tercapai yang
disebabkan oleh egoisme sektoral.
Pengadaan tanah tak jarang berujung pada penyerobotan tanah sebagai
bagian dari kasus agraria yang mana hal ini bukan barang baru bagi Indonesia.
Kasus ini tidak dapat dilepaskan dalam kaitannya dengan Negara Indonesia
sebagai negara hukum sehingga adanya pasal 24 yang mengatur penggunaan dan
pembatasan tanah serta pasal 385 KUHP yang menjelaskan terkait ancaman
pidana bagi pelaku penyerobot tanah harus ditegakkan. Penyerobotan sendiri
dapat diartikan sebagai sebuah tindakan mengambil hak atau harta dengan
sewenang-wenang atau dengan tidak mengindahkan hukum dan aturan yang
berlaku. Dapat dilihat dari beberapa kasus yang terjadi di Indonesia saat ini
diantaranya kasus penambangan di Wadas, penambangan di Jomboran serta kasus
penambangan di Sulawesi Tengah yang mana merupakan bagian dari kasus
agrarian dan sangat merugikan masyarakat.

B. Landasan hukum agraria di Indonesia

Landasan Idil : Pancasila


Landasan Konstitusional : UUD NRI 1945
Landasan Operasional : Arah kebijakan Nasional yang dituangkan dalam
berbagai
Peraturan Perundang-Undangan.
+62 877-9646-7671

1. LANDASAN IDIL
Landasan Idiil hukum agraria di Indonesia adalah Pancasila. Hukum
agrarian yang berlaku di Indonesia harus di dasarkan diri pada nilai-nilai yang
terkandung dalam sila-sila Pancasila sebagai dasar negara, dasar falsafah
bangsa Indonesia, dan sumber dari segala sumber hukum di Indonesia. Jika kita
rujuk di salah satu sumber, hukum agrarian adalah adalah serangkaian kaidah
dan hubungan yang mengatur hak penguasaan atas bumi, air, ruang angkasa
dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Dimana penguasaan atas
bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
tersebut harus dengan tujuan untuk kebermanfaatan dan kemaslahatan
masyarakat Indonesia demi mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. (Sila Ke-5).

2. LANDASAN KONSITUSUONIL
Landasan Konstitusionil hukum agraria di Indonesia adalah UUD NRI
1945. UUD NRI 1945 merupakan landasan formil dan landasan materil dalam
setiap kebijakan yang dibuat oleh negara, termasuk dalam pelaksanaan hukum
agrarian di Indonesia. Secara tersirat Konstitusi UUD NRI 1945 mengatur
hukum agraria di dalam pasal 33 ayat (3) UUD NRI 1945 yang berbunyi :
“Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.”.
Jika kita telusuri lebih jauh dalam historis, tujuan dibentuknya konstitusi atau
hukum dasar adalah untuk memberikan batasan kepada penguasa, sehingga
dalam hal ini apabila dalam pelaksanaan hukum agraria masih banyak
penyimpangan yang terjadi maka terjadi suatu kegagalan dari tujuan konstitusi.

3. LANDASAN OPERASIONAL
Landasan Operasional hukum agrarian adalah landasan yang berasal dari
berbagai peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan. Landasan
Operasional Hukum Agraria di Indonesia dalam sistem hukum nasional adalah
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1960
TENTANG PERATURAN DASAR POKOK-POKOK AGRARIA.
UU NO. 5 Tahun 1960 merupakan landasan operasional yang seharusnya
ditaati oleh pemerintah dalam setiap membuat kebijakan dan melaksanakan
berbagai kegiatan terkait pengelolaan kekayaan alam terutama yang berkaitan
dengan Hukum Agraria.

Beberapa pasal-pasal Penting dalam UU No. 5 Tahun 1960 :


+62 877-9646-7671

Pasal 2
(2) Hak menguasai dari Negara termaksud dalam ayat (1) pasal ini memberi
wewenang untuk :
a. mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan
pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut;
b. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang
dengan bumi, air dan ruang angkasa,
c. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang
dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang
angkasa.
(3) Wewenang yang bersumber pada hak menguasai dari Negara tersebut pada
ayat (2) pasal ini digunakan untuk mencapai sebesar-besar kemakmuran
rakyat, dalam arti kebahagiaan, kesejahteraan dan kemerdekaan dalam
masyarakat dan Negara hukum Indonesia yang merdeka berdaulat, adil
dan makmur.
(4) Hak menguasai dari Negara tersebut diatas pelaksanaannya dapat dikuasakan
kepada daerah-daerah Swatantra dan masyarakat-masyarakat hukum adat,
sekedar diperlukan dan tidak bertentangan dengan kepentingan nasional,
menurut ketentuan-ketentuan Peraturan Pemerintah.
Pasal 3
Dengan mengingat ketentuan-ketentuan dalam pasal 1 dan 2 pelaksanaan
hak ulayat dan hak-hak yang serupa itu dari masyarakat-masyarakat hukum adat,
sepanjang menurut kenyataannya. masih ada, harus sedemikian rupa sehingga
sesuai dengan kepentingan nasional dan Negara, yang berdasarkan atas persatuan
bangsa serta tidak boleh bertentangan dengan Undang-undang dan peraturan-
peraturan lain yang lebih tinggi.
Pasal 5.

Hukum agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruang angkasa ialah
hukum adat, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional dan
Negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa, dengan sosialisme Indonesia
serta dengan peraturan-peraturan yang tercantum dalam Undang-undang ini dan
dengan peraturan perundangan lainnya, segala sesuatu dengan mengindahkan
unsur-unsur yang bersandar pada hukum agama.
Pasal 13.
(1) Pemerintah berusaha agar supaya usaha-usaha dalam lapangan agraria diatur
sedemikian rupa, sehingga meninggikan produksi dan kemakmuran rakyat
sebagai yang dimaksud dalam pasal 2 ayat (3) serta menjamin bagi setiap
warga-negara Indonesia derajat hidup yang sesuai dengan martabat manusia,
baik bagi diri sendiri maupun keluarganya.
+62 877-9646-7671

(4) Pemerintah berusaha untuk memajukan kepastian dan jaminan sosial,


termasuk bidang perburuhan, dalam usaha-usaha dilapangan agraria.

Proyek Strategis Nasional


Ambisi untuk mengejar percepatan pembangunan dengan dalih
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pemerintah membuat program yaitu Proyek
Strategis Nasional (PSN). Dalam Peraturan Presiden No 3 Tahun 2016 yang
diubah beberapa kali dan terakhir menjadi Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 109 Tahun 2020 disebutkan, bahwa Proyek Strategis Nasional adalah
proyek yang dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau badan
usaha yang memiliki sifat strategis untuk peningkatan pertumbuhan dan
pemerataan pembangunan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dan pembangunan daerah.
Proyek Strategis Nasional ini memuat proyek dan juga program yang terus
berubah sejak awal perencanaan pada tahun 2016. Proyek meliputi pembangunan
Jalan, bendungan, kawasan, kereta api, energi, pelabuhan, bandara, air bersih dan
sanitasi, perumahan, irigasi, tanggul pantai, teknologi, hingga pendidikan.
Sedangkan untuk program antara lain Akses exit tol, smelter, ketenagalistrikan,
penyedia pangan, pemerataan ekonomi, instalasi pengolahan sampah, kawasan
strategis pariwisata, kawasan perbatasan, superhub, dan pengembangan wilayah.
Menurut data yang dikumpulkan oleh KPPIP (Komite Percepatan Penyediaan
Insfrastuktur Prioritas) proyek dan program ini terus berubah, baik karena sudah
terlaksana ataupun dikeluarkan dari daftar prioritas PSN. Misalnya pada tahun
2016 terdapat 225 proyek dan 1 program, lalu pada tahun 2017 terdapat 245
proyek dan 3 program, selanjutnya tahun 2018 terdapat 223 proyek dan 3
program. Serta yang terakhir dalam Perpers No 109 Tahun 2020, terdapat 210
proyek dan 10 program yang terbagi dalam proyek dan progrqm yang disebutkan
diatas.

Proyek (PSN) yang sudah berjalan sejak dari 2016 tersebut cenderung
dikebut perkerjaannya dan mendapatkan tempat yang “istimewa”. Dalam Inpres
Nomor 1 Tahun 2016 mengintruskikan para pejabat meliputi Menteri Kabinet
Kerja, Jaksa Agung Republik Indonesia, Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia, Sekretaris Kabinet, Kepala Staf Kepresiden, Kepala Lembaga
Pemerintah Non Kementerian, Gubernur, dan Bupati/Walikota. Untuk
menyelesaikan permasalah yang menghambat pelaksanaan PSN tersebut. Intruksi
yang diserukan oleh Presiden sesuai yang dimuat dalam Inpres tersebut
diantaranya pengambilan upaya diskresi dalam rangka mengatasi persoalan yang
konkret dan mendesak; Menyempurnakan, mencabut, dan atau mengganti,
+62 877-9646-7671

ketentuan peraturan perundang-undangan yang tidak mendukung dan


menghambat percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional; dan Menyusun
peraturan perundang-undangan dan/atau kebijakan yang diperlukan untuk
percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. Widiyanigrum (2019:6)
mengatakan bahwa Inpres No. 1 Tahun 2016 mengandung nilai yang bertentangan
dengan asas negara hukum dan asas pemerintahan. Pejabat dengan kekuasaannya
seolah-olah dapat melakukan rekayasa sosial atas hukum yang berlaku. Hal
tersebut tentu dapat menyebabkan konflik hukum dan berakibat kontraproduktif
dengan tujuan hukum.

Akibat dari ambisi pemerintah perihal percepatan pelaksanaan PSN


tersebut menyebabkan berbagai konflik salah satunya konflik agraria. Dilansir
dari cnnindonesia, Konsorium Pembaruan Agraria (KPA) mengungkap ada 38
konflik agraria di tahun 2021. Tentu saja konflik agrarian tersebut tak jauh akibat
dari dikeluarkannya regulasi-regulasi tentang PSN yang terindikasi hanya
menguntungkan pihak oligark saja dan tanpa memikirkan kepentingan masyarakat
secara umum.

C. Kasus kasus agrarian di Indonesia

1. Kasus agrarian di wadas


Penambangan Batu Andesit Di Desa Wadas
Proyek Bendungan Bener memerlukan pasokan batuan andesit
sebagai material pembangunan. Oleh pemerintah, kebutuhan batuan ini
diambil dari Desa Wadas karena mengandung sekitar 40 juta meter
kubik batu andesit. Luas lahan di Desa Wadas yang akan dikeruk
untuk penambangan andesit mencapai 145 hektare. Penambanga
batuan andesit di Desa Wadas nantinya akan dilakukan dengan cara
dibor, dikeruk, dan diledakkan menggunakan 5.300 ton dinamit,
hingga kedalaman 40 meter. Peledakan dilakukan untuk mendapatkan
target produksi harian yang akan digunakan dalam pembuatan
bendungan. Proyek tambang di Desa Wadas ini merupakan tambang
quarry atau penambangan terbuka (dikeruk tanpa sisa) yang
rencananya berjalan selama 30 bulan.
Kebutuhan untuk pembuatan bendungan sendiri adalah sekitar 8
juta meter kubik batuan andesit. Tetapi, tambang quarry desa Wadas
mencapai 114 hektare dimana menghasilkan batuan andesit sebanyak
43 juta meter kubik. Terdapat sisa batuan andesit yang nantinya tidak
terpakai untuk pembangunan bendungan sebanyak 35 juta meter kubik.
Hal ini belum ada transparansi dari pemerintah mengenai sisa batuan
+62 877-9646-7671

andesit tersebut. Seharusnya ketika yang digunakan hanya 8 juta meter


kubik batuan andesit tidak perlu harus menambang sampai 114
hektare, sebab akan merusakan alam yang berujung pada bencana alam
yang berdampak pada kehidupan makhluk hidup.
Perizinan Pertambangan Batu Andesit di Wadas

Pertambangan andesit di Desa Wadas belum memiliki Izin


Usaha Pertambangan (IUP) dari pemerintah pusat. Alasannya, karena
pertambangan batuan andesit digunakan untuk kepentingan
pembangunan bendungan bener sebagai proyek strategis nasional. Izin
pembukaan tambang andesit tersebut hanya dilakukan oleh
Kementerian PUPR untuk mendukung program strategis nasional
Bendungan Bener. Dengan demikian, Kementerian PUPR
mendapatkan izin dari Kementerian ESDM dalam pembukaan
tambang andesit untuk proyek Bendungan Bener. Namun memang
tidak ada izin pertambangan komersial (IUP) yang dikeluarkan.
Sehingga, terkait persoalan lingkungan dan masalah lainnya
diserahkan ke Kementerian PUPR sebagai penanggungjawab kegiatan.

Adapun berkaitan dengan quarry yang merupakan kegiatan


pertambangan semestinya harus ada IUP untuk sebuah aktivitas yang
kaitannya adalah pertambangan. Quarry untuk Bendungan Bener ini
seperti spesial kedudukannya. Ia tidak mempunyai IUP dan difasilitasi
pengadaan tanahnya, berbeda dengan kebutuhan quarry di proyek
kepentingan umum lainnya. Seharusnya, ketika membuka
pertambangan baik mineral maupun batu bara harus memiliki IUP
terlebih dahulu. Kegiatan pertambangan juga harus dihentikan. Hal itu
mengingat adanya putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 91/PUU-
XVIII/2 020. Yang mana putusannya memerintahkan untuk
menangguhkan segala tindakan/kebijakan yang bersifat strategis dan
berdampak luas. Kegiatan pengadaan tanah untuk quarry Bendungan
Bener semestinya juga dihentikan sebagaimana seluruh PSN yang
harus ditangguhkan terlebih dahulu. Kegiatan untuk PSN yang
menyandarkan pada UU Cipta Kerja ditangguhkan berdasarkan
Putusan MK nomor 91/PUU-XVIII/2020.

Warga Tolak Penambangan Batu Andesit


Masyarakat Wadas secara turun temurun sudah memahami
kondisi daerahnya, bahkan jauh sebelum ada kajian analisis dampak
lingkungan (AMDAL). Penambangan akan mengancam keselamatan
warga Wadas dan sekitarnya. Disebutkan dalam Rencana Tata Ruang
+62 877-9646-7671

Wilayah (RTRW) Kabupaten Purworejo. "Perbukitan Wadas itu


penyangga Bedang Menoreh yang rawan bencana terutama tanah
longsor. Berdasarkan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Purworejo 2011-2031, Kecamatan Bener,
termasuk di dalamnya Desa Wadas, merupakan bagian dari kawasan
rawan bencana tanah longsor. Sebagaimana diketahui, quarry
merupakan lokasi penambangan tanah atau batuan yang akan menjadi
material pembangunan bendungan Bener di Kabupaten Purworejo.

Penambangan batu andesit berada di sekitar area kawasan


hutan lindung yang ada di Desa Wadas. Tentu, hal ini sangat berisiko
bagi sumber daya alam dan dampak lingkungan yang riskan di daerah
desa Wadas. Warga juga mengkhawatirkan penambangan akan
merusak 28 titik sumber mata air warga desa. Terjadi penyusutan debit
air dan mengakibatkan air menjadi keruh. Rusaknya sumber mata air
akan berakibat pada kerusakan lahan pertanian dan lebih lanjut warga
kehilangan mata pencaharian.
Penolakan penambangan ini juga dilakukan sebagai bentuk dari
menjaga lingkungan sesuai dengan agama dan keyakinan yang dimiliki
warga setempat yaitu "mengolah alam itu merupakan perintah Tuhan"

Kondisi Terkini
Konflik agraria yang terjadi di desa wadas penyebabnya adalah
sebagian warga menolak rencana aktivitas penambangan batu andesit.
Penolakan tersebut ditandai dengan serangkaian aksi protes yang
berujung represifitas oleh aparat yang bersenjata lengkap. Pilihan
pemerintah untuk mengedepankan tindakan represif berujung pada
konflik antara aparat dengan warga.
Saat ini kondisi di Desa Wadas, aparat masih menjaga di area
Desa Wadas dan memastikan tidak ada tindakan represif yang
dilakukan aparat. Hanya saja, masyarakat kurang nyaman dengan
adanya penjagaan tersebut karena taumatis pada kejadian penangkapan
yang pernah terjadi. Kondisi anak-anak di Desa Wadas juga
mengalami trauma yang sama. Kebanyakan anak-anak tidak berani
untuk pergi sekolah.
+62 877-9646-7671

Respon Dari Beberapa Pihak

Pengamat Sosial Politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ),


Ubedilah Badrun menilai penambangan batu andesit di Desa Wadas
jelas merusak lingkungan dan menghilangkan mata pencaharian warga.
Untuk itu, dia memberi solusi pemerintah agar membatalkan
penambangan andesit di Desa Wadas. Sebagai gantinya, pemerintah
dapat mencari wilayah pertambangan lain yang tidak menganggu
ekosistem dan perekonomian masyarakat. Saran ini diharapkan dapat
menjadi jalan tengah sehingga tidak merugikan warga dan
pembangunan Bendungan Bener tetap berjalan. Dia menilai, salah satu
prinsip penting pembangunan nasional yang sering diabaikan oleh
pemerintah adalah partisipasi. Dimana rakyat mestinya diberi ruang
partisipasi dan didengar pendapatnya.

Sementara Pengamat Politik dan Sosial dari Universitas Al-


Azhar Indonesia Ujang Komarudin meminta pemerintah pusat dan
daerah memiliki solusi yang tidak merugikan masyarakat. Misalnya,
dengan merelokasi warga Desa Wadas ketempat yang baik. Di mana
lingkungan dan ketersediaan lapangan pekerjaannya terjamin.

Ganjar mengatakan, sudah berdiskusi dengan Menteri


Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam)
Mahfud Md secara virtual pada Rabu 9 Februari 2022 malam, diikuti
oleh seluruh stake holder yang terlibat. Ganjar berharap ruang dialog
terus dibuka untuk memberikan pemahaman pada warga yang masih
menolak. Ganjar mengatakan, dalam forum dibahas tentang adanya
warga yang menolak dengan beragam alasan. Terhadap kawan-kawan
yang belum setuju, yang pada saat itu membahas isu soal quarry,
potensi lingkungan yang akan rusak.

2. Kasus penambangan di Jomboran


+62 877-9646-7671

Eksploitasi dan perusakan alam


menggunakan alat berat di bantaran Sungai
Progo Dusun XV Jomboran,
Sendangagung, Minggir, Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta, hingga saat ini masih
dikhawatirkan oleh masyarakat. Sungai
progo yang terkenal kaya akan sumber
daya alamnya merupakan salah satu
anugerah yang telah memberikan banyak
sekali menfaat baik kepada masyarakat
maupun makhluk hidup disekitarnya. Banyak warga disekitar sungai progo
yang menggantungkan kehidupannya pada kekayaan alam sungai tanpa
mengekploitasi secara berlebihan seperti untuk kebutuhan air bersih, pangan,
mata pencaharian hingga kawasan destinasi wisata.
Seluruh warga secara tegas tidak menyetujui pembangunan tambang
yang di nilai dapat memberikan dampak kerugian bagi seluruh warga
Jomboran. Puluhan warga Padukuhan Jomboran, Kalurahan Sendangagung,
Kapanewon Minggir Sleman, kemudian melanjutkan aksi penolakannya
terhadap rencana penambangan pasir dengan alat berat di Sungai Progo. Hal
itu ditunjukkan dengan memasang spanduk-sapnduk penolakan di sekitar
aliran sungai.

Awal mula munculnya kasus


Beberapa perusahaan tambang mulai masuk dan bersiap
mengeksploitasi kekayaan alam berupa pasir dan kandungan mineral lainnya
di Sungai Progo Dusun Jomboran sejak tahun 2017. Perusahaan yang
dimaksud adalah PT. Citra Mataram Konstruksi (CMK) dan Pramudya
Afghani. Kedua perusahaan ini ingin mengeruk pasir di bantaran sungai
dimulai dari sisi Utara dan Selatan Dusun Jomboran. Warga yang mengetahui
bahwa terdapat banyak kejanggalan dalam hal prosedural maupun dampak
yang akan terjadi pada lingkungannya apabila pertambangan tetap dilakukan
nyatanya tidak tinggal diam.
+62 877-9646-7671

Eksploitas yang dilakukan oleh beberapa perusahaan ini sedari awal


memang sudah terdeteksi cacat secara administrasi. Hal ini dibuktikan dengan
adanya pemalsuan tanda tangan atas nama salah seorang warga Jomboran
padahal warga tersebut sama sekali belum pernah melihat dokumen yang
diberikan apalagi menandatanganinya. Permasalahan terkait legalitas tidak
berhenti disitu akan tetapi berlanjut pada tahapan dimana warga setempat
sama sekali tidak menerima sosialisasi baik dari perusahaan ataupun
pemerintah setempat berkaitan dengan adanya pertambangan. Analisis
dampak lingkungan (AMDAL) juga tidak pernah diberitahukan kepada warga
Jomboran. Tentunya ini menimbulkan kejanggalan dan keheranan yang amat
besar bagi warga Dusun Jomboran dan sekitarnya. Akumulasi dari berbagai
persoalan ini membuktikan bahwa secara legalitas prosedural pertambangan
nyatanya sangat cacat dan tidak transparan.
Alasan mengapa kemudian warga Jomboran dan sekitarnya menolak
adanya pertambangan pasir di Sungai Progo adalah terbuktinya penggunaan
alat berat illegal berupa alat sedot yang secara Undang-undang dan peraturan
pertambangan jelas dilarang untuk digunakan. Akan tetapi perusahaan yang
rakus dan hanya berorientasi pada keuntungan semata jelas akan
menggunakan segala macam cara untuk menguras habis kekayaan alam, yaitu
menggunakan alat sedot.

Kondisi saat ini


Penambangan
pasir dan batu yang ada di
aliran kali Progo tepatnya
di Padukuhan Jomboran,
Kalurahan Sendangagung,
Kapanewon
Minggir, Sleman terus
berlanjut setelah warga
memprotes pada Desember
2020 lalu. Meski pihak
penambang telah mengantongi izin, mereka tidak memperhatikan kondisi
lingkungan yang berpotensi mengganggu aktivitas masyarakat. Warga
Jomboran, Iswanto menjelaskan sejak polisi menaikkan status pelaporan
pihak penambang kepada dua warga Jomboran menjadi penyidikan, warga
+62 877-9646-7671

tidak lagi melakukan aksi penyaluran aspirasi. "Sudah tidak ada lagi kegiatan
warga ke tempat penambangan. Penambangan terus dilanjutkan setelah kami
dilaporkan itu," ungkap Iswanto dihubungi SuaraJogja.id, Selasa
(19/10/2021).
Ia mengatakan bahwa pihak penambang lebih bebas lagi melakukan
aktivitas di aliran Kali Progo. Bahkan menurut Iswanto, pengawas tambang
juga tidak pernah ditemui di lokasi. Iswanto menganggap bahwa
penambangan itu memang tidak akan berdampak kepada pengusaha. Namun
warga yang tinggal 25–50meter dari Kali Progo tempat penambangan
tersebut akan merasakan imbasnya. Seperti di Jomboran, sekarang sumur-
sumur saja sudah kering. Beberapa warga memilih membeli air. Ini kan
menyulitkan kami. Akhirnya kami melakukan protes, malah dilaporkan," kata
dia. Tidak hanya itu, aktivitas tambang yang berbatasan dengan Kabupaten
Kulon Progo juga memberi dampak kepada warga Padukuhan Wiyu. Dampak
saat ini yang dirasakan juga sama yaitu kekeringan. Dari informasi yang
diterima Iswanto, penambangan rencananya akan diperluas ke Sendangagung,
Kembang Nanggulan, Kulonprogo dan Kalibawang yang berbatasan dengan
Kabupaten Magelang.

Pro-Kontra dan opini masyarakat

Sulis selaku warga pro, menyangsikan keterangan warga kontra. Sulis


menyatakan bahwa korporasi yang bersangkutan telah mengantongi izin
resmi. Sulis menambahkan, korporasi sudah melakukan pendekatan dengan
warga melalui sosialisasi, baik lewat forum maupun mengunjungi rumah-
rumah penduduk. Dalam paparannya, Sulis mengatakan bahkan pada saat
pengadaan forum, warga kontra turut menghadiri. Akan tetapi, mereka
menolak untuk menandatangani daftar kehadiran sosialisasi. Terkait upaya
+62 877-9646-7671

menyelesaikan konflik antara warga pro dan kontra, Sulis mengatakan bahwa
sudah pernah dilaksanakan voting suara yang diinisiasi warga yang
dilaksanakan di luar sosialisasi konvensional. Hasil akhir dari voting tersebut
menunjukkan bahwa warga kontra mengalami kekalahan. “Namun, warga
kontra menolak keputusan tersebut,” terang Sulis.
Pernyataan Sulis tersebut diklarifikasi oleh Tandi. Tandi sepakat
mengenai penolakan tanda tangan dari warga kontra, tetapi hal itu mereka
lakukan sebagai antisipasi agar tanda tangan itu tidak disalahgunakan. Sebab,
yang tertulis di atas kertas adalah daftar hadir sosialisasi. “Kami pertanyakan,
mengapa itu daftar hadir sosialisasi? Kalau sosialisasi, kami pulang,”
tegasnya. Menurutnya, sosialisasi seharusnya dilakukan jauh sebelum
korporasi beroperasi. Tandi juga menambahkan, apabila terdapat penolakan
masif seperti ini yang mestinya dilakukan adalah audiensi alih-alih sosialisasi.
Pada akhirnya, judul pada daftar hadir diubah menjadi daftar hadir audiensi.
Tidak hanya soal judul kegiatan, Tandi juga mengklarifikasi keterangan Sulis
terkait penolakan hasil voting. “Kami tidak merasa ada voting. Jika ada,
dimana dan kapan? Kalau ada bukti autentik, silakan tunjukkan,” tandasnya.
Serangkaian upaya telah dilakukan warga kontra untuk menolak
tambang, seperti membuat surat penolakan, audiensi, dan aksi. Audiensi
diselenggarakan untuk mendengarkan pendapat dari berbagai pihak mulai
dari warga kontra, warga pro, perangkat Dusun, bahkan pihak korporasi.
Berdasarkan penjelasan Tandi, audiensi telah dilakukan sebanyak empat kali
dan tidak pernah berujung mufakat.

Windiartono, salah satu warga pro, memberikan sangkalan terhadap


penolakan tambang dari warga kontra. Dia menjabarkan bahwa keberadaan
penambangan ini justru mampu memajukan Dusun. Setidaknya, terdapat dua
alasan yang dipaparkan oleh Windyartono tentang keuntungan yang akan
diperoleh dari adanya kegiatan penambangan di Jomboran.
+62 877-9646-7671

Pertama, menciptakan perbaikan aktivitas pertambangan di Dusun Jomboran


agar lebih terkelola dan mengurangi kerusakan lingkungan di sekitar Sungai
Progo. Keberadaan alat berat milik korporasi oleh Windiartono diklaim dapat
memperkecil terjadinya erosi di lokasi tambang. Kedua, para warga pro
meyakini eksistensi korporasi tambang meningkatkan taraf hidup Warga
Jomboran menjadi lebih baik. Adapun manfaat yang dimaksud di antaranya
membantu warga untuk menggali potensi dusun hingga penciptaan lapangan
kerja bagi warga. “Maka, salah bila warga kontra menolak dengan
mengatasnamakan warga Jomboran,” pungkas Windiartono.
Berkebalikan dengan Windiartono, Eri Gunawan selaku warga kontra,
menandaskan bahwa pertambangan justru menimbulkan kerusakan
lingkungan Sungai Progo yang merupakan sumber air Warga Jomboran. Eri
juga menjelaskan tentang lokasi Sungai Progo yang dikelilingi oleh tebing-
tebing tinggi dan berhubungan langsung dengan pemukiman warga di
atasnya. Eri menambahkan, jika penambangan pasir tetap dilakukan, justru
makin memperparah longsor dan membahayakan warga. “Maka apabila
tujuan korporasi untuk menyelamatkan lingkungan, harusnya diperbaiki
bukan ditambang,” tuturnya Merespons pernyataan pihak pro yang
menyatakan pertambangan dapat membuka lapangan pekerjaan, Tandi
berpendapat bahwa klaim tersebut adalah iming-iming belaka. Tandi
mengambil contoh di kawasan atas dan bawah Sungai Progo. Kawasan itu
sudah mengalami penambangan oleh alat berat. Hal tersebut justru
menimbulkan kerusakan bagi sumber mata air di Sungai Progo. “Keberadaan
korporasi tambang bukan membuka lapangan kerja, tetapi justru menciptakan
permasalahan baru di Dusun Jomboran,” tegasnya.

3. Kasus penambanagan di Sulawesi Tengah


+62 877-9646-7671

Maraknya aktivitas pertambangan emas tanpa izin atau tambang emas


ilegal di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah, menjadi tantangan bagi semua
pengambil kebijakan yang ada di daerah itu. Tambang emas ilegal yang ada di
Kota Palu, Kabupaten Buol, Parigi Moutong, Tolitoli, Poso, dan beberapa daerah
lainnya, memberikan dampak terhadap kerusakan lingkungan, dan penurunan
kualitas daya dukung tanah. Hal ini kemudian berkontribusi besar terhadap
longsor dan banjir bandang. Longsor tersebut telah menimbun puluhan warga
yang sedang mendulang emas, di lokasi pertambangan emas tanpa izin di Desa
Buranga yang terletak di Kecamatan Ampibabo, Kabupaten Parigi Moutong.
Sekurangnya 8 warga meninggal dunia, 8 luka luka, 6 selamat.
Awal mula munculnya kasus

Aktivitas tambang itu sudah mulai muncul pada tahun 2010-2011,


termasuk munculnya perlawanan dari masyarakat setempat. Penolakan
dilakukan oleh tiga kecamatan yaitu Kecamatan Toribulu, Kasimbar, dan
Tinombo Selatan, Kabupaten Parigi Moutong. Saat itu masih tambang ilegal
masyarakat, dan sudah diajukan ke pemerintah kecamatan untuk melakukan
mediasi, dengan tujuan jangan sampai ada konflik diantara masyarakat. Minggu,
20 Februari 2022.

Pada tahun 2012, pertama kali aksi unjuk rasa menolak tambang
emas dilakukan. Namun tidak ada mediasi dari pihak pemerintah, tapi massa
berhasil memasukkan berkas tuntutan ke Kantor Gubernur Sulawesi Tengah dan
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral. Kemudian isu pertambangan muncul
kembali setahun berikutnya pada tahun 2013 yang memicu warga berunjuk rasa,
dikoordinatori Sofyan. Masyarakat memblokade jalur transportasi. Saat itu,
Bupati Parigi Moutong mengerahkan aparat kepolisian dan TNI untuk
mendatangi lokasi tambang dan menyita sejumlah alat pertambangan.

Pada 2019-2020, PT TK memproses perizinan tambang dan


mendapatkannya yang mencakup lebih dari 15.000 hektare lahan. “Awalnya,
kami mengira hanya di wilayah Kasimbar saja yang luasnya 9.000 hektare,
selebihnya di wilayah lain tapi masih di Kabupaten Parigi Moutong. Nah kita
tidak pernah tahu, ternyata akan mencakup wilayah Tinombo Selatan juga,”
tutur dia. Informasi mengenai PT TK itu yang menyulut kekesalan warga,
kemudian berunjuk rasa pada 7 Februari menuntut Gubernur Rusdy Mastura
mencabut izin tambang perusahaan itu. Lalu, Rusdy melalui Tenaga Ahli
Gubernur Bidang Kemasyarakatan Antar Lembaga dan HAM

Selain itu, munculnya kasus agrarian ini sebenarnya juga diicu oleh represifitas
aparat. Keberadaan aparat digaris terdepan sebagai penjaga ketertiban dan
+62 877-9646-7671

memberi perlindungan terhadap masyarakat perlu dipertanyakan, pasalnya sering


kali terdengar diberbagai media terkait tindakan represif yang dilakukan
diberbagai daerah. Akhir-akhir ini yang terdengar adalah represif aparat di desa
wadas dan Parigi Moutong. Tindakan yang dilakukan sangat disayangkan karena
bukan lagi hanya soal penangkapan, penyidikan pada pengunjuk rasa tetapi lebih
dari itu sudah menjatuhkan korban. Tindakan yang dilakukan oleh apparat
kepolisian terhadap warga yang berunjuk rasa, juga dikhawatirkan mempersempit
ruang berekspresi di masyarakat.
Seperti hal nya di desa wadas polisi diduga menindak warga yang menolak
membuka tambang dengan menangkap sekitar 60 orang warga. Beberapa hari
kemudian, Sabtu 2 Februari 2022, polisi bentrok dengan warga yang menolak
keberadaan tambang milik PT Trio Kencana di Kabupaten Pariki Muthong,
Sulawesi Tengah. Dalam operasi tersebut, seorang warga bernama El Fadi
dikabarkan meninggal dunia, yang diduga tewas setelah menderita luka tembak.
Warga tolak penambangan emas

Sejumlah warga dari tiga kecamatan di Kabupaten Parigi Moutong


menggelar unjuk rasa penolakan tambang kepada Gubernur Sulawesi Tengah
Rusdy Mastura. Mereka menuntut agar gubernur mencabut izin tambang milik PT
Trio Kencana pada 7 Februari 2022. Penolakan penambangan emas PT Trio
Kencana dilakukan di 3 kecamatan, yakni Toribulu, Kasimbar, dan Tinombo
Selatan karena luas konsesi tambang milik PT Trio Kencana yang mencapai
15.725 hektar memakan lahan pemukiman, pertanian dan perkebunan milik
warga. Pihak pemerintah berjanji bahwa gubernur akan menemui mereka. Pada
Sabtu (12/2/2022), warga menggelar aksi unjuk rasa kembali untuk menagih janji,
tetapi gubernur tidak hadir dalam acara tersebut. Warga yang kecewa lantas
memblokir jalan Desa Siney, Tinombo Selatan, Parigi Moutong. Aksi warga
lantas direspons dengan upaya pembubaran paksa oleh aparat. “Dari video yang
+62 877-9646-7671

beredar, terdengar letusan tembakan yang berulang-ulang dari arah aparat


kepolisian yang berjaga. Dalam insiden itu, seorang massa aksi atas nama Aldi
tewas, diduga terkena tembakan peluru dari aparat kepolisian

Kondisi Terkini
Penembakan massa oleh polisi menjadi sorotan dan 14 Polisi Diperiksa
Internal Kepolisian pun telah memeriksa anggotanya terkait insiden ini. Proses
pemeriksaan internal 14 orang anggota, 13 senjata api diamankan untuk dilakukan
uji balistik,” kata Kabid Humas Polda Sulawesi Tengah Kombes Pol Didik
Supranoto, ketika dihubungi Tirto, Senin (14/2/2022). Dalam kejadian ini, orang-
orang yang ditangkap telah dibebaskan. “59 orang yang telah diperiksa sudah
kembali ke rumah masing-masing. Polda telah membentuk tim untuk
menyelesaikan permasalahan,” imbuh Didik. Tim gabungan terdiri dari Divisi
Profesi dan Pengamanan, Inspektur Pengawasan Daerah, Reserse Kriminal, dan
forensik. Komisi Kepolisian Nasional (Komponlas) pun buka suara terkait insiden
ini. “Penggunaan kekuatan dari anggota kepolisian, termasuk diantaranya
penggunaan senjata api, sudah diatur dalam Peraturan Kapolri Nomor 1 Tahun
2009 tentang Penggunaan Kekuatan. Selain itu penggunaan senjata api juga harus
memenuhi aturan Peraturan Kapolri Nomor 8 Tahun 2009 tentang Implementasi
Prinsip dan Standar Hak Asasi Manusia dalam Pelaksanaan Tugas Kepolisian
Negara Republik Indonesia,” ujar Juru Bicara Kompolnas Poengky Indarti,
kepada Tirto, Senin (14/2/2022). Perihal seorang warga yang meninggal dunia
diduga akibat senjata api petugas saat yang bersangkutan melakukan unjuk rasa
menolak tambang, menyebutkan enam tahapan penggunaan kekuatan dalam
tindakan kepolisian.

Opini dari beberapa pihak

Amnesty International Indonesia mengkritik tindakan aparat tersebut.


Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid menegaskan
tindakan pembubaran hingga menyebabkan kematian peserta aksi sebagai hal
brutal. Amnesty minta agar kasus ini diproses lebih lanjut. “Brutal, sangat brutal,
apalagi dengan menerima laporan sudah ada korban tewas. Penembakan terhadap
pengunjuk rasa damai yang menolak pertambangan di Kabupaten Parigi Moutong
tidak bisa dibenarkan. Aparat penegak hukum harus segera mengusutnya,
termasuk menginvestigasi aparat yang terlibat penembakan atau tindakan lain
yang sangat merendahkan martabat manusia. Kami mendesak Komnas HAM
untuk melakukan investigasi yang kredibel atas kasus ini.” Usman menilai, negara
+62 877-9646-7671

bersikap represif dan eksesif dalam menangani suara penolakan penambangan.


Mereka meminta agar negara berhenti mengerahkan kekuatan berlebihan dalam
menghadapi penolakan warga. Amnesty ingin agar aksi kekerasan negara
dihentikan dan mengedepankan perlindungan suara masyarakat yang berbeda
pendapat. Usman mendorong agar negara mengedepankan dialog dalam
pembangunan demi melindungi hak rakyat. Ia pun mendesak presiden dan kapolri
untuk turun tangan dalam kasus ini. Komnas HAM mendesak polisi melakukan
investigasi terkait kasus ini. Benar meninggal disebabkan oleh peluru tajam,
sebagaimana proyektil yang ditemukan dan diangkat dari bagian tubuh korban.
Terkait hal itu, Komnas HAM melakukan klarifikasi dan wawancara dengan
beberapa pejabat utama di Polres Parigi Moutong.

D. Dampak kasus agrarian


1. Dampak bagi Perekonomian Negara
Pastinya dari adanya potensi pertambangan Indonesia yang begitu
banyak dan aktif pasti ada kerugian yang dirasakan. Center of Reform on
Economics atau Core Indonesia menilai bahwa dari tahun ke tahun
terdapat temuan indikasi kerugian negara dari sektor pertambangan.
Direktur Eksekutif Core Indonesia, Mohammad Faisal, menjelaskan
berdasarkan catatan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), terdapat banyak
temuan potensi kerugian negara dari sektor pertambangan. Menurut
ekonom senior Faisal Basri, kerugian dalam sektor pertambangan tersebut
disebabkan oleh banyaknya “kebocoran” dalam ekspor dan kebijakan yang
menguntungkan pihak asing. Berikut ini merupakan ringkasan dampak
pertambangan bagi perekonomian negara.
a. Negara Mengalami Kerugian Akibat Buruknya Tata Kelola
Penerimaan Hasil Tambang
Meskipun, pertambangan memang menjadi sumber pendapatan
bagi negara dengan potensinya yang besar. Kegiatan eksploitasi sumber
daya alam tambang juga perlu dikondisikan oleh pemerintah dan pihak
perusahaan. Meminimalkan adanya kerugian dari kegiatan pertambangan
yang begitu mengeksploitasi, tidak disertai tanggungjawab, dan
ketergantungan perlu penegasan mengenai keterbatasannya berdasar
kebijakan ekonomi lingkungan. Dalam hal ini, pemerintah perlu
mendorong perbaikan tata kelola di sektor pertambangan untuk menambal
defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).

b. Adanya Kebocoran Ekspor Bijih Nikel ke Cina Sebanyak 447


Ribu Ton pada Tahun 2021
+62 877-9646-7671

Semenjak pemerintah mengeluarkan peraturan larangan ekspor


bijih nikel, yaitu pada 1 Januari 2020 lalu, ternyata dalam prakteknya
masih ditemui kebocoran. Terdapat oknum yang masih melakukan ekspor
bijih nikel secara ilegal kepada Cina yaitu sebanyak 447 ribu ton pada
tahun 2021 periode Januari - Agustus. Jumlah tersebut terbilang lebih
sedikit daripada tahun 2020 namun tetap melanggar Peraturan Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 11 Tahun 2019 tentang larangan
ekspor bijih nikel. Adanya kebocoran disebabkan oleh buruknya tata-
kelola industri nikel di dalam negeri.

Menurut ekonom senior, Faisal Basri, berdasarkan data BPS,


memang tidak ada ekspor berkode HS2604 untuk nikel ore dan
concentrate. Akan tetapi, data ekspor tersebut tertera dalam catatan
General Customs Administration of China dan International Trade Center
yang mencatat bahwa terdapat 3,4 juta ton impor dari Indonesia pada
2020. Hal tersebut sangat disayangkan karena akan menambah kerugian
negara yang jumlahnya mencapai triliunan. Selain kebocoran ekspor bijih
nikel, faktor lain yang merugikan negara khususnya dari sektor
pertambangan yaitu adanya perbedaan pengukuran kadar bijih nikel antara
penambang di hulu dan pembeli di sisi hilir.
c. Negara Mengalami Kerugian Akibat Tambang Ilegal
Kondisi adanya pertambangan ilegal memang memberikan dampak
yang merusak secara aktivitas sosial dan keberlanjutannya. Selain itu,
dengan adanya tambang ilegal ini memicu potensi kerusakan alam yang
secara kerugian pun juga dirasakan negara. Dari adanya tambang ilegal ini,
pastinya profit yang didapatkan tidak termasuk atau tidak tercatat dalam
Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan malah berujung kerugian
untuk pendapatan negara.

Namun, menurut Namun Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Eddy
Soeparno, mengatakan berdasarkan Data Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan (KLHK), terdapat sekitar 8.683 titik lokasi terbuka yang
diduga sebagai tambang ilegal yang luasnya 500.000 hektare (ha). Maka
dari itu, dalam keadaan ini, pemerintah perlu kebijakan yang jelas dan
disertai sanksi yang tegas dari adanya tindak pertambangan ilegal.

2. Dampak bagi Perekonomian Masyarakat


a. Masyarakat Berpotensi Kehilangan Lahan Pertanian
Keberadaan tambang menyebabkan keadaan lahan pertanian
semakin sempit. Aktivitas pertambangan yang meninggalkan kubangan
membuat lingkungan di sekitarnya tidak dapat dijadikan sebagai lahan
+62 877-9646-7671

pertanian. Masyarakat yang memiliki lahan tentu merasakan dilema untuk


menjual lahannya. Masyarakat biasanya akan terpaksa menjual lahan
kepada perusahaan dan berdampak pada penyempitan atau berkurangnya
produksi pertanian. Hal tersebut memukul keras pada masyarakat yang
mengandalkan lahan pertanian tersebut untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya sehingga kehilangan lahan pertanian telah menyebabkan
perekonomian masyarakat di lingkungan sekitar pertambangan menurun.

b. Masyarakat Berpotensi Kehilangan Kekayaan Sumber Daya Alam


Hutan memiliki kekayaan sumber daya alam melimpah dan sangat
berguna bagi masyarakat di lingkungan sekitarnya sebab dapat menjadi
sumber pangan. Namun, adanya aktivitas pertambangan yang menyebar
luas hingga berdiri di area perhutanan telah menyebabkan perubahan
ekosistem dan membuat kondisi lingkungan semakin gersang. Kehilangan
tersebut memunculkan masalah baru yang berdampak pada perekonomian
masyarakat setempat karena banyaknya masyarakat yang menggantungkan
pangan dari hasil sumber daya alam di perkebunan dan hutan.
c. Masyarakat kehilangan Mata Pencaharian Utamanya Sebagai
Petani
Mayoritas penduduk yang awalnya bergerak di sektor pertanian
(petani) dan kelautan (nelayan), kini mulai beralih menjadi pekerja di
sektor pertambangan. Proses peralihan ini disebabkan oleh keadaan sektor
pertanian yang belum mampu menjamin kesejahteraan petani. Kehilangan
lahan bagi petani, berarti kehilangan pekerjaan. Mereka yang sebelumnya
bekerja di lahan miliknya, kini telah kehilangan pekerjaan dan pendapatan,
namun kebutuhan dan kehidupan masih tetap berlanjut. Kebutuhan hidup
yang semakin meningkat akhirnya membuat para petani tergiur akan gaji
yang diperoleh dari buruh tambang.

Perlawanan masyarakat untuk memperjuangkan suatu daerah untuk


tidak dijadikan sebagai lahan pertambangan bukan tidak beralasan.
Berbagai kasus penambangan terjadi dengan semena-mena tanpa adanya
kesepakatan antara pemerintah dengan penduduk yang ada di sekitar
lokasi. Hal tersebut menyebabkan konflik. Kasus tersebut salah satunya
dapat kita rasakan di Desa Wadas, Jawa Tengah. Desa Wadas menolak
pembangunan penambangan karena dirasa hal tersebut akan merusak
banyak sumber mata air. Kerusakan sumber mata air tersebut dapat
menyebabkan kerusakan pula pada lahan pertanian warga desa. Seperti
yang dapat kita ketahui, pertanian merupakan sektor yang merupakan
lahan mata pencaharian sebagian besar warga desa sehingga penambangan
tersebut dapat menyebabkan penurunan perekonomian warga Desa Wadas.
+62 877-9646-7671

Lahan dan tanah subur Wadas yang biasanya digunakan untuk berkebun
kopi, kelapa, cengkeh, dan lain sebagainya akan musnah begitu saja.
Disitulah letak keprihatinan yang terjadi. Penambangan menghilangkan
kekayaan Desa Wadas yang tentunya sangat bermanfaat untuk menunjang
perekonomian masyarakat. Jika penambangan terus dilaksanakan, warga
Wadas akan kehilangan mata pencahariannya meskipun diberi uang
pengganti..

d. Dampak bagi Lingkungan


Kekayaan Indonesia yang begitu melimpah dengan sumber daya
alam (SDA), menjadikan Indonesia mempunyai keragaman yang begitu
menarik. Melalui potensi SDA yang tersedia pun memberikan hasil atau
pengaruh kepada Indonesia. Salah satunya yaitu potensi tambang yang
tersebar di seluruh kawasan Indonesia. Industri pertambangan Indonesia
menjadi bagian pilar pembangunan ekonomi nasional. Industri ini
dijalankan oleh perusahaan pertambangan yang melakukan pengelolaan
SDA guna dimanfaatkan untuk pembangunan dan kesejahteraan Indonesia.
Ada banyak jenis bahan tambang yang ditemukan di Indonesia, yaitu
minyak bumi, gas alam, emas, batubara, timah, intan, tembaga, bijih besi,
nikel, bauksit, dan platina.

1. Berkurangnya Keanekaragaman Hayati Indonesia

Banyak objek-objek alam yang terancam bahkan sudah


digusur akibat keserakahan segelintir orang yang mengeksploitasi
habis-habisan kandungan mineral tambang yang ada di bumi
Indonesia. Biodiversitas Indonesia yang sangat besar terancam
rusak bahkan mengalami fase kepunahan di depan mata. Saat ini
terdapat 191 spesies mamalia, 33 spesies burung, 33 spesies
amphibi, 30 spesies reptil, 231 spesies ikan, 63 spesies moluska,
dan 26 spesies kupu-kupu yang terancam keberadaannya.
Termasuk tujuh spesies lebah madu dunia yang ditemukan
Indonesia, dua jenis di antaranya endemik dan saat berstatus akan
punah dan terancam (LIPI, 2020).

2. Berubahnya Topografi dan Keadaan Muka Tanah

Saleng dalam Listiyani (2017:71) mengemukakan bahwa


kegiatan pertambangan memiliki beberapa dampak negatif
terhadap lingkungan. Pertama, usaha pertambangan dapat
mengubah bentuk topografi tanah dan keadaan muka tanah (land
impact) sehingga mengubah keseimbangan sistem ekologi bagi
+62 877-9646-7671

daerah di sekitarnya. Hal ini terjadi akibat proses pertambangan


yang menyebabkan lubang galian di permukaan tanah. Lubang
bekas tambang yang dibiarkan begitu saja dapat membentuk danau
dari genangan air hujan yang berbahaya bagi warga sekitar.
Apalagi, sebagian besar lubang tambang dibiarkan terbuka, tanpa
adanya pagar pembatas atau rambu penanda. Meskipun seluruh
perusahaan pemegang izin usaha pertambangan wajib melakukan
reklamasi atau revegetasi lahan dalam setiap tahapan operasional,
nyatanya masih banyak perusahaan yang meninggalkan lubang
bekas galian begitu saja. Data dari Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral pada Juli 2019 menyebutkan bahwa terdapat
3.120 perusahaan yang belum memberikan jaminan reklamasi
bekas galian. Hal ini dikarenakan tanah yang yang tersedia untuk
melakukan penutupan jauh lebih sedikit dibandingkan besar lubang
yang ditimbulkan.

3. Pencemaran Tanah, Erosi, dan Tanah Longsor

Bekas galian lubang yang sulit untuk ditutup dapat


menghasilkan kubangan air dengan kandungan asam yang sangat
tinggi. Kubangan tersebut mengandung berbagai macam zat kimia,
seperti Fe, Mn, SO4, Hg, dan Pb yang dapat mempengaruhi
kesuburan tanah dan membuat tanaman yang tumbuh di atasnya
mati. Kerusakan tanah juga terjadi karena adanya eksploitasi
mineral dari aktivitas pertambangan (Erman dalam Rahmatillah
dan Husen, 2018:165). Hal ini berdampak pada hilangnya vegetasi
penutup yang membuat tanah rentan mengalami erosi dan tanah
longsor. Apalagi, bentuk galian biasanya tidak dibuat secara
berjenjang (trap-trap), tetapi justru membentuk dinding yang lurus
dan menggantung sehingga memperbesar potensi terjadinya tanah
longsor.

4. Kekeringan, Pencemaran Air, dan Potensi Banjir

Aktivitas pertambangan pada pabrik semen, nikel, dan


emas juga rentan menyebabkan kekeringan bagi mata air dan
sumur bawah tanah di sekitar lokasi pertambangan. Hal ini
dikarenakan perusahaan membutuhkan sumber air untuk dapat
memproduksi semen dan juga melakukan pemurnian pada
komoditas nikel dan emas. Konsumsi air yang tanah yang melebihi
kapasitas normal membuat sumur bawah tanah mengering dan
+62 877-9646-7671

membuat masyarakat sekitar menjadi kesulitan dalam mengakses


air. Apalagi, aktivitas pertambangan rentan menimbulkan limbah
yang juga mencemari sumber air. Sebagai contoh, limbah
pencucian batubara mengandung berbagai zat berbahaya, seperti
belerang (b), merkuri (Hg), asam florida (HCn), mangan (Mn),
asam sulfat (H2SO4), dan timbal (Pb) yang dapat menyebabkan
penyakit, seperti kanker kulit. Padahal, mayoritas masyarakat di
sekitar lokasi pertambangan masih bergantung dengan sumber air
dari tanah. Selain itu, pembuangan limbah bahan tambang yang
dilakukan secara asal dapat meningkatkan potensi terjadinya banjir.

5. Pencemaran Udara

Aktivitas pertambangan juga menyebabkan terjadinya


pencemaran udara, kandungan sulfur dioksida di daerah tersebut
semakin meningkat setiap tahunnya. Begitu juga dengan
kandungan nitrogen dioksida dimana keberadaan debu dari
aktivitas perusahaan menimbulkan berbagai penyakit infeksi
saluran pernapasan yang dapat memberi efek jangka panjang,
seperti kanker paru-paru, darah, atau lambung.

6. Pemanasan Global

Pertambangan juga berkontribusi dalam menyebabkan


pemanasan global. Menurut data dari Ketua Umum Asosiasi
Pengusaha Batu Bara Indonesia (APBI), pertambangan batu bara
berkontribusi hingga sepertiga dari total emisi karbon yang
dihasilkan oleh Indonesia pertahunnya, yaitu sebesar 1.263 giga
ton. Apalagi, tambang batu bara juga melepaskan metana ke
atmosfer yang dua puluh kali lipat lebih kuat daripada karbon
dioksida sebagai gas rumah kaca.
+62 877-9646-7671

Kesimpulan

Tanah bersifat multidimensional sebagai faktor utama dalam menentukan


peradaban yang memiliki nilai ekonomis tinggi, berbudaya masyarakat serta ruang
hidup masyarakat dan memiliki fungsi sosial yang memegang peranan vital bagi
kesejahteraan dan kemakmuran bangsa. Pentingnya hak atas tanah bagi
masyarakat diatur melalui UUD NRI 1945, lebih lanjut kebijakan pertanahan
terkandung dalam UU No 5 tahun 1960 yang mengatur tentang hak atas tanah, air
dan udara sebagai tonggak pembangunan dan menghapus kolonialisme pertanahan
yang dapat menyengsarakan rakyat. Akan tetapi hal ini berbanding terbalik, dapat
dilihat dari perubahan masyarakat agraris yang kaya akan tanah berubah menjadi
masyarakat industri sekaligus pertambangan yang menjadikan adanya pengadaan
tanah. Hingga saat ini masih kerap terdengar adanya permasalahan dari pengadaan
tanah yang menimbulkan kesenjagangan penguasaan dan pemanfaatan sumber
agraria dengan dalih pembangunan untuk masyarakat yang merugikan
masyarakatnya sendiri. Pengadaan tanah tak jarang berujung pada penyerobotan
tanah sebagai bagian dari kasus agrarian yang mana hal ini bukan barang baru
bagi Indonesia. Dapat dilihat diantaranya kasus penambangan di Wadas,
penambangan di Jomboran serta kasus penambangan di Sulawesi Tengah yang
sangat merugikan masyarakat.

Proyek Strategis Nasional adalah proyek yang dilaksanakan oleh


Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau badan usaha yang memiliki sifat
strategis untuk peningkatan pertumbuhan dan pemerataan pembangunan dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan daerah.
Intruksi yang diserukan oleh Presiden melalui Inpres Nomor 1 Tahun 2016
tersebut diantaranya pengambilan upaya diskresi dalam rangka mengatasi
persoalan yang konkret dan mendesak; Menyempurnakan, mencabut, dan atau
mengganti, ketentuan peraturan perundang-undangan yang tidak mendukung dan
menghambat percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional; dan Menyusun
peraturan perundang-undangan dan/atau kebijakan yang diperlukan untuk
percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. Intruksi tersebut jelas
+62 877-9646-7671

menandakan bahwa Pemerintah memiliki ambisi yang besar dan “menghalalkan


segala cara” untuk kesusksesan Proyek Strategis Nasional. Dibalik tekad yang
kuat itu, terdapat banyak konflik agrarian yang terjadi di Indonesia. Banyak
masyarakat yang kehilangan ruang hidupnya karena proyek-proyek yang
direncanakan pemerintah dan oligarki. Seperti halnya yang terjadi di Wadas,
Jomboran, dan Sulawesi Tengah.

1. Bendungan Bener, Purworejo merupakan salah satu proyek yang


terrancang dalam PSN. Tujuan dari dibangunnya bendungan Bener untuk
mencukupi kebutuahan air diberbagai daerah di Jateng-DIY (salah satunya
NYIA). Pada Selasa, 8 Februari 2022, BPN melakukan pengukuran lahan
yang dikawal ketat oleh aparat kepolisian. Dalihnya hanya mengawal
pengukuran di lahan warga yang sudah menyerahkan lahannya. Faktanya
dilapangan aparat juga melakukan tindakan represif terhadap warga yang
menolak tambang (yang waktu itu sedang berkumpul di masjid prajan) dan
menangkap sekitar 60 warga. Tentu saja peristiwa itu membut warga
trauma.
2. Bantaran Kali Progo memiliki SDA (pasir) yang sangat melimpah. Tentu
saja hal itu membuat perusahaan tambang tertarik untuk melakukan
aktivitas tambangnya. PT CITRA MATARAM KONSTRUKSI adalah
pelaku tambag di daerah Jomboran. Namun, penambangan tersebut tidak
sesuai dengan prosedur yang berlaku. Tentu warga menolak hal itu
dikarenakan aktivitas tambang itu merampas ruang hidup masyarakat
Jomboran contohnya terjadinya erosi dan hilangnya sumber mata air
bersih akibat pertambangan. Ada upaya kriminalisasi oleh laporan pihak
penambang terhadap dugaan pelanggaran pasal 170, 160, dan 335 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana serta Pasal 162 UU Minerba.
3. Maraknya aktivitas pertambangan emas tanpa izin atau tambang emas
ilegal di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah, menjadi tantangan bagi semua
pengambil kebijakan yang ada di daerah itu. PT Trio Kencana yang akan
menabang dilahan seluas 15.725 hektar memakan lahan pemukiman,
pertanian dan perkebunan milik warga.
+62 877-9646-7671

Adanya penambangan di Indonesia saat ini sebagai bagian dari proyek strategi
nasional membawa banyak dampak bagi :

A. Perekonomian Negara, Center of Reform on Economics atau Core


Indonesia menilai bahwa dari tahun ke tahun terdapat temuan indikasi
kerugian negara dari sektor pertambangan diantaranya :
1. Negara Mengalami Kerugian Akibat Buruknya Tata Kelola
Penerimaan Hasil Tambang
2. Tahun 2021 terdapat kebocoran Ekspor Bijih Nikel ke Cina Sebanyak
447 Ribu Ton

B. Perekonomian Masyarakat
1. Masyarakat Berpotensi Kehilangan Lahan Pertanian, keberadaan
tambang menyebabkan keadaan lahan pertanian semakin sempit. Aktivitas
pertambangan yang meninggalkan kubangan membuat lingkungan di
sekitarnya tidak dapat dijadikan sebagai lahan pertanian.
2. Masyarakat Berpotensi Kehilangan Kekayaan Sumber Daya Alam,
adanya aktivitas pertambangan yang menyebar luas hingga berdiri di area
perhutanan telah menyebabkan perubahan ekosistem dan membuat kondisi
lingkungan semakin gersang.

3. Masyarakat kehilangan Mata Pencaharian Utamanya Sebagai Petani,


keberadaan tambang telah banyak mengambil lahan baik dari wilayah
perkebunan, kehutanan, dan lahan pertanian masyarakat.

Tuntutan
1. Menuntut pemerintah untuk menghentikan penambangan dan mencabut
IPL (izin penetapan lokasi) guna kelestarian alam di desa wadas
2. Mengecam keras segala bentuk represifitas yang dilakukan aparat terhadap
warga di sekitar desa wadas
3. Memberikan ruang partisipasi pada masyarakat dan tidak menutup
telingan terhadap suara masyarakat
+62 877-9646-7671

Daftar Pustaka
PP Nomor 3 Tahun 2016.
PP No. 58 Tahun 2017

PP Nomor 56 Tahun 2018.


Inpres Nomor 1 Tahun 2016.

Konsorsium pembaruan agrarian. “Pragmatisme pengadaan tanah untuk


kepentingan umum”. Hal 35

Hidajat, Koerniawan. "KASUS DESA WADAS PEMBANGUNAN


BENDUNGAN BENER Perspektif SDG’s Desa." Jurnal Pemberdayaan
Nusantara 1.1 (2021): 1-8.

NASIONAL, BADAN PERTANAHAN. "STUDI SENGKETA PERTANAHAN


DI KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH."

Sujadi, Suparjo. "Analisis dan Prediksi Permasalahan Pertanahan di Masa


Mendatang." Jurnal Hukum & Pembangunan 34.4 (2007): 364-377.
Sujadi, S. (2018). Kajian tentang pembangunan proyek strategis nasional (PSN)
dan Keadilan Sosial (Perspektif Hukum Pancasila). Jurnal Hukum
Lingkungan Indonesia, 4(2), 1-24.

Widyaningrum, T. (2019). Kritik Dekonstruksi Hukum Terhadap Percepatan


Proyek Strategis Nasional. Jurnal Hukum Staatrechts, 2(1), 1-12.
cnnindonesia.com. Proyek Stranas Disebut Picu 38 Konflik Agraria Sepanjang
2021. Diakses pada 24 Februari 2022.
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20220107055037-20-
743621/proyek-stranas-disebut-picu-38-konflik-agraria-sepanjang-2021.
BBC News Indonesia. 'Wadas seperti desa mati': Warga yang kontra 'lari ke luar
desa hindari intimidasi', pemerintah berkeras lanjutkan proyek
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-60284957
Kompas.com. Awal Mula Warga Wadas Melawan, Tolak Tambang Batu Andesit
untuk Proyek Bendungan Bener
https://amp.kompas.com/nasional/read/2022/02/09/17020441/awal-mula-
warga-wadas-melawan-tolak-tambang-batu-andesit-untuk-proyek
Antara. Gerak cepat Pemprov Sulteng tertibkan tambang emas illegal
https://www.google.com/amp/s/m.antaranews.com/amp/berita/2660073/ge
rak-cepat-pemprov-sulteng-tertibkan-tambang-emas-ilegal\
+62 877-9646-7671

Sinpo.id. DPR Minta Menteri ESDM Selesaikan Polemik Tambang Parigi


Moutong
https://sinpo.id/detail/26507/dpr-minta-menteri-esdm-selesaikan-polemik-
tambang-parigi-moutong

Balaiurung pres. Izin Buram, Partisipasi Timpang, Tambang Jomboran Tetap


Jalan https://www.balairungpress.com/2021/03/izin-buram-partisipasi-
timpang-tambang-jomboran-tetap-jalan/
Balaiurung pres. Intimidasi Tidak Mampu Hentikan Aksi Tolak Tambang
Jomboran https://www.balairungpress.com/2021/03/intimidasi-tidak-
mampu-hentikan-aksi-tolak-tambang-jomboran/
Antara. Gerak cepat Pemprov Sulteng tertibkan tambang emas illegal
https://www.google.com/amp/s/m.antaranews.com/amp/berita/2660073/ge
rak-cepat-pemprov-sulteng-tertibkan-tambang-emas-ilegal

Sinpo.id. DPR Minta Menteri ESDM Selesaikan Polemik Tambang Parigi


Moutong! https://sinpo.id/detail/26507/dpr-minta-menteri-esdm-
selesaikan-polemik-tambang-parigi-moutong
Mongabay. Satu Orang Tewas saat Aksi Tolak Tambang Emas di Parigi Moutong
https://www.google.com/amp/s/www.mongabay.co.id/2022/02/14/satu-
orang-tewas-saat-aksi-tolak-tambang-emas-di-parigi-moutong/amp/
Jawapos.com Soal Demo Tambang Emas Sulteng, Polri: Tindak Tegas Anggota
Bersalah https://www.jawapos.com/nasional/hukum-
kriminal/15/02/2022/soal-demo-tambang-emas-sulteng-polri-tindak-tegas-
anggota-bersalah/

BBC News Indonesia. 2019. Ibu Kota Baru: Ribuan Lubang Tambang
Terbengkalai di Kaltim, ‘Cucu Saya Tewas di Sana, Saya Harus Tuntut
Siapa?’. Dalam jaringan. https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-
50184425. Diakses pada 26 Februari 2022 pukul 2:03 WIB.
DTE Down to Earth. 2010. Batubara dan Perubahan Iklim. Dalam jaringan.
https://www.downtoearth-indonesia.org/id/story/batubara-dan-perubahan-
iklim. Diakses pada 26 Februari 2022 pukul 12:03 WIB.
Katadata. 2021. Perusahaan Batu Bara Komitmen Tekan Emisi Karbon dan
Transisi Energi. Dalam jaringan.
https://katadata.co.id/happyfajrian/berita/60926f36c12e0/perusahaan-batu-
bara-komitmen-tekan-emisi-karbon-dan-transisi-energi. Diakses pada 26
Februari 2022 pukul 01:52 WIB.
+62 877-9646-7671

Katadata.co.id.2019. Petani Rembang Bawa Masalah Tambang Semen Kendeng


ke Erick Thohir.
https://www.google.com/amp/s/katadata.co.id/amp/marthathertina/berita/5
e9a4c485660c/petani-rembang-bawa-masalah-tambang-semen-kendeng-
ke-erick-thohir. Diakses pada 26 Februari 2022 pukul 02.12.
Kompas. 2022. Ancaman Kerusakan Lingkungan hingga Hilangnya Mata
Pencarian Warga Wadas karena Proyek Bendungan.
https://amp.kompas.com/nasional/read/2022/02/10/05400031/ancaman-
kerusakan-lingkungan-hingga-hilangnya-mata-pencarian-warga-wadas.
Diakses pada 26 Februari 2022 pukul 02.17.
Kompas. 2022. Bagaimana Nasib Mata Air di Wadas jika Ada Penambangan
Andesit? Ini Jawaban Ganjar.
https://amp.kompas.com/regional/read/2022/02/18/070000978/bagaimana-
nasib-mata-air-di-wadas-jika-ada-penambangan-andesit-ini-jawaban.
Diakses pada 26 Februari 2022 pukul 02.14.
Listiyani, Nurul. 2017. Dampak Pertambangan terhadap Lingkungan Hidup di
Kalimantan Selatan dan Implikasinya bagi Hak-hak Warga Negara dalam
Al’Adl, Vol. 9, No. 1, Januari-April 2017.
Narasi Newsroom. 2022. Yang Dilupakan Orang tentang Aksi Ganjar Pranowo di
Rembang Buka Mata. Dalam jaringan.
https://www.youtube.com/watch?v=C1gG9Z5d9GQ. Diakses pada 25
Februari 2022 pukul 23:45 WIB.
Rahmatillah, Syarifah dan Husen, Tasbi. 2018. Penyalahgunaan Pengelolaan
Pertambangan terhadap Kerusakan Lingkungan Hidup di Kecamatan Kluet
Tengah dalam LEGITIMASI, Vol. 7, No. 1, Januari-Juni 2018.
Suara.com. 2022. Para Pejuang Kendeng: Sampai Kapan pun Kita Tetap Tolak
Pertambangan dan Pabrik Semen.
https://www.suara.com/wawancara/2022/01/10/062000/para-pejuang-
kendeng-sampai-kapan-pun-kita-tetap-tolak-pertambangan-dan-pabrik-
semen. Diakses pada 26 Februari 2022 pukul 02.10 WIB.

Arief, T. M. (2022, Februari 18). Bagaimana Nasib Mata Air di Wadas jika Ada
Penambangan Andesit? Ini Jawaban Ganjar. Retrieved from Kompas:
https://regional.kompas.com/read/2022/02/18/070000978/bagaimana-
nasib-mata-air-di-wadas-jika-ada-penambangan-andesit-ini-
jawaban?page=all
BPS. (2021, Februari 25). Persentase Tenaga Kerja Informal Sektor Pertanian
(Persen), 2019-2021. Retrieved from Badan Pusat Statistik:
https://www.bps.go.id/indicator/6/1171/1/persentase-tenaga-kerja-
informal-sektor-pertanian.html
+62 877-9646-7671

Jayani, D. H. (2021, Mei 7). Berapa Jumlah Pekerja Informal pada Februari
2021? Retrieved from Databoks:
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/05/07/berapa-jumlah-
pekerja-informal-pada-februari-
2021#:~:text=Jumlah%20pekerja%20informal%20di%20Indonesia,yang%
20sebanyak%2077.68%20juta%20orang.

LIPI. (2020, September 17). Potensi Keanekaragaman Hayati Indonesia untuk


Bioprospeksi dan Bioekonomi. Retrieved from Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia: http://lipi.go.id/berita/potensi-keanekaragaman-hayati-
indonesia-untuk-bioprospeksi-dan-bioekonomi-/22154
Lumbanlau, R. E. (2021, Juni 7). Di mana ada tambang di situ ada penderitaan
dan kerusakan lingkungan', nelangsa warga dan alam di lingkar tambang.
Retrieved from BBC Indonesia:
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-57346840
Wulandari, T. (2021, September 13). Makna Pasal 28 dalam UUD 1945 untuk
Hak Asasi Manusia. Retrieved from Detik:
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5721614/makna-pasal-28-dalam-
uud-1945-untuk-hak-asasi-manusia

Demmallino, Eymal B., Ibrahim, Tamzil., & Karim, Abdurrahman. 2018. Petani
di Tengah Tambang: Studi Fenomenologi Efek Implementasi Kebijakan
Terhadap Kehidupan Petani di Morowali (Studi Kasus Pada Kawasan
Lingkar Tambang, Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali, Provinsi
Sulawesi Tengah). JURNAL SOSIAL EKONOMI PERTANIAN Volume
14, No. 2 161 -170

Pujiriyani, Dwi Wulan., Puri, Widhiana H, & Salim, M Nazir. 2015. Sawah-
sawah yang tak lagi lestari: Penyediaan lahan pertanian dan ketahanan
pangan di Kutai Kertanegara dalam Reforma kelembagaan dan kebijakan
agraria. Yogyakarta: STPN Press.

Nababan, Christine Novita. 2021. Kementerian ESDM Ungkap 2.741 Lokasi


Tambang Ilegal.
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20211013200124-85-
707461/kementerian-esdm-ungkap-2741-lokasi-tambang-ilegal diakses
pada 27 Februari 2022 pukul 23.05 WIB

Anda mungkin juga menyukai