KAJIAN AGRARIA
A. Pendahuluan
Indonesia merupakan negara hukum yang memiliki unsur penting
diantaranya, yaitu : (a) wilayah; (b) rakyat; (c) pemerintah yang berdaulat; (d)
dan pengakuan negara lain, dengan pembatasan segala sikap serta tingkah laku
maupun perbuatan berdasar pada hukum positif. Warga negara terbebas dari
perlakuan sewenang-wenang oleh pemerintah maupun aparat penegak hukum
sesuai dengan bunyi pasal 28 D ayat 1 UUD NRI 1945 dimana setiap orang
berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil
serta perlakuan adil dan sama dimata hukum. Hal ini bertujuan untuk menjaga
keseimbangan antara kepentingan umum serta perorangan demi terciptanya
keselarasan dan keadilan masyarakat. Indonesia dengan corak negara agraris
menempatkan tanah sebagai bagian dari hak asasi manusia sekaligus kebutuhan
dasar manusia yang dijamin oleh UUD NRI 1945. Tanah bersifat
multidimensional sebagai faktor utama dalam menentukan peradaban yang
memiliki nilai ekonomis tinggi, berbudaya masyarakat serta ruang hidup
masyarakat dan memiliki fungsi sosial yang memegang peranan vital bagi
kesejahteraan dan kemakmuran bangsanya. Hak dasar tanah memiliki arti yang
sangat besar bagi eksistensi, kebebasan dan harkat diri manusia. Tanah memiliki
fungsi sebagai social asset dan capital asset, dimana social asset berfungsi sebagai
sarana pengikat kesatuan sosial masyarakat untuk hidup dan kehidupan,
sedangkan capital asset berfungsi sebagai faktor modal dalam pembangunan dan
tumbuh sebagai benda ekonomi perniagaan.
Pentingnya hak atas tanah bagi masyarakat diatur melalui UUD NRI 1945
dengan diberikan jaminan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Konstitusi juga memberikan jaminan bahwa setiap orang
berhak untuk mendapat perlindungan terhadap hak-hak atas tanah yang tidak
boleh diambil sewenang-wenang dan harus diberi ganti kerugian. Lebih lanjut
kebijakan pertanahan terkandung dalam UU No 5 tahun 1960 mengenai peraturan
dasar pokok-pokok agraria, yang mengatur tentang hak atas tanah, air dan udara
sebagai tonggak pembangunan dan menghapus kolonialisme pertanahan yang
dapat menyengsarakan rakyat. Akan tetapi hal ini berbanding terbalik, dapat
dilihat dari perubahan masyarakat agraris yang kaya akan tanah berubah menjadi
masyarakat industri sekaligus pertambangan yang menjadikan adanya pengadaan
tanah. Prinsip dari pengadaan tanah dilakukan melalui musyawarah dengan
pemenuhan keadilan yang menjadi tanggung jawab pemerintah guna menciptakan
keseimbangan dan menghormati hak asasi manusia. Faktanya hingga saat ini
masih kerap terdengar adanya permasalahan dari pengadaan tanah yang
+62 877-9646-7671
1. LANDASAN IDIL
Landasan Idiil hukum agraria di Indonesia adalah Pancasila. Hukum
agrarian yang berlaku di Indonesia harus di dasarkan diri pada nilai-nilai yang
terkandung dalam sila-sila Pancasila sebagai dasar negara, dasar falsafah
bangsa Indonesia, dan sumber dari segala sumber hukum di Indonesia. Jika kita
rujuk di salah satu sumber, hukum agrarian adalah adalah serangkaian kaidah
dan hubungan yang mengatur hak penguasaan atas bumi, air, ruang angkasa
dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Dimana penguasaan atas
bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
tersebut harus dengan tujuan untuk kebermanfaatan dan kemaslahatan
masyarakat Indonesia demi mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. (Sila Ke-5).
2. LANDASAN KONSITUSUONIL
Landasan Konstitusionil hukum agraria di Indonesia adalah UUD NRI
1945. UUD NRI 1945 merupakan landasan formil dan landasan materil dalam
setiap kebijakan yang dibuat oleh negara, termasuk dalam pelaksanaan hukum
agrarian di Indonesia. Secara tersirat Konstitusi UUD NRI 1945 mengatur
hukum agraria di dalam pasal 33 ayat (3) UUD NRI 1945 yang berbunyi :
“Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.”.
Jika kita telusuri lebih jauh dalam historis, tujuan dibentuknya konstitusi atau
hukum dasar adalah untuk memberikan batasan kepada penguasa, sehingga
dalam hal ini apabila dalam pelaksanaan hukum agraria masih banyak
penyimpangan yang terjadi maka terjadi suatu kegagalan dari tujuan konstitusi.
3. LANDASAN OPERASIONAL
Landasan Operasional hukum agrarian adalah landasan yang berasal dari
berbagai peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan. Landasan
Operasional Hukum Agraria di Indonesia dalam sistem hukum nasional adalah
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1960
TENTANG PERATURAN DASAR POKOK-POKOK AGRARIA.
UU NO. 5 Tahun 1960 merupakan landasan operasional yang seharusnya
ditaati oleh pemerintah dalam setiap membuat kebijakan dan melaksanakan
berbagai kegiatan terkait pengelolaan kekayaan alam terutama yang berkaitan
dengan Hukum Agraria.
Pasal 2
(2) Hak menguasai dari Negara termaksud dalam ayat (1) pasal ini memberi
wewenang untuk :
a. mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan
pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut;
b. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang
dengan bumi, air dan ruang angkasa,
c. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang
dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang
angkasa.
(3) Wewenang yang bersumber pada hak menguasai dari Negara tersebut pada
ayat (2) pasal ini digunakan untuk mencapai sebesar-besar kemakmuran
rakyat, dalam arti kebahagiaan, kesejahteraan dan kemerdekaan dalam
masyarakat dan Negara hukum Indonesia yang merdeka berdaulat, adil
dan makmur.
(4) Hak menguasai dari Negara tersebut diatas pelaksanaannya dapat dikuasakan
kepada daerah-daerah Swatantra dan masyarakat-masyarakat hukum adat,
sekedar diperlukan dan tidak bertentangan dengan kepentingan nasional,
menurut ketentuan-ketentuan Peraturan Pemerintah.
Pasal 3
Dengan mengingat ketentuan-ketentuan dalam pasal 1 dan 2 pelaksanaan
hak ulayat dan hak-hak yang serupa itu dari masyarakat-masyarakat hukum adat,
sepanjang menurut kenyataannya. masih ada, harus sedemikian rupa sehingga
sesuai dengan kepentingan nasional dan Negara, yang berdasarkan atas persatuan
bangsa serta tidak boleh bertentangan dengan Undang-undang dan peraturan-
peraturan lain yang lebih tinggi.
Pasal 5.
Hukum agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruang angkasa ialah
hukum adat, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional dan
Negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa, dengan sosialisme Indonesia
serta dengan peraturan-peraturan yang tercantum dalam Undang-undang ini dan
dengan peraturan perundangan lainnya, segala sesuatu dengan mengindahkan
unsur-unsur yang bersandar pada hukum agama.
Pasal 13.
(1) Pemerintah berusaha agar supaya usaha-usaha dalam lapangan agraria diatur
sedemikian rupa, sehingga meninggikan produksi dan kemakmuran rakyat
sebagai yang dimaksud dalam pasal 2 ayat (3) serta menjamin bagi setiap
warga-negara Indonesia derajat hidup yang sesuai dengan martabat manusia,
baik bagi diri sendiri maupun keluarganya.
+62 877-9646-7671
Proyek (PSN) yang sudah berjalan sejak dari 2016 tersebut cenderung
dikebut perkerjaannya dan mendapatkan tempat yang “istimewa”. Dalam Inpres
Nomor 1 Tahun 2016 mengintruskikan para pejabat meliputi Menteri Kabinet
Kerja, Jaksa Agung Republik Indonesia, Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia, Sekretaris Kabinet, Kepala Staf Kepresiden, Kepala Lembaga
Pemerintah Non Kementerian, Gubernur, dan Bupati/Walikota. Untuk
menyelesaikan permasalah yang menghambat pelaksanaan PSN tersebut. Intruksi
yang diserukan oleh Presiden sesuai yang dimuat dalam Inpres tersebut
diantaranya pengambilan upaya diskresi dalam rangka mengatasi persoalan yang
konkret dan mendesak; Menyempurnakan, mencabut, dan atau mengganti,
+62 877-9646-7671
Kondisi Terkini
Konflik agraria yang terjadi di desa wadas penyebabnya adalah
sebagian warga menolak rencana aktivitas penambangan batu andesit.
Penolakan tersebut ditandai dengan serangkaian aksi protes yang
berujung represifitas oleh aparat yang bersenjata lengkap. Pilihan
pemerintah untuk mengedepankan tindakan represif berujung pada
konflik antara aparat dengan warga.
Saat ini kondisi di Desa Wadas, aparat masih menjaga di area
Desa Wadas dan memastikan tidak ada tindakan represif yang
dilakukan aparat. Hanya saja, masyarakat kurang nyaman dengan
adanya penjagaan tersebut karena taumatis pada kejadian penangkapan
yang pernah terjadi. Kondisi anak-anak di Desa Wadas juga
mengalami trauma yang sama. Kebanyakan anak-anak tidak berani
untuk pergi sekolah.
+62 877-9646-7671
tidak lagi melakukan aksi penyaluran aspirasi. "Sudah tidak ada lagi kegiatan
warga ke tempat penambangan. Penambangan terus dilanjutkan setelah kami
dilaporkan itu," ungkap Iswanto dihubungi SuaraJogja.id, Selasa
(19/10/2021).
Ia mengatakan bahwa pihak penambang lebih bebas lagi melakukan
aktivitas di aliran Kali Progo. Bahkan menurut Iswanto, pengawas tambang
juga tidak pernah ditemui di lokasi. Iswanto menganggap bahwa
penambangan itu memang tidak akan berdampak kepada pengusaha. Namun
warga yang tinggal 25–50meter dari Kali Progo tempat penambangan
tersebut akan merasakan imbasnya. Seperti di Jomboran, sekarang sumur-
sumur saja sudah kering. Beberapa warga memilih membeli air. Ini kan
menyulitkan kami. Akhirnya kami melakukan protes, malah dilaporkan," kata
dia. Tidak hanya itu, aktivitas tambang yang berbatasan dengan Kabupaten
Kulon Progo juga memberi dampak kepada warga Padukuhan Wiyu. Dampak
saat ini yang dirasakan juga sama yaitu kekeringan. Dari informasi yang
diterima Iswanto, penambangan rencananya akan diperluas ke Sendangagung,
Kembang Nanggulan, Kulonprogo dan Kalibawang yang berbatasan dengan
Kabupaten Magelang.
menyelesaikan konflik antara warga pro dan kontra, Sulis mengatakan bahwa
sudah pernah dilaksanakan voting suara yang diinisiasi warga yang
dilaksanakan di luar sosialisasi konvensional. Hasil akhir dari voting tersebut
menunjukkan bahwa warga kontra mengalami kekalahan. “Namun, warga
kontra menolak keputusan tersebut,” terang Sulis.
Pernyataan Sulis tersebut diklarifikasi oleh Tandi. Tandi sepakat
mengenai penolakan tanda tangan dari warga kontra, tetapi hal itu mereka
lakukan sebagai antisipasi agar tanda tangan itu tidak disalahgunakan. Sebab,
yang tertulis di atas kertas adalah daftar hadir sosialisasi. “Kami pertanyakan,
mengapa itu daftar hadir sosialisasi? Kalau sosialisasi, kami pulang,”
tegasnya. Menurutnya, sosialisasi seharusnya dilakukan jauh sebelum
korporasi beroperasi. Tandi juga menambahkan, apabila terdapat penolakan
masif seperti ini yang mestinya dilakukan adalah audiensi alih-alih sosialisasi.
Pada akhirnya, judul pada daftar hadir diubah menjadi daftar hadir audiensi.
Tidak hanya soal judul kegiatan, Tandi juga mengklarifikasi keterangan Sulis
terkait penolakan hasil voting. “Kami tidak merasa ada voting. Jika ada,
dimana dan kapan? Kalau ada bukti autentik, silakan tunjukkan,” tandasnya.
Serangkaian upaya telah dilakukan warga kontra untuk menolak
tambang, seperti membuat surat penolakan, audiensi, dan aksi. Audiensi
diselenggarakan untuk mendengarkan pendapat dari berbagai pihak mulai
dari warga kontra, warga pro, perangkat Dusun, bahkan pihak korporasi.
Berdasarkan penjelasan Tandi, audiensi telah dilakukan sebanyak empat kali
dan tidak pernah berujung mufakat.
Pada tahun 2012, pertama kali aksi unjuk rasa menolak tambang
emas dilakukan. Namun tidak ada mediasi dari pihak pemerintah, tapi massa
berhasil memasukkan berkas tuntutan ke Kantor Gubernur Sulawesi Tengah dan
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral. Kemudian isu pertambangan muncul
kembali setahun berikutnya pada tahun 2013 yang memicu warga berunjuk rasa,
dikoordinatori Sofyan. Masyarakat memblokade jalur transportasi. Saat itu,
Bupati Parigi Moutong mengerahkan aparat kepolisian dan TNI untuk
mendatangi lokasi tambang dan menyita sejumlah alat pertambangan.
Selain itu, munculnya kasus agrarian ini sebenarnya juga diicu oleh represifitas
aparat. Keberadaan aparat digaris terdepan sebagai penjaga ketertiban dan
+62 877-9646-7671
Kondisi Terkini
Penembakan massa oleh polisi menjadi sorotan dan 14 Polisi Diperiksa
Internal Kepolisian pun telah memeriksa anggotanya terkait insiden ini. Proses
pemeriksaan internal 14 orang anggota, 13 senjata api diamankan untuk dilakukan
uji balistik,” kata Kabid Humas Polda Sulawesi Tengah Kombes Pol Didik
Supranoto, ketika dihubungi Tirto, Senin (14/2/2022). Dalam kejadian ini, orang-
orang yang ditangkap telah dibebaskan. “59 orang yang telah diperiksa sudah
kembali ke rumah masing-masing. Polda telah membentuk tim untuk
menyelesaikan permasalahan,” imbuh Didik. Tim gabungan terdiri dari Divisi
Profesi dan Pengamanan, Inspektur Pengawasan Daerah, Reserse Kriminal, dan
forensik. Komisi Kepolisian Nasional (Komponlas) pun buka suara terkait insiden
ini. “Penggunaan kekuatan dari anggota kepolisian, termasuk diantaranya
penggunaan senjata api, sudah diatur dalam Peraturan Kapolri Nomor 1 Tahun
2009 tentang Penggunaan Kekuatan. Selain itu penggunaan senjata api juga harus
memenuhi aturan Peraturan Kapolri Nomor 8 Tahun 2009 tentang Implementasi
Prinsip dan Standar Hak Asasi Manusia dalam Pelaksanaan Tugas Kepolisian
Negara Republik Indonesia,” ujar Juru Bicara Kompolnas Poengky Indarti,
kepada Tirto, Senin (14/2/2022). Perihal seorang warga yang meninggal dunia
diduga akibat senjata api petugas saat yang bersangkutan melakukan unjuk rasa
menolak tambang, menyebutkan enam tahapan penggunaan kekuatan dalam
tindakan kepolisian.
Namun, menurut Namun Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Eddy
Soeparno, mengatakan berdasarkan Data Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan (KLHK), terdapat sekitar 8.683 titik lokasi terbuka yang
diduga sebagai tambang ilegal yang luasnya 500.000 hektare (ha). Maka
dari itu, dalam keadaan ini, pemerintah perlu kebijakan yang jelas dan
disertai sanksi yang tegas dari adanya tindak pertambangan ilegal.
Lahan dan tanah subur Wadas yang biasanya digunakan untuk berkebun
kopi, kelapa, cengkeh, dan lain sebagainya akan musnah begitu saja.
Disitulah letak keprihatinan yang terjadi. Penambangan menghilangkan
kekayaan Desa Wadas yang tentunya sangat bermanfaat untuk menunjang
perekonomian masyarakat. Jika penambangan terus dilaksanakan, warga
Wadas akan kehilangan mata pencahariannya meskipun diberi uang
pengganti..
5. Pencemaran Udara
6. Pemanasan Global
Kesimpulan
Adanya penambangan di Indonesia saat ini sebagai bagian dari proyek strategi
nasional membawa banyak dampak bagi :
B. Perekonomian Masyarakat
1. Masyarakat Berpotensi Kehilangan Lahan Pertanian, keberadaan
tambang menyebabkan keadaan lahan pertanian semakin sempit. Aktivitas
pertambangan yang meninggalkan kubangan membuat lingkungan di
sekitarnya tidak dapat dijadikan sebagai lahan pertanian.
2. Masyarakat Berpotensi Kehilangan Kekayaan Sumber Daya Alam,
adanya aktivitas pertambangan yang menyebar luas hingga berdiri di area
perhutanan telah menyebabkan perubahan ekosistem dan membuat kondisi
lingkungan semakin gersang.
Tuntutan
1. Menuntut pemerintah untuk menghentikan penambangan dan mencabut
IPL (izin penetapan lokasi) guna kelestarian alam di desa wadas
2. Mengecam keras segala bentuk represifitas yang dilakukan aparat terhadap
warga di sekitar desa wadas
3. Memberikan ruang partisipasi pada masyarakat dan tidak menutup
telingan terhadap suara masyarakat
+62 877-9646-7671
Daftar Pustaka
PP Nomor 3 Tahun 2016.
PP No. 58 Tahun 2017
BBC News Indonesia. 2019. Ibu Kota Baru: Ribuan Lubang Tambang
Terbengkalai di Kaltim, ‘Cucu Saya Tewas di Sana, Saya Harus Tuntut
Siapa?’. Dalam jaringan. https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-
50184425. Diakses pada 26 Februari 2022 pukul 2:03 WIB.
DTE Down to Earth. 2010. Batubara dan Perubahan Iklim. Dalam jaringan.
https://www.downtoearth-indonesia.org/id/story/batubara-dan-perubahan-
iklim. Diakses pada 26 Februari 2022 pukul 12:03 WIB.
Katadata. 2021. Perusahaan Batu Bara Komitmen Tekan Emisi Karbon dan
Transisi Energi. Dalam jaringan.
https://katadata.co.id/happyfajrian/berita/60926f36c12e0/perusahaan-batu-
bara-komitmen-tekan-emisi-karbon-dan-transisi-energi. Diakses pada 26
Februari 2022 pukul 01:52 WIB.
+62 877-9646-7671
Arief, T. M. (2022, Februari 18). Bagaimana Nasib Mata Air di Wadas jika Ada
Penambangan Andesit? Ini Jawaban Ganjar. Retrieved from Kompas:
https://regional.kompas.com/read/2022/02/18/070000978/bagaimana-
nasib-mata-air-di-wadas-jika-ada-penambangan-andesit-ini-
jawaban?page=all
BPS. (2021, Februari 25). Persentase Tenaga Kerja Informal Sektor Pertanian
(Persen), 2019-2021. Retrieved from Badan Pusat Statistik:
https://www.bps.go.id/indicator/6/1171/1/persentase-tenaga-kerja-
informal-sektor-pertanian.html
+62 877-9646-7671
Jayani, D. H. (2021, Mei 7). Berapa Jumlah Pekerja Informal pada Februari
2021? Retrieved from Databoks:
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/05/07/berapa-jumlah-
pekerja-informal-pada-februari-
2021#:~:text=Jumlah%20pekerja%20informal%20di%20Indonesia,yang%
20sebanyak%2077.68%20juta%20orang.
Demmallino, Eymal B., Ibrahim, Tamzil., & Karim, Abdurrahman. 2018. Petani
di Tengah Tambang: Studi Fenomenologi Efek Implementasi Kebijakan
Terhadap Kehidupan Petani di Morowali (Studi Kasus Pada Kawasan
Lingkar Tambang, Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali, Provinsi
Sulawesi Tengah). JURNAL SOSIAL EKONOMI PERTANIAN Volume
14, No. 2 161 -170
Pujiriyani, Dwi Wulan., Puri, Widhiana H, & Salim, M Nazir. 2015. Sawah-
sawah yang tak lagi lestari: Penyediaan lahan pertanian dan ketahanan
pangan di Kutai Kertanegara dalam Reforma kelembagaan dan kebijakan
agraria. Yogyakarta: STPN Press.