Anda di halaman 1dari 21

HUKUM AGRARIA

MK: TATA GUNA LAHAN

Wisye K 19031102017 Lidya T 19031102011


Ismahwy M 19031102001 Christina P 19031102013
Rizky R 19031102003 Desianty M 19031102018
Tesalonika K 19031102006 Melanie S 19031102023
Sultan T 19031102009
PEMBAHASAN

1 Pengertian Hukum Agraria

2 Perkembangan Hukum Agraria Di


Indonesia

3 Hukum Tanah

4 Sumber Hukum Agraria

5 Asas Hukum Agraria


PENGERTIAN
HUKUM
AGRARIA
D
Dalam perspektif umum, agraria berasal dari
E bahasa Latin ager yang berarti tanah atau
sebidang tanah. Agrarius berarti perladangan,
F persawahan, pertanian.

I Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Agraria


berarti urusan pertanian atau tanah pertanian,

N juga urusan pemilikan tanah.

Di Indonesia sebutan agraria di lingkungan


I Administrasi Pemerintahan dipakai dalam arti
tanah, baik tanah pertanian maupun non
S pertanian.

I
“HUKUM AGRARIA” Dalam UUPA

Hukum Agraria dalam arti luas  merupakan suatu


kelompok berbagai bidang hukum, yang masing-masing
mengatur hak-hak penguasaan atas SDA tentang
berkaitan dengan BARA – K, yang meliputi :
1.Hukum Tanah
2.Hukum Air
3.Hukum Penguasaan atas tenaga dan unsur-unsur dalam
ruang angkasa
4.Hukum Pertambangan
5.Hukum Perikanan
Masing-masing secara mandiri merupakan Hukum
Agraria dalam arti sempit.
PERKEMBANGAN
HUKUM
AGRARIA DI
INDONESIA
A. Masa B. Masa Orde
Kolonial Lama

C. Masa Orde D. Masa


Baru Reformasi
Masa Kolonial

Peraturan Cultuur Stelsel pada tahun 1830 yang dipimpin oleh Gubernur
Jenderal Van den Bosch. Diberlakukan sistem tanam paksa bagi rakyat,
terutama terhadap tanaman domein, menganggap secara hukum mempunyai
kewenangan untuk memberikan hak erfpacht (hak untuk memetik
kenikmatan seluas-luasnya dari tanah milik orang lain, mengusahakan untuk
waktu yang sangat lama) kepada investor, karenanya pula pihak investor pun
merasa sah atas penguasaan tanah tersebut. Van den Bosch mengacu teori
Raffles yaitu tanah adalah milik pemerintah.

Agrarische Wet (S. 1870-118) yang terkait dengan Agrarische Wet (S.
1870-55) tentang asas Domenin Verklaring. Domein Verklaring (pemyataan
Domein). semua tanah yang pihak lain tidak dapat membuktikan sebagai hak
hak kepemilikan keperdataan atas tanah yang terpenuhnya, adalah domein
(milik) Negara.
Masa Orde Lama

Pada masa pemerintahan Soekarno, kebijakan makro


lebih menitik beratkan pada sektor pertanian dengan
lebih mengoptimalkan sumber daya yang ada. Inilah yang
melatar belakangi lahirnya UUPA. Ketentuan UUPA ini
dibangun di atas sendi-sendi yang melihat hubungan
antara Negara dan bumi (tanah termasuk di dalamnya)
bukan merupakan hubungan kepemilikan tetapi merupakan
hubungan penguasaan (Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 jo.
Pasal 2 ayat 1 UUPA), UUPA meniadakan sifat dualism
hokum agrarian menjadi unifikatif. Artinya setiap orang
utamanya WNI tanpa melihat lagi golongannya, sepanjang
terkait dengan pertanahan, akan tunduk pada hokum yang
sama yaitu UUP A dan peraturan pelaksananya.
Masa Orde Baru

Lebih menitik beratkan pada sektor industri yang bersifat


padat modal. Melalui Undang-undang penanaman modal asing
dan domestik, diharapkan akan banyak investasi yang masuk
dan dapat lebih membangkitkan perekonomian. Hanya saja
kebijakan seperti ini akan melahirkan ketentuan hukum
agraria yang memberikan keuntungan bagi kaum kapitalis
(pemilik modal), sehingga terjadi penyimpangan dan
bertentangan dengan prinsip-prinsip dan semangat UUP A itu
sendiri. Contoh UU Kehutanan lahirnya Hak Pengusahaan
Hutan (HPH) yang secara ekologis, sosiologis dan kultural ini
merugikan masyarakat setempat khususnya masyarakat hukum
adat sebagai pemegang hak.
Masa Reformasi
Tuntutan untuk melakukan reformasi agraria di Indonesia bermuara pada lahirnya
Ketetapan MPR RI nomor IX tahun 2001 tentang Pembaharuan agraria dan pengelolaan
Sumber Daya Alam yang mengarah pada kebijakan sebagai berikut :
• Melakukan pengkajian ulang terhadap berbagai pengaturan perundangan yang berkaitan
dengan agraria dalam rangka sinkronisasi kebijakan antar sektor demi terwujudnya
peraturan perundangan yang didasarkan pada prinsip pemahaman agraria dan pengelolaan
sumber daya alam;
• Melaksanakan penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan
tanah (landreform) yang berkeadilan dengan memperhatikan kepemilikan tanah untuk
rakyat;
• Menyelenggarakan pendataan pertanahan melalui inventarisasi dan registrasi
penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah secara komprehensif dan
sistematis dalam rangka pelaksanaan landreform.
• Menyelesaikan konflik-konflik yang berkenaan dengan sumber daya agraria yang timbul
selama ini sekaligus dapat mengantisipasi potensi konflik di masa mendatang guna
menjamin terlaksananya penegakan hukum dengan didasarkan atas prinsip Pembaharuan
agraria dan pengelolaan sumber daya Alam;
• Memperkuat kelembagaan dan kewenangannya dalam rangka mengemban pelaksanaan
pembaharuan agraria dan menyelesaikan konflik-konflik sumber daya alam yang terjadi;
• Mengupayakan dengan sungguh-sungguh pembiayaan dalam melaksanakan program
pembaharuan agraria dan penyelesaian konflik-konflik sumber daya alam yang terjadi.
HUKUM
TANAH
H Hukum Tanah adalah keseluruhan ketentuan-
ketentuan hukum, yang tertulis maupun tidak
U tertulis, yang semuanya mempunyai obyek
K pengaturan yang sama, yaitu hak-hak penguasaan
atau tanah sebagai lembaga-lembaga hukum dan
U sebagai hubungan-hubungan hukum konkret,
beraspek publik dan perdata, yg dapat disusun
M dan dipelajari secara sistematis, hingga
keseluruhannya menjadi satu kesatuan yang
merupakan satu sistem
T
•Hukum Tanah hanya mengatur tanah dari satu
A aspek yaitu aspek yuridis
N
•Aspek yuridis  hak-hak penguasaan atas tanah
A
H
SUMBER
HUKUM
AGRARIA
SUMBER HUKUM AGRARIA YANG TERTULIS

Secara sistematis, sumber-sumber hukum agraria yang


tertulis adalah:

1. Undang-Undang Dasar 1945, terutama Pasal 33 ayat 3.


2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA).
3. Peraturan-peraturan pelaksana UUPA.
4. Peraturan-peraturan bukan pelaksana UUPA yang
dikeluarkan sesudah tanggal 24 September 1960 karena
suatu masalah yang perlu diatur. Misalnya Undang-Undang
51/Prp/1960 tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa Izin
yang Berhak atau Kuasanya.
5. Peraturan-peraturan lama yang untuk sementara masih
berlaku, sesuai dengan ketentuan pasal-pasal peralihan. 
SUMBER HUKUM AGRARIA YANG TIDAK
TERTULIS

Sumber-sumber hukum agraria yang tidak tertulis terdiri


dari:
1. Hukum adat yang sesuai dengan ketentuan Pasal 5 UUPA,
yaitu yang:
• Tidak bertentangan dengan kepentingan Nasional dan
Negara;
• berdasarkan atas persatuan bangsa;
• berdasarkan atas sosialisme Indonesia;
• berdasarkan peraturan-peraturan yang tercantum
dalam UUPA dan peraturan perundangan lainnya;
• mengindahkan unsur-unsur yang bersandar pada hukum
agama.
2. Hukum kebiasaan yang timbul sesudah berlakunya UUPA,
yaitu yurisprudensi dan praktik administrasi.
ASAS-ASAS
HUKUM
AGRARIA
Asas Nasional  Hak Bangsa Indonesia, terdapat dalam
pasal 1 ayat (1), (2), (3) UUPA

Asas Hak Menguasai Dari Negara, terdapat dalam Ps. 2


UUPA

Asas Pengakuan Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat

Asas Semua Hak Atas Tanah

mempunyai Fungsi Social, terdapat dalam 6 UUPA


Asas Perlindungan

Asas Tanah untuk Pertanian

Asas Tata Guna Tanah

Asas Persamaan Hak


Antara Laki Dan Perempuan
REFERENSI

https://www.jurnalhukum.com/sumber-sumber-hukum-agrari
a/

http://herlindahpetir.lecture.ub.ac.id/2012/09/asas-asas-huku
m-agraria-dalam-uupa/

http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/14445/1/Di
ktat%20-%20Isnaini%20-%20Diktat%20Hukum%20Agraria.pdf

Anda mungkin juga menyukai