ABSTRAK
Hukum Agraria merupakan salah satu hukum terpenting di Indonesia. Hukum Agraria
di masa kolonial dulu bernama Hukum Tanah dan berubah menjadi Hukum Agraria
setelah Indonesia merdeka. Hukum Agraria adalah hukum (aturan) yang mengatur
perihal pertanahan baik segala benda yang berada di atas tanah ataupun di bawah
tanah. Hukum agraria merupakan salah satu aspek hukum yang terdapat di Negara
Republik Indonesia. Pasal-pasal yang terkandung dalam hukum agraria diatur dalam
undang- undang pokok agraria (UUPA). Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA)
merupakan peraturan perundang-undangan yang meliputi bumi, air dan ruang
angkasa. Bumi (tanah) dalam pengertian permukaan bumi merupakan salah satu objek
hukum yang menjadi perhatian dari masyarakat. Tidak bisa dipungkiri bahwa data
kepemilikaan dari setiap tanah di Indonesia masih belum jelas. Berdasarkan
ketidakjelasan tersebut maka dilaksanakannya pendaftaran tanah di Indonesia.
Pendaftaran di Indonesia diatur dalam Undang Undang Pokok Agraria atau UUPA dan
juga peraturan di bawahnya yakni Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1997 tentang
Pendaftaran tanah. Dalam pasal 19 Undang Undang Pokok Agraria , dinyatakan bahwa
tujuan dilaksanakkannya pendaftaran tanah di Indonesia adalah kepastian hukum.
Didasari dari tujuan pendaftaran tanah tersebut maka sudah selayaknya untuk
diberikan jaminan secara penuh dari Negara pada sertifikat kepada para pemegang
sertifikat hak atas tanah tersebut. Demikian juga dinyatakan dalam pasal 2 dan pasal 3
dari PP No. 24 tahun 1997. Dalam pasal 3 dinyatakan kesamaan dengan bunyi dari
pasal 19 ayat 1 UUPA yakni tujuan utama pendaftaran tanah adalah kepastian
hukum. Hukum adat mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan
hokum agraria nasional terkhusus Undang-Undang Pokok Agraria nomor 5 tahun
1960. Sebelum lahirnya pengaturan agraria nasional hukum adat menjadi hukum yang
mengatur dalam masyarakat. Pembentukan hukum agraria nasional mempunyai
kedudukan yaitu hukum adat sebagai dasar utama hukum agraria nasional dan hukum
adat sebagai pelengkap agar tidak terjadinya kekosongan hukum apabila hukum
tertulis yang sudah ada dianggap belum lengkap dan selesai. Dengan pemberian
kedudukan hukum adat sebagai dasar pembentukan hukum agrarian nasional dapat
disimpulkan bahwa hukum adat diakui eksistensinya dalam perkembangan hukum
agraria nasional.
Istilah agraria berasal dari kata akker (bahasa Belanda), agros (ba-hasa Yunani)
berarti tanah pertanian, agger (bahasa Latin) berarti ta-nah atau sebidang tanah,
agrarius (bahasa Latin) berarti perladangan, persawahan, pertanian, agrarian (bahasa
Inggris) berarti tanah untuk pertanian. Dalam Black's Law Dictionary disebutkan
bahwa arti agrarian adalah relating to land, or to a division or distribution of land; as an
agrarian laws. Menurut Andi Hamzah, agraria adalah masalah tanah dan semua yang
ada di dalam dan di atasnya. Menurut Subekti dan R.Titrosoedibio, agraria adalah
urusan tanah dan segala apa yang ada di dalam dan di atasnya. Apa yang ada di dalam
tanah misalnya batu, kerikil, tambang, sedangkan yang ada di atas tanah bisa berupa
tanam-an, bangunan. Pengertian agraria menurut And Hamzah, dan Subekti dan R.
Titrosoedibio mirip dengan pengertian real estate yang dikemukakan oleh Arthur P.
Crabtree, yang menyatakan bahwa hak milik (property) dibagi menjadi dua macam,
yaitu:
a. real property
b. personal property
Real property juga disebut real estate. Real estate adalah tanah dan segala sesuatu
yang secara permanen melekat pada tanah (real estate is land and everything that is
permanently attached to it land). Real estate selama sesuatu (benda) itu terletak di atas
tanah (melekat pada tanah). Sedangkan Personal property sesuatu (benda) itu terlepas
dari tanah.
Dalam rangka mengatur hubungan hukum antara manusia dengan tanah (agraria
dalam arti sempit), atau hubungan manusia dengan BARKA (agraria dalam arti luas),
maka memerlukan suatu perangkat hukum tersendiri. Perangkat hukum tersebut
adalah hukum agraria. Soedikno Mertokusumo berpendapat bahwa hukum agraria
adalah keseluruhan kaidah-kaidah hukum, baik yang tertulis maupun tidak tertulis
yang mengatur agraria. Bachsan Mustofa menjabarkan bahwa kaidah hukum agraria
tertulis berbentuk peraturan perundangundangan yang dibuat oleh negara, sedangkan
kaidah hukum tidak tertulis adalah hukum agraria dalam bentuk hukum adat yang
dibuat oleh masyarakat serta hidup, tumbuh dan berkembang sekaligus berlaku dan
dipertahankan oleh masyarakat yang bersangkutan. Yan Pramadya Puspa
menguraikan pengertian hukum agraria, agrarisch recht (Belanda), Agrarian Law
(Inggris) sebagai ketentuan-ketentuan keseluruhan dari hukum perdata, hukum tata
negara, dan hukum adminitrasi negara (tata usaha negara) yang mengatur hubungan-
hubungan antara orang (termasuk badan hukum) dengan bumi, air dan ruang angksa
di seluruh wilayah negara dan mengatur pula wewenangnya. Boedi Harsono
berpendapat bahwa hukum agraria tidak hanya terbatas pada satu perangkat hukum
saja, melainkan satu kelompok hukum yang terdiri dari berbagai bidang hukum yang
masing-masing mengatur hak-hak penguasaan atas sumber-sumber daya alam tertentu
yang termasuk dalam pengertian agraria. Bidang-bidang hukum dimaksud yaitu antara
lain:
a. Hukum tanah, mengatur tentang hak-hak penguasaan atas tanah, dalam arti
permukaan bumi.
B. PEMBAHASAN
Pasal 5 Undang Undang Pokok Agraria atau UUPA “ Hukum Agraria yang
berlaku atas bumi, air dan ruang angkasa ialah hukum adat, sepanjang tidak
bertentangan dengan kepentingan nasional dan negara, yang berdasarkan atas
persatuan bangsa, dengan sosialisme Indonesia serta dengan peraturan-peraturan yang
tercantum dalam undang-undang ini Undang Undang Pokok Agraria (UUPA) dan
dengan peraturan perundangan lainnya, segala sesuatu dengan mengindahkan unsur-
unsur yang bersandar pada hukum agama” . Isi Pasal di atas menyatakan bahwa
Hukum Tanah Nasional kita berdasar pada hukum adat. Hukum adat berfungsii
sebagai sumber utama dalam pembangunan hukum tanah nasional di Indonesia.
a. Asas Religiusitas
b. Asas Kebangsaan
Seluruh wilayah Indonesia adalah kesatuan tanah air dari seluruh rakyat
Indonesia yang bersatu menjadi bangsa Indonesia. Dalam arti lain bersifat
abadi.
c. Asas Demokrasi
Terdapat dalam Pasal 9 Ayat 2 UUPA. Setiap warga negara (laki-laki atau
perempuan) mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh suatu hak
atas tanah serta untuk mendapat manfaat dan hasilnya baik untuk diri sendiri
ataupun untuk keluarganya.
Menurut azas ini bangunan dan tanaman bukan merupakan bagian dari
tanah. Maka hak atas tanah tidak dengan sendirinya meliputi kepemilikan
bangunan dan tanaman yang ada di atasnya.
Indonesia mengatur hukum agraria dalam Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 yang
berbunyi “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”. 3 Pasal
tersebut mengandung permintaan kepada negara agar bumi, air, dan kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya agar diletakkan dalam penguasaan negara. Kekayaan
tersebut digunakan untuk mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat
Indonesia.4 Negara Kepulauan Republik Indonesia atau NKRI didalamnya memiliki
susunan kehidupan perekonomiannya masih bercorak agraria, bumi, air, dan ruang
angkasa yang merupakan anugrah dari Yang Maha Esa. Dimana hal tersebut harus
dijaga demi terjaganya kelangsungannya. Saat ini bahkan terjadi sebaliknya, di
masyarakat justru banyak penghalang untuk terciptanya cita-cita bangsa tersebut.
Berikut adalah beberapa hal yang menyebabkan terhambatnya kelangsungan agraria di
Indonesia :
a. Hukum agraria yang berlaku saat ini sebagian tersusun berdasarkan tujuan
dan sendi sendi dari pemerintah jajahan. Sebagian lainnya masih dipengaruhi
oleh penjajah sehingga, bertentangan dengan kepentingan masyarakat dan
negara di dalam melaksanakan pembangunan semesta ini dalam rangka
menyelesaikan revolusi nasional sekarang ini.
b. Sebagian akibat dari politik-hukum pemerintahan jajahan itu hukum agraria
tersebut mempunyai sifat dualisme. Dualisme yaitu berlakunya peraturan-
peraturan dari hukum adat di samping peraturan-peraturan yang
didasarkan atas hukum barat. Hal ini selain menimbulkan berbagai masalah
antar golongan, juga tidak sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia.
c. Menurut rakyat hukum agraria penjajah tidak menjamin kepastian hukum.
Hukum agraria yang baru itu harus memberi kemungkinan akan tercapainya fungsi
bumi, air dan ruang angkasa sebagai yang dimaksudkan diatas dan harus sesuai pula
dengan kepentingan rakyat dan Negara serta memenuhi keperluannya. Menurut
permintaan zaman dalam segala soal agraria. Lain dari itu hukum agraria nasional
harus mewujudkan penjelmaan dari pada azas kerokhanian, Negara dan cita-cita
Bangsa, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Perikemanusiaan, Kebangsaan, Kerakyatan
dan Keadilan Sosial serta khususnya harus merupakan pelaksanaan dari pada
ketentuan dalam pasal 33 Undang-undang Dasar dan Garis-garis besar dari pada
haluan Negara yang tercantum didalam Manifesto Politik Republik Indonesia tanggal
17 Agustus 1959 dan ditegaskan didalam Pidato Presiden tanggal 17 Agustus 1960.
Demikianlah maka pada pokoknya tujuan Undang-undang Pokok Agraria ialah sebagai
berikut :
Hukum agraria nasional sebagaimana yang berlaku saat ini terdiri dari sumber
hukum tertulis berupa peraturan perundang-undangan dan sumber hukum yang tidak
tertulis berupa hukum adat. Peraturan perundang-undangan tertulis yang menjadi
sumber hukum agraria nasional terdiri dari:
(UUPA);
3. Peraturan Pelaksana UUPA dan Peraturan Lama Sebelum Berlakunya UUPA.
a. Bahwa pokok-pokok kemakmuran yang dikelola adalah bersumber dari bumi, air
dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Dengan arti kata lain sumber
kemakmuran adalah bersumber pada nilai ekonomis yang diperoleh dari hasil bumi,
air maupun kekayaan alam di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
b. Bahwa pengelolaan atas sumber kemakmuran yang bersumber dari bumi, air dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya adalah dengan cara dikuasai oleh
negara.
c. Bahwa tujuan pengelolaan secara dikuasai negara adalah untuk mencapai sebesar-
besar kemakmuran rakyat sesuai dengan judul BAB XIV UUD 1945 tentang
Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial.
Dari ketentuan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 tersebut di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikelola untuk
mencapai kemakmuran rakyat;
2. pengelolaan bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikelola
oleh negara;
3. tujuan pengelolaan bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
adalah untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
1. Asas kenasionalan
2. Hak menguasai negara
3. Pengakuan terhadap hak ulayat
4. Fungsi sosial hak atas tanah
5. Hubungan sepenuhnya terhadap Warga Negara Indonesia dengan tanah
6. Kesamaan hak antara Warga Negara Indonesia laki-laki dan perempuan
7. Land reform
8. Perencanaan dalam peruntukan, penguasaan dan pemilikan bumi,air,dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
Berikutnya adalah sumber hukum agraria yang berasal dari hukum adat.
Hukum adat sebagai hukum yang dianut oleh sebagian besar bangsa masyarakat
Indonesia mempunyai kedudukan yang istimewa dalam politik hukum agraria
Nasional. Pembangunan Hukum Agraria Nasional diarahkan pada berlakunya satu
sistem hukum (unifikasi hukum). Dalam rangka unifikasi hukum tersebut Hukum Adat
dijadikan dasar pembentukan Hukum Agraria Nasional. Di dalam UUPA terdapat
beberapa penyebutan Hukum Adat sebagai dasar Pembentukan Hukum Agraria
Nasional, yaitu:
5) Pasal 56.
C. PENUTUP
1. KESIMPULAN
Persamaan Hukum Agraria periode dan kolonial hanya terletak pada jenis
hukumnya yaitu hukum agraria, selebihnya berbeda, melalui tiga aspek yaitu sumber,
tujuan dan sifatnya. Sumber Hukum Agraria periode kolonial ialah Hukum Tanah
Barat dan Hukum Tanah Adat inilah yang menyebabkan terjadinya sifat dualistik
sedangkan tujuannya hanya untuk kepentingan kolonial sepihak. Sedangkan Hukum
Agraria nasional. Indonesia dikenal sebagai negara hukum. Sebutan negara hukum
sangat melekat dengan kepastian hukum. Oleh karena itu, hukum di Indonesia yang
mengatur tentang bumi, air, tanah, maupun ruang angkasa beserta segala hal yang ada
di dunia ini juga perlu diatur. Apabila terjadi ketidakpastian hukum di Indonesia akan
menyebabkan dampak negatif terhadap bangsa ini. Untuk mengatasi hal tersebut
terjadi, diterbitkanlah Undang-undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok Pokok Agraria dan Pasal 33 ayat 3 yaitu tentang Dasar Hukum Pembentukan
Hukum Agraria Nasional.
Hukum dan peraturan yang mengatur tentang agraria ini merupakan alat untuk
membawa kemakmuran, kebahagiaan dan keadilan bagi rakyat. Selain untuk
mewujudkan masyarakat yang makmur hukum agraria ini berguna untuk meletakkan
dasar-dasar pemersatu bangsa dan memberikan kepastian hukum terhadap hukum
pertanahan yang berlaku bagi semua.
2. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
JURNAL
https://www.mkri.id/public/content/persidangan/putusan/
putusan_sidang_Putusan
https://www.dpr.go.id/dokakd/dokumen/RJ5-20190429-015718-5604.pdf
http://repository.unika.ac.id/16079/2/12.40.0211%20Febri%20Setyadi%20-%20BAB
%20I.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/220776-hukum-dan-kebijakan-hukum-
agraria-di-ind.pdf
http://repository.dharmawangsa.ac.id/652/1/PENGANTAR%20HUKUM
%20AGRARIA.pdf
http://jurnal.umsu.ac.id/index.php/kumpulandosen/article/view/3562/pdf_827
https://ojs.law.hr-institut.id/index.php/JRJ/article/view/5/5
E-BOOK
https://books.google.co.id/books?
hl=en&lr=&id=ZdgrEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA1&dq=hukum+agraria+di+indonesia
&ots=obl_rxV2xl&sig=D4cluAG7S3Ulyvhp7LeYl0dMiIg&redir_esc=y#v=onepage&q=
hukum%20agraria%20di%20indonesia&f=false
https://books.google.co.id/books?
hl=en&lr=&id=ikaaDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PP1&dq=hukum+agraria+&ots=g7OTsb
wYNT&sig=8dIMSEzFlES-cLjgCQZH36fyPtA&redir_esc=y#v=onepage&q=hukum
%20agraria&f=false