Anda di halaman 1dari 35

PENGANTAR HUKUM INDONESIA

H.A. YUBAIDI, SH SPD MH


1
1. PENGERTIAN

2. HUKUM TANAH NASIONAL

3. HAK ATAS TANAH NASIONAL

2
1. PENGERTIAN

3
UUPA 1960 1998 – now
Sebelum UUPA

Reformasi
17 - 08 - 1945
Agraria

- Hk Adat (komunalistik – religius)


- Hk Perdata Barat (individualistik – liberal)
- bekas Pemerintahan Swapraja (feodal)

4
• Kamus Latin Indonesia :
 Ager : tanah atau sebidang tanah
 Agrarius : perladangan, persawahan,
pertanian
• KBBI : urusan pertanian, tanah pertanian,
juga urusan pemilikan tanah
• Black’s Law Dictionary :
 Agrarian : tanah, usaha pertanian
 Agrarian Laws : perangkat peraturan-
peraturan hukum yang bertujuan
mengadakan pembagian tanah- tanah
yang luas dlm rangka lebih
meratakan penguasaan dan pemilikannya

5
PENGERTIAN “AGRARIA” dalam UUPA
Agraria dipakai dalam arti yg sangat luas,
meliputi : BARA – K

Bumi  meliputi permukanan bumi (tanah), tubuh bumi di daratan, termasuk permukaan
bumi, tubuh bumi yang berada di bawah air, termasuk air laut (Ps. 1 ayat 4 jo. Ps. 4
ayat 1 UUPA).
Tanah  meliputi permukaan bumi di daratan & permukaan bumi yang berada di
bawah air, termasuk air laut
Air  perairan pedalaman maupun laut wilayah Indonesia (Ps. 1 ayat 5 UUPA).
Ruang Angkasa  ruang di a/ bumi & air yg mengandung tenaga & unsur-unsur yg dpt
digunakan u/ usaha-usaha memelihara & memperkembangkan kesuburan bumi, air,
serta kekayaan alam yg terkandung di dalamnya & hal-hal lainnya yg bersangkutan
dgn itu (Ps. 1 ayat 6 jo. Ps. 48 UUPA).
Kekayaan alam :
a. yg terkandung di dalam bumi  bahan-bahan galian  yaitu unsur-unsur
kimia, mineral, bijih, segala macam batuan termasuk batuan mulia yg mrpk
endapan alam
b. yg terkandung di dalam air  ikan & lain-lain kekayaan alam yg berada
di dalam perairan pedalaman & laut wilayah Indonesia

6
• Hukum Agraria dalam arti luas  merupakan
suatu kelompok berbagai bidang hukum, yg
masing-masing mengatur hak-hak penguasaan atas
SDA ttt berkaitan dgn BARA – K, yg meliputi :

1. Hukum Tanah
2. Hukum Air
3. Hukum Penguasaan atas tenaga dan unsur-unsur
dalam ruang angkasa
4. Hukum Pertambangan
5. Hukum Perikanan

Masing-masing secara mandiri merupakan Hukum


Agraria dalam arti sempit.

7
• Hukum Tanah adalah keseluruhan ketentuan-
ketentuan hukum, yg tertulis maupun tidak
tertulis, yg semuanya mempunyai obyek
pengaturan yg sama, yaitu hak-hak penguasaan
a/ tanah sbg lembaga-lembaga hukum & sbg
hubungan-hubungan hukum konkret, beraspek
publik & perdata, yg dpt disusun & dipelajari
scr sistematis, hingga keseluruhannya mjd 1
kesatuan yg mrpk 1 sistem
• Hukum Tanah hanya mengatur tanah dari satu
aspek yaitu aspek yuridis
• Aspek yuridis  hak-hak penguasaan atas
tanah

8
2. HUKUM TANAH NASIONAL

9
UU No. 5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria,
yang disahkan di Jakarta dan
diundangkan pada tanggal
24 September 1960,
Lembaran Negara No. 104 tahun 1960, atau
dikenal dengan
Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA).
10
Terdiri atas :

1. Sumber-sumber hukum yg tertulis


a. UUD 1945 Ps. 33 ayat (3)
b. UUPA
c. Peraturan-peraturan pelaksana UUPA
d. Peraturan-peraturan yg bukan pelaksana UUPA, yg
dikeluarkan setelah tgl. 24 September 1960 krn suatu masalah
yg belum diatur, ex : UU 51/Prp/1960 tentang Larangan
Pemakaian Tanah Tanpa Izin Yang Berhak Atau Kuasanya
e. Peraturan-peraturan lama yg sementara masih berlaku, berdasar
ketentuan pasal-pasal peralihan  Hk. Tanah Positif

2. Sumber-sumber hukum yg tidak tertulis


a. Norma-norma Hukum Adat
b. Hukum kebiasaan baru, termasuk yurisprudensi & praktik
administrasi

11
1. meletakkan dasar-dasar bagi penyusunan hukum
agraria nasional, yang akan merupakan alat untuk
membawakan kemakmuran, kebahagiaan dan
keadilan bagi Negara dan rakyat, terutama rakyat
tani, dalam rangka masyarakat yang adil dan
makmur.

2. meletakan dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan


dan kesederhanaan dalam hukum pertanahan.

3. meletakkan dasar-dasar untuk memberikan


kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah bagi
rakyat seluruhnya.

12
13
• pasal 1 (1)
seluruh wilayah Indonesia adalah kesatuan tanah air
dari seluruh rakyat Indonesia yang bersatu sebagai
Bangsa Indonesia
• pasal 1 (2)
Seluruh bumi, air dan ruang angkasa termasuk
kekayaan alam yang terkandung didalamnya dalam
wilayah Republik Indonesia sebagai karunia Tuhan
Yang Maha Esa adalah bumi, air, dan ruang angkasa
bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan nasional
• pasal 1 (3)
Hubungan antara bangsa Indonesia dan bumi, air serta
ruang angkasa termasuk dalam ayat (2) pasal ini
adalah hubungan yang bersifat abadi

14
Hak menguasai dari Negara ini sebagai pengganti
dari asas Domein Verklaring yang ada pada hukum
agraria barat. Penyelenggaraannya yang berupa
mengatur, memimpin penguasaan dan penggunaan
BARA-K dikuasakan pada negara Republik
Indonesia, sebagai organisasi kekuasaan seluruh
rakyat.

15
• Hak ulayat merupakan seperangkat wewenang dan kewajiban
suatu masyarakat hukum adat, yang berhubungan dengan tanah
yang terletak dalam lingkungan wilayahnya
• Hukum Agraria Yang Berlaku Atas BARA-K Adalah Hukum
Adat
Rumusan ini mengandung pengertian bahwa hukum tanah
nasional adalah hukum adat mengenai tanah
• Hukum Adat adalah hukum aslinya golongan rakyat pribumi yg
mrpk hukum yg hidup dlm bentuk tdk tertulis dan mengandung
unsur-unsur nasional yg asli yaitu sifat kemasyarakatan dan
kekeluargaan yg berasaskan keseimbangan serta diliputi o/
suasana keagamaan.
• Tdp dlm : Ps. 3; Ps. 5, Penjelasan Umum angka III (1), Penjelasan
Ps. 5 & 16; Ps. 56 & 58

16
• Ini berarti, bahwa hak atas tanah apapun yang ada
pada seseorang, tidaklah dapat dibenarkan, bahwa
tanahnya itu akan dipergunakan (atau tidak
dipergunakan) semata-mata untuk kepentingan
pribadinya, apalagi kalau hal itu menimbulkan
kerugian bagi masyarakat. Penggunaan tanah harus
disesuaikan dengan keadaannya dan sifat daripada
haknya, hingga bermanfaat baik bagi kesejahteraan
dan kebahagiaan yang mempunyainya maupun
bermanfaat bagi masyarakat dan Negara.
• Tetapi dalam pada itu ketentuan tersebut tidak berarti,
bahwa kepentingan perseorangan akan terdesak sama
sekali oleh kepentingan umum (masyarakat). Undang-
Undang Pokok Agraria memperhatikan pula
kepentingan-kepentingan perseorangan.
17
• Ps. 9 (1) jo. pasal 21 ayat 1 : Hanya warga negara
Indonesia dapat mempunyai hubungan yang
sepenuhnya dengan bumi, air dan ruang angkasa,
dalam batas-batas ketentuan pasal 1 dan 2.
Yaitu bahwa orang perseorangan atau badan hukum
dapat mempunyai hak atas tanah untuk keperluan
pribadi maupun usahanya.
• Ps. 11 (2) : Perbedaan dalam keadaan masyarakat dan
keperluan hukum golongan rakyat dimana perlu dan
tidak bertentangan dengan kepentingan nasional
diperhatikan, dengan menjamin perlindungan
terhadap kepentingan golongan yang ekonomis
lemah.

18
• Hak milik tidak dapat dipunyai oleh orang asing dan
pemindahan hak milik kepada orang asing dilarang (pasal
26 ayat 2). Orang-orang asing dapat mempunyai tanah
dengan hak pakai yang luasnya terbatas. Demikian juga
pada dasarnya badan-badan hukum tidak dapat
mempunyai hak milik (pasal 21 ayat 2). Adapun
pertimbangan untuk (pada dasarnya) melarang badan-
badan hukum mempunyai hak milik atas tanah, ialah
karena badan-badan hukum tidak perlu mempunyai hak
milik tetapi cukup hak-hak lainnya, asal saja ada jaminan-
jaminan yang cukup bagi keperluan-keperluannya yang
khusus (hak guna-usaha, hak guna-bangunan, hak pakai
menurut pasal 28, 35 dan 41). Dengan demikian maka dapat
dicegah usaha-usaha yang bermaksud menghindari
ketentuan-ketentuan mengenai batas maksimum luas tanah
yang dipunyai dengan hak milik (pasal 17).

19
• Meskipun pada dasarnya badan-badan hukum tidak dapat
mem- punyai hak milik atas tanah, tetapi mengingat akan
keperluan ma- syarakat yang sangat erat hubungannya
dengan faham keagamaan, sosial dan hubungan
perekonomian, maka diadakanlah suatu "escape-clause"
yang memungkinkan badan-badan hukum tertentu
mempunyai hak milik. Dengan adanya "escape-clause" ini
maka cukuplah nanti bila ada keperluan akan hak milik
bagi sesuatu atau macam badan hukum diberikan
dispensasi oleh Pemerintah, dengan jalan menunjuk badan
hukum tersebut sebagai badan-badan hukum yang dapat
mempunyai hak milik atas tanah (pasal 21 ayat 2). Badan-
badan hukum yang bergerak dalam lapangan sosial dan
keagamaan ditunjuk dalam pasal 49 sebagai badan-badan
yang dapat mempunyai hak milik atas tanah, tetapi
sepanjang tanahnya diperlukan untuk usahanya dalam
bidang sosial dan keagamaan itu. Dalam hal-hal yang tidak
langsung berhubungan dengan bidang itu mereka dianggap
sebagai badan hukum biasa.

20
• Pasal 12.
(1) Segala usaha bersama.dalam lapangan agraria didasarkan atas
kepentingan bersama dalam rangka kepentingan nasional, dalam bentuk
koperasi atau bentuk-bentuk gotong-royong lainnya.
(2) Negara dapat bersama-sama dengan pihak lain menyelenggarakan usaha
bersama dalam lapangan agraria.
• Pasal 13.
(1) Pemerintah berusaha agar supaya usaha-usaha dalam lapangan agraria
diatur sedemikian rupa, sehingga meninggikan produksi dan kemakmuran
rakyat sebagai yang dimaksud dalam pasal 2 ayat (3) serta menjamin bagi
setiap warga-negara Indonesia derajat hidup yang sesuai dengan
martabat manusia, baik bagi diri sendiri maupun keluarganya.
(2) Pemerintah mencegah adanya usaha-usaha dalam lapangan agraria dari
organisasi-organisasi dan perseorangan yang bersifat monopoli swasta.
(3) Usaha-usaha Pemerintah dalam lapangan agraria yang bersifat
monopoli hanya dapat diselenggarakan dengan Undang-undang.
(4) Pemerintah berusaha untuk memajukan kepastian dan jaminan sosial,
termasuk bidang perburuhan, dalam usaha-usaha di lapangan agraria.

21
• Pasal 7 : Untuk tidak merugikan kepentingan umum maka
pemilikan dan penguasaan tanah yang melampaui batas
tidak diperkenankan.
• Pasal 10 (1) : Setiap orang dan badan hukum yang
mempunyai sesuatu hak atas tanah pertanian pada
azasnya diwajibkan mengerjakan atau mengusahakannya
sendiri secara aktif, dengan mencegah cara-cara
pemerasan.
• Pasal 11 (1) : Hubungan hukum antara orang, termasuk
badan hukum, dengan bumi, air dan ruang angkasa serta
wewenang-wewenang yang bersumber pada hubungan
hukum itu akan diatur, agar tercapai tujuan yang disebut
dalam pasal 2 ayat (3) dan dicegah penguasaan atas
kehidupan dan pekerjaan orang lain yang melampaui
batas.

22
• Ps. 9 (2) : "Tiap-tiap warganegara Indonesia
baik laki-laki maupun wanita mempunyai
kesempatan yang sama untuk memperoleh
sesuatu hak atas tanah serta untuk mendapat
manfaat dan hasilnya, baik bagi diri sendiri
maupun keluarganya".

23
3. HAK ATAS TANAH NASIONAL

24
Hierarki HAT menurut UUPA :
• Hak Bangsa Indonesia  Ps. 1
• Hak Menguasai Negara  Ps. 2
• Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat  Ps. 3
• Hak-hak perorangan/individual :
1. hak-hak a/ tanah  Ps. 4 :
 primer  HM, HGU, HGB, HP, yg diberikan
o/ Negara  Ps. 16
 sekunder  HGB, HP yg diberikan o/
pemilik tanah, Hak Gadai, Hak Usaha Bagi Hasil,
Hak Menumpang, Hak Sewa, dll  Ps. 37, 41, 53
2. Wakaf  Ps. 49
3. Hak Tanggungan  Ps. 25, 33, 39, 51 & UUHT

25
• Hak milik adalah hak turun-menurun, terkuat dan terpenuh yang dapat
dipunyai orang atas tanah
• Dasar Hukum : 20 s.d. 27 UUPA
• Sifat :
 turun-menurun, terkuat dan terpenuh
 dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain
 setiap peralihan, hapusnya dan pembebanannya dengan hak-hak lain harus
didaftarkan
 dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani hak tanggungan
• Subyek HM : (1) warga negara Indonesia (2) badan-badan hukum yang
memenuhi ketentuan PP 38/1963
tentang PENUNJUKAN BADAN BADAN HUKUM YANG DAPAT MEMPUNYAI
HAK MILIK ATAS TANAH, yi :
a.Bank-bank yang didirikan oleh Negara (selanjutnya disebut Bank Negara);
b.Perkumpulan-perkumpulan Koperasi Pertanian yg didirikan berdasar UU
79/1958;
c.Badan-badan keagamaan, yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian/Agraria, setelah
mendengar Menteri Agama;
d.Badan-badan sosial, yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian/ Agraria, setelah
mendengar Menteri Kesejahteraan Sosial.

26
• Hak milik hapus bila:
a. tanahnya jatuh kepada negara,
1.karena pencabutan hak berdasarkan
pasal 18 UUPA;
2.karena penyerahan dengan sukarela
oleh pemiliknya;
3.karena diterlantarkan;
4.karena ketentuan pasal 21 ayat (3) dan
26 ayat (2) UUPA ttg tdk
terpenuhinya syarat selaku subyek HM.
b. tanahnya musnah.

27
• Hak guna-usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah
yang dikuasai langsung oleh Negara, dalam jangka waktu
ttt, guna perusahaan pertanian, perikanan atau peternakan.
• Dasar Hukum : 28 s.d. 34 UUPA jo. Ps. 2 s.d. 18 PP 40/1996
• Sifat :
 ada jangka waktunya, yi maks 35 th & dapat diperpanjang
maks 25 th; & setelah jangka waktu & perpanjangan berakhir
dapat diberikan pembaharuan HGU di atas tanah yang sama.
 dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain
 setiap peralihan, hapusnya dan pembebanannya dengan
hak-hak lain harus didaftarkan
 dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani hak
tanggungan
• Subyek HGU : a. Warga Negara Indonesia; b. Badan hukum
yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan
di Indonesia.

28
• Hak Guna Usaha hapus karena:
a. berakhirnya jangka waktu sebagaimana ditetapkan dalam
keputusan pemberian atau
perpanjangannya;
b. dibatalkan haknya oleh pejabat yang berwenang sebelum
jangka waktunya berakhir
karena:
(1) tidak terpenuhinya kewajiban-kewajiban pemegang hak
dan/atau dilanggarnya
(2) putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap;
c. dilepaskan secara sukarela oleh pemegang haknya sebelum
jangka waktunya berakhir;
d. dicabut berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun
1961;
e. ditelantarkan;
f. tanahnya musnah;
g. ketentuan Pasal 30 ayat (2) UUPA ttg tdk terpenuhinya
syarat selaku subyek HGU
29
• Hak guna-bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-
bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri.
• Dasar Hukum : 35 s.d. 40 UUPA jo. Ps. 19 s.d. 38 PP 40/1996
• Sifat :
 ada jangka waktunya, yi maks 30 th & dapat diperpanjang maks 20 th; & setelah
jangka waktu & perpanjangan berakhir dapat diberikan pembaharuan HGU di atas
tanah yang sama.
 dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain
 setiap peralihan, hapusnya dan pembebanannya dengan hak-hak lain harus
didaftarkan
 dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani hak tanggungan
• Subyek HGB : a. Warga Negara Indonesia; b. Badan hukum yang didirikan menurut
hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia.

30
• HGB hapus karena:
a. berakhirnya jangka waktu sebagaimana ditetapkan dalam keputusan pemberian
atau
perpanjangannya;
b. dibatalkan haknya oleh pejabat yang berwenang sebelum jangka waktunya
berakhir
karena:
(1) tidak terpenuhinya kewajiban-kewajiban pemegang hak dan/atau
dilanggarnya
(2) putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;
c. dilepaskan secara sukarela oleh pemegang haknya sebelum jangka waktunya
berakhir;
d. dicabut berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 1961;
e. ditelantarkan;
f. tanahnya musnah;
g. ketentuan Pasal 36 ayat (2) UUPA ttg tdk terpenuhinya syarat selaku subyek HGB

31
• Hak pakai adalah hak untuk menggunakan dan/atau memungut
hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh Negara atau tanah
milik orang lain, yang memberi wewenang dan kewajiban yang
ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang
berwenang memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik
tanahnya, yang bukan perjanjian sewa-menyewa atau perjanjian
pengolahan tanah, segala sesuatu asal tidak bertentangan dengan
jiwa dan ketentuan-ketentuan UUPA
• Dasar Hukum : 41 s.d. 43 UUPA jo. Ps. 39 s.d. 56 PP 40/1996
• Sifat :
 ada jangka waktunya, yi maks 25 th & dapat diperpanjang maks
20 th atau diberikan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan
selama tanahnya dipergunakan untuk keperluan tertentu. ; & setelah
jangka waktu & perpanjangan berakhir dapat diberikan
pembaharuan HGU di atas tanah yang sama.
 dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain
 setiap peralihan, hapusnya dan pembebanannya dengan hak-hak
lain harus didaftarkan
 dapat dijadikan jaminan utang dengan dibebani hak tanggungan

32
• Subyek HP :
a. Warga Negara Indonesia;
b. Badan hukum yang didirikan menurut hukum
Indonesia dan berkedudukan di Indonesia;
c. Departemen, Lembaga Pemerintah Non
Departemen, dan Pemerintah Daerah;
d. Badan-badan keagamaan dan sosial;
e. Orang asing yang berkedudukan di Indonesia;
f. Badan hukum asing yang mempunyai
perwakilan di Indonesia;
g. Perwakilan negara asing dan perwakilan badan
Internasional.

33
• HP hapus karena :
a. berakhirnya jangka waktu sebagaimana ditetapkan dalam keputusan
pemberian atau perpanjangannya atau dalam perjanjian pemberiannya;
b. dibatalkan oleh pejabat yang berwenang, pemegang Hak Pengelolaan
atau pemegang Hak Milik sebelum jangka waktunya berakhir karena:
1) tidak dipenuhinya kewajiban-kewajiban pemegang hak dan/atau
dilanggarnya ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
50, Pasal 51 dan Pasal 52; atau
2) tidak dipenuhinya syarat-syarat atau kewajiban-kewajiban yang
tertuang dalam perjanjian pemberian Hak Pakai antara pemegang Hak
Pakai dan pemegang Hak Milik atau perjanjian penggunaan Hak
Pengelolaan; atau
3) putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap;
c. dilepaskan secara sukarela oleh pemegang haknya sebelum jangka
waktu berakhir;
d. dicabut berdasarkan Undang-undang Nomor 20 tahun 1961;
e. ditelantarkan;
f. tanahnya musnah;
g. ketentuan Pasal 40 ayat (2) PP 40/1996 ttg tdk terpenuhinya syarat
selaku subyek HP
.

34
35

Anda mungkin juga menyukai