Anda di halaman 1dari 21

 Pengertian Agraria

 Pengertian Hukum Agraria


 Konsepsi Hukum Tanah Nasional
 Landasan Hukum Agraria
Agraria : urusan
pertanian, tanah
KBBI
pertanian/urusan Ager :
pemilikan tahan tanah/sebidang tanah

Agraria Latin

Agrarius :
Agrarian : tanah  perladangan,
usaha pertanian persawahan, pertanian
Inggris
Bumi, air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya termasuk
ruang angkasa

UUPA
 Subekti/Tjirosodibjo
 Agraria: urusan tanah dan segala apa yang ada diatasnya, seperti
yang telah diatur dalam UUPA.
 Hukum Agraria : keseluruhan daripada ketentuan hukum baik
hukum perdata maupun hukum tata negara maupun pula hukum
tata usaha negara yang mengatur hubungan-hubungan antara
orang termasuk badan hukum, dengan bumi, air dan ruang
angkasa dalam seluruh wilayah Negara dan mengatur pula
wewenang-wewenang yang bersumber pada hubungan-hubungan
tersebut.
 E. Utrecht
 Hukum Agraria dan hukum tanah menjadi bagian dari hukum
tatausaha negara yang menguji perhubungan hukum istimewa
yang diadakan akan memungkinkan pejabat yang bertugas
mengurus soal agraria melakukan tugas mereka.
 J. Valkhoff
 Bukan semua ketentuan hukum yang berhubungan dengan
pertanian, melainkan hanya yang mengatur lembaga-lembaga
hukum mengenai penguasaan tanah
 Hukum agraria merupakan sepengkat peraturan dalam
berbagai bidang hukum yang mengatur hak penguasaan
sumberdaya alam :
 Pengelompokan tersebut meliputi:
1. Hukum Tanah yang mengatur hak penguasaan atas dalam
arti permukaan bumi
2. Hukum Air yang mengatur penguasaan hak atas air
3. Hukum Pertambangan mengatur hak penguasaan atas
bahan-bahan galian
4. Hukum Perikanan mengatur hak penguasaan atas kekayaan
alam yang terkandung didalam air
5. Hukum Kehuatan yang mengatur hak penguadaan atas
sumberdaya hutan dan hasil hutan (diatas tanah)
6. Hukum penguasaan atas tanaga dan unsur-unsur dalam
ruang angkasa yakni mengatur hak-hak penguasaan atas
tanaga dan unsur-unsur dalam ruang angkasa.
 Ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur hak-hak
penguasaan atas tanah yang tersusun menjadi satu
kesatuan sistem.

• Permukaan bumi/lapisan bumi


yang atas sekali; Permukaan bumi
• Keadaan bumi disuatu (The surface of the earth)
tempat;
Yuridis/UUPA
• Permukaan bumi yang diberi Tanah
batas;
• Bahan-bahan dari bumi, bumi Hak atas tanah memberi wewenang untuk
sebagai bahan sesuatu. menggunakan tanah yang bersangkutan, juga
tubuh bumi dan air dan ruang diatasnya untuk
KBBI
keperluan bagi kepentingan yang langsung
berhubungan dengan penggunaan tanah itu
dalam batas menurut Undang-Undang &
peraturan hukum lain.
 Hukum tanah yang baru atau hukum tanah nasional
mulai berlaku sejak 24 September 1960, dimuat dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960
dengan judul resmi “Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria”, atau yang lebih dikenal dengan sebutan
Undang-undang Pokok Agraria (UUPA).

 UUPA mengakhiri berlakunya peraturan-peraturan


hukum tanah kolonial, dan sekaligus mengakhiri
dualisme atau pluralisme hukum tanah di Indonesia,
serta menciptakan dasar-dasar bagi pembangunan
hukum tanah nasional yang tunggal berdasarkan hukum
adat sebagai hukum nasional Indonesia yang asli.
1. Menghapuskan dualisme hukum tanah yang lama dan
menciptakan unifikasi serta kodifikasi Hukum Agraria
(Tanah) Nasional yang didasarkan pada Hukum (Tanah)
Adat
a. Penghapusan dualisme Hukum Tanah yang lama tersebut
dilakukan dengan cara sebagaimana yang tertuang di
dalam diktum “Memutuskan” dari UUPA, yakni mencabut:
b. Seluruh pasal 51 Indische Staatsregeling yang didalamnya
termasuk juga ayat-ayat yang merupakan Agrarische Wet
(stbl. 1870-55);
c. Semua Domein Veklaring dari pemerintah Hindia Belanda
baik yang umum maupun yang khusus;
d. Peraturan mengenai Agrarische Eigendom yang
dituangkan ke dalam Koninklijk Besluit tanggal 16 April
1872 No. 29 (Stbl. 1872-117 jo. Stbl. 1873-38);
e. Buku Kedua KUH-Perdata sepanjang yang mengenai bumi,
air serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
kecuali ketentuan-ketentuan mengenai hipotik.
f. Dalam hal ini secara implisit ikut terhapus juga ketentuan-
ketentuan tentang larangan pengasingan tanah (Grond
Vervreemding Verbod Stbl. 1875-179).
 Mengadakan unifikasi hak-hak atas tanah dan
hak-hak jaminan atas tanah melalui ketentuan-
ketentuan konversi (Diktum ke-2 UUPA).
 Meletakkan landasan hukum untuk
pembangunan Hukum Agraria (Tanah) Nasional,
misalnya pasal 17 UUPA mengenai Landreform
1. Menciptakan unifikasi Hukum Agraria dengan
cara:
 Menyatakan tidak berlaku lagi
(mencabut/menghapus) produk peraturan-
peraturan hukum tanah yang lama
 Menyatakan berlakunya Hukum Tanah
Nasional berdasarkan Hukum Tanah Adat
yang tidak tertulis, sebagai bahan
penyusunan hukum tanah nasional.
2. Menciptakan unifikasi hak-hak penguasaan atas tanah (hak-
hak atas tanah dan hak jaminan atas tanah) melalui
ketentuan konversi:
 Tanah-tanah hak barat maupun tanah-tanah hak
Indonesia sebagai hubungan konkrit, dikonversi (diubah)
menjadi hak-hak atas tanah menurut UUPA secara serentak
dan demi hukum (rechtswege), terhitung mulai tanggal 24
September 1960.
 Hak-hak jaminan atas tanah, yaitu hipotik dan
credietverband (pasal 1162 KUH-Perdata pasal 15 Stbl.
1908-542) diubah demi hukum terhitung mulai tanggal 24
September 1960, menjadi Hak Tanggungan (pasal 51 UUPA &
pasal IV Ketentuan Konversi UUPA jo. UU no. 4 Tahun 1996
tentang Hak Tanggungan atas Tanah Beserta Benda-benda
Yang Berkaitan dengan Tanah).
Hubungan fungsional tersebut dapat kita temukan di dalam
ketentuan-ketentuan UUPA sendiri, yaitu:
 Konsiderans “Berpendapat”, huruf “a” :
“Bahwa perlu adanya Hukum Agraria Nasional yang
berdasarkan Hukum Adat tentang tanah”.
 Pasal 5:
“Bahwa Hukum Agraria yang berlaku atas bumi, air dan
ruang angkasa ialah Hukum Adat”.
 Penjelasan Umum III/1:
“Bahwa Hukum Agraria yang baru didasarkan pada
ketentuan-ketentuan Hukum Adat, sebagai hukum yang
asli, yang disempurnakan dan disesuaikan dengan
kepentingan masyarakat dalam negara yang modern
dan dalam hubungannya dengan dunia Internasional,
dan seterusnya....”.
 Hukum Tanah nasional disusun berdasarkan
pada hukum adat.
 Hukum agraria yang berlaku atas bumi, air dan
ruang angkasa ialah hukum adat, sepanjang tidak
bertentangan dengan kepentingan nasional dan
negara yang berdasarkan atas persatuan
bangsa..Psl. 5
 Konsep hukum adat: komunalistik religius, yang
memungkinkan penguasaan tanah secara individual,
dengan hak-hak atas tanah yang bersifat pribadi
sekaligus mengandung unsur kebersamaan. Psl. 1
(2)
 Formal:
“... bagian dari hukum positif Indonesia yang
berlaku sebagai hukum yang hidup dalam
bentuk tidak tertulis di kalangan orang-orang
Indonesia asli yang mengandung ciri-ciri
nasional, yaitu ...”.
 - Material:
“... sifat kemasyarakatan yang berasaskan
keseimbangan dan diliputi suasana
keagamaan”.
 Dengan pengertian yang demikian, maka apa
yang disebut Hukum Adat tidak harus
diartikan semata-mata sebagai rangkaian
norma-norma hukum saja, akan tetapi
meliputi juga:
 Konsepsi (ajaran, teori);
 Asas-asas (yang merupakan perwujudan dari
konsepsi);
 Lembaga-lembaga hukum;
 Sistem (tata susunan yang teratur)
Sebelum Merdeka Administrasi Pemerintahan
Hindia Belanda)
a. Agrarische Wet 1870
b. Agrarische Besluit
Setelah Merdeka
a. UUD 1945
b. Menggunakan KUHPerdata
c. UU No 5 tahun 1960 dll.
 Hak penguasaan atas tanah adalah suatu hubungan
hukum yang memberi wewenang untuk berbuat
sesuatu kepada subyek hukum (orang/badan
hukum) terhadap obyek hukumnya, yaitu tanah
yang dikuasainya.
 Wewenang, kewajiban, dan/atau larangan bagi
pemegang haknya untuk berbuat sesuatu mengenai
tanah yang dihaki.
Hak Bangsa Hak Hak Pribadi
Indonesia Menguasai atas Tanah
Negara

Berdasarkan kewenangannya, hak penguasaan


tanah menurut UUPA dibagi menjadi :
1. Hak Penguasaan atas tanah yang mempunyai
kewenangan khusus yaitu kewenangan yang bersifat
publik dan perdata.
2. Hak Penguasaan atas tanah yang memberi
kewenangan yang bersifat umum yaitu kewenangan
di bidang perdata dalam penguasaan dan
penggunaan tanah sesuai dengan jenis-jenis hak atas
tanah yang diberikan (Hak Perorangan atas Tanah)
 Psl. 1 UUPA
1) Seluruh wilayah Indonesia adalah kesatuan tanah air dari seluruh
rakyat Indonesia yang telah bersatu sebagai bangsa Indonesia.
2) Seluruh bumi, air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam
yang terkandung didalamnya dalam wilayah Republik Indonesian
sebagai karunia Tuhan YME adalah bumi, air dan ruang angkasa
bangsa Indonesia yang merupakan kekayaan nasional.
3) Hubungan bangsa Indonesia dan bumi, air dan ruang angkasa
termasuk dalam ayat (2) pasal ini adalah hubungan yang bersifat
abadi.
 Hak Bangsa merupakan hak penguasaan tertinggi atas tanah
yang mengandung unsur kepunyaan dan kewenangan.
 Subyek hak: seluruh rakyat Indonesia sepanjang masa.
 Tanah yang dihaki: semua tanah yang ada dalam wilayah
Republik Indonesian  Res Nullius
 Hubungan yang bersifat abadi
 Pasal 2 UUPA
 Subyek HMN: negara RI sebagai organisasi kekuasaan
seluruh rakyat.
 Wewenang Negara :
1. Mengatur dan menyelengarakan peruntukan, penggunaan,
persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa.
2. Menentukan dan mengatur hubungan hukum antara orang-
orang dengan bumi, air dan ruang angkasa.
3. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara
orang-orang dan perbuatan hukum yang mengenai bumi, air
dan ruang angkasa.
 Tanah yang dihaki: semua tanah dalam wilayah RI baik
tanah yang tidak/belum dihaki.
 HMN tercipta pada waktu diciptakannya hubungan
hukum konkret antara Negara dan tanah Indonesia
pada 18 Agustus 1945.
 Asas Perlekatan (Asas Accessie)
Bangunan dan benda/tanaman yang terdapat
diatas tanah merupakan satu kestauan serta
merupakan bagian dari tanah yang
bersangkutan.
 Asas Pemisahan Horizontal (Horizontale
Scheiding)
Hak atas tanah tidak dengan sendirinya
meliputi pemilikan bangunan dan tanaman
yang ada diatasnya.
 Religius (Psl. 1)
 Kebangsaan (Psl. 1,2,9)
 Demokrasi (9)
 Kemasyarakatan, Pemerataan & Keadilan
Sosial (Psl. 6,7,10,11, 13)
 Penggunaan dan pemeliharaan tanah secara
berencana (14,15)
 Pemisahan Horizontal

Anda mungkin juga menyukai