Anda di halaman 1dari 10

PEMANFAATAN TANAH DI ATAS HAK PENGELOLAAN

ANTARA REGULASI DAN IMPLEMENTASI

Ana Silviana
Dosen Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang
Email: silvianafhundip@gmail.com

ABSTRACT

Right of Management (HPL) is part of the state right to control the land and part of the rights
delegates to the HPL holders. In order to carry out the construction HPL holders may grant
land rights on HPL with a land use agreement (SPT). In practice, however, there are often
legal issues related to the granting of land rights over HPL, especially HPL requested on land
that already belongs to state owned company (BUMN / BUMD), or also Local Government to
be converted into commercial activities. This paper will examine the legal problems arising
from land use on HPL. The method used in this paper is a doctrinal / legal approach, where
the law is conceived as a legislation. The result of HPL analysis is not the right to land as
stipulated in the LoGA, in the application of land above the HPL the extension of their rights
to rights holders on HPL may be given priority after obtaining approval from HPL holders.

Keywords: Right of Management, Land Use Agreement, Local Government Asset.

ABSTRAK

Hak Pengelolaan (HPL) adalah bagian dari hak menguasai negara yang sebagian
kewenangnnya dilimpahkan kepada pemegang HPL. Dalam rangka melaksanakan
pembangunan pemegang HPL dapat memberikan hak atas tanah di atas HPL dengan suatu
perjanjian penggunaan tanah (SPT). Namun dalam prakteknya sering terjadi permasalahan
hukum terkait dengan pemberian hak atas tanah di atas HPL, terutama HPL dimohon atas
tanah yang sudah merupakan asset kekayaan Badan Hukum (BUMN/BUMD), atau juga
Pemda untuk diubah menjadi kegiatan komersial. Makalah ini akan mengkaji tentang
problematika hukum yang muncul atas pemanfaatan tanah di atas HPL. Metode yang dipakai
dalam penulisan ini melalui pendekatan doktrinal/hukum, dimana hukum dikonsepsikan
sebagai peraturan perundang-undangan. Hasil analisis HPL bukanlah hak atas tanah
sebagaimana yang diatur dalam UUPA, dalam pemanafaat tanah di atas HPL perpanjangan
haknya kepada pemegang hak di atas HPL dapat diberi prioritas setelah mendapat
persetujuan dari pemegang HPL.

Kata Kunci: Hak Pengelolaan, Perjanjian Penggunaan Tanah, Asset Pemda.

A. PENDAHULUAN atas mineral dan bahan organik. Tanah1


Tanah merupakan sarana yang adalah lapisan permukaan bumi yang
sangat penting bagi menyokong kegiatan secara fisik berfungsi sebagai tempat
hidup dan penghidupan manusia. Secara
fisik tanah merupakan bagian yang 1 Bahan Kuliah online Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Fakultas
terdapat pada kerak bumi yang tersusun Pertanian, Universitas Sriwijaya, oleh Dr.Ir.Abdul
Madjid,MS, blog.spot.co.id/ 2008/02/definisi-tanah-dan-
profil-tanah-html, diunduh 7 Desember 2016, jam 21.00
WIB.

36
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 1 NO. 1 NOVEMBER 2017

tumbuh & berkembangnya perakaran pemegang hak, keluarganya dan


penopang tegak tumbuhnya tanaman dan masyarakat sekitarnya.
menyuplai kebutuhan air dan udara. Tanah UUPA adalah landasan yuridis bagi
dalam lingkup hukum Agraria/Pertanahan pengaturan permasalahan pertanahan di
adalah penguasaan tanah, penguasaan Indonesia. Hak Pengelolaan (HPL) tidak
tanah dalam hal ini dapat dibagi menjadi 2 diatur secara tegas dalam UUPA, hanya
(dua) aspek, yaitu aspek yuridis dan aspek dalam Penjelasan Umum UUPA Romawai
fisik. Penguasaan tanah secara yuridis II menjelaskan bahwa : “ ... Negara dapat
dilandasi oleh suatu hak yang dilindungi memberikan tanah kepada ... atau
oleh hukum dan umumnya memberikan memberikannya kepada sesuatu Badan
kewenangan kepada pemegang hak untuk Penguasa (Departemen, Jawatan, atau
menguasai tanah secara fisik.2 Meskipun Daerah Swatantra ) untuk dipergunakan
demikian, penguasaan fisik tidak selalu bagi pelaksanaan tugasnya masing-masing.
melekat pada pihak yang menguasai tanah Maria SW Sumardjono menyatakan
secara yuridis. Contohnya tanah yang bahwa HPL bukanlah hak atas tanah tetapi
disewakan, dimana penguasaan secara merupakan bagian dari Hak Menguasai
yuridis ada pada pemilik tanah,sedangkan Negara yang sebagian kewenangannya
penguasan fisik ada pada penyewa tanah. dilimpahkan kepada pemegang HPL. 3
Pemegang hak yang menguasai Subjek hukum yang dapat
secara yuridis mempunyai kewenangan mempunyai HPL dalam perundangan
untuk mengelola dan menggunakan tanah ditentukan adalah BUMN/BUMD, PT
sesuai dengan sifat dan peruntukan Persero, Badan-Badan Otorita dan Instansi
tanahnya. Secara umum pemegang hak Pemerintah termasuk Pemda. Pengelolaan
dapat mempergunakan tanah sesuai dengan atas tanah dalam HPL mengandung
kebutuhannya dengan tetap memperhatikan maksud bahwa, menurut sifatnya
batasan-batasan yang ditentukan dalam merupakan pelimpahan sebagian dari hak
peraturan perundangan. Pemegang hak atas menguasai Negara atas tanah yang
tanah juga mempunyai kewenangan diberikan kepada badan-badan
dibatasi sesuai dengan macam dan jenis pemerintah/Pemerintah Daerah dengan
hak atas tanah yang dipunyainya, misalnya suatu Hak Pengelolaan. Selain untuk
Hak Guna Bangunan hanya diberi mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi
kewenangan untuk mendirikan dan atau usahanya, dapt diberikan sebagian
mempunyai bangunan di atas tanah. penggunaan dan pemanfaatan oleh
Penguasaan dan pemilikan tanah pemegang haknya kepada pihak lain
akan mendapat perlindungan hukum ataupun dikerja samakan penggunaan dan
apabila dilandasi dengan suatu hak atas pemanfaatannya dengan pihak lain dengan
tanah. Pasal 4 UUPA menentukan bahwa suatu hak atas tanah tertentu (misalnya
atas dasar Hak Menguasai Negara dapat HGB atau Hak Pakai). Sebagaimana
memberikan macam-macam hak atas ditentukan dalam Pasal 2 Peraturan
permukaan bumi yang disebut dengan Menteri Agraria No. 9 Tahun 1965, bahwa
tanah (hak atas tanah) kepada orang HPL dimungkinkan tidak hanya digunakan
perorangan maupun badan hukum (sebagai oleh pemegang hak untuk kepentingan
subjek hukum) untuk dipergunakan dan instansi sendiri, namun juga dapat
dimanfaatkan sesuai dengan peruntukan diberikan kepada pihak ketiga.
haknya, agar dapat memberikan Dalam perkembangannya HPL
kemakmuran dan kesejahteraan bagi khususnya HPL Pemerintah Daerah tidak
terbatas pada perumahan tetapi

2Boedi Harsono, Sejarah Pembentukan Undang-Undang 3Maria SW Sumardjono, Tanah Dalam Perspektif Hak
Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, (Jakarta: Ekonomi, Sosial Dan Budaya, (Jakarta: Kompas, 2009),
Djambatan, 2005), hlm 23. hlm. 213.

37
Pemanfaatan tanah di atas hak pengelolaan Antara Regulasi Dan Implementasi

berkembang ke bidang lain (Perdagangan, A. PEMBAHASAN


Pelabuhan) sebagai akibat implementasi 1. Eksistensi Hak Pengelolaan dalam
UU No. 22 Tahun 1999 yang diubah Hukum Tanah Nasional
dengan UU No.32 Tahun 2004. Contohnya Hak Pengelolaan merupakan objek
HPL yang sudah merupakan asset pengaturan dalam ruang lingkup Hukum
kekayaan Pemda dimohonkan atas tanah Tanah Nasional, sehingga payung hukum
untuk dipergunakan sebagai kegiatan yang mengatur tentang Hukum Tanah
komersial. Hal ini digunakan sebagai Nasional adalah UU No. 5 Tahun 1960
kebijakan agar asset Pemerintah berdaya tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
guna dan tidak hilang. Agraria, yang kemudian dikenal dengan
Namun, dalam implementasinya Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA).
menyangkut pemanfaatan tanah di atas Namun dalam UUPA tidak secara eksplisit
HPL sering menimbulkan permasalahan- mengatur tentang HPL, hanya diuraikan
permasalahan hukum. Contoh yang terjadi dalam Penjelasan Umum UUPA II (2),
yaitu kasus yang berkaitan dengan bahwa :” Dengan berpedoman pada tujuan
pemanfaatan tanah HPL Pemerintah yang disebut di atas Negara dapat
Provinsi Jawa Tengah di lokasi Pameran memberikan tanah yang demikian itu
Pekan Raya Pembangunan (PRPP) di Kota kepada seseorang atau badan hukum
Semarang, kasus Pembangunan kios-kios dengan sesuatu hak menurut peruntukan
pasar Kliwon yang berdiri di atas tanah dan keperluannya, misalnya hak milik, hak
HPL Pemerintah Kabupaten Temanggung, guna usaha, hak guna bangunan, atau hak
juga di Magelang, serta sengketa pakai atau diberikannya dalam pengelolaan
pemegang HGB di atas HPL PT Kawasan kepada suatu Badan Penguasa
Berikat Nusantara Jakarta yang jangka (Departemen, Jawatan, atau Daerah
waktu HGB nya sudah selesai, serta masih Swatantra) untuk dipergunakan bagi
banyak kasus tanah HPL yang lainnya. pelaksanaan tugasnya masing-masing”
Berdasarkan uraian di atas makalah Penyebutan daerah swatantra
ini akan mengkaji tentang eksistensi HPL tersebut juga ada dalam Pasal 4 ayat (2)
dalam Hukum Tanah Nasional dan UUPA, dimana Hak Menguasai Negara
problematika hukum yang muncul atas pelaksanaannya dapat dikuasakan kepada
pemberian tanah di atas HPL dalam Daerah-Daerah Swatantra, dalam hal ini
penyelenggaraan Pemerintah Daerah. adalah Pemerintah Daerah atau Pemerintah
Metode pendekatan yang Propinsi dalam rangka pelaksanaan
dipergunakan dalam tulisan ini adalah otonomi daerah.
pendekatan doktrinal. Makalah ini akan Istilah HPL berasal dari istilah
mengkaji secara normatif terkait dengan Belanda “beheersrecht” dengan terjemahan
pemanfaatan tanah di atas HPL. Dalam menjadi Hak Penguasaan.4 Istilah Hak
pendekatan ini hukum dikonsepsikan Penguasaan tersebut juga terdapat dalam
sebagai peraturan perundang-undangan. Peraturan Pemerintah yang mengatur
Data yang dipergunakan adalah data tentang Penguasaan Tanah-Tanah Negara,
sekunder, yang digali dari studi yaitu PP No. 8 Tahun 1953, yang sampai
kepustakaan dengan mengumpulkan bahan sekarang PP ini masih berlaku karena
hukum, yaitu peraturan perundang- belum diganti dengan PP yang baru.
undangan dan buku-buku serta hasil
penelitian terdahulu terkait dengan Hak
Pengelolaan.
4 AP Parlindungan, Hak Pengelolaan Menurut Sistem
UUPA, (Undsng-Undang Pokok Agraria), (Bandung: CV
Mandar Maju, 1989). Oloan Sitorus dan HM Zaki Sierrad,
Hukum Agraria di Indonesia, Konsep Dasar Dan
Implementasinya, (Yogyakarta: Mitra Kebijakan Tanah
Indonesia, 2006), hlm. 156.

38
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 1 NO. 1 NOVEMBER 2017

Setelah keluar UUPA terjadi a. Merencanakan peruntukan dan


perubahan secara fumdamental terhadap penggunaan tanah yang bersngkutan;
pengaturan hukum Agraria di Indonesia, b. Menggunakan tanah tersebut untuk
Hak Penguasaan atas tanah Negara keperluan pelaksanaan usahanya;
dikonversi melalui Peraturan Menteri c. Menyerahkan bagian-bagian dari tanah
Agraria No.9 Tahun 1965 tentang itu kepada pihak ketiga menurut
Pelaksanaan Konversi Hak Penguasaan persyaratan yang ditentukan oleh
Atas Tanah Negara dan Ketentuan- perusahaan pemegang hak tersebut.
Ketentruan tentang Kebijaksanaan Pasal 1 Permendagri No. 1 Tahun
Selanjutnya. Melalui Peraturan Menteri 1977 tentang Tata Cara Permohonan dan
Agraria tersebut Hak Penguasan dikonversi Penyelesaian Pemberian Hak Atas Bagian-
menjadi dua (2) jenis hak, yaitu: Bagian Tanah Hak Pengelolaan Serta
1. Sepanjang tanah-tanah tersebut hanya Pendaftarannya, juga menentukan bahwa
dipergunakan untuk kepentingan HPL berisi wewenang untuk :
instansi sendiri, dikonversi menjadi a. Merencanakan peruntukan dan
Hak Pakai selama dipergunakan; penggunaan tanah yang bersangkutan;
2. Tanah-tanah tersebut selain b. Menggunakan tanah tersebut untuk
dipergunakan untuk kepentingan keperluan pelaksanaan usahanya; dan
instansi itu sendiri, dimaksudkan juga c. Menyerahkan bagian-bagian
untuk dapat diberikan dengan suatu daripadanya tanah itu kepada pihak
hak kepada pihak ketiga, maka hak ketiga menurut persyaratan yang
penguasan itu dikonversi menjadi Hak ditentukan oleh perusahaan pemegang
Pengelolaan (HPL) yang berlangsung hak tersebut.
selama tanah itu dipergunakan untuk Berdasarkan ketentuan tersebut
keperluan itu oleh instansi yang HPL mengandung dua (2) sifat
bersangkutan. kewenangan yaitu:
Isi dan sifat dari HPL adalah 1. Kewenangan Publik, yaitu
sebagai kewenangan publik, sehingga merencanakan penggunaan dan
Boedi Harsono berpendapat, bahwa HPL menyerahkan bagian dari HPL untuk
bukan hak atas tanah, namun merupakan pihak ketiga;
gempilan Hak Menguasai dari 2. Kewenangan Privat, yaitu kewenangan
5
Negara. Sebagaimana juga Maria SW untuk menggunakan tanahnya untuk
Sumardjono mengatakan habwa HPL keperluan pelaksanaan tugasnya
merupakan “bagian” dari Hak Menguasai (bukan tujuan pemberian haknya),
Negara (HMN) yang (sebagian) yang tujuan utamanya adalah untuk
kewenangannya dilimpahkan kepada menyediakan tanah bagi penggunaan
pemegang HPL. oleh pihak-pihak lain yang
Kewenangan pemegang HPL dalam memerlukan dengan suatu hak
hal ini merupakan kewenangan yang tertentu.
bersifat bersifat publik, hal demikian dapat Namun, dalam perkembangannya
dilihat dari isi Peraturan Menteri Dalam terjadi pergeseran sifat Hak Pengelolaan
Negeri No, 5 Tahun 1974 tentang yang bersifat Publik mengarah ke arah
Ketentuan-Keterntuan Mengenai Perdata (Privat). Pada awalnya HPL
Penyediaan dan Pemberian Tanah Untuk berfungsi sebagai “pengelola” bergeser ke
Keperluan Perusahaan, dalam Pasal 3 arah fungsi “hak”. Apabila sudah menjadi
menentukan bahwa Pemegang HPL diberi hak maka menjadi sesuatu yang mutlak
kewenangan untuk: menjadi milik dan penggunaannya
tergantung pada pemiliknya. Contoh hak
untuk menjual, hak untuk menghibahkan
dan lain-lain. Hal ini seperti yang
5 Boedi Harsono, ibid, hlm. 280

39
Pemanfaatan tanah di atas hak pengelolaan Antara Regulasi Dan Implementasi

dikemukakan dari AP Parlindungan yang Demikian juga dengan isi ketentuan Pasal
menempatkan HPL sejajar dengan hak atas 1 angka 14 Peraturan Menteri
tanah yang diatur dalam Pasal 16 UUPA, Agraria/Kepala BPN No. 9 Tahun 1999
yaitu HM, HGU, HGB, dan Hak Pakai. tentang Tata Cara Pemberian dan
Beliau menyatakan bahwa HPLadalah hak Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan
atas tanah yang tidak dijumpai istilahnya Hak Pengelolan, memberikan pengertian
dalam UUPA.6 tentang Hak Pengelolaan adalah sebagai
Pasal 2 ayat (3) UU No. 21 Tahun hak menguasai dari Negara yang
1997 tentang BPHTB juga memandang kewenangan pelaksanaannya sebagian
bahwa HPL dan HM atas Satuan Rumah dilimpahkan kepada pemegangnya. Untuk
Sususn sebagai hak atas tanah. Pasal 1 memperoleh suatu hak atas tanah di atas
butir 3 UU No.20 Tahun 2000 bahwa hak tanah HPL, maka harus ada penunjukan
atas tanah dan bangunan adalah hak atas dalam suatu perjanjian penggunaan tanah
tanah termasuk Hak Pengelolaan, dari pemegang HPL (Pasal 4 ayat (2)
kemudian Pasal 2 ayat (3) UU No.20 PMNA/Ka BPN No. 9 Tahun 1999).
Tahun 2000 juga menentukan bahwa hak Subjek hukum yang dapat
atas tanah meliputi HM, HGB, HGU, Hak mempunyai HPL lebih lanjut diatur dalam
Pakai , HM Atas Satuan Rumah Sususn, Pasal 67 ayat (1) yaitu:
dan Hak Pengelolaan. 1. Instansi Pemerintah termasuk
Akibat dari pergeseran fungsi ini Pemerintah Daerah;
banyak dijumpai pemahaman yang saling 2. Badan Usaha Milik Negara;
berbeda dan berujung pada sering 3. Badan Usaha Milik Daerah;
terjadinya pemanfaatan HPL yang tidak 4. PT Persero;
sesuai dengan ketentuan hukum yang 5. Badan Otorita;
6. Badan-badan Hukum Pemerintah
berlaku, sehingga sering terjadi sengketa di
lainnya yang ditunjuk Penerintah.
atas tanah HPL. Contoh yang terjadi adalah Syarat Badan Hukum dapat
sebuah Perseroan Terbatas dapat diberikan Hak Pengelolaan (HPL) adalah
mempunyai Hak Pengelolaan dalam jangka sepanjang sesuai dengan tugas pokok dan
waktu yang sangat lama yaitu 75 Tahun fungsinya berkaitan dengan pengelolaan
(HPL PT IPU Semarang yang sekarang tanah (Pasal 67 ayat (2)). Dalam
masih dalam sengketa antara Pemprov perkembangan praktiknya terdapat
Jawa Tengan dengan PT IPU ). Hal ini beberapa jenis HPL, yakni:7
merupakan salah satu akibat dalam 1. HPL Pelabuhan;
memberikan pemahaman terhadap 2. HPL Otorita;
eksistensi HPL sejajar dengan hak atas 3. HPL Perumnas;
tanah yang lain. 4. HPL Pemerintah Daerah;
Setelah keluarnya Peraturan 5. HPL Transmigrasi;
Pemerintah (PP) No. 40 Tahun 1996 6. HPL Instansi Pemerintah;
tentang HGU, HGB dan Hak Pakai Atas 7. HPL Industri/Pertanian/
Tanah, PP ini salah satunya bertujuan Pariwisata/Perkeretaapian.
untuk mengembalikan lagi tentang Dalam perkembangan setelah
pemahaman HPL ke araf fungsi publik. keluarnya UU Pemerintah Daerah UU
Pasal 1 angka 2 PP 40 Tahun 1996 No.22 Tahun 1999 yang diubah dengan
mengatur bahwa Hak Pengelolaan (HPL) UU No.32 Tahun 2004, subjek HPL
adalah hak menguasai negara yang PEMDA tidak terbatas untuk perumahan,
kewenangan pelaksanaannya sebagian tetapi berkembang ke bidang lain meliputi
dilimpahkan kepada pemegang haknya. perdagangan, pelabuhan, pusat

6 Maria SW Soemardjono, op.cit, hlm. 203. 7 Ibid, Hlm. 208.

40
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 1 NO. 1 NOVEMBER 2017

perbelanjaan (Mall). HPL dapat KUH Perdata sebagai landasan asas


dimohonkan atas tanah yang sudah Kebebasan Berkontrak dalam pembuatan
merupakan aset kekayaan PEMDA untuk perjanjian pemanfaat tanah (SPPT). Syarat-
diubah menjadi kegiatan komersial. Hal syarat sahnya perjanjian dalam Pasal 1320
demikian merupakan kebijakan yang KUH Perdata serta Pasal 1339 KUH
diambil oleh Pemerintah maupun Perdata juga menjadi landasan dalam
Pemerintah Daerah agar aset Pemerintah pembuatan SPT. Kesepakatan para pihak,
tidak hilang. Prosedur pemberian HPL kecakapan, objek tertentu dan Causa yang
ketentuan hukumnya diatur dalam halal. Asas kosesualisme, asas itikad baik,
Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala asas kekuatan mengikat dan asas
BPN No.9 Tahun 1999, bahwa HPL hanya Nemoplus Juris. Pasal 1339 KUH Perdata
dapat diberikan di atas tanah Negara. menyebutkan bahwa :”suatu perjanjian
Syarat-syarat permohonan HPL adalah : tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang
Identitas pemohon, keterangan mengenai dengan tegas dinyatakan di dalamnya,
tanah meliputi: status tanah, luas, letak dan tetapi juga segala sesuatu yang menurut
batas (Peta Bidang), pembuktian pemilikan sifat perjanjian, diharuskan oleh kepatutan,
dan/atau Bukti perolehan tanah : Sertipikat, kebiasaan atau undang-undang”.
Penyerahan atau Akta pelepasan tanah Perjanjian SPT yang dilakukan
bekas milik adat atau bukti perolehan antara pemegang HPL dengan pihak ketiga
lainnya. Jenis tanah, Rencana penggunaan setidaknya memuat materi antara lain : 8
tanah dan lain-lain yaitu keterangan 1. Identitas para pihak;
mengenai jumlah bidang, luas dan status 2. Letak, batas-batas dan luas tanah yang
tanah yang dimiliki pemohon, keterangan dimaksud;
lain yang dianggap perlu. 3. Jenis Penggunaan;
4. Jenis hak yang akan diberikan kepada
2. Pemanfaatan Tanah Di Atas Hak pihak ketiga, jangka waktu dan
Pengelolaan (HPL) Problematika keuangannya dan kemungkinan untuk
Hukum dan Solusinya. memperpanjang atau memperbaharui
Dalam rangka pembangunan, hak tersebut;
pemanfaatan serta pengelolaan tanah, maka 5. Jenis bangunan-bangunan yang akan
dimungkinkan untuk dapat memanfaatkan didirikan dan ketentuan-ketentuan status
tanah dengan pemberian hak atas tanah di bangunan setelah berakhirnya hak atas
atas HPL. Untuk mendapatkan hak-hak tanah yang diberikan.
atas tanah di atas Hak Pengelolaan (HPL),
pemegang HPL harus mengadakan Surat Perjanjian Penggunaan Tanah
perjanjian dengan pemohon hak tersebut (SPPT) ini harus dibuat pada saat
untuk memanfaatkan atau menggunakan permohonan pemberian pertama kali HGB
tanah yang dimohon untuk keperluan atas tanah Hak Pengelolaan (HPL).
usahanya. Hak atas tanah yang diberikan di Perjanjian ini lahir karena diperintahkan
atas HPL atau disebut dengan Surat peraturan perundang-undangan dalam
Perjanjian Penggunaan Tanah (SPPT) Hukum Tanah Nasional (PMNA/Ka BPN
yaitu: No.9 Tahun 1999). Perjanjian tersebut
a. Hak Milik (daerah transmigrasi) bukanlah hanya sekedar perikatan lahir
b. Hak Guna Bangunan karena adanya perjanjian/kesepakatn
c. Hak Pakai bersama antara pihak, namun merupakan
Perjanjian yang dibangun antara
pemegang HPL dengan pihak ketiga 8Jaya, “Eksistensi Keberadaan Hak Pengelolaan”,
dilandaskan pada prinsip-prinsip umum Makalah, Seminar Nasional, “Pemanfaatan Tanah Di
hukum perjanjian dalam Buku ke III KUH Atas Hak Pengelolaan Antara Regulasi Dan
Perdata. Pasal 1338 ayat (1) jo Pasal 1319 Implementasi”, Bagian Hukum Keperdataan Fakultas
Hukum UNDIP, 17 Nopember 2017.

41
Pemanfaatan tanah di atas hak pengelolaan Antara Regulasi Dan Implementasi

perikatan yang lahir dan diperintahkan oleh Perpanjangan jangka waktu HGB akan
UUPA beserta peraturan pelaksanaannya, diberikan dalam jangka waktu paling lama
oleh karena itu hubungan hukum antara 20 tahun (Pasal 35 ayat (2) UUPA).
para pihak dan akibat hukumnya juga Perpanjangan hak adalah penambahan
ditentukan/diperintahkan oleh UU. jangka waktu berlakunya sesuatu Hak Atas
Dalam hal ini pemegang/penerima Tanah tanpa mengupah syarat-syarat dalam
HPL dapat menyerahkan penggunaan pemberian hak tersebut, yang
tanah yang merupakan bagian-bagian HPL permohonannya dapat diajukan sebelum
ini dengan HGB atau Hak Pakai jangka waktu berlakunya hak atas tanah
berdasarkan SKPT yang telah memperoleh yang bersangkutan berakhir (Pasal 1 angka
persetujuan Kepala BPN RI, yang di 9 PMNA/Ka BPN 9 Tahun 1999). Pasal 27
dalamnya tidak boleh mengandung unsur- PP 40 Tahun 1996 jo Pasal 41 PMNA/Ka
unsur yang merugikan para pihak BPN No.9 Tahun 1999 pada intinya
(Peraturan Ka BPN RI No.3 Tahun 2012 ). mengatur tentang permohonan
HGB adalah salah satu hak atas perpanjangan HGB agar diajukan
tanah yang diatur dalam Pasal 16 ayat (1) selambat-lambatnya atau dalam tenggang
UUPA, yang dapat diberikan di atas tanah waktu 2 (dua) tahun sebelum berakhir
HPL. Pasal 35 UUPA menentukan bahwa haknya dengan maksud agar memberikan
:”Hak Guna Bangunan adalah hak untuk ruang dan waktu yang cukup bagi Kepala
mendirikan dan mempunyai bangunan- BPN atau pejabat yang berwenang sesuai
bangunan atas tanah yang bukan miliknya PMNA/Ka BPN No,3 Tahun 1999 untuk
sendiri”. Dalam pemberian HGB atas tanah memproses Surat Keputusan Pemberian
HPL harus didasarkan dengan SKPT Perpanjangan jangka waktu dari hak yang
seperti yang diatur dalam Pasal 22 ayat (2) bersangkutan, dalam hal dimaksud telah
PP 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna dijelaskan dalam Surat Kepala Badan
Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pertanahan Nasional Nomor: 500-049
Pakai Atas Tanah menyebutkan ;” Hak tanggal 6 Januari 2005.
Guna Bangunan atas tanah Hak Perpanjangan jangka waktu hak
Pengelolaan diberikan dengan keputusan dalam hal ini tidak menghentikan
pemberian hak oleh Menteri atau pejabat berlakunya hak yang bersangkutan,
yang ditunjuk berdasarkan usul pemegang melainkan hak itu berlangsung
Hak Pengelolaan”. Dalam pelaksanaannya menyambung pada jangka waktu semula
dapat memberikan kewenangan kepada (Pasal 25 PP 40 Tahun 1996).
Kepala Kantor Pertanahan setempat Sebagaimana juga dijelaskan dalam
sebagai Pejabat yang ditunjuk berdasarkan penjelasan Pasal 47 PP 24 Tahun 1997
Peraturan Kepala BPN RI Tahun 1 Tahun bahwa perpanjangan jangka waktu hak
2011 jo Peraturan Kepala BPN RI No.3 tidak mengakibatkan hak tersebut hapus
Tahun 2012. atau putus, oleh karena itu untuk
Terjadinya HGB atas tanah HPL pendaftarannya tidak dibuatkan buku tanah
adalah sejak didaftarkan oleh Kantor dan sertipikat baru.
Pertanahan dan dikeluarkan dokumen Terkait dengan perpanjangan HGB
tanda bukti haknya, ketentuan tersebut di atas tanah HPL sebagaimana diatur
diatur dalam Pasal 23 ayat (2) PP 40 Tahun dalam Pasal 26 ayat (2) PP 40 Tahun 1996,
1996, PMNA/Ka bPN No.9 Tahun 1999 bahwa Hak Guna Bangunan di atas tanah
dan selanjutnya diatur dalam Pasal 9 ayat 1 Hak Pengelolaan diperpanjang atas
(b) PP 24 Tahun 1997 jo PMNA/Ka BPN permohonan Hak Guna Bangunan setelah
N0.3 Tahun 1997 tentang Pendaftaran mendapatkan persetujuan pemegang Hak
Tanah. Pengelolaan. Apabila pemegang HPL
HGB apabila sudah berakhir masa belum memberikan persetujuan untuk
berlakunya dapat diperpanjang kembali. perpanjangan HGB-nya berupa surat

42
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 1 NO. 1 NOVEMBER 2017

rekomendasi/surat persetujuan, maka tersebut tidak mengetahui bahwa HGB


Kantor Pertanahan setempat belum dapat yang dimilikinya tersebut diberikan di atas
mendaftarkan permohonan perpanjangan tanah HPL milik Pemerintah Kabupaten
HGB-nya. Magelang. Pihak ex pemegang HGB
berdalih bahwa HGB tersebut berasal dari
Berkaitan dengan pembaharuan jual beli antara dia dengan PT Merbabu
HGB atas tanah HPL, terdapat ketentuan pemegang HGB induk, dan pihak PT
dalam Pasal 25 ayat (2) PP 40 Tahun 1996 Merbabu tidak secara transparan
menyebutkan “sesudah jangka waktu HGB mengkomunikasikan bahwa HGB yang
dan perpanjangan sebagaimana dimaksud mereka bangun tersebut berdiri di atas
dalam ayat (1) berakhir, kepada bekas tanah HPL atas nama Pemkab Magelang.
pemegang hak dapat diberikan PT Merbabu membangunan pusat
pembaharuan HGB di atas tanah yang pertokoan Plaza Muntilan atas dasar
sama”. Dalam kaitan hal ini bahwa apabila perjanjian kerjasama antara PT dengan
pihak Pemerintah Kabupaten Magelang.
pemberian hak pertamakali (20 Tahun atau
Terhadap kasus di atas sebetulnya
30 tahun ) sudah berakhir dan juga
sudah diupayakan dilakukan penyelesaian
perpanjangan haknya selama 20 tahun juga
melalui mediasi dengan menawarkan
berakhir maka pemegang HGB di atas
pembaharuan hak ditambah uang sewa
HPL apabila masih memenuhi syarat-
sejumlah harga tertentu yang diajukan oleh
syarat dapat diberikan prioritas (hak
pihak pemegang HPL dalam hal ini
diutamakan) untuk memperbaharui haknya
Pemkab Magelang. Dalam menentukan
setelah mendapatkan persetujuan dari
harga sewa Pemkab membentuk Tim
pemegang HPL.
Penilai Harga pemanfaatan Atas Barang
Latar belakang munculnya sengketa
Milik Pemerintah Kabupaten Magelang
sampai perkara tentang pemanfaatan Tanah
Tahun 2014, namun tetap tidak mencapai
di atas Tanah HPL karena adanya
sepakat dengan para pemegang eks HGB
pemanfaatan aset yang dikelola untuk
yang mengajukan mengikuti harga NJOP.
dilakukan pembangunan. Untuk tetap
Masih banyak terdapat sengketa
memelihara tanah aset maka pembangunan
dan perkara tentang HGB di atas HPL yang
di atas tanah aset dengan melakukan
sampai ke Pengadilan, hal ini disebabkan
perjanjian pada pihak ketiga.
Salah satu contoh permasalahn yang pertama karena ketidak transparan
hukum yang terjadi dalam praktek tentang dari pihak pengembang dalam menjual
pemanfaatan tanah di atas HPL bahkan bangunannya yang sebenarnya adalah atas
menjadi kasus di pengadilan yaitu HGB di kerjasama antara pengembang dengan
atas Plaza Muntilan Kabupaten Magelang. pihak pemegang hak dalam hal ini HPL.
Plaza Muntilan yang berlokasi di jl. Dan permasalahn hukum yang kedua
Pemuda Muntilan, merupakan komplek adalah faktor ketidak sepakatan dengan
bangunan pertokoan yang dibangun diatas harga sewa baru setelah habis masa hak
sebidang tanah seluas 6.540m2, yang atas tanahnya yang dianggap terlalu mahal
terdiri dari 4 (empat) blok bangunan
pertokoan dan sarana perlengkapannya. atau di atas NJOP.
Kasus ini muncul bermula dari pemegang Contoh lain adalah sengketa tanah
HGB atas tanah Plaza Muntilan tersebut HPL atas nama Pemprov Jawa Tengah.
akan memperpanjang haknya yang sudah Dalam rangka pemangaman aset Pemprov
habis jangka waktu haknya. Pihak ex Jateng menerbitkan surat kepada Kepala
pemegang HGB yang berakhir sejak tahun Kantor Pertanahan yang intinya, agar
2012 tersebut sudah mengajukan dalam setiap perbuatan hukum yang
permohonan perpanjangan HGB sejak dilakukan terhadap HPL dan hak-hak atas
tahun 2010 ternyata tidak diproses oleh tanah lainnya yang berada di atas tanah
Kantor Pertanahan Kabupaten Magelang
karena tidak dilengkapi dengan surat HPL Pemprov Jateng harus dengan
rekomendasi dar Pemerintah Kabupaten persetujuan Pemprov Jateng selaku
Magelang. Pihak ex pemegang HGB pemegang HPL. Hal ini adalah dalam

43
Pemanfaatan tanah di atas hak pengelolaan Antara Regulasi Dan Implementasi

rangka pengamanan aset terkait dengan sebagai hak khusus bagian Tanah yang
audit BPK yang intinya menyatakan HPL langsung dikuasai oleh Negara yang
Pemprov Jawa Tengah dicatat sebagai aset pemegangnya mempunyai kewenangan
dalam Daftar Inventaris Barang (Contoh untuk mempergunakan tanahnya dan
Kasus antara Pemprov Jateng dengan PT memberikan kepada pihak lain dengan
IPU).9 suatu perjanjian yang ditentukan dalam
Peralihan HGB di atas tanah HPL peraturan - perundangan. Dapat
haruspersetujuansecaratertulisolehpemegan dikatakan bahwa keberadaan tanah
g HPL.HGBdi atastanah HPL HPL dalam Hukum Tanah nasional
hapusmakatanahkembalidalampenguasaan mempunyai fungsi sebagai
pemegang HPL. kewenangan publik, sehingga HPL
Apabila dilihat dari filosofi bukan merupakan jenis hak atas tanah
dibangunnya lembaga Hak Pengelolaan sebagaimana diatur dalam Pasal 16
(HPL), maka UUPA menegaskan bahwa UUPA.
HPL bukanlah merupakan jenis hak atas 2. Pemanfaatan Tanah Di Atas Hak
tanah sebagaimana HM, HGU, HGB dan
Pengelolaan (HPL) diperbolehkan oleh
HP yang diatur dalam Pasal 16 UUPA.
Ditegaskan dalam berbagai peraturan peraturan perundangan melalui Surat
perundangan pertanahan bahwa HPL Perjanjian Penggunaan Tanah (SKPT)
adalah sebagian dari Hak Menguasai yang memenuhi asas kebebasan
Negara yang kewenangan pelaksanaan berkontrak dalam KUH Perdata. Diatas
dilimpahkan kepada pemegang HPL. Di tanah HPL berdasarkan SKPT tersebut
atas HPL dapat dimanfaatkan untuk dapat diberikan dengan HGB atau Hak
pembangunan oleh pihak lain dengan Pakai dengan jangka waktu sesuai
memberikan hak atas tanah dengan status jangka waktu hak tersebut.
HGB atau HP kepada pihak ketiga melalui
Perpanjangan dan pembebanan dari
Surat Perjanjian Penggunaan Tanah
(SPPT). hak atas tanah di atas HPL harus
Menyelesaiakan problem hukum mendapatkan rekomendasi terlebih
tentang HPL tentunya harus segera dahulu dari pemegang HPL. Jika hak
melengkapi peraturan perundang-undangan atas tanah di atas HPL selesai jangka
tentang HPL dengan persepsi sesuai asas waktu berlakunya maka tanah kembali
dalam UUPA mendudukkan kembali pada penguasaan pemegang HPL
fungsi lembaga HPL pada fungsi semula dengan status tanah HPL.
sebagai kewenangan publik.
C. REKOMENDASI
B. KESIMPULAN Rekomendasi yang dapat diberikan
Berdasarkan uraian dengan dari hasil kajian ini adalah, sebagai akibat
pendekatan analisis secara doktrinal dapat adanya pengembangan sistem
diperoleh kesimpulan : pemerintahan daerah yang otonom, banyak
1. Eksistensi Hak Pengelolaan dalam asset kekayaan daerah dapat dipergunakan
Hukum Tanah Nasional tidak diatur untuk kegiatan komersial dengan tetap
secara tegas dalam pasal-pasal UUPA mempertahankan asset agar tidak hilang,
namun hanya tersirat dalam Penjelasan yang dalam prakteknya banyak muncul
Umum UUPA, yang kemudian sengketa-sengketa asset HPL yang
ketentuan lebih lanjut dalam Peraturan digunakan oleh pihak ketiga. Untuk itu
Menteri Agraria/Kepala BPN No 9 perlu segera dibentuk peraturan
Tahun 1999. HPL dapat dikatakan perundang-undangan tentang Hak
9
Pengelolaan yang mendudukan kembali
“Hak Pengelolaan Dalam Penyelenggaraan Pemerintah
Daerah Provinsi Jawa tengah”, Biro Hukum Sekretariat
fungsi HPL sesuai ruh yang ada dalam
Daerah Provinsi Jawa Tengah, Makalah Seminar UUPA.
Nasional, Fakultas Hukum Bagian Hukum Keperdataan,
Semarang 17 Nopember 2016.

44
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 1 NO. 1 NOVEMBER 2017

DAFTAR PUSTAKA

Ali Nugroho, Dahlan, 2017. Sengketa Parlindungan, AP. 1989. Hak Pengelolaan
Tanah Hak Guna Bangunan Di Menurut Sistem UUPA, (Undsng-
Atas Hak Penglolaan Plaza Undang Pokok Agraria),
Muntilan Di Kabupaten Magelang Bandung: CV Mandar Maju
(Studi Kasus Putusan No.20?
Pdt.G/2015/PN.Mkd) Sitorus, Oloan dan HM Zaki Sierrad. 2006.
Hukum Agraria di Indonesia,
Bahan Kuliah online Dasar-Dasar Ilmu Konsep Dasar Dan
Tanah, Fakultas Pertanian, Implementasinya, Yogyakarta:
Universitas Sriwijaya, oleh Mitra Kebijakan Tanah Indonesia
Dr.Ir.Abdul Madjid,MS,
blog.spot.co.id/ 2008/02/definisi- Silviana, Ana, “Hak Pengelolaan (HPL)
tanah-dan-profil-tanah-html, Dalam Sistem Hukum Tanah
diunduh 7 Desember 2016, jam Nasional”, Makalah Seminar
21.00 WIB. Nasional, “Pemanfaatan Tanah Di
Atas Hak Pengelolaan Antara
Harsono, Boedi. 2005. Sejarah Regulasi Dan Implementasi”,
Pembentukan Undang-Undang Bagian Hukum Keperdataan
Pokok Agraria, Isi dan Fakultas Hukum UNDIP, 17
Pelaksanaannya, Jakarta: Nopember 2017.
Djambatan.
Sumardjono, Maria SW. 2003.Tanah
“Hak Pengelolaan Dalam Penyelenggaraan Dalam Perspektif Hak Ekonomi,
Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Sosial Dan Budaya, Jakarta:
tengah”, Biro Hukum Sekretariat Kompas.
Daerah Provinsi Jawa Tengah,
Makalah Seminar Nasional, Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang
Fakultas Hukum Bagian Hukum Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Keperdataan, Semarang 17 Agraria
Nopember 2016.
Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala
Jaya, “Eksistensi Keberadaan Hak Badan Pertanahan Nsional No. 9
Pengelolaan”, Makalah, Seminar Tahun 1999 tentang Tata Cara
Nasional, “Pemanfaatan Tanah Di Pemberian dan Pembatalan Hak
Atas Hak Pengelolaan Antara Atas Tanah Negara dan Hak
Regulasi Dan Implementasi”, Pengelolaan.
Bagian Hukum Keperdataan
Fakultas Hukum UNDIP, 17 Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996
Nopember 2017. tentang Hak Guna Usaha, Hak
Guna Bangunan dan Hak Pakai
Atas Tanah.

45

Anda mungkin juga menyukai