12
Shanti Dwi Kartika, “Politik Undang-undang No. 11 Tahun
Hukum Undang-undang Cipta Kerja”.
2020 tentang Cipta Kerja pada
prinsipnya mempunyai dasar
Jurnal Info Singkat. Vol. XII No. 20
konstitusional yang bertujuan untuk
(2020). 4.
13
memajukan kesejahteraan umum
Jazim Hamidi, “Paradigma sebagaimana diamanatkan dalam
Baru Pembentukan dan Analisis Pembukaan UUD Tahun 1945. Selain
Peraturan Daerah (Studi atas Perda itu, Undang-undang Cipta Kerja juga
Pelayanan Publik dan Perda didasarkan pada ketentuan Pasal 27
Keterbukaan Informasi Publik)”, Jurnal
ayat (2) UUD Tahun 1945, berkaitan
dengan hak asasi atas pekerjaan dan
Hukum, Vol. 18 No. 3 (2011). 346.
penghidupan yang layak bagi pengurusan perizinan berusaha di
kemanusiaan. Untuk mewujudkan Indonesia menjadi sangat rumit karena
kepentingan sebagaimana dipicu oleh tumpang tindih peraturan
diamanatkan oleh konstitusi tersebut, antara peraturan pusat dan peraturan
maka pemerintah wajib memenuhi hak pelaksana di tingkat daerah. Hal ini
atas pekerjaan warga negaranya, yang yang kemudian berdampak pada
salah satunya adalah dengan terhambatnya investasi di Indonesia
membentuk peraturan perundang- karena masih tingginya superioritas
undangan yang mampu membuka kewenangan pejabat pemberi izin dan
ruang secara luas dan terbuka bagi ego sektoral masing-masing
penciptaan lapangan kerja sehingga kementerian/ lembaga/ daerah. Kedua,
hak setiap warga negara untuk dapat adanya disharmoni materi regulasi
mendapatkan pekerjaan yang layak (bertentangan antara satu dan yang
dapat dipenuhi oleh negara. lain). Seringkali terdapat perbedaan
Berbagai upaya menciptakan pengaturan antara pemerintah daerah
lapangan kerja selama ini terus dan pemerintah pusat dalam
dilakukan, salah satunya dengan menentukan persyaratan yang harus
mendorong peningkatan investasi yang dipenuhi untuk mendapatkan izin
masih berada pada kondisi rendah. Hal kegiatan berusaha. Hal ini
ini dapat dilihat dari investasi dunia menyebabkan adanya benturan
terhadap Indonesia sebelum persyaratan izin dan kesulitan bagi
dikeluarkannya undang-undang ini para calon pelaku usaha di Indonesia.
yang masih berada pada posisi rendah Ketiga, prosedur perizinan usaha yang
(1,97 persen) dari rata-rata per tahun berbelit-belit. Mekanisme kerja
(2012-2016) sebesar USD 1.417,8 pelayanan izin usaha di Indonesia
miliar serta capaian target rasio dinilai memakan waktu lama, tidak
investasi sebesar 32,7 persen (2012- transparan, kurang informatif, sarana
2016) yaitu di bawah target Rencana dan prasarana pelayanan yang terbatas
Pembangunan Jangka Menengah sehingga membutuhkan biaya yang
Nasional (RPJMN) sebesar 38,9 tinggi.15 Hal inilah yang juga menjadi
persen pada tahun 2019.14 Kondisi isu sekaligus latar belakang utama
rendahnya pasar investasi di Indonesia mengapa Undang-undang Cipta Kerja
disebabkan karena sejumlah faktor, dibuat oleh pemerintah. Alasan ini
yaitu: pertama, adanya tumpang tindih sebenarnya dapat dilihat dalam
peraturan yang ada membuat penjelasan umum Undang-undang No.
11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
14
Pradany Hayyu, “Sinyal Baik
15
dalam Kemudahan Berusaha”, Jurnal Naskah Akademik Rancangan
Media Keuangan, Vol. XIII No. 128 Undang-undang No. 11 Tahun 2020
(2018). 17. tentang Cipta Kerja, 112.
yang menjelaskan bahwa salah satu kemudahan berusaha (Ease of Doing
alasan mengapa Undang-undang Cipta Business/EoDB) untuk mengetahui
Kerja harus dibentuk adalah karena respon pelaku usaha terhadap antara
persoalan yang terkait jumlah lain perizinan, peraturan perundang-
angkatan kerja yang tidak bekerja undangan, pelayanan pemerintah,
masih cukup tinggi, yaitu 45,84 juta akses terhadap keuangan, dan
orang, sementara penduduk bekerja kepastian hukum. Masukan dari dunia
informal sebanyak 70,48 juta orang, usaha digunakan pemerintah untuk
serta masih adanya kebutuhan terkait melakukan pembenahan agar dapat
dengan kenaikan upah. Latar belakang meningkatkan pelayanan kepada
itulah, menjadi alasan untuk masyarakat dan pelaku usaha,
menciptakan dan memperluas sehingga ke depan akan memudahkan
kesempatan kerja melalui peningkatan masyarakat dan pelaku usaha untuk
investasi.16 melakukan usaha di Indonesia.
Persoalan-persoalan yang Pemerintah juga didorong untuk
menjadi latar belakang dibentuknya merancang kebijakan yang lebih
undang-undang ini sebenarnya telah efisien, mudah diakses oleh semua
disinggung dalam kajian pendahuluan pihak, dan dapat dilaksanakan dengan
naskah akademik Undang-undang mudah. Kedua, persoalan perlambatan
Cipta Kerja yang melakukan pertumbuhan ekonomi. Perlambatan
identifikasi terhadap berbagai masalah Pertumbuhan Ekonomi Negara Asia
yang dihadapi oleh kondisi South East Nation ASEAN) dan Non-
perekonomian Indonesia, meliputi: ASEAN Tahun 2010 sampai dengan
Pertama, persoalan daya saing rendah. 2018, menunjukkan posisi
Berdasarkan sejumlah kajian dan perlambatan pertumbuhan ekonomi
pemeringkatan dunia seperti S & P Indonesia. Ketiga, persoalan
Global Ratings, Fitch Ratings, dan pertumbuhan ekonomi antar daerah
Moody’s yang membandingkan kurang merata. Pertumbuhan ekonomi
kemudahan berusaha dan daya saing dan penciptaan lapangan kerja ibarat
Indonesia dengan negara lain di dunia, dua sisi mata uang yang tidak dapat
menunjukkan bahwa Indonesia masih dipisahkan. Keduanya memiliki
relatif tertinggal dibandingkan dengan hubungan yang saling mempengaruhi
beberapa negara tetangga, khususnya (reciprocal). Dalam rangka
Singapura, Malaysia, dan Thailand. mengakselerasi hubungan tersebut,
Pemerintah mengadopsi indeks diperlukan kebijakan stabilitas makro
ekonomi yang diterapkan oleh
16
Shanti Dwi Kartika, “Politik pemerintah untuk mendorong
Hukum Undang-undang Cipta Kerja”. pertumbuhan ekonomi. Stabilitas
Jurnal Info Singkat. Vol. XII No. 20
makro ekonomi adalah prasyarat
penting untuk memastikan penciptaan
(2020). 4.
lapangan kerja dan penghasilan Latar belakang lainnya terkait
termasuk upah minimum bagi tenaga dengan pembentukan Undang-undang
kerja di Indonesia. Salah satu yang Cipta Kerja berkenaan dengan isu
penting dilakukan oleh pemerintah seputar tumpang tindih dari banyaknya
adalah membuat kebijakan baru yang peraturan perundang-undangan yang
mendorong investasi.17 perlu untuk disederhanakan dalam hal
Kemudian selain itu, latar ekonomi dan investasi. Berkenaan
belakang dibentuknya Undang-undang dengan hal ini, maka penting untuk
Cipta Kerja juga disebabkan karena memahami bahwa dalam proses
adanya sejumlah kerumitan untuk pembentukan suatu peraturan
berinvestasi di Indonesia. Kerumitan perundang-undangan maka kesadaran
tersebut sebenarnya muncul dalam bahwa hukum itu adalah suatu sistem
beberapa hal yaitu perijinan, dapat diwujudkan dengan melakukan
perpajakan, pengadaan tanah, dan harmonisasi dan sinkronisasi terlebih
aspek lainnya yang terkait dengan dahulu. Istilah harmonisasi lebih
investasi. Inilah yang kemudian menekankan pada keberadaan
menjadi hambatan yang seringkali indikator-indikator dan karateristik
dialami dalam menghadirkan iklim yang sama dalam suatu peraturan,
investasi yang mendukung bagi sedang sinkronisasi lebih
pembangunan ekonomi Indonesia. mementingkan unsur penyelarasan
Karena itu kehadiran Undang-undang bahwa suatu peraturan tidak boleh
Cipta Kerja diharapkan dapat bertentangan dengan peraturan yang
memudahkan investor untuk lain. Karena itu persoalan terkait
berinvestasi. Hal ini juga diperkuat adanya disharmoni yang
dengan sejumlah manfaat dari iklim mengakibatkan adanya tumpeng tindih
investasi yang mendukung bagi antar peraturan perundang-undangan,
perkembangan suatu negara, meliputi: dipicu oleh berbagai hal yang melatar-
(1) mendapatkan modal baru untuk belakanginya. Di antara beberapa
membantu pemerintah membangun penyebab terjadinya disharmoni atau
infrastruktur, (2) membuka lapangan benturan daripada peraturan
kerja, (3) kemajuan bidang tertentu, (4) perundang-undangan, adalah sebagai
meningkatkan pemasukan negara, dan berikut: (a) Adanya pergantian rezim
(5) perlindungan negara.18 pemerintahan sehingga penyusunan
peraturan perundang-undangan lebih
sering berubah dan tidak berkelanjutan;
17
Naskah Akademik Rancangan (b) Belum ada standar baku, cara dan
Undang-undang No. 11 Tahun 2020 metodologi penyusunan peraturan
tentang Cipta Kerja, 32.
18
Adhi Setyo Prabowo, dkk. Indonesia”. Jurnal Pamator. Vol. 13 No.
“Politik Hukum Omnibus Law di 1 (2020). 2.
perundang-undangan. Masing-masing yang baik sehingga tidak
instansi memiliki keinginan dan menimbulkan permasalahan hukum
egosentris lebih mengutamakan yang baru.20
kepentingan instansinya; (c) Kemudian dalam hal merespon
Pembentuk peraturan perundang- permasalahan terkait adanya tumpang
undangan yang kurang menguasai tindih dan disharmoni mengenai
permasalahan akibat seringkali terjadi urusan ekonomi dan investasi,
pergantian antara pejabat; (d) Masih pemerintah telah memetakan berbagai
kurangnya akses masyarakat untuk undang-undang yang berpotensi
turut serta dalam penyusunan menghambat ekonomi dan investasi.
rancangan peraturan perundang- Dari banyaknya undang-undang yang
undangan; dan (e) Kurangnya berpotensi menghambat ekonomi dan
koordinasi antara instansi terkait.19 investasi tersebut, masalahnya, apakah
Upaya mewujudkan jumlah regulasi yang menjadi masalah
harmonisasi peraturan perundang- atau memang ada hal lain, seperti
undangan yang mengalami banyak regulasi yang disharmoni yang
benturan, sebenarnya terdapat sejatinya menjadi masalah. Bila
beberapa langkah-langkah yang bisa regulasi yang banyak menjadi masalah,
dijadikan alternatif pemecahannya, di maka penyederhanaan regulasi melalui
antaranya: (1) Perlunya melakukan konsep Omnibus Law tentu adalah
identifikasi dan analisis masalah langkah yang tepat. Sebab Omnibus
dishamoni hukum serta mencari Law adalah undang-undang yang
penyebab/akar masalahnya; (2) menitikberatkan pada penyederhanaan
Melakukan upaya penemuan hukum jumlah regulasi karena sifatnya yang
melalui metode hukum melalui merevisi dan mencabut banyak
interpretasi hukum untuk membangun undang-undang sekaligus.21 Undang-
konstruksi hukum; (3) Melakukan undang yang diuat melalui Omnibus
penalaran hukum terhadap hasil Law ini juga dapat berfungsi sebagai
interpretasi dan konstruksi hukum payung hukum, yang dapat
yang telah dibangun agar memenuhi
unsur logika; (4) Menyusun 20
Kusnu Goesniadhie,
argumentasi hukum yang rasional,
Harmonisasi Sistem Hukum:
terstruktur, terukur dan jelas diiringi
Mewujudkan Tata Pemerintahan Yang
dengan pemahamam sistem hukum
Baik, (Malang: Nasa Media, 2010). 11.
19 21
Firman Freaddy Busroh, Osgar Sahim Matompo dan
“Konseptualisasi Omnibus Law dalam Wafda Vivid Izziyana, “Konsep Omnibus
Menyelesaikan Permasalahan Regulasi Law dan Permasalahan RUU Cipta
Pertanahan”. Jurnal Arena Hukum, Vol. Kerja”. Jurnal Rechstaat Nieuw, Vol. 5
10 No 2 (2017). 232-240. No. 1 (2020). 23.
menggantikan beberapa atau banyak khawatir adanya regulasi yang
aturan sebelumnya, baik untuk tumpang tindih dan mengakibatkan
sebagian maupun secara kerugian kepada investor itu sendiri.25
keseluruhan.22
Meskipun penggunaan Omnibus Law
Omnibus law dapat dijadikan sendiri dalam tradisi negara yang
langkah untuk menerbitkan satu menganut sistem hukum Civil Law
undang-undang yang bisa belum pernah terdengar, mengingat
memperbaiki sekian banyak undang- negara dengan sistem hukum Civil
undang yang selama ini dianggap Law lebih banyak mengendepankan
tumpang tindih dan menghambat kodifikasi dalam mengatasi tumpeng
proses kemudahan usaha sehingga tindih berbagai peraturan yang ada.26
permasalahan tersebut dapat diatasi.23 Terlepas dari berbagai
Selain itu juga suatu undang-undang perdebatan terkait dengan kedudukan
yang dihasilkan melalui Omibus Law undang-undang yang dibentuk melalui
dapat dijadikan sebagai undang- metode Omnibus Law, harus dipahami
undang yang mengatur berbagai bahwa penerapan Omnibus Law pada
macam substansi dan subjek untuk Undang-undang Cipta Kerja memiliki
langkah penyederhanaan dari berbagai sejumlah implikasi sebagai berikut: (1)
undang-undang yang masih berlaku.24 Undang-Undang existing masih tetap
Karena itu Undang-undang Cipta berlaku, kecuali sebagian pasal (materi
Kerja yang dibentuk melalui Omibus hukum) yang telah diganti atau
Law, memberikan ruang kepada dinyatakan tidak berlaku; (2) Undang-
investor untuk melihat regulasi yang Undang existing tidak diberlakukan
telah disempurnakan tanpa perlu lagi, apabila pasal (materi hukum)
yang diganti atau dinyatakan tidak
22
Dini Safitri, “Omnibus Law RUU
Cipta Lapangan Kerja dalam Perspektif
Komunikasi Pembangunan Partisipatif”,
Jurnal Dialog Kebijakan Publik, Edisi 32 25
Fajar Kurniawan dan
(2020). 40-41. Dewanto,“Problematika Pembentukan RUU
23
Antoni Putra, “Penerapan Cipta Kerja dengan Konsep Omnibus Law
Omnibus Law dalam Upaya Reformasi pada Klaster Ketenagakerjaan Pasal 89
Regulasi”, Jurnal Legislasi Indonesia, Angka 45 tentang Pemberian Pesangon
Vol. 17 No. 1 (2020). 4-5. Kepada Pekerja yang di PHK”. Jurnal
24
Bayu Dwi Anggono, “Omnibus Panorama Hukum, Vol. 5 No. 1 (2020).
Law sebagai Teknik Pembentukan 64.
26
Undang-undang: Peluang Adopsi dan Adhi Setyo Prabowo, dkk.
Tantangan dalam Sistem Perundang- “Politik Hukum Omnibus Law di
undangan Indonesia”, Jurnal Indonesia”. Jurnal Pamator. Vol. 13 No.
Rechtsvinding, Vol. 9 No. 1, (2020). 22. 1 (2020). 4.
berlaku merupakan inti/ruh dari masalah tersebut sehingga
undang-undang tersebut.27 pertumbuhan ekonomi dapat
Berdasarkan uraian meningkat melalui penguatan daya
sebagaimana telah dikemukakan di saing Indonesia dalam pertumbuhan
atas, maka dalam sub pembahasan ini ekonomio global dan membuka ruang
dapat disimpulkan bahwa latar investasi secara luas dan terbuka
belakang dibentuknya Undang-undang dengan menyederhanakan berbagai
No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta peraturan-peraturan yang tumpang
Kerja adalah terkait dengan langkah tindih terutama terkait perizinan
kebijakan strategis negara dalam sehingga iklim investasi dapat berjalan
merespon isu kebutuhan penciptaan secara baik dan pada akhirnya mampu
lapangan kerja yang lebih luas dan menciptakan lapangan pekerjaan dan
meningkatkan daya saing Indonesia mendorong perkembangan kemajuan
dalam pertumbuhan ekonomio global. pembangunan ekonomi nasional.
Selain itu pembentukan Undang-
undang Cipta Kerja ini juga dilatar Implikasi Politik Hukum
belakangi oleh adanya kerumitan Pembentukan Undang-undang
terkait dengan masalah investasi yang Cipta Kerja terhadap Perlindungan
disebabkan karena adanya tumpang Hak-hak Pekerja di Indonesia
tindih berbagai regulasi yang perlu Pembentukan Undang-undang
disederhanakan. Kondisi juga No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta
dipertegas adanya disharmoni berbagai Kerja sesuai dengan tujuannya
regulasi-regulasi yang menimbulkan diharapkan dapat mengakselerasi
tumpang tindih peraturan peraturan pemulihan ekonomi mulai tahun 2021
perundang-undangan yang dinilai dan mampu merampingkan hyper
berpotensi menghambat penegakan regulation yang menjadi hambatan
hukum terutama di bidang pertumbuhan investasi Indonesia
pembangunan ekonomi nasional. Oleh selama ini sehingga dapat mendorong
karena itu pemerintah memandang masuknya investasi, baik dalam
perlu untuk membuat suatu instrumen maupun luar negeri yang dapat
hukum dalam mengatasi berbagai menciptakan usaha dan lapangan
pekerjaan baru.28 Karena itu
27
pembentukan Undang-undang Cipta
Dhaniswara K. Harjono,
Kerja berkenaan dengan dalil
“Konsep Omnibus Law Ditinjau Dari
28
Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 Sony Hendra Permana,
tentang Pembentukan Peraturan “Proyeksi Dampak Omnibus Law
Perundang-undangan”, Jurnal Hukum: Undang-undang Cipta Kerja terhadap
Hukum Untuk Mengatur dan Melindungi Ekonomi Indonesia”, Jurnal Info Singkat.
Masyarakat, Vol. 6 No. 2, (2020). 98-99. Vol. XII, No.19 (Oktober 2020). 19.
kebutuhan Indonesia atas investasi dari berbagai rumusan atau materi
dalam pembangunan nasional dan hukum yang terdapat dalam sejumlah
sektor ketenagakerjaan dianggap pasal pada Undang-undang Cipta
merupakan faktor dominan Kerja yang dinilai banyak merugikan
penghambat masuknya investasi ke warga negara terutama para pekerja
Indonesia.29 terutama terkait dengan perlindungan
Sebagai sebuah peraturan atas hak-hak para pekerja. Hal ini
hukum yang tengah diberlakukan oleh terlihat dari usaha pemerintah dalam
pemerintah, Undang-undang No. 11 mewujudkan tujuan-tujuan tersebut
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja secara melalui berbagai cara yang dinilai
yuridis memiliki dampak terutama tidak berpihak pada kepentingan
terhadap hak-hak para pekerja. Hal ini masyarakat, seperti dengan cara-cara
dapat diungkap melalui sejumlah menekan upah minimum, membuat
materi hukum di dalam berbagai pasal kebijakan-kebijakan yang
yang dirumuskan dalam undang- menguntungkan Penanam Modal
undang ini yang dinilai banyak Asing, dan menghilangkan
merugikan pihak pekerja. Dalam hal perlindungan kepada pekerja. Hal ini
ini perlu dipahami kembali bahwa secara mendasar memang patut diakui
pembentukan Undang-undang No. 11 sangat bertentangan dengan konstitusi
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja negara republik Indonesia.
bertolak dari paradigma pemerintah Masalah-masalah pada aspek
dalam menciptakan social dumping, materi hukum yang dirumuskan dalam
yaitu membuat aturan untuk menarik sejumlah pasal yang terdapat di dalam
investasi asing ke Indonesia, membuka Pasal 59 ayat (4) Undang-undang No.
lapangan pekerjaan, menyedehanakan 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, di
izin investasi dimana semua itu antaranya:
diorientasikan untuk mendorong “Ketentuan lebih lanjut
pembangunan ekonomi nasional dalam mengenai jenis dan sifat atau
rangka menghadapi persaingan kegiatan pekerjaan, jangka
waktu, dan batas waktu
ekonomi global. Namun demikian
perpanjangan perjanjian kerja
perlu juga untuk diperhatikan bahwa waktu tertentu diatur dalam
dibalik tujuan-tujuan tersebut terdapat Peraturan Pemerintah”.
sejumlah persoalan yang ditimbulkan Ketentuan di dalam rumusan
29
Pasal 59 ayat (4) telah menghapuskan
Mohammad Fandrian ketentuan yang telah diatur dalam
Adhistianto, “Politik Hukum Undang-undang No. 13 Tahun 2003
Pembentukan Rancangan Undang- tentang Ketenagakerjaan Pasal 59 ayat
undang Cipta Kerja (Studi Klaster (4) yang menyatakan bahwa:
Ketenagakerjaan)”, Journal of Law, Vol.
“Perjanjian kerja waktu
tertentu yang didasarkan atas
3 No. 1, (Agustus 2020). 5-6.
jangka waktu tertentu dapat undang Cipta Kerja ini telah
diadakan untuk paling lama 2 memangkas satu hari waktu istirahat
(dua) tahun dan hanya boleh bagi pekerja dalam satu minggu. Hal
diperpanjang 1 (satu) kali
ini juga dinilai cukup merugikan para
untuk jangka waktu paling
lama 1 (satu) tahun”. pekerja.
Rumusan lainnya yang juga
Penghapusan sekaligus dinilai merugikan hak-hak pekerja
perubahan pasal tersebut sebagaimana adalah adanya ketentuan di dalam
terdapat dalam ketentuan Pasal 59 ayat Undang-undang Cipta Kerja yang
(4) ini sangat berpotensi memberikan telah menghapuskan ketentuan Pasal
keleluasaan dan kekuasaan kepada 169 Undang-undang Ketenagakerjaan
para pengusaha untuk No. 13 Tahun 2003, dimana
mempertahankan status pekerja sebelumnya berbunyi:
kontrak tanpa batas. Kalau dicermati (1) Pekerja/buruh dapat
secara seksama pasal ini rentan mengajukan permohonan
dijadikan sebagai alat oleh pengusaha pemutusan hubungan kerja
kepada lembaga
untuk mempraktikkan kontrak tanpa
penyelesaian perselisihan
batas dan hal ini sangat merugikan hubungan industrial dalam
para pekerja. Karena itu pasal ini hal pengusaha melakukan
secara substansial merugikan hak perbuatan sebagai berikut:
pekerja untuk mendapatkan pekerjaan a. menganiaya, menghina
dengan status pekerja tetap dan secara kasar atau
mengancam
mendapatkan hak-haknya.
pekerja/buruh;
Pasal lainnya yang juga b. membujuk dan/atau
bermasalah dalam rumusan pasal yang menyuruh
terdapat dalam Undang-undang Cipta pekerja/buruh untuk
Kerja adalah Pasal 79 ayat (2) poin b, melakukan perbuatan
yang menyatakan bahwa: “istirahat yang bertentangan
mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) dengan peraturan
perundang-undangan;
hari kerja dalam 1 (satu) minggu”.
c. tidak membayar upah
Ketentuan ini telah menghapuskan tepat pada waktu yang
aturan sebagaimana diatur dalam telah ditentukan selama
Undang-undang No. 13 Tahun 2003 3 (tiga) bulan berturut-
tentang Ketenagakerjaan dimana turut atau lebih;
sebelumnya telah diatur dalam Pasal d. tidak melakukan
79 ayat (2) Undang-undang kewajiban yang telah
dijanjikan kepada
Ketenagakerjaan bahwa “istirahat
pekerja/ buruh;
mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) e. memerintahkan
hari kerja dalam 1 (satu) minggu”. pekerja/buruh untuk
Pasal yang dirumuskan oleh Undang- melaksanakan
pekerjaan di luar yang ketentuan Pasal 156 ayat
diperjanjikan; atau (3).
f. memberikan pekerjaan
yang membahayakan Secara mendasar penghapusan
jiwa, keselamatan, pasal tersebut di dalam Undang-
kesehatan, dan undang No. 11 Tahun 2020 tentang
kesusilaan
Cipta Kerja, memang merupakan suatu
pekerja/buruh
sedangkan pekerjaan hal yang sangat berpotensi merugikan
tersebut tidak pekerja, terutama dalam kaitannya
dicantumkan pada dengan penghapusan hal pekerja
perjanjian kerja. dalam mengajukan PHK. Substansi
(2) Pemutusan hubungan kerja penghapusan Pasal 169 secara
dengan alasan keseluruhan berpotensi
sebagaimana dimaksud
menghilangkan hak-hak pekerja. Hal
dalam ayat (1)
pekerja/buruh berhak ini berpotensi merugikan hak-hak
mendapat uang pesangon 2 pekerja. Maka dari itu di antara
(dua) kali ketentuan Pasal sejumlah pasal Undang-undang Cipta
156 ayat (2), uang Kerja secara substansial dari sisi
penghargaan masa kerja 1 materi hukum yang dirumuskan
(satu) kali ketentuan Pasal berpotensi merugikan hak-hak pekerja.
156 ayat (3), dan uang
Sementara itu perlu dipahami bahwa
penggantian hak sesuai
ketentuan Pasal 156 ayat pengajuan PHK yang datang dari
(4). pekerja adalah hak asas karyawan
(3) Dalam hal pengusaha berkenaan dengan pilihan keputusan
dinyatakan tidak dalam hidupnya yang harus dilindungi
melakukan perbuatan oleh negara yang menganut paham
sebagaimana dimaksud
negara hukum dikarenakan jaminan
dalam ayat (1) oleh
lembaga penyelesaian perlindungan terhadap hak asasi
perselisihan hubungan manusia adalah substansi utama
industrial maka pengusaha daripada negara hukum.30 Maka dari
dapat melakukan itu pada posisi ini, Undang-undang
pemutusan hubungan kerja Cipta Kerja dipandang berbenturan
tanpa penetapan lembaga dengan kehendak negara dalam
penyelesaian perselisihan
memberikan perlindungan terhadap
hubungan industrial dan
pekerja/buruh yang hak-hak warga negara, termasuk para
bersangkutan tidak berhak pekerja sebagai bagian daripada
atas uang pesangon sesuai amanat konstitusi UUD 1945. Dalam
ketentuan Pasal 156 ayat
(2), dan uang penghargaan 30
Fadli Andi Natsif, “Perlindungan
masa kerja sesuai Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Negara
Hukum Indonesia”. Jurnal Al-Risalah. Vol. 19
No. 1 (Mei 2019). 154-155.
hal ini negara melalui instrumen Undang-undang Cipta Kerja terhadap
hukum Undang-undang Cipta Kerja pasal-pasal yang mengatur mengenai
telah melepaskan tanggung jawabnya hubungan kerja dinilai banyak
dalam memberikan dan menjamin merugikan warga negara. Di antaranya
terlaksananya hak-hak konstitusional adalah terkait dengan hal-hal berikut:
rakyat dan pekerja/ buruh, lebih dari (1) Melegalkan praktek Praktik Kerja
itu Undang-Undang Cipta Kerja Waktu Tertentu (PKWT) untuk
merupakan bentuk konkret pemerintah seumur hidup dan untuk semua jenis
yang terlihat justeru lebih pekerjaan dengan menentukan jangka
mengedepankan kepentingan pemodal waktu atau selesainya suatu pekerjaan
baik asing maupun dalam negeri tanpa tertentu berdasarkan kesepakatan para
memperhatikan kepentingan rakyat pihak. Hal ini akan mengakibatkan
dan pekerja. Sementara Pancasila tidak akan terwujudnya asas kepastian
sebagai dasar filsafat negara dan kerja (job security) bagi Pekerja,
dalam Pembukaan UUD 1945 alinea karena pada faktanya posisi Pekerja
IV dan Pasal 27 ayat (2) dan Pasal selalu berada di bawah (inferior)
28D ayat (2) Undang-undang Dasar Pengusaha bahkan dimulai dari
1945 telah mengamanatkan kepada sebelum adanya hubungan kerja,
negara untuk memberikan sehingga tidak dimungkinkannya
perlindungan kepada para pekerja Pekerja untuk memilik status
selaku warga negara agar dapat hubungan kerja tetap. Terlebih dengan
terwujudnya hak atas pekerjaan dan Rancangan Undang-Undang Cipta
penghidupan yang layak bagi, dan Kerja mengatur PKWT dapat
bukan semata mengedepankan dilakukan dengan seluruh jenis
kepentingan pemodal demi pekerjaan dan waktu seumur hidup,
mendapatkan investasi. maka jelas memudahkan PHK
Perlu untuk dipahami bahwa dilakukan kepada Pekerja. (2) Aturan
secara substansial, setiap peraturan Kompensasi kepada pekerja PKWT
perundang-undangan dari sisi materil yang diputus hubungan kerjanya
harus sesuai dengan kehendak negara hanyalah pemanis yang bersifat utopis
yang tercermin dalam nilai-nilai karena disyaratkannya minimal masa
Pancasila dan konstitusi UUD 1945. kerja 1 tahun, sedangkan PKWT
Karena itu negara harus tunduk dan dibebaskan sebebasnya jangka waktu
melaksanakan amanat Alinea ke-4 keberlakuannya berdasarkan
Pembukaan UUD 1945, Pasal 27 ayat kesepakatan para pihak. (3)
(2) dan Pasal 28 D ayat (1) UUD 1945 Menghilangkan ketentuan ketentuan
sebagai konstitusi negara dalam mengenai pelaksanaan penyerahan
mewujudkan kesejahteraan warga sebagian pekerjaan kepada perusahaan
negara melalui perlindungan hak-hak lainnya, yang pada faktanya
pekerja. Perubahan yang ada dalam merupakan bentuk perlindungan
negara kepada pekerja dalam praktek Menyebabkan ketidakpastian waktu
pelaksanaan penyerahan sebagian kerja pekerja, dan menggantungkan
pekerjaan kepada perusahaan lainnya waktu kerja kepada Pengusaha yang
yaitu berupa pembatasan jenis memberikan perintah kerja kepada
pekerjaan yang dapat dikerjakan hanya Pekerja. (c) Menambah batas
sebatas pekerjaan penunjang yang maksimal jam lembur sehingga
sama sekali bukan termasuk dalam menimbulkan resiko kesehatan dan
kerjaan atau kegiatan utama, kepastian kecelakaan kerja karena kelelahan,
hak pekerja yang sama dan kepastian terlebih sangat terkesan mementingkan
kerja pekerja. (4) Membuat ketentuan kepentingan pengusaha tanpa
baru yaitu “Alih Daya” yang mempertimbangkan aspek
berpotensi merugikan pekerja karena kemanusiaan Pekerja untuk istirahat/
dapat dilakukan untuk semua jenis pemulihan, hidup sehat, bersosialisasi,
pekerja, tidak lagi sebatas hanya berkumpul dengan keluarga dan
pekerja penunjang malainkan tetangga sebagai makluk sosial. (d)
termasuk di dalamnya pekerjaan atau Menghilangkan hak istirahat panjang
kegiatan utama.31 Pekerja, dimana hal ini sangat
Kemudian selain itu, merugikan pekerja yang selama ini
perubahan yang ada dalam Undang- telah mendapatkan hak istirahat
undang Cipta Kerja terhadap pasal- panjang. (e) Mengatur upah
pasal yang mengatur mengenai berdasarkan satuan waktu jelas tidak
perlindungan, pengupahan, dan memberikan kepastian bagi Pekerja
kesejahteraan secara mendasar dinilai untuk mendapatkan penghidupan yang
banyak merugikan para pekerja, di layak, mengaburkan prinsip no work
antaranya juga terkait dengan no pay tanpa batasan syarat jelas
beberapa hal berikut: (a) keberlakuan. (f) Menghilangkan
Menghilangkan ketentuan hari kerja fungsi Serikat Pekerja/Serikat Buruh
dalam satu minggu yang untuk dapat merundingkan upah di
mengakibatkan hilangnya hari istirahat atas upah minimum, hal ini jelas
mingguan, sehingga Undang-undang melanggar hak dasar Serikat
Cipta Kerja tidak melindungi aspek Pekerja/Serikat Buruh. (g) Melahirkan
kesehatan kerja pekerja demi menjaga norma baru dalam pengupahan yaitu
produktivitas Pekerja. (b) Upah pada usaha Mikro dan Kecil
31
dimana nominalnya didasarkan pada
Mohammad Fandrian kesepakatan para pihak, sehingga jelas
Adhistianto, “Politik Hukum pekerja pada usaha mikro dan kecil
Pembentukan Rancangan Undang- tidak tidak dapat mewujudkan
undang Cipta Kerja (Studi Klaster
Ketenagakerjaan)”, Journal of Law, Vol.
3 No. 1, (2020). 8.
penghidupan serta imbalan yang seperti pasal terkait dengan sistem
layak.32 PKWT yang dapat merugikan para
Maka dari itu apabila dilihat pekerja, dan lain sebagainya.
dari sejumlah pasal yang telah Sementara itu, asas lainnya yang juga
dirumuskan di dalam Undang-undang tidak terealisasi dengan baik dalam
No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta rumusan Undang-undang Cipta Kerja
Kerja, terdapat dari materi-materi adalah asas kemanusiaan, yang
hukum yang substansinya dapat dinilai menghendaki bahwa materi muatan
tidak berpihak kepada masyarakat setiap peraturan perundang-undangan
dalam hal ini adalah para pekerja. harus mencerminkan perlindungan dan
Kondisi terkait dengan terdapatnya penghormatan hak asasi manusia serta
materi hukum yang kurang begitu harkat dan martabat setiap penduduk
menguntungkan para pekerja dapat Indonesia secara proporsial. Di salam
dinilai sebagai sesuatu yang ketentuan pasal Undang-undang Cipta
bertentangan dengan beberapa asas di Kerja, asas tersebut banyak diabaikan
dalam prinsip pembentukan peraturan seperti terkait dengan penghapusan
perundang-undangan di Indonesia. Hal pengajuan hak PHK, pemangkasan
ini seperti berkenaan dengan asas waktu istirahat dan cuti kerja, dan lain
pengayoman dan kemanusiaan sebagainya.
sebagaimana termaktub di dalam Pasal Pembentukan Undang-undang
6 ayat (1) dan (2) Undang-undang No. Cipta Kerja juga harus
12 Tahun 2011 tentang Pembentukan mempertimangkan asas ketertiban dan
Peraturan Perundang-undangan, kepastian hukum, dimana materi
dimana asas pengayoman muatan setiap peraturan perundang-
menghendaki bahwa materi muatan undangan harus dapat mewujudkan
setiap peraturan perundang-undangan ketertiban dalam masyarakat melalui
harus berfungsi memberikan jaminan kepastian hukum. Sementara
perlindungan untuk menciptakan di dalam rumusan pasal Undang-
ketentraman masyarakat. Apabila undang Cipta Kerja, seperti terlihat di
dikaitkan dengan beberapa pasal yang dalam rumusan Pasal 59 ayat (4), yang
terdapat dalam Undang-undang Cipta menghapuskan pasal sebelumnya di
Kerja, terdapat sejumlah pasal yang dalam Undang-undang
berpotensi mengabaikan asas ini, Ketengakerjaan, sistem PKWT yang
32
dibangun tidak memberikan kejelasan
Mohammad Fandrian bagi para pekerja dan berpotensi
Adhistianto, “Politik Hukum memberikan keleluasaan dan
Pembentukan Rancangan Undang- kekuasaan kepada para pengusaha
undang Cipta Kerja (Studi Klaster untuk mempertahankan status pekerja
Ketenagakerjaan)”, Journal of Law, Vol.
kontrak tanpa batas. Kondisi ini
tentunya jelas berpotensi merugikan
3 No. 1, (Agustus 2020). 8.
pekerja dimana dalam hal ini, Ketenagakerjaan)”, Journal of
sejumlah materi hukum yang Law, Vol. 3 No. 1, (2020). 1-10.
dirumuskan dalam beberapa pasal Anggono, Bayu Dwi. “Omnibus Law
Undang-undang Cipta Kerja belum Sebagai Teknik Pembentukan
sepenuhnya mengakomodasi Undang-undang: Peluang
perlindungan terhadap sejumlah hak- Adopsi dan Tantangan dalam
Sistem Perundang-undangan
hak perekerja.
Indonesia”, Jurnal
Rechtsvinding Vol. 9 No. 1,
Kesimpulan (2020).
Politik hukum pembentukan Undang- Burlian, Paisol. 2015. Sistem Hukum
undang Cipta Kerja secara mendasar di Indonesia. Palembang:
bertolak dari sejumlah kepentingan NoerFikri Offset dan Fakultas
negara dalam membentuk suatu Dakwah dan Komunikasi UIN
undang-undang yang mampu Raden Fatah.
membuka lapangan pekerjaan secara Busroh, Firman Freaddy.
luas dengan mengembangkan “Konseptualisasi Omnibus Law
kemudahan investasi di Indonesia dalam Menyelesaikan
Permasalahan Regulasi
sehingga hal tersebut diharapkan
Pertanahan”. Jurnal Arena
mampu mendorong perekonomian Hukum, Vol. 10 No. 2
nasional yang berdampak pada (Agustus 2017). 227-250.
kesejahteraan masyarakat. Namun
Campbell, Tom and Stone, Adrienne.
demikian, di dalam pembentukan 2003. Law and Democracy.
Undang-undang Cipta Kerja, terdapat Burlington: Dartmouth
sejumlah rumusan pasal yang kurang Publishing Company-Ashgate
begitu menguntungkan bagi Publishing Limited.
perlindungan terhadap hak-hak para Darmawan, Agus. “Politik Hukum
pekerja. Rumusan pasal-pasal tersebut Omnibus Law dalam Konteks
seperti terkait dengan penghapusan Pembangunan Ekonomi
hak PHK, sistem kerja kontrak yang Indonesia”, Indonesian Journal
of Law and Policy Studies, Vol.
tanpa batas, pemangkasan waktu
1 No. 1 (2020). 14-25.
istirahat kerja, dan lain sebagainya
Febriansyah, Ferry Irawan. “Konsep
yang tidak sejalan dengan
Pembentukan Peraturan
perlindungan hak-hak pekerja di Perundang-undangan di
bidang ketenagakerjaan. Indonesia”. Jurnal Perspektif.
Vol. XXI No. 3. (2016). 220-
DAFTAR PUSTAKA 229.
Adhistianto, Mohammad Fandrian. Goesniadhie, Kusnu. 2010.
“Politik Hukum Pembentukan Harmonisasi Sistem Hukum:
Rancangan Undang-undang Mewujudkan Tata
Cipta Kerja (Studi Klaster Pemerintahan Yang Baik,
Malang: Nasa Media.
Hamidi, Jazim. “Paradigma Baru MD, Moh. Mahfud. 2009. Politik
Pembentukan dan Analisis Hukum di Indonesia. Jakarta:
Peraturan Daerah (Studi atas PT. Raja Grafindo Persada.
Perda Pelayanan Publik dan Natsif, Fadli Andi. “Perlindungan Hak
Perda Keterbukaan Informasi Asasi Manusia dalam
Publik)”, Jurnal Hukum, Vol. Perspektif Negara Hukum
18 No. 3 (2011). Indonesia”. Jurnal Al-Risalah.
Harjono, Dhaniswara K. “Konsep Vol. 19 No. 1 (2019). 148-158.
Omnibus Law Ditinjau dari Palguna, I Dewa Gede. 2013.
Undang-undang Nomor 12 Pengaduan Konstritusional
Tahun 2011 tentang (Constitutional Complaint)
Pembentukan Peraturan Upaya Hukum Terhadap
Perundang-undangan”, Jurnal Pelanggaran Hak-hak
Hukum : Hukum Untuk Konstitusional Warga Negara.
Mengatur Dan Melindungi Jakarta: Sinar Grafika.
Masyarakat, Vol. 6 No. 2,
(Agustus 2020). Permana, Sony Hendra. “Proyeksi
Dampak Omnibus Law
Hayyu, Pradany. “Sinyal Baik dalam Undang-undang Cipta Kerja
Kemudahan Berusaha”, Jurnal terhadap Ekonomi Indonesia”.
Media Keuangan, Vol. XIII No. Jurnal Info Singkat. Vol. XII,
128 (2018). No. 19 (2020). 19-24.
Kartika, Shanti Dwi. “Politik Hukum Prabowo, Adhi Setyo, dkk. “Politik
Undang-undang Cipta Kerja”. Hukum Omnibus Law di
Jurnal Info Singkat. Vol. XII Indonesia”. Jurnal Pamator.
No. 20 (2020). 1-6. Vol. 13 No. 1 (2020). 1-6.
Kurniawan, Fajar dan Dewanto. Putra, Antoni. “Penerapan Omnibus
“Problematika Pembentukan Law dalam Upaya Reformasi
RUU Cipta Kerja dengan Regulasi”, Jurnal Legislasi
Konsep Omnibus Law pada Indonesia, Vol. 17 No. 1
Klaster Ketenagakerjaan Pasal (2020). 1-10.
89 Angka 45 tentang
Pemberian Pesangon Kepada Rasjidi, Lili dan Rasjidi, Ira Thania.
Pekerja yang di PHK”. Jurnal 2002. Pengantar Filsafat
Panorama Hukum, Vol. 5 No. Hukum. Bandung: Mandar
1 (2020). 63-76. Maju.
Matompo, Osgar Sahim dan Izziyana, Safitri, Dini. “Omnibus Law RUU
Wafda Vivid. “Konsep Cipta Lapangan Kerja dalam
Omnibus Law dan Perspektif Komunikasi
Permasalahan RUU Cipta Pembangunan Partisipatif”,
Kerja”. Jurnal Rechstaat Jurnal Dialog Kebijakan
Nieuw. Vol. 5 No. 1 (2020). Publik, Edisi 32 (2020). 39-49.
22-29. Tardjono, Heriyono. “Reorientasi
Politik Hukum Pembentukan
Undang-undang di Indonesia”.
Jurnal Renaissance. Vol. 1 No.
02 (2016). 61-74.